• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK RISIKO NON-KARSINOGENIK AKIBAT PAJANAN PM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KARAKTERISTIK RISIKO NON-KARSINOGENIK AKIBAT PAJANAN PM"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko non-karsinogenik akibat paparan PM2.5 di sekitar tempat umum di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kajian Environmental Health Risk Analysis (ERHA) untuk menentukan tingkat risiko atau Risk Quota (RQ) paparan PM2.5 pada masyarakat dalam radius 0-20 meter untuk setiap lokasi. Namun berdasarkan titik radius terdapat nilai RQ > 1 yaitu pada radius 10 meter di lokasi 1 (stasiun), titik 0 meter di lokasi 3 (terminal) dan radius 10 meter di lokasi 4 (di sekitar sekolah) dimana pada lokasi 4 ini nilai RQ>1 paling tinggi.

Tingkat risiko berdasarkan nilai RQ > 1 menunjukkan bahwa paparan PM2.5 di masyarakat dapat dikategorikan tidak aman untuk frekuensi 1 tahun (365 hari) untuk ketiga lokasi dan radius tersebut. Sedangkan lokasi lainnya yaitu lokasi 2 (masjid) dan lokasi 5 (taman kota) menghasilkan nilai RQ≤1 yang dikategorikan aman untuk frekuensi yang sama.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Perumusan Masalah
  • Tujuan
  • Manfaat Penelitian

2 Keramaian dan kepadatan kota Jakarta dari berbagai sektor seperti industri, perkantoran, permukiman dan karakteristik kemacetan lalu lintas mempengaruhi penurunan kualitas udara. Untuk itu diperlukan perlindungan masyarakat di perkotaan atau perkotaan dari paparan polutan udara yang dapat membahayakan kesehatan, misalnya melalui pemantauan kualitas udara ambien secara otomatis (Air Quality Monitoring System/AQMS), yang kemudian dilanjutkan dengan analisis risiko hasil pemantauan terkait dengan kebijakan pengelolaan kualitas udara yang dapat diketahui oleh masyarakat (Alfiah dan Yuliawati, 2018). Berdasarkan data per 11 Oktober 2019, kualitas udara Jakarta masih menduduki peringkat keempat terburuk di dunia, setelah Pakistan (kota Lahore), India (kota Delhi) dan Uni Emirat Arab (kota Dubai).

Melalui analisis risiko paparan polutan udara ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas udara di Jakarta sehingga kualitas kesehatan juga meningkat. Oleh karena itu, melalui analisis risiko (risk assessment) dapat diprediksi risiko yang dapat diterima atau ditoleransi dalam jangka waktu tertentu dan bentuk manajemen risiko yang diperlukan akibat penurunan kualitas udara di Jakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Kualitas Udara
  • Particulate Matter 2,5 (PM 2,5 )
    • Definisi dan Karakteristik
    • Mekanisme Pajanan ke Manusia
    • Dampak terhadap Kesehatan
    • Baku Mutu
  • Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
    • Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
    • Dosis – Respon (Dose-Response Assessment)
    • Analisi Pajanan (Exposure Assessment)
    • Karakteristik Risiko (Risk Characterization)
    • Manajemen Risiko (Risk Management)
  • Road Map Penelitian

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan jika tubuh terpapar. Selain identifikasi bahaya, gejala gangguan kesehatan yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis dapat ditambahkan. Dalam analisis dosis-respons, dosis dinyatakan sebagai agen risiko yang terhirup, tertelan, atau terserap melalui kulit per kg berat badan per hari (mg/kg/hari).

Pengurangan pola asupan (kecepatan) jika konsentrasi zat risiko dan waktu konsumsi tidak dapat diubah. Pengurangan waktu kontak jika konsentrasi zat risiko dan pola konsumsi tidak dapat diubah.

Gambar 1. Road Map Penelitian Tahun 2019-2020
Gambar 1. Road Map Penelitian Tahun 2019-2020

METODE PENELITIAN

  • Desain Penelitian
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Populasi dan Sampel
  • Metode Pengumpulan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Pengolahan Data
  • Analsis Data
  • Alur Penelitian

Data responden meliputi jenis kelamin, usia, ukuran antropometri (berat badan), tingkat inhalasi, pola aktivitas (waktu, frekuensi dan durasi paparan), pekerjaan dan masalah kesehatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (terlampir) berupa pertanyaan terbuka kepada responden dan alat pendeteksi kualitas udara. Identifikasi bahaya, dalam hal zat yang berisiko terpapar PM2.5 di udara, menjadi fokus utama penelitian ini.

Analisis dosis-respons atau karakterisasi bahaya terkait dengan efek kritis akibat paparan berlebihan terhadap PM2.5. Analisis paparan, meliputi subjek atau sampel yang terpapar PM2.5 dalam hal waktu paparan, tempat paparan, durasi paparan dan rute paparan melalui penghirupan (inhalasi). Tingkat risiko dikatakan aman, dinyatakan dengan RQ≤1, sedangkan tingkat risiko dikatakan tidak pasti, dinyatakan dengan RQ>1, sehingga diperlukan strategi pengelolaan risiko (Kemenkes, 2012).

Gambar 2. Alat Ukur PM 2,5  (Air Quality Detector)
Gambar 2. Alat Ukur PM 2,5 (Air Quality Detector)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

18 Sekolah adalah bentuk kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan Taman Kanak-kanak (TK) / Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB) / Raudatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD) / Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) / Madrasag Ibtidayah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) / Madresah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA) / Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) / Madresah Aliyah (MA), dan Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah Profesional Aliyah ( MAK) yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat (Permendikbud RI No. 23 Tahun 2017). Lingkungan sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMA N 6 Jakarta yang berada di sekitar terminal Blok M, Plaza Blok M, stasiun MRT, serta kawasan lingkungan yang cukup ramai di kawasan Jakarta Selatan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu areal yang memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang pemanfaatannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuhnya tanaman baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam.

Ruang terbuka hijau publik adalah ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat pada umumnya. Termasuk ruang terbuka hijau publik antara lain taman kota, taman pemakaman umum dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain kebun atau pekarangan rumah/bangunan milik umum/swasta yang ditanami tanaman (UU RI No. 26 Tahun

Lokasi pengambilan sampel udara dan wawancara responden dalam penelitian ini adalah ruang terbuka hijau publik, seperti taman kota dan jalur hijau pinggir jalan, khususnya Taman Barito di kawasan Jakarta Selatan.

Analisis Univariat

  • Karakteristik Responden
  • Pola Aktivitas Responden
  • Konsentrasi PM 2,5
  • Analisis Pajanan PM 2,5
  • Perhitungan Intake PM 2,5
  • Analisis Dosis Respon
  • Karakteristik Risiko
  • Strategi Pengelolaan Risiko

19.20 dan Lestari, 2019b) Sedangkan karakteristik usia yang terpapar konsentrasi PM2.5 berhubungan dengan faktor risiko gangguan kesehatan. Aktivitas luar ruangan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan risiko paparan partikel PM2.5 lebih tinggi, misalnya pekerja yang bekerja di luar ruangan lebih dari 6 jam karena kondisinya yang sangat dekat dengan sumber pencemar udara (Rahmadini dan Haryanto, 2020). . Orang yang terpapar konsentrasi PM2.5 dalam waktu lama memiliki risiko sebesar 1,174 kali mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan orang yang terpapar PM2.5 minimal (Arba, 2019). Pengukuran konsentrasi PM2.5 dilakukan pada 5 titik pengukuran dalam 5 kategori jarak yaitu radius 0 meter (entrance), radius 5 meter, 10 meter, 15 meter dan 20 meter.

Dari tabel 3 terlihat pengukuran konsentrasi PM2.5 kategori tinggi di lokasi 4 (lingkungan sekitar sekolah) adalah 58 µg/m3. Berdasarkan hasil tersebut, konsentrasi PM2.5 di seluruh lokasi rata-rata masih di bawah baku mutu 65 µg/m3 yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Ketiga lokasi dengan nilai konsentrasi PM2.5 tinggi yaitu stasiun, sekitar sekolah dan terminal merupakan tempat yang cukup banyak aktivitas kendaraan bermotor yang melewati jalan tersebut karena di tempat tersebut juga terdapat banyak pedagang.

23 Konsentrasi PM2.5 dapat berubah sewaktu-waktu, sehingga pada waktu tertentu seseorang dapat terpapar melebihi nilai ambang batas (NAB) atau di bawah NAB.(Azizah, 2019) Rendahnya pembacaan PM2.5 dapat disebabkan oleh banyaknya tumbuhan hijau yang dapat berperan sebagai peredam polusi udara (Rahmadini dan Haryanto, 2020) Selain itu rendahnya konsentrasi PM2.5 juga dapat disebabkan oleh kecepatan angin yang membawa partikel udara ke tempat yang lebih jauh dari sumber pencemar. sehingga yang rendah akan menghasilkan nilai konsentrasi di daerah yang sumbernya berada di dekatnya (Rosalia, Wispriyono dan Kusnoputranto, 2018b) Sedangkan area publik di perkotaan dapat memiliki konsentrasi PM2.5 yang tinggi akibat lalu lintas yang padat atau aktivitas jalan raya dan banyaknya industri. Selain itu, kondisi meteorologi juga dapat mempengaruhi konsentrasi PM2.5 karena dapat larut, menyebabkan difusi dan menumpuknya polutan di udara (Silitonga dan Wispriyono, 2020). Perhitungan asupan menunjukkan bahwa asupan minimum dan maksimum disesuaikan dengan hasil pengukuran konsentrasi PM2.5.

Hasil perhitungan tingginya asupan berbanding lurus dengan tingginya konsentrasi PM2.5 di lokasi-lokasi yang diukur, seperti lokasi 1 (stasiun), lokasi 3 (terminal) dan lokasi 4 (sekolah). Tingkat risiko (RQ) yang lebih besar dari nilai 1 menunjukkan adanya risiko kesehatan non karsinogenik yang harus dihindari agar kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar tetap terjaga (Faisya, Putri dan Ardillah, 2019). Konsentrasi PM2.5 di lingkungan luar dapat mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan, termasuk di tempat umum. Strategi manajemen risiko yang dapat dilakukan agar konsentrasi PM2.5 dapat dikategorikan aman menurut perhitungan adalah dengan melakukan penghijauan atau dengan menanam lebih banyak pohon yang dapat menyerap polutan.

Tabel 2. Distribusi Pola Aktivitas Masyarakat
Tabel 2. Distribusi Pola Aktivitas Masyarakat

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

LUARAN YANG DICAPAI

2 Seminaar webwerf https://iakmidkijakarta.or.id/index.php postponement-seminar-nasional-kesehatan-2nd-jakarta-public-health-meeting/.

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Tersedia di: https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/formasi-partikulat-pm25.bmkg?lang=EN. 2014) “Analisis risiko kesehatan lingkungan (model pengukuran risiko kesehatan polusi udara)”, Jurnal Kesehatan, VII(2). 2019) 'Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Hidrogen Sulfida (H2S) dan Amoniak (NH3) pada Masyarakat di TPA Sukawinatan Kota Palembang Tahun 2018', Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 18(2), hlm. Sebuah meta-analisis studi kohort, Journal of Biomedical Research, 31(2), hal. 2017) “Makalah penelitian analisis risiko kesehatan lingkungan (SO2, H 2S, NO2 dan TSP) dari transportasi kendaraan bermotor di kota Surabaya”, Media Pharmaceutica Indonesiana, 1(4), hal. 2011) 'Pemantauan kualitas udara ambien pada lalu lintas padat dan area komersial DKI Jakarta: analisis konsentrasi Pm 2, 5 dan karbon hitam', Jurnal Teknik Lingkungan, 17(2), hlm. 2017) 'Environmental Health Risk Analysis (AHRL) Paparan Karbon Monoksida (CO) dari Inhalasi Pedagang di Sepanjang Depan Jalan Pasar Projo Ambarawa Kabupaten Semarang', Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(5), hlm.

Tersedia di: http://walhi.or.id/kualitas-air-jakarta-terus-memdinding-warga-resmi-juang-gubernur-menteri-. Berdasarkan data indeks kualitas udara Oktober 2019, kualitas udara di Jakarta setara dengan konsentrasi PM2.5 sebesar 87,9 µg/m3, melebihi ambang batas sebesar 65 µg/m3. Kesimpulan: Beberapa tempat umum masih berisiko tidak aman akibat paparan PM2.5 terhadap gangguan kesehatan, sehingga diperlukan strategi pengelolaan untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan masyarakat dan meningkatkan kualitas udara.

Kemacetan dan kepadatan kota Jakarta dari berbagai sektor seperti industri, perkantoran, pemukiman dan karakteristik kemacetan lalu lintas mempengaruhi penurunan kualitas udara. Untuk itu diperlukan perlindungan masyarakat di perkotaan atau perkotaan dari paparan polutan udara yang dapat membahayakan kesehatan, misalnya dengan pemantauan kualitas udara ambien secara otomatis (Air Quality Monitoring System/AQMS),i yang kemudian dilanjutkan dengan analisis risiko. hasil pemantauan terkait kebijakan pengelolaan kualitas udara yang dapat diketahui oleh masyarakat. 6 Berdasarkan data per 11 Oktober 2019, kualitas udara Jakarta masih menempati urutan keempat terburuk di dunia setelah Pakistan (kota Lahore), India (kota Delhi) dan Uni Emirat Arab (kota Dubai).

Berdasarkan data kualitas udara di Jakarta, peneliti ingin menganalisis risiko non karsinogenik akibat paparan salah satu pencemar udara yaitu PM2.5 dengan mengambil lokasi di area komersial atau area penting di Jakarta. Tingkat risiko (RQ) lebih besar dari 1 menunjukkan risiko kesehatan non-karsinogenik yang harus dihindari agar kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar terjaga dengan baik. Konsentrasi 15 PM2.5 di lingkungan luar ruangan dapat mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan, termasuk fasilitas umum. Jika kualitas udara di lingkungan luar tidak dapat dikendalikan atau dikurangi maka dapat mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan, karena konsentrasi pencemar udara seperti PM2.5 dapat meningkat 20 kali lipat jika udara luar sangat berdebu.16 Namun yang paling tinggi risiko berasal dari paparan PM2.5 yang berasal dari lalu lintas atau kendaraan.

Tersedia dari: http://walhi.or.id/kualitas-udara-jakarta-terus-memdinding-warga-resmi-juang-gubernur-menteri-dinding-presiden. Analisis risiko kesehatan lingkungan paparan hidrogen sulfida (H2S) dan amoniak (NH3) pada masyarakat di TPA Sukawinatan Kota Palembang Tahun 2018.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Konsentrasi PM 2,5
Tabel 1. Hasil Pengukuran Konsentrasi PM 2,5

Gambar

Gambar 1. Road Map Penelitian Tahun 2019-2020
Gambar 2. Alat Ukur PM 2,5  (Air Quality Detector)
Gambar 3. Alur Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Antropometri Masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk membangun model ANN untuk mengestimasi panjang antrian kendaraan di simpang bersinyal dengan kondisi lalu-lintas

Document Control: Approved by Academic Board: Sept 2005 Approved by Academic Board 18 June 1008 Reviewed: Approved by Academic Board 17 November 2010 Page 3 of 4 3.0 Chair of