• Tidak ada hasil yang ditemukan

karakteristik us{lu<b al-muh{a<warah dalam al-qur'an

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "karakteristik us{lu<b al-muh{a<warah dalam al-qur'an"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Menurut Mannā' al-Qat}t}ān dalam kisah Al-Qur'an terdapat hikmah termasuk penjelasan tentang balaghah. Hal ini terjadi karena sebagian besar kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukanlah kisah-kisah panjang.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Telaah Pustaka

Kedua, menjelaskan kontribusi uslu>b al-muh}a>warah dalam mengidentifikasi tujuan umum Al-Qur'an. Lebih lanjut, Abdul Halim memberikan contoh dan pembahasan mengenai uslu>b al-muh}a>warah dalam berbagai kisah para nabi yang terdapat dalam Al-Qur'an.

Metode Penelitian

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik dari data sekunder maupun primer. Sebelum semua data difinalisasi sebagai tahap terakhir, terlebih dahulu dilakukan interpretasi untuk mencapai kebenaran yang diharapkan.

Sistematika Pembahasan

Bab ketiga membahas tentang ciri-ciri uslu>b al-muh}a>warah dalam Al-Qur'an secara umum. Bab keempat merupakan pokok bahasan sekaligus puncak dari proses penelitian ini setelah membaca bab sebelumnya, yaitu penjabaran tentang ciri-ciri uslu>b al-muh}a>warah dalam kisah Nabi Nuh dalam Q.S.

USL Ū B, AL MUH} Ā WARAH DAN USL Ū B AL MUH} Ā WARAH

  • Pengertian Usl ū b
  • Al-Muh} ā warah
  • Usl ū b al-Muh} ā warah dalam al-Qur’an
  • Usl ū b (gaya bahasa) Kisah dalam al-Qur’an

Karena menurut pendapat penulis, penelitian ini menitikberatkan pada penelitian tentang penggunaan bahasa dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an melarang berperang saat haji, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Uslūb (gaya dialog) dalam narasi Al-Qur'an sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gaya bahasa Al-Qur'an atau gaya bahasa narasi Al-Qur'an pada umumnya.

Artinya, gaya bahasa sastra yang digunakan dalam al-Qur'an merupakan gaya bahasa dengan bentuk penerapan yang berbeda. Kedua, pada fase awal narasi Alquran, gaya bahasanya memiliki ciri menggunakan kata-kata yang resonan, suara yang kuat dan dibungkus dengan kalimat berima pendek.

KARAKTERISTIK USL Ū B AL MUH} Ā WARAH DALAM

Keberagaman Dialog

Kepelbagaian dialog juga diikuti dengan kepelbagaian bentuk kata yang digunakan seperti penggunaan perkataan qa>la, qa>lu, qa>lat, qulna>, yaqu>lu dan yaqu>lu>n. Menurut Syihabuddin Qalyubi, “jenis dialog biasanya digunakan dalam cerita panjang atau dalam konteks mempertahankan akidah yang benar dan menyangkal akidah yang salah.

Penyandaran pada Akal

9 Karya Mardjoko Idris, Hamzah Istifham Tentang kalimat “laisa” dalam Al-Qur'an (ringkasan khusus makna retoris), tidak diterbitkan. halaman 12. Hal ini sejalan dengan tujuan memiliki Al-Qur'an yang terintegrasi dan komprehensif, bukan hanya pendekatan religius dan mistik yang wajib. Al-Qur'an adalah hidayah-Nya yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman untuk memecahkan berbagai persoalan hidup.

Antaranya memberi analisis dalam setiap penentuan prinsip-prinsip Islam yang cukup penting khususnya dalam proses tafsir al-Quran. Quraish Shihab, Al-Qur'an Tafsir Maudhu'I Wawasan Pelbagai Isu Ummah, (Bandung: Mizan, 2006), hlm.

Penegakan Prinsip Keadilan dalam Perselisihan

Oleh karena itu, dialog tentang masalah-masalah agama yang terkandung dalam Al-Qur'an dihindarkan dari hal-hal yang dapat menyinggung dan merugikan pihak-pihak yang berdialog hingga terciptanya undang-undang. Dalam konteks ayat lain, kita menemukan dialog dalam Al-Qur'an tentang menjaga keadilan hingga batas distribusi. Oleh karena itu, Al-Qur'an menawarkan sanggahan atas hal ini, jika orang musyrik benar, sedangkan orang beriman adalah pendosa dan akan dilaknat.

Al-Qur'an juga menjelaskan prinsip keadilan dalam dialog tentang persamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Uraian di atas adalah hal-hal yang diharapkan Al-Qur'an dari mereka tanpa memihak salah satu pihak di antara kedua belah pihak.

Pembatasan dan Penjelasan Maksud Dialog

Wahai Ahli Kitab, marilah kita berpegang teguh pada ketentuan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah, tidak mempersekutukan Dia dengan apapun, dan tidak menerima sebagian dari kami selain tuhan kecuali Allah. , jika mereka berpaling, maka beritahukan kepada mereka bahwa kamilah yang telah menyerah.” Kesamaan antara pecundang dalam tinju adalah keduanya jelas digambarkan lemah. Kesimpulan dari perumpamaan yang dapat kita pahami adalah salah satu pihak mengalami kelemahan secara konotatif yaitu kelemahan secara psikis dan rasional (dialog), sedangkan pihak yang lain mengalami kelemahan yang sebenarnya yaitu kelemahan fisik seperti tinju.

Sikap Lemah Lembut terhadap Kelompok yang Dikalahkan

Al-Qur'an sendiri lebih menitik beratkan pada pemberitahuan kesimpulan dan penerapan kesimpulan karena merupakan subjek penyelidikan dalam dialog. Kesimpulan dari semua isi dialog dalam al-Qur'an adalah pembahasan tentang agama itu sendiri. Adapun perdebatan dalam dialog itu sendiri, dapat kita lihat bahwa dialog dalam Al-Qur'an tidak dimaksudkan untuk menimbulkan perselisihan atau merugikan pihak lain serta menyampaikan kesalahan argumentatif dan kesalahan sikap dalam dialog tersebut.

Hal ini bisa terjadi karena Alquran tidak memprioritaskan jumlah orang dalam suatu debat atau dialog, baik banyak maupun sedikit. Sebagai salah satu contoh wujud karakter dialog dalam al-Qur'an adalah sikap lembut terhadap pihak yang kalah.

Pembatasan Objek Kajian

Artinya orang yang percaya kepada Nuh adalah orang yang lemah, berasal dari kalangan bawah dan tidak beriman. Terlihat pula bahwa di tengah dialog Nabi Nuh mencoba membatasi diri dalam menjelaskan tujuan dialognya dengan orang-orang kafir. Orang-orang kafir harus tahu bahwa mereka menghadapi dua pilihan, mengajukan argumen baru atau menerima ajakan Nuh.

Harapannya, tidak akan timbul permusuhan antara Nuh dengan orang-orang kafir karena mereka menolaknya. Oleh karena itu, secara ringkas gaya dialog (uslu>>>b al-muh}a>warah) dalam kisah Nabi Nuh dalam Q.S.

USL Ū B AL MUH} Ā WARAH DALAM KISAH NABI NUH PADA

Teks Dialog Dalam Q.S Hud (11): 25-34

Kemudian berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) orang-orang yang hina di antara kami yang cepat beriman dan kami tidak melihat bahawa kamu mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami, sesungguhnya kami yakin bahawa kamu adalah pendusta." (27). Upahku hanyalah dari Allah, dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Dan (dia berkata): "Wahai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka?

Dan aku tidak berkata kepadamu: "Aku mempunyai perbendaharaan dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui yang ghaib, dan aku tidak mengatakan (dan juga): "Sesungguhnya aku adalah malaikat", aku tidak berkata kepada orang-orang yang tidak dihinakan oleh mukamu itu. Mereka berkata: "Hai Nabi Nuh, sesungguhnya kamu telah berdebat dengan kami, dan kamu telah memanjangkan bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan itu, jika kamu termasuk orang-orang yang saleh". 32).

Jalannya Dialog

  • Masalah
  • Pernyataan Lawan
  • Pembelaan Rasul

Kandungan dialog dari ayat-ayat di atas menjelaskan bagaimana Nabi Nuh menjelaskan masalah tersebut kepada kaumnya. Pilihan awal strategi daripada perbahasan dalam dialog kisah Nabi Nuh dalam Q.S Hud adalah seperti berikut: 4. Nabi Nuh menyatakan pendahuluan dalam ucapannya: “Sesungguhnya aku adalah peringatan yang nyata kepada kamu.”5.

Apalagi ditegaskan dengan kata min qaumihi, karena sebagian dalil yang dilontarkan para pemimpin kafir mengatakan bahwa orang-orang yang mengikuti Nabi Nuh adalah orang-orang yang lemah dan hina. Meskipun para pemimpin orang kafir dan para pengikut Nabi Nuh yang beriman hidup dalam satu komunitas. Agar lebih jelas, coba telaah kata-kata yang digunakan Nabi Nuh untuk berdialog dalam ayat ini.

Faktor ini juga yang membuat kaum Nuh berbaik hati, yang terdapat pada kalimat ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻜﻟﺄﺳأ ﻻ مﻮﻗ ﺎﻳو.

Kesimpulan Dialog

Penulis berharap, begitu juga dengan pemaknaan ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung dialog antara Nabi dan pengikutnya terdahulu. 42Abdul Mustaqim dkk, Kajian Al-Qur'an Kontemporer tentang Wacana Baru, Berbagai Metodologi Tafsir, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. Al-Qur'an merupakan kitab petunjuk bagi umat Islam dan merupakan kitab yang selalu ada setiap saat.

Dikatakan bahwa Al-Qur'an memuat beberapa kisah, baik masa lalu maupun masa depan. 34; Pendekatan Sastra Kisah-Kisah Al-Qur'an (Studi tentang al-Fann al-Qas{as{i> fi> al-Qur'a>n al-Kari>m karya Muhammad Ahmad Khalafullah).

PENUTUP

Kesimpulan

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang jelas bagimu." (25). Sontak sabda Nabi Nuh terkait topik dialog tidak diterima karena sifat pembawa pesan yang tidak tepat. Dari uraian pernyataan lawan bicara pada dialog di atas memberikan gambaran tentang karakter gaya dialog yang digunakan dalam al-Qur’an, seperti yang terlihat pada kata-kata dialog lawan bicara Nabi Nuh.

Gaya bahasa yang digunakan nabi Nuh di sini menurut penulis sesuai dengan karakter gaya dialog dalam al-Qur'an, yaitu pembelaan terhadap pihak lawan dalam dialog. Nabi Nuh sangat ingin orang-orang kafir itu beriman dan membuatnya berharap perdamaian dan mengingatkan mereka bahwa dia (Nabi Nuh) adalah penasihatnya. Seiring dengan terputusnya hubungan Nuh dengan orang-orang kafir, tidak membuat Nuh putus asa untuk menghubungkan mereka dengan Allah.

Kedua, Nabi Nuh mengakomodir pemikiran lawannya dan berdebat dengan penalaran atas pertanyaan yang mereka ajukan.

Saran-Saran

Kelima, sikap lemah lembut terhadap kelompok yang dikalahkan. Nabi Nuh, ketika berargumen untuk mengalahkan lawannya agar tidak berkutik, beliau menggunakan beberapa strategi, antara lain: Pertama, Nabi Nuh berdialog dengan kaumnya, beliau menciptakan suasana yang bersahabat di antara kaumnya, dan perkataannya tidak menunjukkan keengganan. dan penolakan terhadap argumen mereka dan tidak mencela apa yang mereka yakini benar, yaitu orang-orang yang beriman. Oleh karena itu, Nabi Nuh ketika berbicara kepada umatnya menggunakan istilah ya> qaumi untuk menunjukkan keramahan Nabi Nuh kepada umatnya dan juga mengingatkan mereka tentang jaminan bahwa tidak akan ada orang yang akan merugikan kaumnya atau menyesatkan mereka.

Al-Quran adalah sumber segala ilmu, maka kita sebagai pengikutnya hendaklah mendalami kefahaman terhadap kitab suci. Dari sini kita dapat hikmah dari dialog Nabi Nuh dan kaumnya, bagaimana Nabi Nuh mengeluarkan hujah-hujahnya untuk memerangi musuh-musuhnya dan hukuman bagi mereka yang melanggar perintah Allah.

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi, tidak sedikit dari umat Islam salah memahami proposisi “Al-Qur‟an dan hadis sebagai sumber” dengan mengatakan bahwa: pertama, seluruh kandungan dalam keduanya