• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sedikit karya yang dilakukan dengan sempurna lebih bermanfaat dari pada banyak pekerjaan yang tidak menentu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sedikit karya yang dilakukan dengan sempurna lebih bermanfaat dari pada banyak pekerjaan yang tidak menentu. "

Copied!
80
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Arus Drobrina mempunyai daya rusak yang besar sehingga menimbulkan bahaya bencana bila mengalir dari hulu ke hilir. Gunung Sorongan yang terletak di dinding kaldera Gunung Bawakaraeng (2004) menyebabkan Sungai Jeneberang yang tadinya berair bersih dan jernih menjadi keruh dan berlumpur sehingga merusak ekosistem di sekitar sungai. Peningkatan persentase sedimen pada struktur sedimen di sepanjang Sungai Jeneberang seperti Bendungan Sabo meningkat pesat dan mempengaruhi kapasitas Waduk Bili-Bili.

Pengendalian aliran puing dilakukan dengan menerapkan sistem Sabo, mulai dari bagian hulu, tengah, dan hilir, melalui berbagai jenis bangunan pengendali sedimen atau bangunan sabo. Bendungan Pengendali Sedimen (Sabo Dam) merupakan salah satu dari beberapa bangunan pengendali sedimen yang mempunyai peranan paling dominan dalam pengendalian sedimen. Untuk mengurangi jumlah sedimen yang dibawa oleh aliran puing-puing dan mengurangi kecepatan aliran, diperlukan pengendalian sedimen.

Peningkatan persentase sedimen pada bangunan DAM Konsolidasi CD 1-1 berkembang pesat, dalam satu periode hujan yang berulang memastikan tampungan sedimen terisi penuh. Dari uraian di atas, penulis memperoleh tugas akhir yang berjudul “INVESTIGASI PENGARUH KONSOLIDASI PEMBANGUNAN BENDUNGAN CD 1-1 TERHADAP LAJU SEDIMENTASI SUNGAI JENEBERANG”.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Batasan Masalah

Sistematika Penulisan

Demikianlah bab pendahuluan artikel ini, yang berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian yang diangkat serta gambaran singkat setiap babnya. dalam artikel ini. Bab ini akan memberikan gambaran teoritis tentang sungai, erosi, sedimentasi, mekanisme pergerakan sedimen, upaya pengendalian sedimen, perhitungan laju sedimen, dan perhitungan volume pengendapan. Menjelaskan lokasi dan waktu penelitian, alat dan bahan yang digunakan, jenis penelitian dan sumber data, tahapan penelitian, cara pengambilan sampel, pelaksanaan uji laboratorium, jenis bangunan pengendali sedimen, dan bangunan CD 1-1 Bendungan Konsolidasi Sungai Jeneberang .

Menjelaskan hasil penelitian dan mendiskusikan hasil perhitungan laju dan volume sedimentasi serta membahas hasil perhitungan laju sedimentasi dan volume sedimen. Bab ini merupakan kesimpulan dari keseluruhan makalah yang memuat kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau sejenis.

KAJIAN PUSTAKA

  • Sungai
  • Erosi dan Sedimentasi
    • Mekanisme Pergerakan Sedimen
    • Upaya Pengendalian Sedimen
  • Bangunan Pengendali Sedimen
    • Fungsi Bangunan Pengendali Sedimen
    • Manfaat dan Tujuan Bangunan Pengendali Sedimen
    • Dampak Negatif Pembangunan Sabo
  • Perhitungan Laju Sedimentasi
  • Perhitungan Volume Tampungan

Bed load/sedimen dasar dengan butiran yang lebih kasar dari sedimen mengapung, meluncur dan menggelinding di dasar sungai (translate and roll). Gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya pergerakan butiran kerikil pada permukaan dasar sungai terdiri dari komponen gaya gravitasi yang sejajar dasar sungai dan gaya geser serta gaya angkat yang dihasilkan oleh gaya aliran air sungai. Untuk memperoleh cara memperlambat proses sedimentasi diperlukan data mengenai jenis sedimen yang dihasilkan oleh transportasi, lokasinya, volumenya, intensitas evolusi dasar sungai, curah hujan, debit sungai, penyebab bencana yang terjadi, kondisi medan, dll. lainnya.

Tipe pertama yaitu Sabo tertutup yang akan menahan seluruh aliran masuk sampah hingga cekungan hulu penuh, kemudian akan membuang sedimen ke hilir yang tidak mampu lagi diserap melalui bendungan mercu. Jenis kedua, yaitu slotted sabo, memungkinkan perpindahan sedimen yang tertahan dari hulu ke hilir secara bertahap untuk mengurangi jumlah sedimen yang tersimpan dengan secara bertahap membawanya ke penyimpanan berikutnya, sehingga menghindari degradasi dasar saluran hilir. Apabila ketinggian dasar sungai telah dimanfaatkan dengan adanya bendungan konsolidasi, maka degradasi dasar sungai akibat gerusan dapat dicegah.

Sarana pengendalian sedimen dirancang untuk mengendalikan aliran sedimen sehingga tidak menimbulkan bencana aliran sedimen berlebih (excess sediment). Peran dominan dalam pengendalian aliran sedimen dimainkan oleh bendungan pengatur atau bendungan Sabo yang mempunyai fungsi sebagai penampung sedimen (Vs), retensi sedimen (Vd) dan pengendalian sedimen (Vc). Ada beberapa tujuan utama perancangan pengendalian sedimen yang berkaitan erat dengan fungsi bangunan pengendalian sedimen, yaitu: 1.

Sedimen berlebih yang berbahaya bagi daerah hilir (excess sediment), melalui perencanaan dasar pengendalian sedimen akan dikelola oleh berbagai bangunan Sabo. Memelihara bendungan pengendali sedimen agar selalu mampu melepaskan volume pengendali sedimen (Vc) ke hilir sesuai mekanisme kinerja bangunan. Memastikan manfaat tambahan dari bendungan pengendali sedimen, seperti pengambilan air untuk irigasi dan sebagainya, dapat terus berlanjut.

Memelihara tanggul, groin, tepian tanah dan karung pasir, sebagai bagian dari bangunan pengendali sedimen agar tetap dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Selain fungsi utama bangunan, keberadaan bangunan pengendali sedimen seringkali dapat memberikan manfaat tambahan, atau bahkan sengaja dibangun untuk memberikan manfaat tambahan kepada masyarakat. Penggunaan tempat penyimpanan pasir di bagian hulu bendungan pengendali sedimen atau bangunan lain untuk material galian kelas C dapat memberikan kontribusi positif dalam menyediakan kembali kapasitas bangunan untuk menghadapi banjir di masa depan.

Pemanfaatan air sungai yang diambil dari bangunan pengendali sedimen untuk berbagai keperluan seperti irigasi, pembangkit listrik tenaga air skala kecil (mini hydroelectric power station) dan lain sebagainya. Untuk memperoleh jumlah debit sedimen pada suatu periode tertentu (Kecepatan sedimen) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Metode menghubungkan debit air (Qw) dengan debit sedimen (Qs).

Gambar  1.  Daerah  pengaliran  sungai  dan  pola  susunan  anak-anak  sungainya.  (Sumber  :  Perbaikan  dan  Pengaturan  Sungai,  Suyono Sudarsono dan Masateru Tominaga, 2008)
Gambar 1. Daerah pengaliran sungai dan pola susunan anak-anak sungainya. (Sumber : Perbaikan dan Pengaturan Sungai, Suyono Sudarsono dan Masateru Tominaga, 2008)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Alat dan Bahan

Jenis Penelitian dan Sumber Data

Tahap Penelitian

Metode Pengambilan Sampel

  • Pengambilan Sampel Sedimen
  • Pengukuran Debit Air

Pelaksanaan Pengujian Laboratorium

  • Pengujian Konsentrasi Sedimen (Cs)
  • Pengujian Berat Jenis Sedimen (Gs)
  • Pengujian Diameter Sedimen

Jenis Bangunan Pengendali Sedimen

Bangunan Consolidation DAM CD 1-1

  • Analisis Data

Flow Chart Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Karakteristik Sedimen

  • Perhitungan Konsentrasi Sedimen
  • Perhitungan Berat Jenis Sedimen
  • Perhitungan Diameter Sedimen

Sedimentasi pada Bangunan Konsolidasi DAM merupakan hal yang tidak biasa karena volume tampungan bangunan SABO DAM terisi penuh dalam satu periode hujan. Namun data pengukuran diperoleh setelah bangunan Konsolidasi DAM CD.1-1 selesai dibangun, sedangkan untuk data sebelum bangunan karena tidak dilakukan pengukuran maka didekati dengan laju sedimentasi yang direncanakan. sumber: Laporan Survei, Konsultan PT. Pengujian ini menggunakan sampel yang diambil langsung dari lokasi penelitian di gedung Konsolidasi CD 1-1 di Sungai Jeneberang, kemudian dilakukan pengujian Laboratorium PT Sumber Cahaya Agung untuk mengklasifikasikan jenis sedimen pada sampel tersebut.

Berdasarkan hasil percobaan dan persamaan perhitungan konsentrasi sedimen (Cs) yaitu: Berat kandungan lumpur sebanyak 1 gram (lihat Tabel 1) dan berat kandungan lumpur ditambah dengan berat 6 gram air (lihat Tabel 1). Setelah dioven selama 24 jam, sampel pertama mempunyai berat sampel kering (sebelum dicuci) sebesar 95 gram, artinya mempunyai berat air sebesar 5 gram karena berat sampel basah dikurangi berat sampel kering. (sebelum dicuci). Dari hasil penyelidikan dan perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut diperoleh nilai berat jenis endapan (Gs), yaitu: faktor korosi berdasarkan temperatur 280 0,99267.

Berat sedimen 25 gram, berat piknometer ditambah air 142,1 gram, dan berat piknometer ditambah air ditambah sedimen 158,2 gram. Jadi berat jenis sedimen adalah 2,79 untuk sampel pertama dan 2,59 untuk sampel kedua, sehingga diperoleh berat jenis rata-rata sebesar 2,69. Berdasarkan nilai berat jenis diketahui bahwa sedimen yang terdapat pada bangunan CD Konsolidasi 1-1 terdiri dari sedimen jenis pasir berlumpur.

Penentuan diameter sedimen dalam hal ini dilakukan melalui percobaan dengan analisis saringan yang dilakukan di laboratorium, sehingga dari hasil percobaan tersebut diperoleh nilai diameter butiran atau. Berdasarkan Gambar 16 yang menunjukkan hasil pengujian analisis ayakan, terlihat bahwa seluruh sampel sedimen lolos saringan No.4 (4,75 mm), sedangkan diameter butiran sedimen yang lolos sekitar 50% pada saringan no. . . Berdasarkan diameter sedimen di atas, sedimen ini tergolong pasir sedang karena ukurannya antara 0,2 mm hingga 0,6 mm.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Konsentrasi Sedimen
Tabel 1. Hasil Perhitungan Konsentrasi Sedimen

Perhitungan Debit Sedimen

  • Perhitungan Luas Penampang
  • Perhitungan Kecepatan
  • Perhitungan Debit Air

Berdasarkan data tersebut, BBWS Pompengan Jeneberang menghitung volume penyimpanan Sabo DAM berdasarkan garis kontur, dari garis tersebut. Perhitungan laju sedimentasi dengan metode Suripin pada Bendungan Konsolidasi CD 1-1 yang dibangun di atas Sungai Jeneberang, laju kenaikan sedimen masih tinggi meskipun sudah ada beberapa bangunan sebelum Bendungan Konsolidasi CD 1-1 dibangun. Dari hasil perhitungan volume timbunan sedimentasi pada bangunan Bendungan Konsolidasi CD 1-1 masih dalam kondisi aman dengan persentase sebesar 15%.

Kondisi bangunan DAM Konsolidasi CD 1-1 saat ini masih aman dari segi jumlah sedimen yang mampu ditampungnya, namun berdasarkan analisis perhitungan volume sedimen selama satu tahun masa pembangunan, diperlukan tambahan bangunan DAM Konsolidasi. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung masa simpan 10 tahun kemudian dan total laju sedimentasi di hulu. Dampak longsor kaldera terhadap tingkat sedimentasi di Waduk Bili-Bili Provinsi Sulawesi Selatan, Jurnal Teknik Sipil Institut Pertanian Bogor.

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Volume Angkutan Sedimen Dasar Pada Saluran Terbuka Dengan Pendekatan Empiris, Jurnal Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Makassar. Analisis Perhitungan Beban Sedimen (Bed Load) di Muara Sungai Lilin Kabupaten Musi – Banyuasin, Jurnal Teknik Sipil Universitas Sriwijaya. Analisis Sedimentasi Muara Sungai Saluwangko Desa Tounelet Kecamatan Kakas Universitas Sam Ratulangi Jurnal Teknik Sipil.

Studi sedimentasi menggunakan model Musle di Daerah Aliran Sungai Babon Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Teknik Sipil Universitas Semarang. Kajian Reliabilitas Penyimpanan Sedimen di Sabo DAM Sehati Pulau Seram Maluku Tengah, Jurnal Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Makassar, Jalan Sultan Alauddin No.

259, Gunung Sari, Rappocini, Kota Makassar dan mendapat Program Studi Teknik Pengairan pada Program Sarjana (S1). Sumber Cahaya Agung pada Proyek Pembangunan DAM Konsolidasi CD 1-1 Sungai Jeneberang Kecamatan Tinggimoncong dan Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa Tahun 2016. Pada tanggal 12 Mei 2018 penulis dinyatakan LULUS dalam sidang tertutup Program Studi Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar dan menyandang gelar Sarjana Teknik (ST) dengan judul : “STUDI PENGARUH KONSOLIDASI BANGUNAN BENDUNGAN CD 1-1 TERHADAP LAJU SEDIMENTASI SUNGAI JENEBERANG”.

Tabel 5. Perhitungan Kecepatan
Tabel 5. Perhitungan Kecepatan

Perhitungan Laju Sedimentasi berdasarkan Metode Suripin

Perhitungan Volume Tampungan

Bagi Perpustakaan Jurusan Sipil dan Perpustakaan Umum Universitas Muhammadiyah Makassar sebaiknya mempersiapkan dan melengkapi buku-buku sipil tentang sedimen untuk menunjang proses belajar mengajar dan penyusunan tugas akhir.

Gambar  17.  Sketsa  Volume  Tampungan  Pada  Bangunan  Consolidation  DAM CD 1-1
Gambar 17. Sketsa Volume Tampungan Pada Bangunan Consolidation DAM CD 1-1

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

  • Proses gerakan sedimen dan perpindahan daerah pengendapan
  • Dam Sabo Tertutup
  • Gosong pasir-kerikil yang muncul ke permukaan air sungai
  • Lokasi Bangunann Consolidation DAM CD 1-1
  • Sabo Dam 7-1 dan 7-2
  • Sabo Dam 7-3 dan 7-4
  • Sabo Dam 7-5 dan 7-6
  • Sabo Dam 7-7
  • Consolidasi Dam KD-1 dan KD-2
  • Consolidation Dam CD-1dan CD-2
  • Consolidation Dam CD-3 dan CD-4
  • Sketsa Bangunan Sabo Dam
  • Flow Chart Penelitian
  • Grafik Analisa Saringan

Kemudian dilanjutkan dengan Program KKP Plus di Masjid Fastabiqul Khaerat Biringkaloro, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa.

Gambar bangunan Consolidation DAM CD 1-1 hingga bangunan  Consolidation DAM KD-2
Gambar bangunan Consolidation DAM CD 1-1 hingga bangunan Consolidation DAM KD-2

Gambar

Gambar  1.  Daerah  pengaliran  sungai  dan  pola  susunan  anak-anak  sungainya.  (Sumber  :  Perbaikan  dan  Pengaturan  Sungai,  Suyono Sudarsono dan Masateru Tominaga, 2008)
Gambar 4. Dam Sabo Tertutup (Sumber. BBWS Pompengan Jeneberang)  b.  Tipe  kedua  yaitu Sabo  bercelah memungkinkan  diteruskannya  secara  bertahap  sedimen  yang  tertahan  di  hulunya  ke  hilir,  agar  mengurangi  volume  sedimen  tertampung  dengan  b
Gambar  5.  Gosong  pasir-kerikil  yang  muncul  ke  permukaan  air  sungai  menyerupai pulau-pulau
Gambar 6. Lokasi Bangunan Consolidation DAM CD 1-1 (Sumber. Google  Earth)
+7

Referensi

Dokumen terkait

O6 = pre-test Observalsi kemalmpualn memecalhkaln malsallalh sederhalnal setelalh diberikaln trealtment O7 = pre-test Observalsi kemalmpualn belaljalr fokus salalt menyelesalikaln