• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)KARYA ILMIAH TERAPAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI PADA LAMBUNG KAPAL MV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)KARYA ILMIAH TERAPAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI PADA LAMBUNG KAPAL MV"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI PADA LAMBUNG KAPAL MV. BAHAR MAS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III

ZACKY HEROE PUJASENA NIT. 03.15.059.1.41 AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2019

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zacky Heroe Pujasena

Nomor Induk Taruna : 03.15.059.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Pernyataan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul:

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI PADA LAMBUNG KAPAL MV. BAHAR MAS

merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam karya ilmiah terapan (KIT) tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pertanyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia bersedia menerima sanksi yang ditetepkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, ……….……... 2019

Zacky Heroe P

(3)

iii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI

PADA LAMBUNG KAPAL MV. BAHAR MAS Nama Taruna : Zacky Heroe Pujasena

NIT : 03.15.059.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan SURABAYA,...

Menyetujui:

Pembimbing I

Manungku Trinata Pramudhita Penata (III/c)

NIP.19770323 201012 1 001

Pembimbing II

Sigit Purwanto Penata (III/c) NIP.198006182008121001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damayanto Purba, M.Pd, M. Mar Penata (III/c)

NIP. 19730919 2010121 001

(4)

iv

PENGESAHAN

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI PADA LAMBUNG KAPAL MV. BAHAR MAS

Disusun dan Diajukan Oleh:

ZACKY HEROE PUJASENA NIT. 03.15.059.1.41 Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian KIT Pada tanggal 15 Maret 2019

Menyetujui:

Penguji I

Samuel D. Parerungan Penata (III/c) NIP.197404261998081001

Penguji II

Manungku Trinata Pramudhita Penata (III/c)

NIP.197703232010121001

Penguji III

Sigit Purwanto Penata (III/c) NIP.198006182008121001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damayanto Purba, M.Pd, M. Mar Penata (III/c)

NIP. 19730919 2010121 001

(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan yang berjudul “PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI PADA LAMBUNG KAPAL MV.BAHAR MAS” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di inginkan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Capt. Heru Susanto, M.M 3. Ketua Jurusan Nautika Capt. Damayanto Purba, M.Pd, M.Mar.

4. Pembimbing I Bapak Manungku Trinata Pramudhita 5. Pembimbing II Bapak Sigit Purwanto, S.Psi

6. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

7. Kedua orang tua saya atas segala dukungan dan doanya.

8. Rekan-rekan kelas Nautika B Diploma III

9. Semua crew MV. Bahar Mas yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.

(6)

vi

Semoga kelak penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan pengetahuan taruna-taruni Politeknik Pelayaran Surabaya, serta bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dari segi isi maupun teknik penulisan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.

SURABAYA, ………... 2019

ZACKY HEROE PUJASENA

(7)

vii ABSTRAK

PUJASENA, ZACKY HEROE, 2017. Pencegahan dan Penanggulangan Korosi pada Lambung Kapal. Dibimbing oleh Manungku Trinata Pramudhita dan Sigit Purwanto.

Salah satu sumber kerusakan terbesar pada pelat kapal laut adalah karena korosi air laut. Pelat lambung kapal adalah daerah yang pertama kali terkena air laut.

Korosi pada pelat lambung kapal dapat mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, mengurangi kecepatan kapal serta dapat mengganggu kelancaran pengoperasian kapal. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk melakukan pencegahan terhadap korosi yang terjadi di kapal.

Dalam penulisan KIT ini, penulis menjabarkan landasan teori tentang pengertian korosi, jenis dan dampak kerugian yang dapat ditimbulkan terhadap kapal.

Penelitian dilakukan pada saat melaksanakan praktek berlayar di atas kapal, dalam hal ini penulis mengumpulkan data berupa pendekatan terhadap obyek melalui observasi, wawancara serta menggunakan dokumentasi berupa pengambilan gambar- gambar secara langsung di lapangan.

Dari penelitian yang didapat selama praktek layar dan dari fakta-fakta yang ditemui, jelaslah bahwa perawatan dan penanggulangan korosi di MV. Bahar Mas terutama di lambung kapal tidak sesuai dengan prosedur maintenance system.

Kata kunci : Korosi, pencegahan, lambung kapal

(8)

viii ABSTRACT

PUJASENA, ZACKY HEROE, 2017. Corrosion Prevention and Control on Board.

Advisor by Manungku Trinata Pramudhita and Sigit Purwanto.

One of the biggest sources of damage in ship plates is because of corrosion by seawater.

The ship hull plates are the first areas of seawater. Corrosion on the hull plates can decreasing strength and lifetime of the vessel, reducing the speed of the vessel and may disrupt the smooth operation of the ship. Therefore, efforts are needed to prevent corrosion on the board.

In writing this KIT, the author describe the theoretical basis of corrosion, the type of corrosion and bad effect that can happened on the ship.

This research will be held during the author get sea project on board, in this case the author will collect the data by observation, interview and use documentation by taking pictures in the field.

From the research obtained during sea project and from the facts on board, corrosion prevention and control on MV. Bahar Mas does not suit with procedure maintenance system.

Key words : corrosion, prevention, ship hull

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI ... 5

1. Korosi ... 5

a. Sebab terjadinya korosi ... 6

b. Faktor-faktor yang mempercepat korosi ... 7

c. Mekanisme terjadinya korosi ... 9

d. Jenis-jenis korosi ... 11

e. Pencegahan korosi ... 15

(10)

x

f. Dampak korosi ... 17

g. Regulasi korosi ... 17

B. Kerangka penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 19

B. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 19

C. Jenis Dan Sumber Data ... 20

D. Metode Pengumpulan Data ... 21

E. Pemilihan Informan ... 22

F. Teknik Analisis Data... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25

B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 27

C. Pembahasan ... 30

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 ... 15 GAMBAR 1.2 ... 15 GAMBAR 1.3 ... 29

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman wawancara ... 37 Lampiran 2 Transkip hasil wawancara ... 39

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Korosi yaitu peristiwa perusakan atau degradasi material logam akibat berekasi secara kimia dengan lingkungan. Pada dasarnya korosi tidak bisa dicegah secara menyeluruh, tapi masih memungkinkan untuk mengurangi laju korosi dan akibat yang bisa ditimbulkan oleh korosi. (Kusuma & Sarwito.

2012).

Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.

Salah satu sumber kerusakan terbesar pada kapal laut adalah disebabkan oleh korosi air laut. Seperti musibah yang terjadi pada Kapal Motor Bahuga Jaya, merupakan musibah tenggelamnya Kapal Motor Bahuga Jaya di perairan Selat Sunda, sekitar 10 KM dari Pelabuhan Bakauheni pada tanggal 26 September 2012 pukul 04.48 WIB. Musibah ini disebabkan Kapal Motor Bahuga Jaya ditabrak oleh Kapal Tanker Norgas Chantika. Dari sisi kelayakan kapal, kondisi kapal yang sudah uzur dengan usia lebih dari 40 tahun membuat kekuatan badan kapal menurun akibat korosi. Sehingga benturan kecil pun akan membuat lambung kapal pecah dan menyebabkan kapal tenggelam dalam waktu singkat hanya sekitar 15 menit.

(14)

2

Sampai saat ini penggunaan besi dan baja sebagai bahan utama pembuatan kapal masih sangat dominan. Dari segi biaya dan kekuatan, penggunaan besi dan baja untuk bangunan kapal memang cukup memadai.

Tetapi besi dan baja sangat reaktif dan mempunyai kecenderungan yang besar untuk terserang korosi air laut. Pada dasarnya korosi yang terjadi pada kapal adalah peristiwa pelepasan elektron-elektron dari logam (besi atau baja) yang berada di dalam larutan elektrolit (air laut). Sedangkan atom-atom yang bermuatan positif dari logam (Fe+3) akan bereaksi dengan ion hydroxyl (OH-) membentuk ferri hidroksida.

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya.

Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.

Berdasarkan segi konstruksi pada kapal laut, plat lambung kapal adalah daerah yang pertama kali terkena air laut. Pada daerah lambung ini bagian bawah air ataupun daerah atas air rentang terkena korosi. Korosi pada plat badan kapal dapat mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, mengurangi kecepatan kapal, mengurangi jaminan keselamatan dan keamanan muatan barang dan penumpang, serta dapat menghambat proses pengoperasian kapal. Dengan demikian pencegahan dan penanggulangan korosi pada lambung kapal harus dilakukan guna menjamin keselamatan dan

(15)

3

keamanan muatan barang dan penumpang serta memperlancar pengoperasian kapal untuk berlayar.

Dari pemaparan hal-hal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pencegahan dan penanggulangan korosi pada lambung kapal MV. Bahar Mas“.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka permasalahan yang dapat diambil adalah:

Bagaimana cara untuk mencegah dan menanggulangi korosi pada lambung kapal?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan korosi yang ada di lambung kapal.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan para taruna tentang jenis-jenis korosi yang terjadi diatas kapal dan cara yang efisien untuk mencegah dan mengendalikannya.

b. Menambah perbendaharaan perpustakaan politeknik pelayaran Surabaya.

(16)

4

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi pembelajaran untuk para taruna maupun taruni di Politeknik Pelayaran Surabaya terkait dengan teori dan pencegahan korosi yang terjadi di kapal.

(17)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Korosi

Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan logam atau berkarat. Definisi korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang terjadi disebabkan oleh lingkungan sekelilingnya. Beberapa pakar bersikeras definisi hanya berlaku pada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena sinar matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja, serangan logam yang solid oleh logam yang cair (liquid metal corrosion). (AR Hakim. 2012)

Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan/reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik dan interaksi ion-ion dan juga antar electron. Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen.

Korosi sangat lazim terjadi pada besi. Karat pada besi, noda pada perak, dan patina hijau yang terbentuk pada tembaga dan kuningan, merupakan beberapa diantaranya. Besi merupakan logam yang mudah

(18)

6

berkarat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah korosi yang terjadi pada badan kapal, keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.

Korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang merupakan proses alamiah bahwa semua logam akan kembali ke sifat asalnya. Asal dari tanah kembali ke tanah, asal dari bijih besi kembali ke oksida besi. Walaupun demikian pengendalian korosi harus dilakukan secara maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan segi keamanan merupakan hal yang tidak mungkin ditinggalkan.

a. Sebab terjadinya korosi

Secara garis besar penyebab terjadinya korosi bisa dibedakan menjadi dua faktor :

1) Faktor Internal

Yang menyebabkan korosi adalah struktur bahan logam itu sendiri seperti tingkat kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, teknik ketika pembuatan dan sebagainya.

2) Faktor Eksternal

Faktor ini merupakan penyebab terbesar terjadinya korosi.

Faktor lingkungan meliputi suhu, kelembaban, pencemaran udara, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif seperti asam kuat, basa atau garam dan sebagainya.

(19)

7

b. Faktor-faktor yang mempercepat korosi

1) Larutan Garam Elektrolit (asam atau garam)

Merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh Oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan faktor yang dapat mempercepat korosi. Proses ini disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih konduktif sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan garamnya lebih konduktif. Konsentrasi elektrolit yang besar dapat meningkatkan laju aliran elektron sehingga laju korosi meningkat.

(belajar.kemdikbud.go.id/diakses pada 15 Mei 2017).

2) Permukaan logam yang tidak rata

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi. Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah.

(belajar.kemdikbud.go.id/diakses pada 15 Mei 2017).

(20)

8

3) Pengaruh Logam lain

Bila dua logam yang berbeda potensial bersinggungan dan terjadi pada lingkungan berair atau lembap maka akan dapat terjadi sel elektrokimia secara langsung, sehingga logam yang potensialnya rendah akan segera melepas elektron (oksidasi) bila bersentuhan dengan logam yang potensialnya lebih tinggi dan akan

mengalami oksidasi oleh O2 dari udara.

(belajar.kemdikbud.go.id/diakses pada 15 Mei 2017).

4) Bakteri

Tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan Hidrogen Sulfida (H2S), selama masa putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti sehingga menaikkan kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida (Fe2S2 ) hasil reduksi sulfat (SO42-) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerob, dapat mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air. Zat-zat ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal ini dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang, karena mereka senang dengan air yang mengandung besi. (belajar.kemdikbud.go.id/diakses pada 15 Mei 2017).

5) Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka

(21)

9

semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools) atau dikenai panas secara langsung

(seperti mesin kendaraan bermotor).

(belajar.kemdikbud.go.id/diakses pada 15 Mei 2017).

c. Mekanisme terjadinya korosi

Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari logam yang teroksidasi di dalam larutan. dan melepaskan electron untuk membentuk ion logam yang bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang umum terjadi adalah pelepasan H2 dan reduksi O2 Reaksi ini terjadi dipermukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan logam kedalam larutan secara berulang-ulang (Alfin;2011).

Jika hal diatas terjadi pada sebuah kapal laut maka dapat mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, sehingga dapat mengurangi jaminan keselamatan muatan barang dan penumpang kapal. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat korosi air laut maka diperlukan suatu perlindungan korosi pada pelat baja.

(22)

10

Kapal baja merupakan kapal dengan seluruh bangunan terbuat dari baja paduan dengan komposisi kimia sesuai standar untuk konstruksi kapal yang dikeluarkan oleh biro klasifikasi kapal (Standar:

ABS, BKI, DNV, RINA, GL, LR, BV, NK, KR, CCS) dengan klas baja: A, B, C, D dan E. (Grade: A, B, D, E, AH32-AH40, DH32-DH40 ,A32 ,A36 ,D32, D36 and etc) dengan tebal: 8 mm s/d 100 mm, lebar:

1500 mm s/d 2700 mm, panjang : 6 M s/d 13 M. Baja untuk konstruksi kapal pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu baja konstruksi kapal biasa, baja konstruksi kapal dengan tegangan tinggi, dan baja tempa. Baja untuk konstruksi kapal mempunyai sifat mekanis yang sudah mendapat persetujuan dari BKI.

Pemakaian plat baja untuk bangunan kapal memiliki resiko kerusakan yang tinggi, terutama terjadinya korosi pada pelat baja yang merupakan proses elektrokimia, akibat lingkungan air laut yang memiliki resistivitas sangat rendah + 25 Ohm-Cm, jika dibandingkan dengan air tawar + 4.000 Ohm-Cm, dan sesuai dengan posisi pelat pada lambung kapal. (Caridis, 1995).

Posisi pelat baja lambung kapal terbagi dalam tiga bagian yaitu:

1) Selalu tercelup air yaitu pelat lajur alas, pelat lajur bilga dan pelat lajur sisi sampai sarat minimal.

2) Keluar masuk air yaitu pelat lajur sisi kapal dari sarat air minimal sampai sarat air maksimal.

(23)

11

3) Tidak tercelup air yaitu pelat lajur sisi mulai dari sarat maksimal sampai dek utama kapal.

d. Jenis-jenis korosi 1) Korosi Merata

Korosi adalah suatu reaksi redoks antara logam dengan berbagai zat yang ada di lingkungannya sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki, dalam kehidupan sehari-hari korosi kita kenal dengan sebutan perkaratan. Korosi merata adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju yang hampir sama. Hampir seluruh permukaan logam menampakkan terjadinya proses korosi. (Dwi, R. 2013).

2) Korosi Atmosfer

Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat khususnya metal besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka. (Dwi, R. 2013).

3) Korosi Galvanis

Korosi Galvanis atau biasa disebut juga dengan Two Metal Corrosion adalah korosi yang terjadi akibat adanya pertemuan atau kontak antara dua logam yang berbeda di dalam medium elektrolit.

Korosi yang timbul tersebut disebabkan karena perbedaan potensial kedua pasangan logam tersebut. Perbedaan potensial antara dua logam berbeda yang terkontak ketika tercelup ke dalam

(24)

12

medium elektrolit akan menyebabkan aliran elektron diantara kedua logam tersebut. Aliran elektron inilah yang menyebabkan reaksi korosi berlangsung. Logam yang mempunyai resistensi korosi lebih rendah (less corrosion-resistant metal) akan meningkat laju korosinya jika disambungkan dengan bahan yang resistansinya lebih tinggi (more resistant metal). Logam yang resistansinya lebih rendah akan menjadi anodik, sedangkan yang lebih tinggi resistansinya akan menjadi katodik. Biasanya katoda atau logam katodik mengalami korosi sangat sedikit atau tidak sama sekali dalam kopel semacam ini, karena melibatkan aliran arus dan logam-logam yang berbeda. (Dwi, R. 2013).

4) Korosi Retak Tegang

Gejala retak pada logam dalam kasus ini adalah disebabkan oleh lingkungan korosif dan beban (tegangan) yang terus menerus.

Karena aksi kedua faktor ini korosi retak tegang terjadi. Aksi korosi pada daerah konsentrasi tegangan menyebabkan daerah itu melampaui batas luluh (yield). Seterusnya pada pengikisan oleh korosi di daerah ini konsentrasi tegangan menjadi lebih tinggi yang akhirnya retak. Fenomena seperti ini terjadi juga pada bahan non logam. (Dwi, R. 2013).

5) Korosi Celah

Korosi celah adalah korosi local yang terjadi pada celah diantara dua komponen baik logam dengan non-logam maupun logam dengan logam. Mekanisme tejadinya korosi celah ini

(25)

13

diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi O2 (Oksigen). Pada suatu saat O2 (Oksigen) didalam celah habis, sedangkan O2

(Oksigen) di dalam celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam di dalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi. (Dwi, R. 2013).

6) Korosi Sumuran

Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan pasif di permukaannya, pada antar muka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan (struktur) patah mendadak. (Dwi, R.

2013).

7) Korosi Erosi

Korosi erosi adalah reaksi korosi yang dipercepat oleh kecepatan dan abrasi lingkungan cair yang bergerak serta partikel padat yang terkandung di dalamnya. Peristiwa korosi dan erosi oleh tumbukan cairan pada permukaan logam ini menghasilkan korosi setempat. (Dwi, R. 2013)

(26)

14

a) Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu : (1) Kondisi aliran laminar

(2) Kondisi aliran turbulensi (3) Kondisi peronggaan

b) Korosi erosi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

(1) Perubahan drastis pada diameter lubang bor atau arah pipa (2) Penyekat pada sambungan yang buruk pemasangannya (3) Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar

aliran utama

(4) Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran laminar

(5) Persentase ketidaksamaan, material yang lebih anodik (6) Area permukaan Anodik dan Katodik

(7) Temperatur

(8) Persentase larutan elektrolit (9) Kesediaan oksigen

8) Korosi Mikrobiologis

Korosi ini disebabkan oleh mikro organisme yang melakukan metabolism secara langsung dengan logam sehingga hasil akhir akan menimbulkan korosi, atau dapat pula hasil reaksinya membuat lingkungan yang korosif. Contohnya mikroba sulfat anaerobic atau Desulfofibrio desulfuricans. (Dwi, R. 2013).

Berdasarkan lingkungannya, korosi dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu sebagai berikut :

(27)

15

a) Korosi Lingkungan Gas (Dry Corrosion)

Korosi lingkungan gas dapat terjadi pada lingkungan atmosfir maupun lingkungan gas yang lain.

b) Korosi Lingkungan Cairan (Wet Corrosion)

Korosi lingkungan cairan dapat terjadi pada lingkungan air maupun cairan yang lain.

Korosi dapat dibedakan berdasarkan suhu korosif yang melingkungi konstruksi logam. Berdasarkan suhu korosif ini, korosi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :

a) Korosi Suhu Tinggi (High Temperature Corrosion)

b) Korosi Biasa/ Suhu Kamar (Normal Temperature Corrosion)

Gambar 1.1 korosi kapal Gambar 1.2 korosi lambung kapal

e. Pencegahan korosi

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Maka diperlukan hal-hal berikut untuk dapat mencegah terjadinya korosi :

(28)

16

1) Proses pelapisan

Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen.

Hal ini dilakukan dengan cara dicat atau dilapisi dengan logam yang sukar teroksidasi. Logam yang digunakan adalah logam yang terletak di sebelah kanan besi dalam deret volta (potensial reduksi lebih negatif dari besi). Contohnya: logam perak, emas, platina, timah, dan nikel. (Kimia. 2009:37).

2) Pelumuran Dengan Oli

Tindakan pencegahan dari korosi dapat dilakukan dengan cara melumuri dengan oli karena oli dapat mencegah kontak langsung dengan air dan udara yang lembab, cara ini biasa dilakukan pada seperti perkakas dan mesin.

3) Dibalut Menggunakan Plastik

Tindakan pencegahan yang berikutnya yaitu dengan dibalut menggunakan plastik, cara ini biasa digunakan misalnya pada rak piring dan keranjang sepeda.

4) Tin Plating

Tin Plating merupakan pelapisan dengan timah, cara ini biasa dilakukan seperti pada kaleng kemasan karena timah merupakan logam yang anti karat.

5) Galvanisasi

merupakan pelapisan dengan Zink, untuk pencegahan cara ini dilakukan karena Zink juga merupakan logam anti karat.

Contohnya pada tiang listrik atau tiang telepon, pipa air dan pagar.

(29)

17

6) Chromium Plating

Untuk tindakan pencegahan dengan Cromium Plating yakni dengan pelapisan dengan menggunakan kromium. Sama seperti zink, kromium dapat memberikan perlindungan terhadap korosi meskipun lapisan kromium ada yang rusak. Untuk cara ini biasa dilakukan pada sepeda dan bumper mobil.

f. Dampak korosi

Akibat paling jelas dari korosi adalah rusak dan rapuhnya logam besi. Semakin lama akan semakin banyak yang teroksidasi dan besi menjadi habis. Korosi juga bisa membahayakan sarana transportasi khususnya kapal laut, kondisi laut atau sungai yang kotor dan asam juga semakin mempercepat laju korosi logam. Pada kondisi yang parah bisa menyebabkan lubang pada lambung kapal.

Di Indonesia maupun di dunia bisnis seperti di perusahaan pelayaran baik swasta atau perusahaan milik pemerintah, korosi bisa jadi hal yang sangat diperhatikan karena bisa menyebabkan timbulnya kerugian yang besar jika tidak ditangani dengan tepat.

g. Regulasi korosi

BKI (Biro Klasifikasi Indonesia)

Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) selaku organisasi yang diberi mandat untuk memeriksa dan mensertifikasi kapal-kapal berbendera Indonesia atau yang berlayar di perairan Indonesia membuat satu aturan khusus tentang tindak pencegahan korosi pada kapal. Melalui

(30)

18

Regulations for the Corrosion Protection and Coating Systems Edisi 2004, membahas tentang desain struktur, material, coatings, metallic coating on steel, antifouling, sertifikasi coating work, cathodic corrosion protection sesuai standar.

B. KERANGKA PENELITIAN

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menuangkan pokok-pokok pikiran kedalam sebuah kerangka berpikir yang dirangkai pada suatu skema alur pembahasan sebagai berikut :

Perawatan lambung kapal untuk kelancaran operasi kapal.

Perawatan kapal sesuai standar untuk memaksimalkan usia pemakaian kapal.

Standar perawatan kapal:

Menerapkan Plan Maintenance System dengan baik/teratur.

Tindakan awak kapal:

1. Melakukan perawatan teratur sesuai dengan Plan Maintenance System.

2. Menjalankan prosedur dalam Plan Maintenance System.

Melakukan prosedur perawatan lambung kapal dengan benar.

(31)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses dari suatu rangkaian langkah- langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tertentu.

Proposal ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain (Suryabrata. 2006).

Pada umumnya penelitian merupakan refleksi keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga menjadi motivasi untuk melakukan penelitian. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi serta mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisis.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Untuk mendapatkan data-data informasi yang sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada saat penulis melaksanakan Praktek Laut (PRALA) yang dilaksanakan pada semester V dan VI.

(32)

20

2. Tempat Penelitian

Penulis akan melaksanakan penelitian diatas kapal, dimana penulis akan melakukan praktek berlayar selama 1 tahun.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut .

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui prosedur dan dicatat. Dalam hal ini penulis memperoleh data primer dengan cara langsung dari hasil wawancara dengan pihak terkait, yang mengetahui tentang permasalahan yang akan penulis angkat.

Penulis memperoleh dari hasil wawancara atau berdiskusi dengan Mualim, yang bertanggung jawab untuk keselamatan kerja, dan perwira lain yang lebih tahu tentang permasalahan ini di kapal. (Jonathan Sarwono, 2006:129).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas yang diperlukan sebagai

(33)

21

pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi, serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah (Jonathan Sarwono, 2006:129).

D. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang penulis pergunakan yaitu:

1. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Metode ini dilakukan melalui pengamatan langsung pada obyek yaitu mengamati cara pencegahan terhadap masalah yang diteliti diatas kapal. Tujuan penulis mengadakan observasi adalah agar mengerti dan mengetahui cara untuk melakukan pencegahan korosi diatas kapal.

2. Metode Wawancara

Yaitu cara pengumpulan informasi dan data dengan menggunakan wawancara atau dialog dengan narasumber yang ada yaitu para perwira diatas kapal mulai dari Nakhoda dan juga Kepala Kamar Mesin terkait dengan prosedur yang digunakan untuk mencegah dan mengendalikan korosi diatas kapal, dimana penulis melaksanakan praktek berlayar.

3. Metode Dokumentasi

Metode ini dilakukun dengan cara pengambilan gambar-gambar yang dilakukan pada saat penulis melakukan PRALA sehingga penulis dapat mengetahui cara untuk melakukan pencegahan terhadap korosi yang terjadi diatas kapal.

(34)

22

E. Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini subjek penulis atau informan adalah awak kapal yang sehari-hari bersinggungan dengan masalah perawatan kapal yaitu Bosun dan juga Mualim I. (Dilakukan pada saat nanti selama penulis melakukan praktek laut/PRALA).

F. Teknik Analisis Data

Penyajian untuk penulisan proposal ini adalah menggunakan metode Deskriptif. Yaitu penulisan yang berisi paparan dan uraian mengenai suatu obyek permasalahan yang timbul pada saat tertentu. Metode ini digunakan untuk memaparkan secara rinci dengan tujuan memberikan informasi mengenai masalah yang timbul dan berhubungan dengan materi pembahasan proposal ini.

Aktivitas dalam pengolahan dan analisis data meliputi pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), kesimpulan (conclusion). Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data (data collecting)

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data sebagi alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data dan juga merupakan sarana yang dapat diwujudkan

(35)

23

dalam bentuk benda, misalnya angket, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.

Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang amat penting dan strategi kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapi tujuan. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

2. Reduksi Data (data reduction)

Melakukan reduksi data dapat diartikan sebagai upaya merangkum dan memilih hal-hal pokok serta mefokuskan diri pada data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pada kenyataannya, data temuan di lapangan bisa sangat beragam dan heterogen, sehingga perlu dilakukan pemilahan dan penyusunan secara sistematis agar diperoleh data yang dibutuhkan.

3. Penyajian Data (data display)

Setelah data di reduksi, tahap berikutnya adalah melakukan display atau penyajian data sehingga temuan dapat digambarkan secara utuh, menyeluruh, sehingga bagian-bagian pokoknya terlihat jelas untuk memudahkan pemaknaan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. (Sugiono, 2010)

(36)

24

4. Kesimpulan (conclusion)

Tahapan berikutnya dari analisis data adalah penarikan kesimpulan. Berdasarkan reduksi dan display data temuan penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif, pada dasarnya masih bersifat sementara, karena data hasil temuan harus diverifikasi dan dicek keabsahannya melalui berbagai teknik. Verifikasi yang dilakukan bertujuan untuk mempertajam pemaknaan temuan, sehingga diperoleh kesimpulan yang benar-benar menggambarkan realita.

(37)

36

DAFTAR PUSTAKA

Danang Angga, (2012). Teknologi Proteksi dan Pengendalian Korosi pada Kapal.

https://www.scribd.com/doc/97346961/TEKNOLOGI-

PROTEKSI-DAN-PENGENDALIAN-KOROSI-PADA-KAPALl Diakses Pada 10 Mei 2017

Hamid Patilima, (1999). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Kennet & Chamberlain, (1991). Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan, Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Luthfiyah Fitwi, (2011). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian Kualitatif), (Online), http://wordpress.com/teknologi- pendidikan/metode-penelitian-kualitatif-sistematika-penelitian- kualitatif. Diakses pada tanggal 10 Mei 2017

Rafi dwi (2013). Jenis-jenis Korosi (online).

https://www.slideshare.net/raffipputra/jenisjenis-korosi. diakses pada tanggal 16 mei 2017

Ridwan, (1999) Proposal Penelitian. Bandung:ALFABETA.

Rona Afdalana, (2013). Sistem Proteksi Korosi pada Kapal (online).

https://www.scribd.com/document/185996241/sistem-proteksi- korosi-pada-kapal diakses pada tanggal 10 Mei 2017

Sedarmayanti, (2001) Metodologi Penelitian. Mandar Maju,Bandung.

Soni, (2012). http://lampung.tribunnews.com/index.php/2012/09/26/usia-kapal- bahuga-40-tahun diakses pada tanggal 17 juli 2017

Sri Yamtinah, dkk (2009). KIMIA untuk SMA dan MA kelas XII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Gambar

Gambar 1.1 korosi kapal  Gambar 1.2 korosi lambung kapal

Referensi

Dokumen terkait

2.2 Sampel Penelitian Sampel yang digunakan sebanyak 76 orang responden dengan kriteria inklusi terdaftar sebagai siswa SMA Negri 2 Leles 2.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang

Due to rcqu$t of prospective seryioe providers, this Gommittee hereby extend the Dead- line for the Receipt and Opening of Bids ftom September 2,2019 ilonday @ lpm until September 6,