• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Tahun 2020, Judul Karya Ilmiah : “Identifikasi Telur Nematoda Usus Pada Kuku Siswa SDN 4 IX Korong Selayo Kabupaten Solok. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah berjudul “Identifikasi Telur Nematoda Usus Pada Kuku Siswa” di SDN 4 IX Korong Selayo Kabupaten Solok”. Penyusunan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat Ujian Diploma Tiga program studi teknologi laboratorium medik STIKes Pioneer Padang.

Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan artikel ilmiah ini. Sebagai peneliti, Si banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyusunan artikel ilmiah ini. Rekan-rekan dan pihak-pihak lain yang telah memberikan masukan dalam pembuatan artikel ilmiah ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tingginya prevalensi tersebut disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia yang merupakan lingkungan yang baik untuk berkembangnya cacing, serta kondisi sanitasi dan higienis yang buruk (Sekartini R, 2004). Cacing mempengaruhi proses pencernaan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing dapat menyebabkan hilangnya nutrisi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah. Selain menghambat perkembangan fisik, kecerdasan, dan produktivitas kerja, juga dapat menurunkan daya tahan tubuh. rentan terhadap penyakit lain (Departemen Kesehatan RI, 2006). Penyakit cacingan sendiri jarang menyebabkan kematian, namun pada kondisi kronis pada anak dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh menurun dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pada tumbuh kembang anak (Sekartini R, 2004).

Pencemaran tanah merupakan penyebab berpindahnya telur cacing dari dalam tanah ke manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, kemudian masuk ke mulut bersama makanan. Tinggi rendahnya frekuensi kejadian cacingan berhubungan dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan, yaitu sumber infeksi. Faktor pendukung tersebut antara lain kondisi alam dan iklim, sosial ekonomi, pendidikan, kepadatan penduduk dan berkembangnya kebiasaan buruk (Djaenudin N, 2009). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SDN 4 IX Korong SD yang terletak di Jalan Selayo, belum pernah dilakukan penelitian mengenai jumlah penyakit cacingan pada siswa di SDN 4 IX Korong.

Selain itu masih terdapat kebiasaan kurang memperhatikan kebersihan diri seperti bermain di tanah yang tidak dilakukan oleh sebagian siswa. Dari uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “Identifikasi telur cacing pada sampel kuku siswa SD Negri 4 IX Korong”.

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian .1 Tujuan Umum .1 Tujuan Umum

  • Tujuan Khusus

Tinjauan Umum Tentang Kecacingan 1.Pengertian Kecacingan

Tinjauan Umum Tentang Nematoda

Tahap infeksi dapat secara aktif masuk ke dalam tubuh manusia, tertelan atau dibawa oleh vektor melalui tusukan dan gigitan (Inge S et al, 2009). Nematoda yang menginfeksi manusia mempunyai jenis kelamin yang berbeda-beda, jantan biasanya berukuran lebih kecil dibandingkan betina. Produksi telur bervariasi antar spesies, namun biasanya konsisten dalam kelompok tertentu. Jumlah telur yang dihasilkan dapat berkisar dari beberapa butir per hari hingga lebih dari 200.000 per hari (Garcia Lynnes, 2008).

Manusia merupakan inang definitif dari beberapa nematoda usus (cacing perut) yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat. Pada nematoda yang membutuhkan manusia sebagai inang definitif dan tidak memerlukan inang perantara, maka telur yang dikeluarkan dari tubuh manusia harus tumbuh dan berkembang menjadi inang terlebih dahulu sebelum dapat menginfeksi inang definitif atau inang lainnya. Infeksi parasit nematoda dapat terjadi melalui mulut dengan memakan telur yang mengandung embrio bersamaan dengan makanan atau minuman yang tertelan, misalnya pada infeksi cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura (Soedarto, 2011). Tubuh ditutupi dengan lapisan kutikula yang dihasilkan oleh ekstaderm ketika terjadi perubahan kulit (eksofikasi), setelah itu kutikula dilepaskan.

Keberanian awal dan akhir dilindungi oleh kutikula yang juga ditumpahkan semasa molting. Dua rahim bersatu dalam satu faraj, cacing jantan yang belum kawin terdiri daripada testio dan vasedeferentia, juga mempunyai spekulum.

Tinjauan Umum Tentang Nematoda Usus

Telur Ascaris lumbricoides dibedakan menjadi 3 yaitu : .. a) Telur yang telah dibuahi mempunyai ukuran ± 45 x 60 mikron, berbentuk lonjong, berdinding tebal 3 lapis dan mengandung embrio, berwarna kuning kecoklatan. Telurnya sendiri berbentuk hialin tebal dan bening dengan lapisan luar yang relatif tebal (Sudarto, 2010). b) Telur yang dibuahi tanpa lapisan protein (hiasan), yaitu cangkang tunggal, halus, tebal dan tidak berwarna. Mosaik tunggal, bulat, banyak, tidak berwarna terletak di tengah (Purnomo, 2011). c) Telur yang belum dibuahi (infertil) mempunyai ciri-ciri berbentuk bulat memanjang atau lonjong dengan kedua ujungnya agak pipih.

Ada kalanya cacing dewasa dapat terlihat di usus dengan pemeriksaan rontgen dengan barium. Saat memeriksa cacing, telur yang telah dibuahi biasanya mudah diabaikan oleh pemeriksa. Sedangkan infeksi berat dapat mempengaruhi fungsi usus sehingga mengakibatkan malabsorpsi (terutama pada anak-anak). Cacing dapat menggumpal di usus sehingga menyebabkan obstruksi usus (ileus obstruktifa). Cacing betina berukuran panjang 30-50 mm, ujung belakang tubuhnya membulat tumpul, alat kelaminnya tidak berpasangan (sederhana) dan berakhir di vulva, tempat tubuh mulai menebal. 2 telur.

Telur menetas di usus halus dan akhirnya menempel pada lapisan usus besar.Telur dilepaskan dalam tahap belum matang dan membutuhkan waktu 10 hingga 14 hari untuk matang di tanah yang lembab. Cacing dewasa hidup di usus besar, dan bagian depannya yang halus meluas hingga ke mukosa usus. Betina mengeluarkan telur setiap hari. Telur-telur ini dikeluarkan melalui tinja pasien. Pada lingkungan yang sesuai (tanah lembab, naungan, suhu 25-30°C) Cacing dewasa dapat hidup bertahun-tahun, makanannya adalah nutrisi yang terdapat pada mukosa usus.

Cacing dewasa dapat diketahui jika terjadi prolaps rektum atau jika diperiksa mukosa rektum (Medical Helminthology, 1999), diagnosis juga dapat ditegakkan baik dengan sediaan langsung maupun dalam konsentrasi tertentu (Sandjaja, 2007). Infeksi Entamoeba histoytica dan bakteri enteropatogenik juga dapat terjadi pada anak-anak dengan infeksi cacing cambuk yang parah.Pada infeksi yang parah, cacing dewasa biasanya terlihat di mukosa kolon. Kedua parasit ini diberi nama “cacing tambang” karena pada zaman dahulu cacing ini banyak ditemukan di Eropa pada para penambang yang tidak memiliki fasilitas sanitasi yang memadai.

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut besar menempel pada mukosa dinding usus.

Tinjauan Umum Tentang Murid Sekolah Dasar 1.Pengertian Anak

Kebiasaan buang air besar di tanah dan penggunaan kotoran sebagai pupuk taman (di daerah tertentu) berperan penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimal untuk Necator americanus 28-25°C, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah, 23-25°C. Penyebaran penyakit cacing tambang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu infeksi pada populasi manusia, buang air besar di dalam tanah, kondisi lingkungan yang sesuai dan kontak manusia dengan larva penular yang ada di dalam tanah.

Kondisi lingkungan meliputi suhu, curah hujan, dan keberadaan tanah terbuka dan berpasir (Garcia Lynnes, 2008). Setiap anak sekolah dasar mengalami perubahan fisik dan psikis menjadi lebih baik, perilakunya membaik dalam lingkungan sosial dan non sosial. Siswa kelas V mempunyai kemampuan toleransi dan kerjasama yang lebih tinggi, bahkan ada yang berperilaku seperti remaja (Hutagalung, M. 2009).

Sebagaimana dikatakan Darmojo (1992) yang dikutip oleh Hutagalung, M (2009), anak usia sekolah dasar adalah anak yang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun fisik, dimana laju pertumbuhan anak pada setiap aspek tersebut tidaklah sama. mengakibatkan variasi tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda berdasarkan ketiga aspek tersebut. Hal inilah yang menjadi faktor yang menimbulkan perbedaan individu pada anak sekolah dasar, meskipun usianya sama. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan mereka serta kenyataan tentang apa yang dapat mereka capai, perasaan gagal atau tidak mampu dapat memaksa mereka untuk memiliki perasaan negatif tentang diri mereka sendiri, sehingga menghambat pembelajaran mereka.

Kuku merupakan alat pelindung jari dan sekaligus melindungi syaraf pada ujung jari, serta merupakan organ tubuh yang paling banyak melakukan aktivitas, oleh karena itu kuku sering kali cepat kotor dan menjadi sarang banyak kuman berbahaya. Cara menjaga kesehatan kuku pada anak adalah dengan mengajarinya mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah makan, serta setiap habis bermain membersihkan kuku setiap dua hari sekali.

Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Nematoda Usus

  • Jenis Penelitian
  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Prosedur Kerja
  • Pembahasan

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yaitu melihat keberadaan telur nematoda usus pada kuku siswa SD 4 IX Korong. Setelah diendapkan dengan NaOH 0,20%, spesimen kuku diperiksa secara mikroskopis dan terlihat telur cacing nematoda usus. Pengamatan dilakukan secara mikroskopis, yang diamati adalah ada tidaknya telur cacing berdasarkan perubahan morfologi.

Positif (+) : Jika ditemukan telur cacing Nematoda Usus Negatif (-) : Tidak ditemukan telur cacing Nematoda Usus 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data. Pengolahan dan Analisis Data Hasil pemeriksaan telur cacing dermoid yang terdapat pada kuku siswa SDN 4 IX Korong diolah secara manual dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan uji statistik frekuensi dengan menggunakan rumus. Penelitian pemeriksaan telur cacing pada kuku anak SD 04 IX Korong dengan jumlah sampel sebanyak 30 buah yang diperoleh pada saat penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2020, sampel tersebut diperiksa di laboratorium STIkeS Perintis.

Dari Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa dari seluruh sampel anak SDN 04 IX yang tertular cacing, terdapat individu yang tertular dan ada individu yang tidak tertular. Dari tabel 4.3 di atas, sebaran hasil menurut pembagian umur menunjukkan bahwa umur satu tahun sama banyaknya yang tertular, pada satu tahun tidak ada yang tertular, pada satu tahun anak yang tertular Ascaris lumbricoides + cacing Tricuris trichiura sama banyak orang, dan sebagai setahun tidak ada infeksi cacingan. Berdasarkan hasil penelitian pemeriksaan telur cacing pada kuku anak di SDN 04 IX Korong tidak ditemukan telur cacing nematoda usus. Hal ini mungkin disebabkan oleh peraturan sekolah yang mewajibkan pemeriksaan kuku setiap hari Senin dan Sabtu. Sampel kuku yang ditemukan berbentuk pendek dan tidak kotor, serta lingkungan sekitar sekolah dan rumah tidak terkontaminasi telur cacing parasit.

Infeksi cacing Tricuris trichiura terjadi apabila telur infektif masuk melalui tangan yang kotor (Gandahusada, 2011). Tidak ditemukan telur cacing tambang Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis, namun infeksi campuran (Ascaris lumbricoides + Tricuris trichiura) banyak ditemukan orang, hal ini dikarenakan kedua parasit ini mempunyai siklus hidup yang sama yaitu stadium telur di dalam tanah dengan cara menginfeksi. pada manusia dengan menelan telurnya.

Tabel 4.1 : Distribbusi frekuensi berdasarkan terdapat adanya / tidaknya                        cacing Pada anak SDN 04 IX Korong
Tabel 4.1 : Distribbusi frekuensi berdasarkan terdapat adanya / tidaknya cacing Pada anak SDN 04 IX Korong

PENUTUP

Saran

Gambar

Tabel  4.2.  Distribusi  infeksi  Soil  Transmitted  Helminthes  menurut  jenis  cacing
Tabel 4.1 : Distribbusi frekuensi berdasarkan terdapat adanya / tidaknya                        cacing Pada anak SDN 04 IX Korong
Tabel 4.3 :  distribusi  Soil Transmitted Helminthes  menurut  Kelompok  umur  pada anak SDN 04 IX korong

Referensi

Dokumen terkait

"Data Mining Management for Implementation of Knowledge Management Using SECI Model and Data Testing", 2019 International Conference on Informatics, Multimedia, Cyber and Information