• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KATA PENGANTAR "

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Demonstrasi rumah model merupakan salah satu upaya pembuktian keabsahan karya arsitektur tradisional dan vernakular Indonesia yang disesuaikan dengan iklim tropis. Modul ini dibuat untuk memperjelas petunjuk penggunaan benda-benda praktikum untuk menunjang pembelajaran desain arsitektur bangunan melalui rumah model sebagai alat peraga. Insyaa Allah produk Modul Praktikum ini dapat menjadi panduan serial penggunaan Alat Peraga Rumah Model Arsitektur Tropis.

Analisis kinerja termal hubungan antara pemilihan bahan atap dan pilihan orientasi fasad utama suatu bangunan. Mampu menjelaskan (C2) Pengertian Atap Klabang nyander Mampu menjelaskan (C2) pengertian umum kinerja termal Mampu menjelaskan (C2) macam-macam bahan atap Mampu menjelaskan (C2) macam-macam bentuk atap desa Mampu menjelaskan (C2) macam-macam atap bahan Mampu menjelaskan (C2) perbedaan aspek kinerja termal. Mampu (C3) memetakan kriteria kinerja termal optimal dari berbagai aspek orientasi mata angin Mampu (C4) menghitung dan menggunakan kinerja termal Mampu menganalisis (C4) kinerja termal dari berbagai aspek.

Nilai kinerja termal suatu bahan atap didasarkan pada perbedaan suhu/kelembaban udara di dalam bangunan dengan suhu/kelembaban lingkungan luar. Popularitas model bentuk perumahan penyangga yang dipilih tidak hanya berfokus pada kondisi saat ini, tetapi juga lebih memperhatikan perjalanan dari masa lalu.

ATAP PELANA DALAM TRADISI ARSITEKTUR VERNAKULAR JAWA (BAGIAN SELATAN)

Karena dimensi balok ander yang panjang, memungkinkan atap kampung induk terkesan tinggi, sedang, atau rendah. Meski demikian, boleh jadi atap kampung Trajumas terkesan tinggi (panjang balok anderet = panjang balok pangeret) atau rendah (panjang balok anderet < ½ panjang balok pangeret) seperti atap kampung induk. Seperti halnya tinggi atap desa induk dan desa Trajumas, tinggi atap desa Srotong juga belum final.

Sebagian besar dokumentasi rumah Jawa yang dikumpulkan pada tahun 1980-an menunjukkan bahwa atap kampung srotong memiliki dua sudut kemiringan. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan munculnya atap induk Kampung Srotong Tinggi yang artinya panjang balok ander = panjang balok pangeret. Berdasarkan hasil dokumentasi yang ada, perbandingan tinggi atap terhadap badan bangunan Kampung Srotong bervariasi antara 1,1:1 hingga 1,2:1.

Ananging wonten panyebaran payon ing ngajeng saha wingking, saengga atap desa Klabang Nyander menika wonten kalih sudut pereng kados desa Srotong. Yen dibandhingake karo desa srotong, rasio dawa desa srotong karo desa klabang kira-kira 2:3.

Gambar A: Posisi elemen struktural pada bangunan masyarakat Jawa
Gambar A: Posisi elemen struktural pada bangunan masyarakat Jawa

LINGKUP PRAKTIKUM

DAFTAR PUSTAKA

Study the leaf densities as a parameter for efficiency of energy transfer on the green facade. Buildings.

KORELASI BENTUK ATAP ‘DHAPUR KAMPUNG’ PADA RANCANGAN

  • TUJUAN PRAKTIKUM
  • ALAT DAN BAHAN
  • PROSEDUR PEMERIKSAAN LAPANGAN
    • Tahap Persiapan
    • Tahap Pengukuran
    • Tahap Pengisian Tabel Data
  • TABEL DATA
  • JURNAL PENGUKURAN

Sesuai dengan tujuan praktikum, mahasiswa akan mendemonstrasikan pengaruh atau perubahan tradisi arsitektur vernakular Jawa terhadap desain atap hunian kontemporer. Meskipun arsitektur vernakular saat ini mengalami kemunduran, namun pengetahuan yang terbangun di dalamnya tidak hilang begitu saja. Objek yang dipilih untuk diperiksa adalah rumah beratap pelana atau mirip dengan dhapur desa induk, trajumas, srotong atau nyander klabang.

Alat ukur dapat dipinjam terlebih dahulu di Laboratorium Penelitian Kritik, Teori dan Sejarah Arsitektur atau Laboratorium Teknologi Bangunan Departemen Arsitektur. Pengukuran tinggi dan sudut kemiringan atap dapat menggunakan alat ukur yang sesuai (laser distance meter atau hagameter). Atap utama desain baru merupakan bagian yang lebih tinggi dengan dua sudut.

Alas atap induk merupakan alas alas pelana bersudut dua yang letaknya lebih tinggi. Atap ekstensi pada desain baru berupa bagian pelana dengan dua sudut kemiringan lebih rendah.

Gambar 1.1: Ragam alat ukur bangunan
Gambar 1.1: Ragam alat ukur bangunan

KINERJA TERMAL RUMAH TROPIS BERATAP KAMPUNG SROTONG

PROSEDUR PERCOBAAN

Pertama: Sebelum melangkah ke langkah pengerjaan selanjutnya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pemilihan bentuk atap harus mempunyai dasar yang mendalam atau dilakukan studi kelayakan, untuk suatu pertanyaan yang sangat mendasar. Tahapan ini biasanya memerlukan waktu tersendiri sebelum memasuki tahap pengukuran, misalnya saja memerlukan waktu untuk menyiapkan bahan dan membuat model atap yang diinginkan. Kelima: Menyiapkan buku catatan/jurnal untuk mencatat temuan di lapangan pada saat pengukuran, misalnya dari mana datangnya angin, apakah kondisi cuaca sesuai yang diinginkan (hujan/sinar matahari) dan lain sebagainya.

Bukaan Positif Inlet 30% dari luas dinding depan Outlet 10% dari luas dinding belakang KONSTRUKSI ATAP KAMPUNG SROTONG. Pastikan terlebih dahulu orientasi fasad utama model sesuai dengan arah mata angin yang diinginkan, lakukan dengan memutar objek. Kedua: metode dengan mengarahkan orientasi fasad utama secara dinamis dengan mengikuti lintasan matahari.

Kami menggunakan 2 buah alat ukur merk “Temperature & Humidity Data Logger”, contoh : BENETECH GM1365 yang ditempatkan pada bagian luar dan dalam ruangan. Pengukuran dilakukan selama 24 jam (siang dan malam) dengan mengatur/menempatkan interval pembacaan data setiap 5 menit sehingga diperoleh 12 x 24 = 288 pembacaan. Operasikan alat ukur data logger ini dengan menekan tombol ON secara bersamaan pada seluruh alat ukur yang digunakan.

Alat ukur ini akan mencatat secara otomatis dan digital pada saat digunakan, cukup pastikan atau periksa secara berkala - untuk menghindari kejadian ERROR (misalnya tampilan LED mati). Kami akan menerima 2 (dua) tabel excel untuk data pengukuran yang dilakukan selama 24 jam di kedua alat tersebut (eksternal dan internal). Buat kolom terakhir, menggunakan rumus perhitungan kinerja termal (lihat rumus di atas dan gunakan tabel pengukuran terlampir).

Lakukan pengurangan dari kondisi pengukuran eksternal ke kondisi pengukuran internal secara bersamaan. Kita kembali melihat pengertian dari hasil penurunan/perbedaan nilai pengukuran suhu dan kelembaban udara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa jika hasil penurunan nilai pengukuran suhu udara (T) bernilai positif (+), maka artinya suhu udara di dalam ruang model lebih dingin dibandingkan suhu udara di luar dan sebaliknya. Dan bila nilai pengukuran kelembaban udara (H) bernilai positif (+) berarti kelembaban di dalam ruangan jauh lebih panas/kering dibandingkan dengan kelembaban di luar dan sebaliknya.

Gambar 2.2: Sketsa perleakan alat dan gambar kerja obyek Rumah model
Gambar 2.2: Sketsa perleakan alat dan gambar kerja obyek Rumah model

PERBANDINGAN KINERJA TERMAL PADA RUMAH BERATAP KAMPUNG SROTONG

DAN ATAP KAMPUNG BERSUDUT

MODEL 02

Pada modul ini kita akan menerapkan metode kedua, yaitu perbandingan kinerja termal berbagai bentuk atap. Pastikan terlebih dahulu orientasi fasad utama kedua model HARUS sama pada saat pengukuran, yaitu dalam hal ini fasad utama berada di arah timur. Karena status benda STATIS maka penempatan benda tidak perlu diputar, artinya fasad utama akan selalu menghadap timus selama 24 jam pengukuran (siang dan malam).

Perlu ditegaskan bahwa pengukuran dilakukan 2 (dua) kali pada hari yang berbeda dengan hanya menggunakan 2 (dua) alat ukur. Sedangkan sebagai protokol pengukuran untuk menentukan kinerja termal, dua variabel utamanya adalah suhu udara dan kelembaban. Hindarkan meletakkan alat ukur dari paparan panas berlebih atau basah karena hujan dan diubah/disentuh secara fisik.

Setelah proses pengukuran selesai, keluarkan alat ukur dari tempatnya dan matikan dan setelah itu data dipindahkan ke PC atau laptop, sehingga alat ukur ini siap digunakan untuk tahap selanjutnya. Yang pertama adalah perhitungan kinerja termal masing-masing benda yaitu kinerja termal MODEL 01 dan MODEL-02. Penjelasan lebih lanjut, dengan membandingkan kinerja termal pada kondisi luar ruangan yang berbeda (karena hari yang berbeda), metode ini sejauh ini sangat cocok, karena nilai kinerja termalnya sama.

Kita lihat kembali pengertian dari hasil penurunan/perbedaan pembacaan suhu dan kelembaban udara, bahwa bila hasil penurunan pembacaan suhu udara (T) bernilai positif (+) maka berarti suhu udara di ruang model lebih sejuk dibandingkan suhu udara di luar, begitu pula sebaliknya. Dan bila pembacaan Kelembaban (H) bernilai positif (+), berarti ruangan jauh lebih panas/kering dibandingkan kelembapan di luar, begitu pula sebaliknya.

Gambar 3.5: Penempatan alat thermal data logger pada area eksterior  obyek Rumah Model
Gambar 3.5: Penempatan alat thermal data logger pada area eksterior obyek Rumah Model

PERBANDINGAN KINERJA TERMAL PADA RUMAH-RUMAH BERATAP KAMPUNG

Pada modul ini akan diterapkan metode kedua yaitu perbandingan kinerja termal bentuk atap limas kampung yang mempunyai 4 (empat) orientasi fasad utama yang berbeda yaitu ke arah TIMUR, BARAT, UTARA dan SELATAN. . Perlu ditegaskan kembali bahwa pengukuran dilakukan sebanyak 4 (empat) kali pada hari yang berbeda, padahal kita hanya memerlukan 2 (dua) alat ukur saja. Apabila protokol pengukurannya adalah untuk mengetahui kinerja termal, maka pengukuran dilakukan hanya pada dua variabel utama yaitu suhu udara dan kelembaban udara.

Tahap Pertama: Perhitungan kinerja termal masing-masing benda yaitu kinerja termal MODEL 01, MODEL-02, MODEL-03 dan MODEL-04. Sebagai penjelasan lebih lanjut bahwa dengan membandingkan kinerja termal kondisi luar ruangan yang dapat bervariasi dari hari ke hari (diharapkan tidak bervariasi pada kondisi cuaca ekstrem), sejauh ini metode ini paling cocok, karena nilai termalnya. kinerja setiap objek telah dilakukan/telah dilakukan. NoTanggal Pengukuran Waktu Kinerja Kelembapan Udara MODEL 01 (Hkt-01) % Kinerja Kelembapan Udara MODEL 02 (Hkt-02) % Kinerja Kelembapan Udara MODEL 03 (Hkt-03) % Kinerja Kelembapan Udara MODEL 04 (Hkt-04).

PERBANDINGAN KINERJA TERMAL ANTARA EMPAT MODEL (aspek kelembaban). ORIENTASI FACADE: TIMUR/BARAT/UTARA/SELATAN *)Kosongkan JUDUL PENELITIAN yang tidak perlu. POSISI TITIK : TITIK PENGUKURAN LUAR (Tex-01). mencatat setiap langkah waktu secara rinci misalnya kondisi cuaca dll. Menandatangani persetujuan pengukuran dari penyelidik utama. POSISI TITIK : TITIK PENGUKURAN DALAM (Tin-01). Pengukuran suhu udara dalam ruangan. mencatat setiap langkah waktu secara rinci misalnya kondisi cuaca dll. Menandatangani persetujuan pengukuran dari penyelidik utama.

POSISI TITIK: TITIK PENGUKURAN EKSTERNAL (Tex-02). catat setiap langkah waktu secara detail, seperti kondisi cuaca, dll.

Gambar 4.1: Ragam alat ukur untuk parameter termal: a) klasik/ manual, b)  Datelogger (sumber : dokumen penulis)
Gambar 4.1: Ragam alat ukur untuk parameter termal: a) klasik/ manual, b) Datelogger (sumber : dokumen penulis)

Bibliografi Penulis

Gambar

Gambar A: Posisi elemen struktural pada bangunan masyarakat Jawa
Gambar C:: Beberapa varian pengembangan dhapur kampung yang mirip  dengan kampung pokok
Tabel B. Karakteristik atap kampung pokok, trajumas, srotong dan klabang nyander
Gambar D : Visualisasi Obyel Praktikum terhadap obyek Rumah di Kawasan  Pusat Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Với các nghiên cứu trên có nhược điểm là thiếu tính linh động về khoảng thời gian theo dõi lũ lụt; tập trung phạm vi vào khu vực nhất định tại Việt Nam; tính ứng dụng của nghiên cứu

Suganya dan Vijayarani, S., 2020., Sentiment Analysis for Scraping of Product Reviews from Multiple Web Pages Using Machine Learning Algorithms, Advances in Intelligent Systems and