• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN KATEKESE GEREJAWI

N/A
N/A
Happy Fasigita Paradesha

Academic year: 2023

Membagikan "DOKUMEN KATEKESE GEREJAWI "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. KATEKESE GEREJAWI

Salah satu pelayanan yang paling tua dan yang paling banyak dipakai oleh Gereja-Gereja di Indonesia ialah pelayanan katekese.Hampir-hampir tidak ada Gereja disini yang tidak mengenal pelayanan ini. Hal itu nyata antra lain dalam tatagereja-tatagereja yang dimiliki oleh gereja-gereja kita di Indonesia.

Sungguhpun demikian Gereja-Gereja kita tidak (belum) mempunyai pendapat yang sama tentang apa itu katekese. Ada Gereja yang menganggapnya sama dengan “pengajaran agama Kristen” (yang diberikan di sekolah-sekolah), ada pula yang menganggapnya lebih dari pada itu: sebagai “pendidikan agama Kristen”.

Katekese gerejawi berasal dari Israel. Dalam Perjanjian Lama (Ul 6:20-25;

Mzm 78:1-7; dan lain-lain) kita membaca, bahwa kepada oranatua ditugaskan untuk memberikan pengajaran tentang “perbuatan-perbuatan Allah yang besar”. Denagn jalan itu maksudnya: denagan jalan memberikan pengajaran secara lisan, tradisi tentang perbuatan-perbuatan Allah yang besar diteruskan dari generasi ke generasi.

Sekitar permulaan abad pertama rupanya telah ada “sekolah-sekolah” yang didirikan oleh Jemaat-jemaat Yahudi, dimana anak-anak kecil (dari enam atau tujuh tahun) mendapat pengajaran (bimbingan) ini bukanlah untuk memberikan pengetahuan umum kepada anak-anak, tetapi pengetahuan tentang torah.Pengetahuan itu terdiri daripembacaan dan penghafalan nas-nas Torah secara harapiah. Sesuai dengan itu “sekolah dasar” ini disebut “beth-ha- sefer” = rumah buku. Pengajar (bimbingan) yang lebih tinggi diberikan dalam

“madrasah” yang disebut “beth-ha-midrasy” = rumah pengajar.Pengajar (bimbingan) di sini ialah bukan saja untuk membaca dan menghafal nas-nas Torah, tetapi juga untuk mengetahui arti dan maknanya.

Pengajaran (bimbingan) diatur menurut umur anak. Pada umur enam atau tujuh tahun mereka mulai dengan pengajaran elementer, yaitu: belajar membaca nas Torah. Kira-kira pada umur sepuluh tahun mereka mulai dengan pengajaran yang sebenarnya (misyna).Dan pada umur duabelas atau tigabelas tahun mereka diwajibkan untuk menuruti (melaksanakan) seluruh syariat Yahudi (mitswoth). Sebenarnya sebagian besar dari “rumah-rumah ibadah” (sinagoge- sinagoge) dimaksud sebagai “rumah pengajar” bagi seluruh rakyat untuk mengajar ( membimbing) mereka dalam pengetahuan dan ajaran Torah.

Dalam Perjanjian Baru kita membaca,, bahwa “mengajar” dalam “rumah- rumah ibadah” (sinagoge-sinagoge) adalah suatu kebiasaan lama pada hari sabat. Menurut Kisah Para Rasul 15:21 hukum Musa (Torah) sejak zaman dahulu diberitakan di tiap-tiap kota, karena hukum itu dibacakan tiap-tiap hari sabat di

“rumah-rumah ibadah” (sinagoge-sinagoge).

Bahan pengajaran (bimbingan) terdiri dari beberapa bagian.

Pertama:pengakuan-iman (syema). Nas pengakaun iman terdiri dari Ulangan 6:4-9, 11, 13-21 dan bilangan Bilangan 15:37-41. Kedua:doa-utama (syemone Esre), yang harus didoakan oleh orang-orang Israel, yang tua dan yang muda, tiga kali sehari. Doa ini adalah puji-pujian kepada Allah Abraham, Ishak dan

(2)

Yakub, dan suatu permohonan untuk pemulihan Yerusalem dan kerajaan Daud.

Ketiga:pembaca Torah, pembaca ini mendapat tempat yang sentral. Seperti kita tahu Torah adalah bagian yang fundamental dari Perjanjian Lama.

B. ISTILAH-ISTILAH DALAM PERJANJIAN BARU

Jemaat-jemaat Purba mengambil alih pengajaran (bimbingan) perjanjian lama – yang kita jelaskan di atas – dan menggunakan dalam pelayanan mereka.Untuk pengajaran (bimbingan) itu mereka menggunakan rupa-rupa istilah (kata kerja).

1. Katekhein

Istilah (kata kerja) pertama, yang kita mau sebutkan disini ialah

katekhein”. Istilah ini berati: memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi, memberi pengajaran. Dalam Perjanjian Baru “katekhein” kita temui dalam arti-arti ini. Sebagai contoh: Mereka mendengar kabar/berita tentang engkau (Paulus), bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukuman Musa ...

dan seterusnya (Kis 21: 21).

2. Didaskein

Istilah (katakerja) kedua, yang kita mau sebutkan di sini, ialah

“didaskein”).Dalam dunia Yunani kata ini biasa di gunakan untuk pekerjaan menyampaikan pengetahuan dengan maksud, supaya orang yang “diajar” itu dapat bertindak dengan terampil. Dalam Septuaginta (terjemah Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) kata “didaskein” digunakan sebagai terjemah dari kata Ibrani untuk “mengajar”, yaitu mengajar dengan maksud, supaya apa yang diajarkan itu dipraktikan (dilakukan dalam praktik). Contoh yang paling jelas dari hal ini ialah ulangan 4:1 “Maka sekarang, hai orang-orang israel, dengarlah ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan, yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan mameasuki serta menduduki negerejai yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek- moyang kamu”.

Yang dimaksud “didaskein” ialah mengajar dengan suatu tujuan yang tertentu, yaitu mengajar supaya orang yang diajar itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya. Sesuai dengan itu “belajar” dalam Perjanjian Lama bukanlah aktivitas untuk menguasai beberapa keterampilan saja. Belajar di situ mengandaikan seluruh hidup manusia di segala bidang, supaya manusia dapat bertindak sesuai dengan kehendak Allah yang telah ia “pelajari”.

Yang penting dalam “didaskein” dalam arti ini ialah, supaya torah yang manusia telah pelajari itu, diterjemah dalam perbuatan-perbuatan yang konkrit dalam hidupnya. Belajardalam Perjanjian Lama – ialah terutama belajar menempuh sesuatu jalan. Kita berikan contoh: “... aku (Samuel) akan mengajarkan kepada kamu jalan yang baik dan yang lurus” (1 Sam 12:23), dengan maksud, supaya jalan itu ditempuh.

(3)

Dari nas diatas nyata, bahwa yang dimaksudkan dengan mengajar dalam perjanjian lama ialah mengajar dalam arti praktis, bukan mengajar secara ilmiah, hal yang sama kita juga temui dalam perjanjian baru. Contoh, yang paling jelas disitu ialah “pengajaran Yesus”. Dalam perjanjian baru selalu dikatakan, bahwa yesus “mengajar”, salah satu nas yang berkata-kata tentang hal ini ialah matius 4:23. Disitu kita membaca ‘Yesus berkeliling diseluruh Galilea.Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan injil kerajaan Allah serta menyembuhkan segala penyakit. Di sini nyata, bahwa “pengajaran” Yesus erat berkaitan dengan pemberitaan- Nya tentang Injil Kerajaan Allah” yang menyatakan kuasa-Nya dalam menyembuhkan orang sakit.

Hal ini kita juga baca tentang pengajaran murid-muridnya, pengajaran mereka tidak sama dengan pengajaran ahli-ahli taurat, mereka bukan hanya meneruskan secara harfiah hukum-hukum Allah kepada anggota-anggota Jemaat, hukum-hukum Allah mereka selalu sampaikan dalam bentuk yang konkrit, karena itu pengajaran mereka bukan hanya tidak kasuistis dan intelektualistis, tetapi juga tidakterikat pada satu bentuk saja. Kadang- kadang pengajaran mereka berupa pemberitaan (1 Tim. 4:11) kadang- kadang berupa penggembalaan (Kol. 1:28;3:16) kadang-kadang juga berupa nasihaht dan penghiburan (1 Tim. 6:2). Kita dapat katakan, bahwa maksud

“didaskein” dalam Perjanjian Baru ialah supaya murid-murid Yesus melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka.

3. Ginoskein

Arti dasar dari istilah (katakerja) ini ialah “mengenal” atau “belajar mengenal”. Dalam dunia-pemikiran Yunani “ginoskein” terutama bersifat intellektualistas dan dapat berarti “mengetahui” sesuatu: mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman (sebagai hasil dari pemikiran dan pertimabangan otak manusia). Dalam Perjanjian Baru kata “Ginoskein” tidak mempunyai sifat intellektualistis.Ia sama (atau mirip) dengan kata “yada”

dalam Perjanjian Lama. Dan kata ini berarti “mengenal”: mengenal secara intim dengan jala bergaul dan berdasarkan pengalaman.

Sesuai dengan itu “ginoskein” (mengenal, mengenal secara intim, mengerejati, mengakui) dalam Perjanjian Baru juga mempunyai arti:mempunyai pengetahuan tentang kehendak Allah untuk melakukannya.Ginoskein di situ meminta ketaatan, penyerahan diri dan kepercayaan kepada Allah contonya: “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan-Nya sebagai Allah atau pengucap syukur kepada-Nya” (Rom. 1:21).

Pengetahuan tentang (pengenalan akan) kasih dan kehendak Allah diperoleh manusia dengan jalan bergaul dengan Dia. Dan pengetahuan (pengenalan) itu menyatakan dirinya dalam suatu hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu pengetahauan (pengenalan) ini bukanlah pengetahuan (pengenalan) yang bersifat spekulatif, tetapi pengetahuan

(4)

(pengenalan) yang bermauara pada pengetahuan (pengenalan) akan Dia, yang kita kenal, dan yang memanifestasikan diri dalam hidup bersama dengan Dia. Pengetahuan (pengenalan) akan Allah yang demikian sangat penting dan sangat menentukan untuk hidup orang-orang Kristen.

Dalam Perjanjian Baru kita juga membaca tentang suatu “pengetahuan”

(gnosis)yang menyesatkan, yaitu pengetahuan (gnosis), yang merambak masuk kedalam jemaat-jemaat dan menimbulkan perpecahan disitu, dengan jalan saling memppertentangkan anggota-anggota Jemaat atau menarik banyak antara mereka dari persekutuan Allah yang hidup. Pengetahuan (gnosis) ini dengan kuat ditentang oleh rasul Paulus) dan rasul Yohanes.Allah – menurut rasul Yohanes – hanya dapat dikenal oleh Yesus.Anaknya yang telah menjadi manusia. Mengenal Allah artinya hidup, Atau lebih persis:

hidup dalam kebenaran dan kasih (bnd. Yoh 17:3).

4. Manthanein

Kata “manthanein” adalah suatu istilah (katakerja)untuk “belajar”. Dalam arti umum kata ini mengindikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapai sesuatu bagi dirinya untuk perkembangan kepribadianya.Dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) kata

“manthanein” beberapa kali kita temui sebagai indikasi dari sikap manusia yang menaklukkan dirinya pada kehendak Allah. “Mathanein” mencakup seluruh eksistensi manusia, tanpa ada sesuatu dari padanya yang dikecualikan.Ia digunakan untuk mempelajari Torah dan melakukan apa yang dipelajari itu.

Dalam PB kata ini juga temui dengan arti “belajar” tetapi disitu ia kurang banyak digunakan, kalau di bandingkan dengan kata “didaskein”. Namun dimana ia digunakan dalam PB, di situ ia selalu mengandunga arti, bahwa murid adalah sekaligus pengikut.Yesus selalu memakainya dalam arti itu:

mempelajari untuk melakukan. Contohnya: “Pergilah dan pelajarilaharti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas-kasihan (yang dilakukan atau dinyatakan pada sesame manusia) dan bukan persembahan” (Mat. 9:13).

Bukan saja pada Yesus, pada tiap-tiap orang Kristen sebagai muridNya, berlaku “manthanein” ini. Hal itu jelas sekali dapat dibaca dalam Efesus 4:20-32.

Tetapi kamu tidak demikian.Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan meneriam pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesunnguhnya. Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

(5)

Sekarang arti murid juga – sesudah penjelasan di atas – menjadi lebih terang.Murid adalah orang, yang menaklukkan kehendakNya di bawah kehendak gurunya. Hal ini ia pelajari dalam persekutuannya dengan gurunya.

Demikian pula hanya dengan orang-orang percaya.Mereka juga member diri mereka – dalam pikiran dan perbuatan mereka – dipimpin oleh guru mereka, yang mereka ikuti.

Murid-murid Yesus ialah pertama-tama mereka, yangIa sendiri pilih dan panggil untuk mengikutiNya dalam pekerjaanNya. Mereka biasanya disebut rasul-rasul .tetapi bukan mereka saja adalah murid-murid Yesus. Dari Kisah Para Rasul 11:26 Nyata, bahwa semua orang yang – oleh pekerjaan Roh Kudus – percaya kepadaNya, adalah murid-muridNya. Juga mereka ia panggil untuk mengikutiNya. Dari dalam persekutuan dengan Dia mereka belajar untuk mentaati panggilan itu: untuk mengikuti dan melayani-Nya.

5. Paideuein

Kata “paideuienin” adalah istilah (kata kerja) terakhir yang mau kita bahas disini.Arti kata menunjukkkan ke arah kata Indonesia “mendidik”.Yang dimaksud dengan paideuein ialah memberikan bimbingan kepada anak- anak, supaya mereka dalam dunia orang dewasa dapat menempati tempat mereka.

Paideuein memerankan peranan penting bermaksud untuk mempersiapkan anak-anak kecil (orang-orang muda) di dalam masyarakat, sehingga mereka dapat menunaikan tugas mereka disitu sesuai dengan tuntutan-tuntutan pada waktu itu.Jadi, paideuein berarti membiming dan mendidik warganegara-warganegara muda yang harus mengetahui dan mentaati hukum-hukum yang berlaku. Karena itu tugas ini sebenarnya adalah tugas politis dalam arti antik (polis=kota, negara).

Dalam perjanjian Lama tugas mendidik berlangsung dalam suatu kerangka lain, yaitu di bawah aspek pengudusan untuk Allah dan perjanjinanNya. Untuk menjelaskan hal ini kita mau mengutip beberapa kesaksian dari kitab Imamat :

“Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN Allahmu, kudus” (19:2)

“Kuduslah kamu bagiKu, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telahmemisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik.

Untuk menjadi jemaat yang demikian Israel dikuduskan oleh Allah dengan jalan memisahkannya dari bangsa-bangsa yang lain, mendidiknya dan menggunakannya sebagai “alat” dalam karya penyelamatanNya di dunia. Untuk itu Ia memberikan kepadanya Torah sebagai pengetahuan (pengajaran) yang mengatur, memimpin dan memelihara.

Manusia yang demikian wajar didisiplinkan (diganjar).Demikianlah pembuangan di Babel adalah “disiplin” (ganjaran).Allah terhadap jemaat-Nya yang lari dan murtad. Maksud nasihat-nasihat dan kecaman-kecaman para nabi dalam Perjanjian Lama ialah untuk membangunkan jemaat supaya

(6)

bertobat dan kembali kepada Torah. Ditinjau dari sudut ini para nabi dapat kita anggap sebagai “alat-alat”, yang Allah gunakan untuk mengajar (mendidik) Israel sebagai AnakNya, yang Ia pimpin, pelihara dan

“disiplinkan”.

Bukan saja jemaat Allah dalam Perjanjian Lama, tetapi juga anggota- anggota jemaat dalam Perjanjian Baru adalah orang-orang kudus, yang telah dipilih, dipanggil dan dikuduskan (diajar, dididik) oleh Yang Kudus menjadi anggota-anggota dari jemaatNya.

“Paideuein” dalam Perjanjian Baru ialah: mendidik dan membimbing anggota-anggota Jemaat untuk belajar berjalan di Jalan pegudusan dan tetap berada di jalan itu. Yang paling penting dalam katekese ini ialah:

membimbing anggota-anggota Jemaat – khususnya anggota-anggota Jemaat yang masih muda – ke dalam perkataan-perkataan dan perbuatan- perbuatan Allah, seperti yang kita baca dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Maksudnya ialah supaya mereka belajar untuk hidup bersama-sama dengan Allah ini di bawah pimpinan Roh Kudus dan di dalam persekutuan Yesus Kristus, AnakNya.Dengan jalan demikian mereka – sebagai anggota-anggota dari Gereja Tuhan – dipersiapkan (diperlengkapi) untuk tugas kesaksian dan pelayanan mereka di dalam dunia.

C. JENIS-JENIS KATEKESE 1. Katekese Keluarga

Menurut kesaksian Perjanjian Lama keluarga (rumah tangga) adalah tempat yang mula-mula, di mana pendidikan dan bimbingan agama diberikan. Di situ orangtua berfungsi sebagai pengajar- pengajar (guru-guru) yang pertama.Pada waktu-waktu yang tertentu orangtua- terutama ayah sebagai kepala keluarga, mengumpulkan anak-anak mereka pengajaran tentang hukum-hukum (ketetapan-ketetapan) Allah.

2. Katekese Sekolah

Pengajaran (bimbingan) diatur menurut umur anak-anak. Pada umur enam atau tujuh tahun, seperti yang telah kita dengar, mereka mulai dengan pengajaran(bimbingan) elementer, yaitu belajar membaca nas Torah

D. GEREJA DAN KATEKESE

Oleh pengakuan itu katekese ditempatkan dalam suatu kerangka yang luas, yaitu kerangka Gereja sebagai “Persekutuan mengajar.Gereja bukan saja terpanggil untuk memberitakan Firman, melayani sakramen Babtisan dan Perjamuan, menggembalakan anggota-anggota Jemaat, menolong mereka yang hidup dalam kekurangan dan kemiskinan, dan lain-lain., tetapi juga untuk mengajar dan membina anggota-anggotanya, khususnya mereka yang muda.

Katekese gereja, seperti yang telah kita katakana diatas adalah tugas pokok (fungsi dasariah) dari Gereja dan bahwa yang dimaksudkan dengan Gerejadi sini adalah semua anggotanya.

(7)

Katekese adalah pelayanan Gereja, bukan saja dalam arti bahwa Gereja yang menyelenggarakannya, tetapi juga bahwa Gerejayang bertanggungjawab atas perencanaan dan pelaksanaannya.Tujuan katekese adalah bukan pertama-tama supaya anak-anak (pengikut-pengikut katekisasi) diteguhkan menjadi anggota sidi dan dengan itu menjadi “anggota-anggota penuh” dari Gereja.

Aspek-aspek utama dari katekese ini adalah

 Katekese adalah pengajaran tentang Allah dan perjanjian-Nya. Yang dimaksudkan di sini adalah bukan saja bahwa katekese diberikan kepada anak- anak mudasebagai anggota-anggotadari perjanjian Allah, tetapi juga bahwa pelayanan ini berlangsung di dalam relasi-relasi dari perjanjian itu.

 Katekese adalah pengajaran (bimbingan) dalam Gereja Yesus Kristus. Dalam karya penyelamatan-NyaAllah perjanjian ini melibatkan juga Gereja Yesus Kristus .karena itu “katekese perjanjian “erat terjalin dalam hidupn Gereja.

 Katekese sebagai pengajaran (bimbingan)yang diberikan kepada anak-anak muda, berlangsung di bawah pimpinan dan berkat dari Roh Kudus.

 Maksud katekese adalah supaya anak-anak muda mengenalAllah dalam seluruh hidup mereka.Yang penting dalam katekese menurut mereka adalah bukan saja pengetahuanyang banyak tentang soal-soal Alkitab dan Gereja, tetapi terutama pengenalan akan Allah sebagai Allah perjanjian.

 Tujuan katekese adalah supaya anak-anak muda mengenal Allah, dan mengenalnya begitu rupa, sehingga mereka dengan jalan itu dapat hidup bersama-sama dengan Dia.

Ada empat tujuan Katekese adalah

1. Katekese adalah pemberian pengetahuan. Pengikut-pengikut katekese harus mengetahui hal-hal pokok dari isi Alkitab, mereka juga sedikit mengetahui tentang ajaran Gereja.

2. Tujuan katekese adalah pertama-tama adalah Pendididkan (pembinaan) anggota-anggota Jemaat untuk menyadari tugas mereka di dalam Gereja. Dalam tujuan gereja pertama ini terdapat juga fungsi katekese sebagi hubungan antara Baptisan dan Perjamuan malam. Yang harus ditekankan di sini menurut mereka ialah Gereja sebagai tubuh Kristus. Pengikut-pengikut katekese adalah harus mengetahui, bahwa Gereja adalah suatu persekutuan, persekutuan orang-orang Kudus yang terbesar di seluruh dunia.

3. Katekese juga mempunyai tujuan untuk mendidik anak-anak muda supaya mereka menjadi hamba-hamba Allah yang bertanggungjawab di dalam dunia.

4. Akhir tujuan katekese adalah penyampaian pengetahuan tentang Allah dari generasi ke generasi. Keselamatan Allah yang diberitakan kepada kita di dalam Alkitab, harus disampaikan kepada kita di dalam Alkitab.

E. SEJARAH KATEKESE GEREJAWI

Sejarah Katekese dari dulu sampai sekarang yang menarik pelajaran dari pengalaman Gereja dalam usaha menunaikan tugasnya ada beberapa yaitu:

(8)

1. Pada Waktu Perjanjian Baru

Pada periode ini katekese gerejawi masih sangat sederhana, belum mengenal semua unsur tradisional sepertiyang kita kenal pada waktu ini.

Adapun sejarah katekese gerejawi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Unsur Credo adalah pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan.

b. Bimbingan etis adalah: yang mengambil tempat yang penting dalam katekese jemaat-jemaat Purba. Seluruh Paraenese dalam perjanjian Baru adalah bukti yang jelas dari hal itu. Salah satu paraenese-paraenese itu adalah dalam Ibrani 6:1-2.

c. Doa Bapa Kami dalam Matius 6 9- 15 dan Lukas 1:2-4. Mula- mula katekese ini sangat sederhana dan mungkin hanya sebentar saja. Salah satu contoh yang paling jelas dari hal ini adalah dalam Kis 2:41, 16:33,8:36,38.

d. Dalam Abad-Abad Pertama

Pada abad ini, bahan-bahan katekese Gereja Purba makin bertambah banyak dan waktu persiapan juga makin bertambah lama. Hal itu antara nyata dari salah satu katekismus yang dipakai oleh jemaat- jemaat Purba pada waktu itu yaitu:

1) Didakhe adalah:ajaran kedua belas rasul.

2) Katekismus ini berasal dari lingkungan orang-orang Kristen Yahudi dan ditulis sekitar tahun 100. Isinya terdiri dari kedua jalan yaitu hokum-hukum untuk hidup orang Kristen, petunjuk-petunjuk liturgis untuk pelayanan Baptisan dan perjamuan malam peraturan- peraturan untuk hidup jemaat dan pejabat-pejabatnya, dan nasihat yang bersifat eskatologis untuk berjaga-jaga.

3) Unsur yang terdapat di dalamnya adalah Hukum Torah, unsur Doa dan Sakramen.

Pada abad kedua katekese gereja makin berkembang dan memperoleh bentuk-bentuk yang tertentu sebagai katekumenat.Secara kasar katemunat Gereja Purba terdiri dari dua bagian atau tingkat.Bagian pertama adalah katekumin-katekumin atau pengikut- pengikut katekumenat dan bagian kedua adalah calon-calon baptisan.

e. Dalam Abad-Abad Pertengahan

Dari abad-abad pertama kita berpindah ke abad-abad pertengahan.Dalam abad-abad ini katekese Gereja makin lama makin mendangkal.Pedangkalan ini sebenarnya telah mulai pada abad-abad pertama.Hal ini disebabkan oleh pembabtisan anak-anak yang telah dipraktikkan dimana-mana pada waktu itu. Oleh praktik ini pengajaran katekese tidak diberikan lagi kepada anak-anak dari keluarga-keluarga

(9)

kristen. Sebab menurut tradisi yang diikuti pada waktu itu katekese hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berpindah dari agama kafir keagama Kristen sebagai persiapan untuk menjadi anggota gereja.Karena itu pengajaran katekese harus diberikan sebelum baptisan.Sesudah itu tidak perlu lagi.

f. Pada Waktu Reformasi

Hal ini berobah pada waktu reformasi. Salah satu jasa yang paling besar dari reformasi ialah seperti kita tahu bahwa ia menempatkan kembali Alkitab sebagai pusat dalam Teologi dan dalam praktik Gereja.

Penempatan ini menimbulkan besar di bidang katekese. Bukan dalam arti bahwa bahan-bahan tradisional seperti pengakuan Iman, Doa dasa Firman dan sakramen dibuang atau diganti dengan bahan-bahan lain.

Bahan-bahan itu terus dipakai, tetapi sekarang sebagai rangkuman dari ajaran Alkitab. Perobahan dan pembaruan yang dibawa oleh reformasi berlangsung dalam tiga bidang yaitu Isi katekese, ruang-ruang katekese pada waktu reformasi jauh lebih luas, dan cara mempelajari bahan katekese.

g. Pada Waktu Zending Belanda

Kebiasaan-kebiasaan yang dipakai oleh Gereja-gereja di Eropa di bidang katekese , dibawa oleh pendeta-pendeta sending ke Indonesia dan dipakai juga dalam jemaat-jemaat disini. Salah satu dari kebiasaan- kebiasaan itu ialah katekese yang erat dihubungkan dengan pengajaran agama di sekolah.Begitu erat hubungan itu disini sehingga pengajaran agama di sekolah dianggap sebagai pesemaian dari katekese gereja. Hal itu nyata dengan jelas dalam sidang raya ditetapkan bahwa anak-anak Belanda dan anak anak yang bukan Belanda harus didik secara kristen di sekolah-sekolah itu harus mengunjungi pengajaran katekese gereja. Izin membuka usaha sekolah baru diberikan kalau orang yang mau melakukannya telah lulus dari ujian yang dihadiri oleh wakil-wakil Gereja dan Pemerintah.

Syarat-syarat ujian ialah:

 Calon guru harus seorang anggota sidi

 Calon guru harus dapat langsung membaca buku-buku dan surat-surat yang dicetak

 Calon guru harus dapt berhitung dan menulis dengan baik

 Calon guru harus dapat menyanyikan mazmur-mazmur Daud

Untuk dapat mengajar guru-guru harus menandatangi dahulu pengakuan iman gereja-gereja Belanda.Katekismus Heidenberg dan dasar-dasar ajaran sinode nasional di Dordrecht.Mereka tidak boleh menyerahkan pekerjaan mereka kepada guru-guru pembantu.

4) Pada Waktu ini

(10)

Situasi katekese dalam gereja-gereja kita pada waktu ini berbeda dengan situasi katekese dalam gereja-gereja itu pada waktu sending.Perbedaan ini terdapat di berbagai bagai bidang.Yang terpenting di antaranya ialah di bidang tenaga pengajar dan buku-buku yang dipergunakan dalam pengajaran katekese.Tenaga tenaga pengajar katekese dalam gereja-gereja kita pada waktu ini terutama yang memperoleh PAK.Umumnya lebih dipersiapkan daripada tenaga-tenaga pengajar katekese pada waktu sending.Mereka diperlengkapi dengan rupa-rupa pengetahuan yang mereka butuhkan tentang pengikut- pengikut katekese, pengetahuan tentang dunia mereka, pengetahuan tentang mereka, pengetahuan metode pengajaran, pengetahuan tentang alat-alat pembantu untuk katekese dan lain-lain.

F. PERANAN KATEKESE DALAM KARYA PASTORAL GEREJA 1. Pengantar

Tugas perutusan dasar Gereja adalah menjadi pelayan Firman, yakni mewar-takan dan mewujudkan Injil di tengah-tengah masyarakat dalam situasi konkretnya.Tugas pelayanan Firman itu sendiri selalu hidup dan tinggal dalam dunia dengan se-gala situasinya.Hal demikian berarti bahwa Gereja ikut ambil bagian untuk mena-ngani masalah-masalah kehidupan manusia yang merupakan wujud dan bukti panggilan sucinya.

Dewasa ini keterlibatan jemaat dalam melaksanakan pelayanan FirmanGereja khususnya melalui karya katekese cukup mengbaikkan. Agar pelayanan mereka dapat lebih berdaya guna bagi pengembangan iman jemaat, maka upaya dari para pelayan Firman untuk memahami hakekat dan peranan katekese dalam keseluruhan tugas Pastoral Gereja kiranya akan mempunyai arti penting dan nilai tersendiri dalam upaya itu. Dengan demikian pelaksanaan pelayanan Firman yang dikembangkan akan terlaksana secara benar, dan mendapat penanganan lebih lanjut secara memadai. Untuk membantu usaha itu, maka dalam naskah ini pertama-tama akan dikemuka-kan tentang pengerejatian katekese dan beberapa peristilahan. Kemudian berikutnya akan kita kaji bersama tentang katekese dalam tugas pastoral Gereja. Selanjutnya bagian akhir dari naskah ini dikemukanan tentang dasar dan isi katekese serta tang-gungjawab dan organisasi karya katekese. Dari kesemuanya itu diharapkan akan dapat menolong pemahaman dan usaha kita dalam melaksanakan pelayanan FirmanGereja secara tepat dijaman modern ini.

G. PENGEREJATIAN KATEKESE DAN BEBERAPA PERISTILAHAN 1. Pengerejatian Katekese

Menjadi Kristiani berarti mengimani pribadi Yesus Kristus sebagai Juru Selamatnya, yang dihayatinya sebagai panggilan dan perutusan dari Kristus sendiri.Panggilan dan perutusan Kristus itu, dasarnya dapat kita temukan dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru yang merupakan

(11)

ungkapan pengalaman iman Gereja perdana.Sejak semula Tuhan Yesus

“memanggil mereka yang dikehendaki-Nya sendiri, dan menetapkan dua belas orang untuk mengikuti-Nya serta diutus-Nya untuk memberitakan Injil” (Mrk 3:13-19, lih. Mat 10:1-42). Sebelum Yesus naik ke Surga, Ia mengutus para Rasul ke seluruh dunia, seperti Ia sendiri telah diutus oleh Bapa (lih. Yoh 20:21). Perintah Kristus kepada para Rasul, diantaranya:

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”

(Mat 28:19-20). “Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15).Dari sebab itu, maka “paguyuban/himpunan orang- orang yang mengimani pribadi Yesus Kristus” (Gereja) pada dasarnya mengemban tugas untuk memberitakan iman dan keselamatan yang telah diterimanya. Dengan kata lain, tugas perutusan dasar Gereja adalah menjadi pelayan Firman, yak-ni memberitakan dan mewujudkan Injil di tengah- tengah masyarakat dalam situasi konkretnya, sesuai tugas dan panggilan mereka masing-masing.

Dalam melaksanakan tugas perutusan Gereja khususnya melalui bidang pemberitaan, kita sering menemukan istilah, diantaranya “kateketik.”Dalam rangka memahami pengerejatian dasar dari salah satu segi pemberitaan gereja, istilah itu perlu kita kaji terlebih dahulu.

Kateketik berasal dari kata Yunani katechein, bentukan dari kata kat dan echo. Kat berarti pergi atau meluas, sedangkan echo berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Jadi katechein berarti tindakan atau kegiatan menggemakan atau menyuarakan keluar.

Istilah katechein semula digunakan oleh umum, namun lama-kelamaan diambil alih oleh jemaatkristen menjadi istilah khusus dalam bidang pemberitaanGereja. Kata katechein sendiri mengandung dua pengerejatian.Pertama, katechein berarti pemberitaan yang sedang disampaikan atau diberitakan.

Kedua, katechein berarti ajaran dari para pemimpin. Mengacu pada dua pengerejatian itu, dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dapat kita temukan kata

“pengajaran”, misalnya: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka …… (Kis 2:42). Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada pada-nya dengan orang yang memberikan pengajaran itu” (Gal 6:6).“Dan setiap hari mereka (Rasul-rasul) melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias” (Kis 5:42).

Kata katechein selanjutnya menjadi istilah teknis untuk pelbagai aspek ajaran gereja.Perkembangan selanjutnya, dalam upaya pemberitaan Kabar Baik dan penyampaian ajaran gereja agar dapat terlaksana secara benar dan efektif, dikembangkanlah pemikiran secara sistematis dan paedagogis

(12)

(ilmiah).Pengembangan pemikiran secara ilmiah tentang upaya pemberitaanGereja itu, kemudian disebut “kateketik” sebagai disiplin ilmu.Sedangkan kegiatan dan prosesnya dalam menyam-paikan ajaran Gereja ataupun dalam rangka pendidikan iman jemaat disebut

“katekese.”Oleh karena itu maka “katekese dimengerejati sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman.”

Katekese kenyataannya mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.Pada zaman dan tempat tertentu, katekese memiliki kekhususan serta tekanan tertentu pula. Walaupun demikian, sejak Gereja perdana hingga sekarang, lingkup pokok karya katekese adalah tetap yakni dalam pelayanan Gereja (Pemberitaan = Kerygma). Pokok pemberitaannya juga tetap yaitu karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kkristus, yang puncaknya terlaksana dalam mati dan kebangkitan Kristus pula.Dalam karya pemberitaan yang dilaksanakan oleh Gereja itu, sekaligus terkandung panggilan luhur bagi para pendengarnya untuk bertobat dan percaya serta menyerahkan diri kepada Allah yang mengerejajakan keselamatan itu.

2. Beberapa Peristilahan

Ada pelbagai macam istilah yang berhubungan dengan katekese.Oleh karena itu beberapa istilah yang sering kita jumpai berikut ini perlu diketahui agar karya katekese lebih dipahami arti dan maknanya secara benar.

a. Katekese: Proses kegiatan pengajaran/pendidikan iman Kristen bagi calon jemaat.

b. Kateketik: Pemikiran sistematis dan paedagogis tentang pengajaran dan pendidikan iman GerejaKristen bagi jemaat manusia dalam situasi konkretnya.

c. Katekumenat: Masa persiapan atau masa pendidikan bagi para calon baptis

d. Katekumen: Orang yang sedang mempersiapkan melalui pelajaran agamauntuk menerima Sakramen Baptis (calon baptis).

e. Katekismus: Buku pelajaran iman yang dikeluarkan secara resmi oleh pimpinan gereja. Ada yang bersifat universal, ada juga yang nasional bahkan lokal. Isinya lebih menanamkan paham/pengerejatian dan kerap diurutkan dalam bentuk tanya jawa

f. Katekis: Guru Agama atau orang yang atas nama gereja melaksanakan pelayanan gereja atau memberitakanFirman Tuhan.

g. Kateket: Sebutan untuk para pakar (orang yang ahli) di bidang kateketik.

Rangkuman

Seperti para murid Yesus yang dipanggil, dihimpun dalam kesatuan dengan-Nya dan diutus untuk memberitakan Injil, demikian halnya orang- orang yang mengimani pribadi Yesus Kristus juga mendapat panggilan dan

(13)

perutusan dari-Nya. Mereka mengemban tugas memberitakan iman dan keselamatan yang diterimanya. Dengan demikian tugas perutusan dasar Gereja adalah sebagai pelayan Firman, yakni memberitakan dan mewujudkan Injil di tengah-tengah masyarakat dalam situasi konkretnya, melalui tugas dan panggilan mereka masing-masing.

Dalam pelaksanaan bidang pemberitaanGereja, istilah “kateketik” sering ditemui. Kateketik dari kata Yunani katechein yang berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata katechein sendiri mengandung dua pengerejatian: pemberitaan yang sedang disampaikan atau diberitakan, dan ajaran dari para pemimpin. Dalam rangka upaya pemberitaan Kabar Baik yang lebih berdaya guna, maka dikembangkanlah pemikiran secara sistimatis dan paedagogis (ilmiah) tentang pengajaran dan pendidikan iman gereja Kristen, yang kemudian disebut “kateketik” sebagai disiplin ilmu. Sedangkan kegiatan dan prosesnya dalam menyampaikan ajaran gereja ataupun dalam rangka pendidikan iman jemaat disebut “katekese.” Lingkup pokok karya katekese adalah pelayanan FirmanGereja (Pemberitaan = Kerygma).

Sedangkan isi pokok pemberitaannya adalah karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus, yang puncaknya terlaksana dalam kematian dan kebangkitan Kristus pula. Agar pelaksanaan karya katekese lebih difahami arti dan maknanya secara benar, maka istilah-istilah yang berhubungan dengan katekese perlu dipahami dan diterapkannya secara tepat.

H. KATEKESEDALAM TUGAS PASTORAL GEREJA 1. Karya Pastoral Gereja

Gereja adalah himpunan Jemaat Allah yang mengimani pribadi Yesus Kristus, dalam melanjutkan dan mewujudnyatakan keselamatan Allah di dunia ini.Dalam mengarungi perjalanan hidupnya, gereja mengemban kewajiban untuk mengembangkan kehidupan beriman dan mengembangkan dunia terus- menerus agar menjadi lingkungan hidup yang layak serta selaras dengan kehendak Allah.Kedua kewajiban itu merupakan tugas pastoral gereja, yakni dalam usaha membimbing dan mengembangkan iman jemaat serta pelayanan atas dunia, bertolak dari situasi konkret jemaat dan dunia.

Gereja dalam mewujudkan tugas perutusannya melalui empat “bidang dasar karya pastoral” (fungsi dasar gereja). Keempat bidang pastoral itu tidak terlepas antara yang satu dengan yang lain. Namun demikian empat bidang itupun tidak bisa disamakan begitu saja, mengingat masing-masing mempunyai ruang lingkup serta kekhasan tersendiri. Keempat bidang karya pastoral gereja itu adalah; Koinonia (Persekutuan dan persaudaraan hidup dalam Tuhan), Diakonia (Pelayanan kepada sesama dan solidaritas sosial), Leitourgia (Perayaan iman dalam ibadat dan doa), dan Kerygma (Pemberitaan atau pengajaran dan pendidikan iman).

(14)

a. Koinonia

Koinonia adalah usaha pelayanan gereja untuk membentuk dan membangun komunitas orang beriman secara menyeluruh. Pelayanan ini terwujud dalam kegiatan menghimpun dan mempersatukan jemaat kristiani agar hidup dalam persekutuan dan persaudaraan dalam iman akan Yesus Kristus. Didalam komunitas kristiani itu, diciptakan dan dibangun kerjasama yang baik untuk saling melayani. Dalam kebersamaan juga mengusahakan perdamaian dan kerukunan baik di dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lain (kelompok beriman lain).

Kekhasan koinonia gereja adalah dalam usahanya untuk membangun dan membentuk komunitas orang beriman agar menjadi lebih baik dan mendalam dalam menghayati hidup berimannya.

Gereja dalam menghayati dan mewujudkan koinonia di tengah masyarakat, pada dasarnya merupakan jawaban kerinduan manusia akan persaudaraan, perdamaian, persatuan dan komunikasi di antara jemaat manusia secara sehat dan mendalam. Oleh sebab itu Gereja tak henti- hentinya berusaha untuk memberikan kesaksian akan adanya suatu kemungkinan kehidupan yang disadari persaudaraan dan persatuan dalam persekutuan dengan Allah.

b. Diakonia

Iman yang dimiliki jemaat akan menjadi iman yang mati apabila tanpa perwujudan (perbuatan) konkret dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Diakonia adalah merupakan suatu bentuk pelayanan Gereja untuk mewujudkan iman dalam masyarakat.Melalui pelayanan ini, Gereja berusaha menemukan nilai iman yang bentuknya sangat manusiawi, malahan bersifat profan sehingga dapat langsung berfungsi dan berhasil bagi perkembangan masyarakat. Dengan diakonia, gereja berusaha agar melalui dan dalam segi-segi kehidupan masyarakat seperti; pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, kebudayaan dsb.Iman menjadi nyata dan ber-kembang sesuai yang dicita-citakan. Dengan demikian gereja melalui fungsi diakonia mewujudkan tugasnya untuk membangun dan mengembangkan dunia.Tugas ini berasal dari hakekat Gereja sendiri, karena gereja harus menjadi “garam” dan “terang” dunia.

c. Leitourgia (liturgia)

Liturgi gereja adalah sebagai puncak perayaan iman jemaat, dan merupakan tempat dimana jemaat beriman dapat mengungkapkan hubungan pribadinya dengan Allah. Dalam liturgi, jemaat mengungkapkan imannya serta menanggapi karya keselamatan Allah dengan bersyukur, pujian dan doa.

d. Kerygma (Pemberitaan)

(15)

Kerygma adalah pelayanan gereja dalam memberitakan Injil (Kabar Baik) keselamatan bagi jemaat manusia.Dalam mewujudkan pelayanannya melalui fungsi kerygma ini, pada dasarnya gereja melaksanakan pemberitaan (pelayanan Firman) yang membebaskan, menerangi, dan menafsirkan hidup manusia sehingga bermakna dihadapan Allah.Melalui fungsi kerygma, gereja dipanggil untuk menjadi saksi dan pembawa harapan dengan memberitakan Yesus Kristus yang memulai serta menjamin terwujudnya karya keselamatan Allah di dunia ini.Karya pemberitaan Injil yang meru-pakan tugas perutusan dasar Gereja ini, terus berlangsung tak henti-hentinya sejak gereja perdana hingga akhir jaman nanti.Pelaksanaan pemberitaangereja terlaksana dalam bentuk pengajaran dan pendidikan iman bagi manusia dalam situasi konkretnya.

Perhatian pokok dalam pemberitaan gereja adalah kesaksian iman dan karya keselamatan Allah, yang puncaknya terlaksana dalam diri Yesus Kristus.Di dalam komunitas jemaat beriman sendiri selalu diusahakan terjadinya komunikasi iman, sehingga melalui komunikasi iman itu dicapai pengerejatian dan penghayatan iman yang lebih mendalam. Komunikasi iman yang terjadi selalu dalam keterarahan pada pertobatan (metanoia) secara terus-menerus, sehingga diharapkan jemaat mencapai kehidupan kristiani yang penuh.

2. Tempat Dan Peranan Katekese Dalam Karya Pastoral Gereja

Untuk mengetahui tempat dan peranan katekese dalam keseluruhan karya pastoral gereja, kita mesti melihat kembali keempat fungsi dasar gereja dalam mewujudkan tugas perutusannya.Keempat fungsi dasar (bidang dasar karya pastoral) itu adalah; koinonia, diakonia, leitourgia, dan kerygma.Keempat bidang itu masih bersifat umum dan luas, maka masing- masing bidang mewujudkannya dalam kegiatan pelayanan secara konkret.

a. Tempat Katekese Dalam Karya Pastoral Gereja

Dari keempat bidang dasar karya pastoral gereja yang bersifat umum dan luas tersebut di atas, kerygma merupakan salah satu diantaranya, dan mengemban fungsi untuk memberitakan Injil (Kabar Baik) keselamatan bagi jemaat manusia.Dalam mengemban fungsinya untuk memberitakan Injil, bidang kerygma mewujudkan pelayanan diantaranya melalui Evangelisasi, Teologi, Khotbah dan Katekese. Melihat bidang ini nampak bahwa katekese merupakan bagian dari fungsi kerygma gereja.

Oleh karena itu maka dalam konteks keseluruhan tugas pastoral gereja, katekese merupakan bagian integral fungsi kerygma. Dengan demikian pada hakekatnya katekese adalah bagian integral fungsi kerygma gereja, yakni pelayanan Firman atau karya kenabian, bersama dengan yang lain seperti evangelisasi, teologi, khotbah dsb.

(16)

b. Pengerejatian Dan Peranan Katekese Dalam Karya Pastoral Gereja Sering terasa tidak mudah memahami pengerejatian dan peranan katekese dalam keseluruhan karya pastoral gereja. Hal itu mengingat seluruh tindakan pelayanan gereja selalu memiliki nilai “kateketis”

(usaha untuk memperdalam dan mengembangkan iman) bagi manusia.Untuk memahami pengerejatian dan peranan katekese dalam karya pastoral gereja, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dengan evangelisasi (penginjilan) yang dewasa ini menduduki tempat utama dalam misi gereja.

Dalam arti sesungguhnya (yang sekaligus mencakup peranannya), katekese adalah pelayanan Firman yang dilaksanakan oleh Gereja untuk mengeksplisitkan (memperjelas) dan memperdalam iman akan Yesus Kristus, serta menginisiasikan atau mengintrodusir (mengantar) jemaat dalam kehidupan gereja. Tindakan-tindakan pastoral lainnya, meski tidak disebut katekese dalam arti sesungguhnya, dapat dika-takan memiliki dimensi atau nilai kateketis.

Rangkuman

Gereja mewujudkan tugas perutusannya melalui empat bidang dasar karya pastoral, yaitu; koinonia, diakonia, leitourgia (liturgi), dan kerygma.

Dari keempat bidang karya pastoral itu, pada hakekatnya katekese adalah bagian integral fungsi kerygma gereja, yakni pelayanan Firman atau karya kenabian, bersama dengan yang lain seperti evangelisasi, teologi, khotbah dsb.

Untuk memahami peranan katekese dalam keseluruhan tugas pastoral gereja, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dengan paham evangelisasi.Evangelisasi sendiri merupakan kegiatan yang meliputi seluruh tindakan gereja sejauh merupakan pemberitaan dan kesaksian efektif atas Kabar Baik Kerajaan Allah. Dalam konteks paham evangelisasi yang luas dan dinamis itu, maka arti dan peranan katekese sesungguhnya adalah “pelayanan Firman yang dilaksanakan oleh gereja untuk mengeksplisitkan (memperjelas) dan memperdalam iman akan Yesus Kristus, serta menginisiasikan atau mengintrodusir (mengantar) jemaat dalam kehidupan gereja”.

I. DASAR, ISI DAN KRITERIA KATEKESE 1. Dasar Katekese

Katekese pada satu pihak berdasarkan Teologi dengan segala sumbernya, yaitu; Alkitab, Liturgi, Tradisi, dan kesaksian iman orang-orang kristiani.Dilain pihak katekese berdasarkan pada Antropologi (pengalaman manusia seutuhnya dan kebudayaan). Oleh sebab itu maka katekese sebagai proses pendidikan iman, di satu pihak harus mengikuti proses wahyu dan iman, dan di lain pihak harus betolak (masuk, memperhatikan) pengalaman dan perkembangan manusia seutuhnya.

(17)

Katekese pada dasarnya mengusahakan agar setiap orang menghayati imannya secara mendalam dalam situasi konkret hidupnya.Untuk itu maka katekese harus dibangun (dikembangkan) atas dasar wahyu dan iman.“Wahyu adalah pelaksanaan rencana cinta kasih Allah kepada manusia agar manusia mendapatkan keselamatan. Wahyu Allah itu dinyatakan dalam Firman, karya dan tanda-tanda”

Wahyu Allah ditawarkan kepada manusia, dan manusia menjawabnya dengan penyerahan diri seutuhnya kepada Allah.Jawaban manusia atas wahyu (tawaran keselamatan Allah) itu disebut iman.Agar wahyu dan iman mendatangkan keselamatan bagi manusia, maka prosesnya sedemikian menyentuh dan mengena pada pengalaman manusia seutuhnya.Hal itu berarti menyentuh perkembangan pribadi manusia dan menyangkut segala usaha manusia dalam sejarah. Dengan kata lain katekese merupakan pelayanan Firman yang hidup serentak setia kepada Allah dan setia kepada manusia.

Gereja berusaha mewujudkan kesetiaannya kepada Allah dan kepada manusia, terutama dilaksanakan melalui katekese. Dengan cara menimba ke- benaran dari Allah dan dengan patuh berpedoman pada makna asli dari Firman itu, katekese berusaha menyampaikan Firman Allah dengan setia.

Walaupun demikian dalam katekese tidak dibenarkan bila hanya terbatas kepada pengulangan rumusan-rumusan secara tradisional.Dalam pelaksanaan katekese, rumusan-rumusan itu mesti dimengerejati benar- benar, dan dengan setia disampaikan menggunakan bahasa yang dimengerejati oleh para pendengarnya (peserta katekese). Bahasa yang diguna-kan dalam katekese, semestinya mengikuti perkembangan usia, latar belakang sosial dan kebudayaan yang dihayati peserta katekese

Dengan kata lain katekese harus bertolak dari situasi konkret peserta (jemaat).

2. Bahan Dan Isi Katekese

Katekese sebagai kegiatan pemberitaan Kabar Baik keselamatan Allah dalam Yesus Kristus, bertujuan untuk memperdalam dan mengembangkan iman jemaat. Untuk itu katekese membutuhkan isi yang memadai.

Secara garis besar bahan dan isi ka-tekese meliputi; Sejarah Keselamatan dalam Perjanjian Lama, Sejarah Keselamatan dalam Perjanjian Baru, Ajaran pokok pemberitaankristen, Sakramen.

a. Sejarah Keselamatan Perjanjian Lama

Seluruh sejarah manusia dalam Perjanjian Lama menjadi sejarah Keselamatan, sebab pengalaman hidup manusia yang dialaminya diyakini bahwa Tuhan ikut berperan (ikut campur tangan) dalam mengatur perjalanan sejarah manusia. Dari sebab itu seluruh perencanaan maupun pelaksanaan sejarah Keselamatan dalam Perjanjian Lama merupakan bahan dan isi katekese. Secara garis besar bahan dan isinya meliputi;

(18)

Penciptaan, Dosa, Panggilan Abraham, Panggilan Musa, Panggilan Israel dsb.

b. Sejarah Keselamatan Perjanjian Baru

Sejarah keselamatan yang telah berlangsung dalam Perjanjian Lama, berlangsung terus dalam Perjanjian Baru dengan Kristus sebagai poros, kunci, dan sekaligus menjadi tonggak batasnya. Atas iman akan pribadi Yesus Kristus, jemaat purba menata serta mengembangkan hidupnya dan selanjutnya diteruskan oleh Gereja hingga akhir zaman nanti. Gereja tak henti-hentinya memberitakan iman dan karya Keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Sebagai bahan dan isi katekese dalam sejarah Keselamatan Perjanjian Baru secara garis besar meliputi; Yesus Kristus, Gereja (jemaat) perdana, Gereja Kristus, dsb.

c. Ajaran Pokok Pemberitaan Kristen

Ajaran pokok pemberitaankristen juga merupakan bahan dan isi katekese. Ada banyak ajaran pokok pemberitaan kristen, diantaranya adalah; Allah Tritunggal, Pengetahuan tentang Allah dan cinta kasih-Nya, Yesus Kristus Juru Selamat, Manusia Baru, Gereja, Moral Kristiani, Akhir Zaman dsb.

d. Sakramen

Sakramen adalah perinta keselamatan dari Allah bagi manusia melalui gereja.

3. Keutuhan Isi Katekese

Isi berita Ilahi terdiri dari bagian-bagian yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Semua itu telah diwahyukan Allah sendiri secara bertahap mulai waktu lampau melalui para Nabi dan terakhir puncaknya di dalam diri Anak- Nya (bd. Ibr 1:1). Dalam karya katekese, hal itu akan selalu mendapat perhatian khusus agar isi berita sungguh-sungguh berdaya guna bagi jemaat.

Oleh karena tujuan katekese adalah untuk menolong jemaat baik secara individu maupun secara kelompok menuju iman yang dewasa, maka katekese harus tetap setia menyajikan seluruh isi warisan kristen. Untuk melaksanakan hal itu, tugas katekese bukan merupakan hal yang mudah.

Maka dalam pelaksanaan katekese selalu di bawah bimbingan wenang mengajar

Bagi para pelayan gereja, dalam menerangkan isi pemberitaan harus bersikap arif dan hati-hati agar tidak jatuh dan cenderung memberitakan dirinya sendiri (kemampuan pribadi pemberita) yang bisa meleset jauh dari pokok dan inti iman kristiani.Pelayanan Firmanharus setia kepada Tuhan Kristus sebagai pusat dan inti pemberitaannya.Begitu pula bagaimana gerejaharus mewujudkan dalam praktek hidup sehari-hari sebagai orang Kristen.

(19)

4. Kriteria Katekese

a. Kriteria Untuk Penyajian Pesan

Sehubungan dengan kriteria penyajian pesan, Petunjuk Umum Katekese menggambarkan sbb.: “Kriteria untuk penyajian pesan Injil dalam katekese berkaitan erat satu dengan yang lain, karena mereka muncul dari sumber yang sama.

 Pesan yang berpusat pada pribadi Yesus Kristus (kristosentris)

 Pemakluman kabarbaik tentang Kerajaan Allah, berpusat pada anugerah Keselamatan.

 Ciri gerejani (ekklesial) dari pesan Injil mencerminkan sifat historisnya karena katekese sebagaimana dengan semua evangelisasi diwujudkan dalam “kehidupan Gereja.”

 Pesan Injil mencari inkulturasi, karena kabar baik ditujukan kepada segala bangsa, yang hanya bisa dicapai bila pesan Injil disajikan dalam keutuhan dan kemurniannya.

 Pesan Injil merupakan suatu pesan menyeluruh (komprehensif), dengan hirarki kebenarannya sendiri. Justru visi harmonis dari Injil inilah yang mengubahnya menjadi suatu peristiwa yang berarti bagi pribadi manusia.

 Walaupun kriteria-kriteria ini sah bagi seluruh pelayanan Firman, di sini kriteria-kriteria itu dikembangkan dalam hubungannya dengan katekese.”

b. Pesan Injil Yang Berpusat Pada Kristus (Kristosentris)

Yesus Kristus adalah Firman Allah. Oleh karena itu, katekese harus sama sekali terikat pada-Nya. Maka ciri khas pesan yang diteruskan oleh katekese, terutama adalah “keberpusatan pada pribadi Yesus Kristus”.Ini dapat dimengerti dalam pelbagai arti.

 Pertama-tama kristosentris berarti bahwa “pada inti katekese, kita menemukan, dalam esensinya seorang pribadi, pribadi Yesus dari Nazaret, Anak tunggal Allah, penuh kasih karunia dan kebenaran”

Dalam kenyataan tugas dasar katekese menghadirkan Kristus dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Dia. Secara nyata katekese memajukan tindakan mengikuti Yesus dan persatuan dengan Dia;

segala elemen dari pesan Injil mengarah ke sini.

 Kedua, kristosentris berarti Kristus adalah “pusat sejarah keselamatan”, yang dihadirkan oleh katekese. Kristus sungguh- sungguh peristiwa final, titik temu segala sejarah keselamatan. Dia, yang datang ”pada kepenuhan waktu adalah kunci, pusat, dan akhir dari semua sejarah manusia” Pesan kateketis menolong orang-orang kristen untuk menempatkan dirinya dalam sejarah dan memasukkan diri ke dalam sejarah, dengan menunjukkan bahwa Kristus adalah tujuan tertinggi dari sejarah ini.

(20)

 Lebih dari itu, kristosentris berarti bahwa pesan Injil tidak berasal dari manusia, melainkan adalah Firman Allah, setiap katekis dalam kebenaran dapat berkata: “ajaran saya bukan berasal dari saya sendiri, ajaran saya berasal dari seorang yang mengutus saya” (Yoh.

7:6). Jadi segala sesuatu yang diteruskan oleh katekis adalah “ajaran Yesus Kristus, kebenaran yang disampaikan-Nya, atau lebih tepat lagi, Kebenaran yang adalah Dia sendiri”. Keberpusatan pada Kristus, mewajibkan katekis untuk meneruskan apa yang diajarkan Yesus tentang Allah, manusia, kehidupan, kematian, dll., tanpa mengubah pemikiran-Nya dengan cara apapun.

Mereka menjelaskan ajaran yang diberikan kepada jemaat-jemaat Kristen perdana, dan yang juga meneruskan kehidupan Yesus, pesan- Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang menyelamatkan.Dalam katekese, Alkitab menduduki tempat sentral karena Yesus Kristus adalah pusat mereka.

Rangkuman

Katekese berdasarkan teologi,oleh sebab itu maka katekese sebagai proses pendidikan iman, disatu pihak harus mengikuti proses wahyu dan iman. Dengan kata lain katekese merupakan pelayanan Firman yang hidup serentak setia kepada Allah dan setia kepada manusia.

Dalam pelaksanaannya, katekese sebagai pemberitaan Kabar baik keselamatan Allah dalam Yesus Kristus untuk memperdalam dan mengembangkan iman jemaat, memerlukan bahan dan isi yang memadai.Agar kebenaran isi pemberitaan disampaikan dengan tetap memperhatikan keutuhan isinya, maka pelaksanaan katekese selalu di bawah bimbingan Tuhan”.Garis besar bahan dan isi katekese meliputi; Sejarah keselamatan dalam Perjanjian Lama, Sejarah Keselamatan dalam Perjanjian Baru.Di samping itu kriteria untuk penyampaian pesan dalam katekese perlu diindahkan.Penyampaian pesan Injil dalam katekese mesti berpusat pada Yesus Kristus (kristosentris).

J. TANGGUNGJAWAB KARYA KATEKESE 1. Tanggungjawab Karya Katekese

Gereja sungguh-sungguh berusaha memberitakan Injil kepada semua orang. Sebab para Rasul sendiri yang menjadi dasar bagi gereja, mengikuti jejak Kristus untuk memberitakanFirman. Gereja senantiasa berjuang dan berusaha melaksanakan amanat agung Yesus Kristus, untuk pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil kepada semua makhluk (Mrk 16:15).

Menjadi jelas, bahwa pada dasarnya semua warga gereja, mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk memberitakan Injil, kabar baik keselamatan Allah kepada semua orang.bDemikian halnya katekese, sebagai kegiatan

(21)

pelayanan Firman untuk memberitakan Injil, juga merupakan tugas dan tanggungjawab seluruh warga gereja. Oleh karena itu sebenarnya karya katekese bukan semata-mata melulu tugas dan tanggungjawab bagi para Katekis, hamba Tuhan saja. Tugas dan tanggungjawab seluruh warga gereja dalam karya katekese itu, diwujudkan sesuai panggilan, peranan dan fungsi masing-masing.

a. Jemaat (Komunitas Kristiani)

Katekese adalah tanggungjawab seluruh komunitas Kristiani.Penerusan pendidikan iman merupakan persoalan yang menyentuh seluruh komunitas; oleh karena itu, katekese merupakan suatu kegiatan mendidik yang timbul dari tanggungjawab khusus dari setiap anggota komunitas, dalam sebuah konteks hubungan yang kaya, sehingga para katekumen dan mereka yang menerima katekese dimasukkan secara aktif dalam kehidupan komunitas. Komunitas Kristiani mengikuti proses perkembangan kateketis, bagi anak-anak, kaum muda dan orang dewasa, sebagai suatu tugas yang secara langsung yang melibatkan dan mengikat mereka. Lagi, pada akhir proses kateketis, adalah tanggungjawab komunitas Kristiani untuk menyambut mereka yang menerima katekese dalam suatu lingkungan persaudaraan, di dalam lingkungan ini, mereka akan sanggup menghayati secara lengkap apa yang telah mereka pelajari.

Komunitas Kristiani tidak hanya memberi banyak hal kepada mereka yang mendapat katekese, melainkan juga menerima banyak hal dari mereka. Orang-orang yang baru bertobat, khususnya kaum remaja dan orang dewasa, dalam kesetiaan kepada Yesus Kristus, membawa pada komunitas yang menerima mereka, kekayaan manusiawi dan religius yang baru. Maka komunitas ini bertumbuh dan berkembang.Katekese tidak hanya mematangkan iman mereka yang menerima katekese, melainkan juga membawa kematangan komunitas itu sendiri.

Namun sementara seluruh komunitas Kristiani bertanggungjawab akan katekese Kristiani dan semua anggotanya memberikan kesaksian tentang iman, hanya beberapa anggota menerima mandat eklesial untuk menjadi katekis. Bersama dengan perutusan perdana yang dimiliki para orang tua dalam hubungan dengan anak-anak mereka, gereja memberikan tugas berat untuk secara utuh dan khusus meneruskan iman di dalam komunitas, yang secara khusus disebut para anggota jemaat Allah.

a. Para Pelayan

Tugas-tugas kateketik

 Membina rasa tanggungjawab bersama bagi katekese dalam komunitas Kristiani, sebuah tugas yang melibatkan semua orang,

(22)

pengakuan dan penghargaan bagi para katekis dan perutusan mereka.

 Memperhatikan orientasi dasar katekese dan perencanaannya dengan memberikan penekanan pada partisipasi aktif para katekis dan menegaskan agar “katekese ditata dan diarahkan dengan baik”.

 Memajukan dan membedakan panggilan-panggilan bagi pelayanan katekese, dan sebagai katekis dari para katekis, memperhatikan pembinaannya dengan memberikan perhatian paling besar pada tugas ini.

 Mengintegrasi kegiatan kateketik dalam program “evangelisasi komunitas”.

Pengalaman menunjukkan bahwa mutu katekese dalam sebuah komunitas sangat bergantung pada kehadiran dan kegiatan imam.

Referensi

Dokumen terkait