• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEAKURATAN METODE Z SCORE ALTMAN DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN (STUDI KASUS PADA PT BANK SULSELBAR CABANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEAKURATAN METODE Z SCORE ALTMAN DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN (STUDI KASUS PADA PT BANK SULSELBAR CABANG "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

198 Much. Adnan Hidayat Y.S, Arsyad Paweroi, Tamsil

KEAKURATAN METODE Z SCORE ALTMAN DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN (STUDI KASUS PADA PT BANK SULSELBAR CABANG

SYARIAH DI MAKASSAR)

Much. Adnan Hidayat Y.S1, Arsyad Paweroi2, Tamsil3

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

letnan95@gmail.com1, apaweroi@gmail.com2, tamsilpattalolo@gmail.com3

ABSTRACT

This research aims at finding out the potential bankruptcy in PT. Bank Sulselbar (Syariah Branch). The analysis technique used was the Altman Z Score Modification Method developed by Prof. Edward Altman. The Modified Altman Z Score formula consists of four variables. The four variables represent liquidity ratios, profitability ratios, and solvency ratios. The formulas were Z=6.56 (X1) +3.26(X2) +6.72 (X3) +1.05 (X4) with an assessment category Z>2.6 is a non-bankrupt company, Z<1.1 is a bankrupt company and 1.1<Z<2.6 means in the middle category. Data were taken from the published financial reports from 2011 to 2015. The result of the research indicates that the overall financial condition of the company is categorized as not bankrupt.

Keyword: Altman Z Score, Bankruptcy

PENDAHULUAN

Di zaman yang berkembang pesat saat ini dimana segala aktivitas bisnis masyarakat modern di seluruh dunia sangat bergantung dengan adanya lembaga keuangan. Seiring laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dari periode ke periode selanjutnya berbanding lurus dengan laju pertambahan lembaga keuangan. Begitu banyaknya lembaga keuangan yang berada di Indonesia maka muncul persaingan yang sangat kompleks dan kompetitif. Persaingan ini memunculkan lembaga keuangan yang memiliki kontribusi besar dalam membangun sektor ekonomi negara, yaitu sebuah institusi keuangan yang disebut bank.

Eksistensi bank sejak dahulu sudah ada di negara ini untuk menjalankan, memenuhi kebutuhan, dan memberikan pelayanan jasa bagi masyarakat serta membantu pertumbuhan perekonomian negara. Untuk menunjang hal tersebut bank hadir dengan dua sistem, sistem konvensional telah hadir lebih dahulu sebelum adanya sistem syariah. Bank yang menerapkan sistem syariah semakin diminati masyarakat

dengan adanya tren “hijrah” akhir-akhir ini.

Perbankan syariah adalah bank yang terbentuk karena adanya keinginan untuk mengikuti hukum Islam dalam kegiatan perniagaan dan menyalurkan serta memberikan imbalan berdasar prinsip syariah.

Berbagai model bank yang ada di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis bank, yakni bank sentraI, bank umum, dan bank perkreditan rakyat (BPR). Bank pembangunan daerah (BPD) dikelompokkan ke dalam jenis bank umum. Sampai kuartal tiga 2017, berdasarkan data yang dimiliki badan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jumlah bank umum perbankan di Indonesia saat ini sebanyak 115.

Dari jumlah tersebut, 26 diantaranya adalah bank pembangunan daerah dan diantara 26 bank tersebut 3 diantaranya telah menjadi perusahaan publik (go public). Bank Sulselbar adalah salah satu diantara beberapa bank daerah yang belum masuk kategori go public.

Bank yang tergolong sudah go public dan belum, memiliki risiko terjadinya krisis keuangan. Saat terjadinya krisis ekonomi moneter tahun 1998, Indonesia mengalami dampak yang cukup signifikan disebabkan nilai rupiah tergerus oleh dolar. Bank yang ada di

(2)

Indonesia tidak luput dari dampak krisis. Banyak lembaga-lembaga keuangan termasuk bank yang mengalami kerugian yang masif dan memiliki dampak pada penutupan lembaga tersebut.

Supaya lembaga keuangan yang ada tetap bertahan dan tidak terjadi penutupan, maka diperlukan suatu model sistem peringatan dini untuk mendeteksi kebangkrutan.

Metode Z Score Altman adalah satu diantara banyak model prediksi yang dapat memberikan prediksi mengenai kebangkrutan.

Model ini sering digunakan oleh banyak peneliti karena keakuratan yang dimiliki dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan hampir mencapai 100%. (Utami dan Susanti, 2015).

Bersumber pada uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian menggunakan metode Z Score Altman untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan perbankan daerah dengan judul penelitian yang dipilih, yaitu “Analisa Kebangkrutan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Z Score Altman Pada PT. Bank Sulselbar Di Makassar (Cabang Syariah)”

Berlandaskan latar belakang masalah yang telah diterangkan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan metode Z Score Altman modifikasi dapat memprediksi tingkat kemungkinan kebangkrutan pada PT Bank Sulselbar Cabang Syariah periode 2011-2015?

Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui prakiraan kebangkrutan pada perusahaan perbankan yakni PT Bank Sulselbar Cabang Syariah.

TINJAUAN LITERATUR

Menurut Kasmir dalam buku Pemasaran Bank (2012:8), bank didefinisikan sebagai suatu entitas keuangan yang memiliki kegiatan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan jasa-jasa bank lainnya.

Menurut Sudarsono (2008:42), bank syariah adalah lembaga keuangan negara yang bergerak dalam pemberian kredit dan jasa-jasa lain kepada nasabah sesuai prinsip syariah atau agama Islam.

Menurut Soemitro (2009:61), bank syariah yang tumbuh dan berkembang saat ini memiliki

beberapa jenis yang terdiri dari bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).

Berikut adalah pemaparan butir-butir perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional (Brian: 2019):

1. Perbedaan Hukum

Semua transaksi atau akad yang dimiliki bank syariah disesuaikan pada Al-Qur’an dan Hadist yang telah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sedangkan pada bank konvensional, semua transaksi dan perjanjian dibuat dengan dasar hukum-hukun positif yang berlaku di Indonesia. Hukum yang digunakan adalah hukum perdata dan hukum pidana.

2. Perbedaan lnvestasi

Bank syariah tidak memberikan pinjaman kredit kepada usaha yang bergerak dalam kegiatan bisnis yang menyalahi hukum Islam, seperti perdagangan barang-barang haram, perjudian (maisir), dan manipulatif (gharar).

Syarat untuk mendapatkan pinjaman kredit adalah bisnis tersebut mesti sesuai dengan prinsip ekonomi syariah dan halal. Sedangkan pemberian kredit oleh bank konvensional dilakukan tanpa memandang status kehalalan usaha debitur.

3. Perbedaan Orientasi

Bank syariah memiliki orientasi yang lebih luas yaitu untuk memberikan kesejahteraan, kemakmuran, kebaikan umat manusia dan seluruh alam, serta untuk kebaikan dunia dan akhirat. Sedangkan bank konvensional hanya memiliki orientasi pada keuntungan saja.

4. Perbedaan Pembagian Keuntungan

Bank syariah menerapkan sistem pembagian keuntungan sesuai dengan akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua belah pihak.

Bank syariah kemudian menganalisa seberapa besar peluang untung dan rugi sebuah usaha yang akan diberikan pembiayaan. Jika peluang rugi lebih besar maka bank syariah akan menolak pengajuan pinjaman nasabah.

Sedangkan bank konvensional menggunakan sistem bunga tetap atau bunga mengambang pada semua pinjaman kepada nasabahnya.

Dengan kata lain, pihak bank konvensional menganggap bahwa usaha yang diberikan pinjaman dana akan selalu untung.

5. Hubungan Nasabah dengan Pihak Bank

(3)

200 Much. Adnan Hidayat Y.S, Arsyad Paweroi, Tamsil Hubungan bank syariah dan nasabah mereka bagaikan rekan kerja yang diikat dengan perjanjian yang transparan. Hal tersebut membuat nasabah merasa memiliki hubungan emosional dengan pihak bank. Sedangkan bank konvensional menjadikan hubungan dengan nasabah sebagai kreditur dan debitur dimana pihak bank memberikan penilaian positif apabila pembayaran kredit lancar, sebaliknya jika pembayaran kredit macet maka bank dapat menagih bahkan menyita harta yang diagunkan.

6. Perbedaan dari Sisi Pengawasan

Bank syariah memiliki dewan pengawas yang bekerja melakukan pengawasan dalam semua transaksi yang terdiri dari para ulama dan ahli ekonomi fiqih muamalah. Sedangkan bank konvensional yang tidak memiliki dewan pengawas, melakukan transaksi yang berdasarkan hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia.

Menurut Munawir (2008:19), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil pengolahan dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk komunikasi data keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap aktivitas perusahaan tersebut. Menurut Hidayat (2010:5), laporan keuangan adalah suatu penjelasan ringkas terhadap kondisi perusahaan yang disusun bagi kepentingan pihak internal maupun eksternal untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan.

Menurut Rudianto (2012:17), laporan keuangan perusahaan harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang tersusun dari:

1. Laporan Laba Rugi Komprehensif (Statement of Comprehensif Income) merupakan laporan yang memberi petunjuk tentang kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam satu periode akuntansi. Laporan ini terdiri dari unsur pendapatan dan beban usaha.

2. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity). Merupakan laporan yang menunjukkan perubahan hak residu atas aktiva perusahaan setelah memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.

3. Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position). Laporan ini berisi

petunjuk tentang posisi sumber daya perusahaan dan dari mana perusahaan memperoleh sumber daya tersebut.

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) merupakan laporan yang memberikan petunjuk tentang aliran uang yang masuk dan keluar beserta sumbernya.

5. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang berisi informasi tambahan yang secara langsung terkait dengan laporan keuangan seperti kebijakan akuntansi pada perusahaan.

Adapun komponen laporan keuangan syariah pada perbankan syariah adalah sebagai berikut: (Nurhayati dan Wasilah, 2008:103) 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) 2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Arus Kas

4. Laporan Perubahan Ekuitas

5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terkait 6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi

Hasil

7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat 8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana

Kebajikan

9. Catatan atas Laporan Keuangan.

Analisis laporan keuangan merupakan proses penguraian pos-pos didalam laporan keuangan menjadi satuan yang lebih kecil dengan maksud mendapatkan makna antara data yang satu dengan data lain untuk tujuan mengetahui kondisi keuangan secara mendalam agar diperoleh keputusan yang benar dan tepat.

(Harahap, 2015:190).

Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2015:104) adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Penilaian yang harus dilakukan terhadap laporan keuangan itu antara lain rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Menurut Samryn (2015:365), rasio likuiditas adalah perbandingan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menutupi utang jangka pendek dengan aktiva lancar.

(4)

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur utang perusahaan yang dibiayai dengan aktiva.

(Kasmir2014:151).

3. Rasio Profitabilitas

Menurut Samryn (2015), rasio profitabilitas adalah rasio yang membandingkan beberapa data keuangan sehingga didapatkan informasi yang lebih rinci.

4. Rasio Aktivitas

Menurut Samryn (2015:367), rasio aktivitas adalah rasio yang memberi penilaian terhadap keefektifan suatu perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki.

Untuk membuatnya lebih baik dan sempurna dalam memprediksi kebangkrutan, model Altman terus dikembangkan dan diuji dari waktu ke waktu sehingga penerapannya meluas bahkan mencakup perusahaan manufaktur nonpublik dan perusahaan obligasi korporasi.

Berikut adalah perkembangan model Altman antara lain: (Ramadhani dan Lukviarman: 2009) 1. ModeI Z Score Altman Pertama

Altman menghasilkan model prediksi pertamanya setelah melakukan penelitian terhadap 66 perusahaan manufaktur go public pada periode 1960-1965. Dari data keuangan perusahaan tersebut Altman menyusun 5 rasio yang diyakini paling akurat memprediksi kebangkrutan, yaitu rasio Iikuiditas, profitabiIitas, Ieverage, soIvabiIitas dan kinerja Ialu kemudian mengkombinasikan rasio tersebut. Berikut adalah rumus oleh Altman: (Ramadhani dan Lukviarman: 2009) Z=1,2(X1)+1,4(X2)+3,3(X3)+0,6(X4)+1(X5) Adapun nilai batasan untuk indeks ini adalah:

a. Z<1,81= bangkrut b. 1,81<Z<2,99= grey area c. Z>2,99= tidak bangkrut/sehat Keterangan:

1. Bancrupty index (Z)

2. Working capital to total assets (X1) 3. Retained earning to total assets (X2) 4. Earning before interest and taxes to total

assets (X3)

5. Makes value of Equity to book of debt (X4) 6. Sales to total assets (X5)

2. Model Z Score Altman Revisi

Altman melakukan revisi terhadap model kebangkrutan yang pertama (original) agar model ini dapat diaplikasikan pada perusahaan-perusahaan di sektor swasta.

Variabel X4 yang semula adalah perbandingan market value of Equity terhadap book value of Equity diganti menjadi book value of Equity terhadap book value of total debt. Berikut adalah rumus yang digunakan oleh Altman: (Ramadhani dan Lukviarman:

2009)

Z=0,717(X1)+0,847(X2)+3,107(X3)+0,420(X4)+

0,998(X5)

Adapun nilai batasan yang digunakan adalah:

a. Z<1,23=bangkrut b. 1,20<Z<2,9=grey area c. Z>2,9=tidak bangkrut/sehat Keterangan:

1. Bancrupty index (Z)

2. Working capital to total assets (X1) 3. Retained earning to total assets (X2) 4. Earning before interest and taxes to total

assets (X3)

5. Book value of Equity to book value of debt (X4)

6. Sales to total assets (X5) 3. Model Z Score Altman Modifikasi

Altman modifikasi dikembangkan dengan tujuan model ini dapat digunakan untuk segala jenis perusahaan di negara maju dan negara berkembang. Untuk itu, Altman menghilangkan variabel X5 (sales/total assets) karena variabel ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran asset yang berbeda-beda. Berikut adalah rumus yang digunakan oleh Altman: (Ramadhani dan Lukviarman: 2009)

Z=6,56(X1)+3,26(X2)+6,72(X3)+1,05(X4) Adapun nilai batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Z<1,1=bangkrut b. 1,1<Z<2,6=grey area c. Z>2,6=tidak bangkrut/sehat Keterangan:

1. Bancrupty index (Z)

2. Working capital to total assets (X1) 3. Retained earning to total assets (X2) 4. Earning before interest and taxes to total

assets (X3)

5. Total Equity to total debt ratio (X4)

(5)

202 Much. Adnan Hidayat Y.S, Arsyad Paweroi, Tamsil Analisis laporan keuangan memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak yang secara umum tujuan dan manfaat tersebut adalah:

(Kasmir, 2008)

1. Memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu seperti aktiva, kewajiban, dan modal maupun pencapaian dari hasil usaha beberapa periode.

2. Memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan sebagai potensi bagi perusahaan untuk meningkatkan persaingan di dunia usaha.

3. Memberikan informasi tentang proses yang dilakukan demi perbaikan di masa datang terhadap kondisi keuangan saat ini.

4. Memberikan penilaian khususnya terhadap manajemen mengenai kinerjanya yang sewaktu waktu dapat dilakukan penggantian apabila hasilnya tidak memuaskan.

5. Sebagai bahan perbandingan terhadap perusahaan-perusahaan sejenis dalam memenuhi target pencapaian.

Kebangkrutan dapat diartikan sebagai wujud kegagalan perusahaan didalam memenuhi target operasi yaitu menghasilkan laba sesuai target yang ditentukan. Kebangkrutan disebut sebagai likuidasi perusahaan atau insolvibilitas disebabkan kondisi perusahaan gagal atau tidak memiliki kemampuan didalam memenuhi kewajiban terhadap debitur karena dana yang dimiliki tidak cukup untuk melanjutkan usaha dan hal tersebut menyebabkan cita-cita perusahaan terhenti. (Endri, 2009). Sedangkan menurut Febriani dan Amanah (2013), kebangkrutan diartikan sebagai kesulitan dana dengan kondisi ekstrem yang menjadikan perusahaan tidak mampu beroperasi seperti semula.

Menurut Adnan dan Arisudhana (2011), terdapat berbagai faktor yang menjadikan sebuah perusahaan bangkrut diantaranya adalah:

1. Faktor Umum a. Sektor Ekonomi

Penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi dapat berupa gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan dunia, surplus atau defisit didalam hubungan perdagangan luar negeri.

b. Sektor Sosial

Pola hidup masyarakat yang berubah berpengaruh terhadap permintaan produk berupa barang dan jasa sehingga hal ini berdampak pada perusahaan. Selain itu, kondusifitas keamanan di masyarakat dimana perusahaan beroperasi sangat berpengaruh.

c. Sektor TeknoIogi

Pendayagunaan dan pemakaian perangkat teknologi oleh perusahaan dapat membuat biaya tagihan meningkat jika para user menyalahgunakan penggunaan untuk kepentingan pribadi. Pemakaian yang tidak terencana dan manajemen yang tidak profesional.

d. Sektor Pemerintah

Kebijakan pemerintah terhadap sektor pajak industri dan hasilnya, tarif ekspor dan impor barang yang berubah, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, peraturan pemerintah di sektor perdagangan dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal Perusahaan a. Sektor Pelanggan

Perusahaan perlu melakukan observasi terhadap keinginan pelanggan agar produk berupa barang dan jasa bisa ditingkatkan melalui berbagai inovasi yang membuat pelanggan semakin tertarik dan enggan untuk beralih ke produk perusahaan pesaing. Hubungan kepada pelanggan sangat berpengaruh besar bagi perusahaan dalam kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri sehingga interaksi positif sangat diperlukan seperti, perusahaan harus memahami dengan baik keinginan pelanggan, pelayanan yang memuaskan, dan kesesuaian harga.

b. Sektor Pemasok

Perdagangan bebas antar berbagai negara membuat supplier memegang peranan penting dalam menentukan sebuah harga dari produk yang mereka tawarkan. Oleh karena itu hubungan perusahaan dan pemasok perlu dibina dengan baik agar pemasok dapat menjaga ketetapan harga tetap stabil.

c. Sektor Pesaing

Perusahaan pesaing sangat berpengaruh karena hal ini dapat membuat perusahaan kehilangan pelanggannya jika produk

(6)

pesaing lebih digemari atau lebih diminati oleh pelanggan. Oleh karena itu perusahaan mesti melakukan berbagai inovasi agar produknya semakin diminati oleh pelanggan.

3. Faktor Internal Perusahaan

Pemberian kredit yang besar namun tidak tepat sasaran. Pihak manajemen yang tidak memiliki kapasitas (memiliki sedikit kemampuan, pengalaman dan keterampilan).

Manajemen yang menyalahgunakan wewenang dan melakukan kecurangan.

METODE PENELITIAN

Teknik untuk menganalisis data yang didapatkan menggunakan metode Z Score Altman modifikasi. Berikut adalah formula Z Score yang telah dimodifikasi oleh Altman:

Z=6,56(X1)+3,26(X2)+6,72(X3)+1,05(X4) Adapun nilai batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Z<1,1=bangkrut 2. 1,1<Z<2,6=grey area 3. Z>2,6=tidak bangkrut/sehat

Gambar 1 Bagan Desain Penelitian

Sumber: Data olahan 2019

Lokasi penelitian bertempat di PT Bank Sulselbar Cabang Syariah Jl. DR. Sam Ratulangi No. 16, Makassar. Waktu penelitian selama 2 bulan.

1. Jenis Data

Jenis data yang ada didalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang merupakan data berbentuk angka-angka atau statistik, diperoleh dari objek yang diteliti dan hasil pengolahan peneliti.

2. Sumber Data

Data yang diperoleh untuk penelitian bersumber dari data sekunder berupa laporan

keuangan publikasi yang didapatkan dengan mengakses situs www.banksulselbar.co.id

Variabel penelitian yang digunakan:

X1= Modal Kerja Total Aktiva

X2=Laba Ditahan Total Aktiva

X3= 𝐸𝐵𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

X4= Total Ekuitas Total Kewajiban

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui cara mengakses alamat website perusahaan kemudian mengunduh file laporan keuangan publikasi sehingga didapatkan data keuangan. Data juga diperoleh dengan melakukan studi pustaka yaitu menghimpun informasi yang berhubungan dengan metode Z Score Altman melalui buku-buku, karya ilmiah, jurnal, internet, dan sumber lainnya.

Teknik untuk menganalisis data yang didapatkan menggunakan metode Z Score Altman modifikasi. Berikut adalah formula Z Score yang telah dimodifikasi oleh Altman:

Z=6,56(X1)+3,26(X2)+6,72(X3)+1,05(X4) Adapun nilai batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Z<1,1=bangkrut 1,1<Z<2,6=grey area Z>2,6=tidak bangkrut/sehat Keterangan:

1. Bancrupty index (Z)

2. Working capital to total assets (X1) 3. Retained earning to total assets (X2)

4. Earning before interest and taxes to total assets (X3)

5. Book Value of Equity to Book Value of Total Debt (X4)

Langkah-langkah metode analisis data, yakni:

1. Data laporan keuangan tahunan (annual report) bank.

2. Menghitung dan menganalisis rasio-rasio yang terdapat dalam model Z Score.

3. Menghitung Z Score dengan menggunakan formula model Altman modifikasi.

4. Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang didapat.

Laporan Keuangan

X1,X2, X3,X4

1. Sehat 2.Grey area 3. Bangkrut

Formula Z Score

(7)

204 Much. Adnan Hidayat Y.S, Arsyad Paweroi, Tamsil

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Variabel X1 (Modal Kerja Bersih/Total Aktiva) Modal Kerja Bersih=Aktiva Lancar-Utang Lancar

Tabel 1

Perhitungan Modal Kerja Bersih PT Bank Sulselbar Cab. Syariah 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Aktiva Lancar Utang Lancar Modal Kerja Bersih

2011 295.614 10.524 285.090

2012 367.175 14.683 352.492

2013 505.136 14.685 490.451

2014 697.776 15.096 682.680

2015 721.177 23.156 698.021

Sumber: Data olahan 2019

Tabel 2

Perhitungan Variabel X1 PT Bank Sulselbar Cab. Syariah Periode 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Modal kerja bersih Total aktiva X1

2011 285.090 311.001 0,917

2012 352.492 369.365 0,954

2013 490.451 529.970 0,925

2014 682.680 707.638 0,965

2015 698.021 725.955 0,962

Sumber: Data olahan 2019

2. Variabel X2 (Laba ditahan/Total Aktiva)

Tabel 3

Perhitungan Variabel X2 PT Bank Sulselbar Cab. Syariah Periode 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Laba ditahan Total aktiva X2

2011 6.049 311.001 0,019

2012 9.461 369.365 0,026

2013 23.369 529.970 0,044

2014 34.386 707.638 0,049

2015 43.123 725.955 0,059

Sumber: Data olahan 2019

3. Variabel X3 (EBT/Total Aktiva)

(8)

Tabel 4

Perhitungan Variabel X3 PT Bank Sulselbar Cab. Syariah Periode 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun EBT Total Aktiva X3

2011 6.049 311.001 0,02

2012 9.461 369.365 0,026

2013 5.378 529.970 0,01

2014 10.313 707.638 0,015

2015 42.612 725.955 0,059

Sumber: Data olahan 2019

4. Variabel X4 (Total Ekuitas/Total Utang)

Tabel 5

Perhitungan Variabel X4 PT Bank Sulselbar Cab. Syariah Periode 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Total ekuitas Total utang X4

2011 106.049 204.952 0,517

2012 109.461 259.904 0,421

2013 123.369 410.601 0,301

2014 134.386 573.252 0,234

2015 143.123 582.832 0,246

Sumber: Data olahan 2019

Tabel 6

Hasil Perhitungan dan Kategori Z Score PT Bank Sulselbar Cab. Syariah Periode 2011-2015

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Z Score 6,758 6,96 6,595 6,837 7,158

Kategori Tidak Bangkrut

Tidak Bangkrut

Tidak Bangkrut

Tidak Bangkrut

Tidak Bangkrut Sumber: Data olahan 2019

Hasil diatas menunjukkan secara keseluruhan bahwa PT Bank Sulselbar Cabang Syariah periode 2011-2015 dikategorikan tidak bangkrut atau perusahaan dalam kondisi sehat karena nilai Z Score>2,6. Nilai Z Score paling tinggi ke terendah adalah tahun 2015 sebesar 7,158. Selanjutnya pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,96. Kemudian nilai selanjutnya berada pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,837. Nilai berikutnya ada di tahun 2011 sebesar 6,758. Tahun 2013 menempati urutan terendah dengan nilai Z Score 6,595.

Rumus Z Score Altman modifikasi memiliki empat variabel yang mewakili tiga rasio yaitu rasio likuiditas (X1), rasio profitabilitas (X2), (X3), dan rasio solvabilitas (X4). Dari keempat variabel tersebut yang memiliki pengaruh besar terhadap nilai Z Score adalah variabel X1 (Modal kerja bersih/Total aktiva) dan variabel X4 (Total ekuitas/Total utang).

PENUTUP

(9)

206 Much. Adnan Hidayat Y.S, Arsyad Paweroi, Tamsil Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa selama periode 2011-2015 PT Bank Sulselbar Cabang Syariah tidak pernah mengalami kategori bangkrut maupun berada dalam keadaan grey area. Keadaan keuangan perusahaan terlihat stabil dan memiliki nilai melebihi batasan Z Score yakni Z>2,6 sehingga dimasukkan dalam kategori tidak bangkrut atau sehat. Dengan demikian, maka metode Z Score Altman modifikasi dapat dengan tepat memprediksi tingkat kemungkinan kebangkrutan PT Bank Sulselbar Cabang Syariah. Hal ini dibuktikan dengan masih berlangsungnya kegiatan perbankan hingga saat ini.

Penelitian ini hanya mengambil periode 2011-2015 disebabkan pada tahun 2016 dan seterusnya bank syariah Sulselbar tidak mencantumkan nilai ekuitas pada laporan posisi keuangannya (neraca). Nilai tersebut tergabung kedalam laporan posisi keuangan (neraca) bank induknya yang konvensional. Sehingga menyebabkan salah satu unsur dari variabel X4

tidak dapat dihitung. Peneliti juga menemukan adanya selisih pencatatan nilai laporan posisi keuangan (neraca) tahun 2015 sebesar satu juta rupiah.

Peneliti sadar dan memahami bahwa karya ilmiah ini memiliki banyak kekurangan. Olehnya itu peneliti memberikan saran sebagai berikut.

Dengan adanya metode ini maka pihak manajemen dapat mengambil langkah yang tepat agar berada dalam kondisi keuangan yang sehat.

Berdasarkan metode ini, pihak manajemen harus meningkatkan nilai dari modal kerja bersih dan ini berarti meningkatkan nilai asset lancar sehingga memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

Kepada pihak bank agar memisahkan nilai ekuitas antara bank konvensional dan bank syariah sehingga penelitian terhadap metode Z Score Altman modifikasi dapat dilakukan dengan periode yang lebih lama. Kepada pihak bank agar teliti dalam mencantumkan nilai laporan posisi keuangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, H., dan Arisudhana, D. (2011). Analisis Kebangkrutan Model Altman Z Score dan Springate pada Perusahaan Industri Property. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur Jakarta. Tersedia pada:

https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/a keu/article/download/362/306

Brian, Rio. (2019). Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional. [Internet]. [Diakses pada tanggal 26 Januari 2019]. Tersedia pada: http://www.maxmanroe.com

Endri. (2009). Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z Score. Jurnal Perbanas Guarterly Review. Vol. 2 No. 1. Tersedia pada:

https://www.researchgate.net/publication/

324124416-prediksi-kebangkrutan-bank- untuk-menghadapi-dan-mengelola- perubahan-lingkungan-bisnis-analisis- model-altman's-z-score

Febriani, M.U., dan Amanah L. (2013). Analisis Z Score Untuk Memprediksi Financial

Distress pada Perusahaan Pulp and Paper. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.

2 No. 2. Tersedia pada:

https://adoc.tips/analisis-z-score-untuk- memprediksi-financial-distress-pada- p.html

Harahap, Sofyan Syafri. (2015). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Taufik. (2010). Buku Pintar Investasi.

Jakarta: Media Kita.

Kasmir, (2012). Pemasaran Bank. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kasmir, (2015). Analisis Laporan Keuangan.

Edisi 1-8. Jakarta: Rajawali Pers.

Munawir, (2008). Analisis Laporan Keuangan.

Edisi IV. Yogyakarta: Liberty.

Nurhayati, S., dan Wasilah. (2008). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Ramadhani, A.S., dan Lukviarman, N. (2009).

Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan Altman Modifikasi dengan Ukuran dan

(10)

Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi paada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Siasat Bisnis Vol.

13:15-28. Tersedia pada:

https://media.neliti.com/media/publication s/84416-id-perbandingan-analisis-

prediksi-kebangkru.pdf

Rudianto. (2012). Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta:

Erlangga.

Samryn, L.M. (2015). Pengantar Akuntansi:

Buku 2 Metode Akuntansi untuk Elemen Laporan Keuangan Diperkaya dengan Perspektif IFRS & Perbankan. Jakarta:

Rajawali Pers.

Soemitro, Andri. (2009). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.

Sudarsono, Heri. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cetakan ke-2.

Yogyakarta: Ekonisia.

Utami, E.M., dan Susanti N. (2015). Analisis Kebangkrutan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Periode 2011-2013. Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi. Vol 1 No.

2. Tersedia pada:

https://www.researchgate.net/publication/

332368967-analisis-kebangkrutan-pt- bank-central-asia-persero-tbk-dan-pt- bank-negara-indonesia-persero-tbk

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh Motivasi belajar terhadap Prestasi belajar PPKN