• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) sudah merupakan suatu fenomena bagi Negara Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) sudah merupakan suatu fenomena bagi Negara Indonesia"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN KEGIATAN PEDAGANG JALAN DALAM RANGKA PENDAFTARAN USAHA PEDAGANG JALAN. Pedagang kaki lima atau PKL adalah istilah yang ditujukan untuk pedagang barang dagangan yang melakukan aktivitas di trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Dan hal itu terjadi di Kabupaten Pasuruan, Pemerintah Daerah membuat dan menetapkan Peraturan Daerah tentang PKL yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengaturan dan Pembinaan PKL.

Di era modern ini, di kota-kota besar banyak kita jumpai pedagang kaki lima (PKL). 3 Taufik Ramdaani, Persepsi PKL di Kota Pasuruan Terhadap Kebijakan Relokasi, Jurnal Sosiologi Reflektif. (2019), Volume 14 No.1 ,h 152. 4 Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 Pedoman Tata Jalan dan Pemberdayaan.

Salah satu faktor seseorang memilih menjadi pedagang kaki lima adalah kesulitan ekonomi, terbatasnya kesempatan kerja, PHK dari pabrik di daerah tersebut. Selain itu, Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 11 Tahun 2005 mengatur bahwa setiap pedagang kaki lima yang ingin berusaha harus memiliki tanda daftar usaha. 8 Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengaturan dan Pembinaan Kegiatan Pedagang Kaki Lima.

Berdasarkan fenomena diatas, menurut penulis perlu adanya klarifikasi dan pendalaman lebih lanjut bagaimana implementasi dari Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No. 11 Tahun 2005 tentang pengaturan tentang daftar usaha pedagang kaki lima di kawasan Desa Warung Dowo Kec.

Manfaat Penelitian

Orisinalitas Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan dan menyajikan hasil data terkait implementasi Perda No. 3 Tahun 2014 pasal 1 ayat. 8, tentang penataan dan penertiban pedagang kaki lima di Pasar Projo Kec. Semarang, proses tersebut masih belum berjalan secara efisien karena pengawasan dan penertiban yang dilakukan oleh Dinas Pasar Projo Ambarawa masih belum optimal dan kendala masih datang dari pedagang kaki lima. Penelitian selanjutnya adalah Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Perspektif MASLAHAH (Studi PKL di Alun-Alun Kota Bangil), oleh.

Melalui wawancara dengan beberapa warga sekitar tentang keberadaan PKL bagi mereka tidak merugikan siapapun tetapi sangat menguntungkan dan dapat membantu perekonomian warga sekitar. Penelitian selanjutnya adalah analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang kaki lima (studi di sekitar alun-alun kabupaten Klaten) oleh Anang Handhika dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian berkaitan dengan analisis pengaruh faktor-faktor pedagang kaki lima terhadap modal, masa usaha, jumlah tenaga kerja dan sistem jam buka serta tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima.

Uji hipotesis klasik, uji statistik, uji validitas dampak untuk memaksimalkan bagaimana potensi dikelola di sektor usaha pedagang kaki lima. Penelitian lainnya adalah Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Jam Kerja terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima di Desa Ngaliyan Semarang (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Desa Ngaliyan), oleh Rohmatul Isrohah dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Hasil penelitian disajikan dengan gambaran yang berbeda-beda, salah satunya yang paling berpengaruh antara modal kerja dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang kaki lima.

Dari beberapa analisis antara keduanya yaitu modal kerja dan waktu kerja, keduanya mempengaruhi pendapatan bersih PKL dalam aspek yang berbeda. Dan kondisi ini mencerminkan bahwa bagi PKL di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, faktor waktu kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam memperoleh pendapatan. 3 Tahun 2014 tentang Penataan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima dan Tempat Penelitian di Pasar Projo Kabupaten Semarang, sedangkan penulis menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Tempat Penelitian di Warung Dowo Kabupaten Pasuruan 2.

Pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Perspektif MASLAHAH (Studi PKL di Alun-Alun Kota Bangil) yang dilakukan oleh Riza Rahmawati dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Peraturan Daerah yaitu PKL dan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No. 11 Tahun 2005 tentang Pengaturan dan Pembinaan PKL. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang kaki lima (studi di sekitar alun-alun Kabupaten Klaten) dibuat oleh Anang Handhika dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Perbedaannya terletak pada tujuan penelitian yang lebih banyak berbicara tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PKL, sedangkan penulis berbicara tentang implementasi peraturan daerah. Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima Kelurahan Ngaliyan Semarang (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Kelurahan Ngaliyan) oleh Rohmatul Isrohah dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Metode Penelitian

Penelitian hukum empiris merupakan salah satu bentuk penelitian hukum yang dapat disebut penelitian lapangan, yaitu mempelajari ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dan apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat sekitar.10 Dengan kata lain, menganalisis masalah dilakukan dengan cara yang merangsang, secara mendetail dengan menggabungkan bahan hukum sekunder dari berbagai literatur seperti terbitan berkala, surat kabar, majalah, dan buku-buku dengan data primer yang diperoleh di lapangan, yaitu tentang pelaku usaha yang berdagang di sektor nonformal yang populer disebut dengan Pedagang Kaki Lima (PKL). Menggunakan jenis penelitian hukum empiris karena penelitian ini dilakukan melalui penelitian lapangan yaitu bertempat di Warung Dowo Kabupaten Pasuruan yang bertujuan untuk mengimplementasikan Pasal 5 Perda Kabupaten Pasuruan No. Dalam penelitian diperlukan suatu pendekatan karena dalam suatu pendekatan, solusi atau penyelesaian suatu masalah memiliki tahapan yang maksimal agar hasilnya dapat sesuai dengan kinerja penelitian.

Pendekatan hukum sosiologis adalah mengidentifikasi hukum sebagai pranata yang nyata dan fungsional dalam suatu sistem kehidupan yang nyata.11 Selain itu, diketahui bahwa pendekatan hukum sosiologis lebih menekankan pada penelitian guna memperoleh pengetahuan hukum yang ada dengan cara mendatangi langsung tempat yang akan diteliti yaitu Warung Dowo Kabupaten Pasuruan dan mewawancarai narasumber untuk mendapatkan data pelaksanaan Pasal 5 Perda Kabupaten Pasuruan No. Sumber data primer diperoleh langsung dari sumber pertama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti 12 Sumber data diperoleh dari lapangan dengan beberapa instrumen pengumpulan data lapangan seperti wawancara dan beberapa lainnya. Bahan hukum sekunder adalah data sekunder yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.13 Bahan hukum yang dimaksud adalah kepustakaan lain, seperti buku atau jurnal, yang melengkapi data sumber data primer.

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder memberikan pedoman, pengertian dan penelaahan terhadap bahan hukum lainnya. Wawancara yang dilakukan secara langsung dengan narasumber merupakan pengumpulan data sesuai dengan fakta sosial, hal ini akan dijadikan sebagai bahan kajian hukum empiris, melakukan tanya jawab langsung dimana pertanyaan disusun secara sistematis, rinci, jelas dan terarah sesuai permasalahan dan permasalahan hukum yang diangkat dalam penelitian. Observasi adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan.

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi seperti yang mereka saksikan selama penelitian (W. Gulo, 2002: 116). Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan mendatangi lokasi plakat yaitu di sekitar pinggir jalan Warung Dowo yang ditempati oleh pedagang kaki lima. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di sepanjang jalan Warung dowo.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah dari populasi umum pedagang kaki lima terdapat 50 pedagang yang dijadikan sampel yaitu 5 pedagang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling, teknik ini sering disebut random sampling yaitu pengambilan sampel penelitian secara acak.

Setelah hasil pengumpulan data selesai, peneliti harus segera memberikan tanggapan untuk menganalisis apa yang tepat untuk dilakukan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Teknik analisis kualitatif adalah proses pencarian dan penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi dalam bentuk rekaman video/audio dengan cara menyusun data kemudian mempelajarinya dan menarik kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Sistematika Penulisan

Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Penutup

Sedangkan implementasi Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No. 11 Tahun 2005 yang mengatur tentang pendaftaran usaha belum terealisasi, hal ini dibuktikan dengan PKL yang hampir di seluruh Kabupaten Pasuruan tidak memiliki STDU (Tanda Daftar Usaha). Jadi pedagang kaki lima hanya tahu bahwa selama melakukan aktivitas dagangnya, tidak melanggar aturan dan tidak menghalangi lalu lintas kendaraan, merasa aman dari pengusiran atau dikeluarkan Satpol PP. Hambatan dalam pelaksanaan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 11 Tahun 2005 yang mengatur tentang pendaftaran usaha salah satunya adalah kurangnya sumber daya manusia dari pemerintah untuk mengkondisikan PKL.

Karena PKL tidak hanya dari daerah yang ditempatinya tetapi dari berbagai daerah. Upaya mengatasi hambatan pelaksanaan pasal 5 Perda Kabupaten Pasuruani No. 11 Tahun 2005 yang mengatur tentang usaha PKL adalah agar pemerintah membentuk paguyuban PKL agar lebih mudah mensosialisasikan suatu kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang PKL. Dan juga pemerintah telah mengganti program pendaftaran usaha manual dengan OSS (Online Single Submission) yaitu perizinan usaha secara online.

Yang dilakukan secara mandiri menggunakan link yang nantinya dibagikan saat mengunjungi pedagang kaki lima. Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan, penulis menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk lebih meningkatkan upaya penyediaan dan pengembangan fasilitas yang layak bagi PKL khususnya pengalokasian tempat bagi PKL di setiap kecamatan untuk berjualan dan mendapatkan kemudahan, keamanan yang terjamin dan tempat yang dapat dijadikan acuan bagi PKL untuk mendapatkan penghasilan yang maksimal. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 65 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima Di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

Referensi

Dokumen terkait

Bab I yaitu pendahuluan, merupakan bab yang berisi gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

[28] investigated the characteristics of concrete with chemically bonded used foundry sand in concrete with characteristic compressive strength of 20 MPa having natural river sand