• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA SKRIPSI"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY

DI MAKASSAR

MUHSIN ZUBAIR DARMADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

i

SKRIPSI

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY

DI MAKASSAR

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Disusun dan diajukan oleh:

MUHSIN ZUBAIR DARMADI A211 14 510

Kepada:

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(3)

ii

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY

DI MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh

MUHSIN ZUBAIR DARMADI A211 14 510

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Makassar, 8 Oktober 2018

Pembimbing I

Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si NIP. 19581231 198601 1 008

Pembimbing II

Dr. Sumardi, SE., M.Si NIP. 19560505 198503 1 002 Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Nurdjanah Hamid, SE.,M.Agr.

NIP. 19600503 198601 2 001

(4)

iii

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY

DI MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh

Muhsin Zubair Darmadi A211 14 510

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 14 -11 -2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui, Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si Ketua 1………..

2. Dr. Sumardi, SE., M.Si Sekretaris 2………..

3. Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si Anggota 3………..

4. Dr. Maat Pono, SE., M.Si Anggota 4………..

5. Dra. Hj. Nursiah Sallatu, MA Anggota 5………..

Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Nurdjanah Hamid, SE.,M.Agr.

NIP. 19600503 198601 2 001

(5)

iv Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhsin Zubair Darmadi

NIM : A211 14 510

Jurusan/ Program Studi : Manajemen/ Strata Satu

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul:

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR

Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 8 Oktober 2018 Yang membuat pernyataan,

Muhsin Zubair Darmadi

(6)

v PRAKATA

Dengan memanjatkan Rasa Syukur Kepada Allah Swt karena atas limpahan berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul: ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat penyusunan tugas akhir pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Hasanudin Makassar.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat, anugerah, dan kasih-Nya, serta segala bantuan yang tidak terhitung jumlahnya sebagai jawaban dari doa-doa yang terkecil bahkan yang tidak terucap sekalipun.

2. Kedua orang tua, Ahmad S.Pd dan Darlina yang telah memberikan kasih sayang, motivasi dan selalu mendoakan agar skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A. Selaku Rektor Universitas Hasanuddin.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman Kadir., SE., M.Si., CIPM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

5. Ibu Dr. Hj. Nurdjanah Hamid., SE., M. Agr. Selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

6. Bapak Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si Selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Sumardi, SE., M.Si Selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis serta diskusi hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan baik sebagai dosen pembimbing maupun dosen pengajar dikelas.

7. Ibu Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si, Bapak Dr. Maat Pono, SE., M.Si, dan Ibu Dra. Hj. Nursiah Sallatu, MA yang telah memberikan pengarahan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Ibu Dr. Fauziah Umar, SE., M.Si. selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan.

(7)

vi

perkuliahan. Terkhusus kepada Pak Asmari, Pak Tamsir, Pak Dandu, Pak Safar, Bu Susi, Pak Arif, dan Pak Bur yang selalu memberikan bantuan kepada penulis dan kelancaran segala pengurusan berkas kelengkapan selama perkuliahan.

11. Direktur dan pegawai PT. SINAR GOWA INDUSTRY yang telah membantu saya dalam proses penelitian sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

12. Kakak tercinta Muflih Mubarak Darmadi yang rela meminjamkan laptop selama proses pengerjaan dari tahap proposal hingga skripsi.

13. Terima kasih kepada Dian Haerunnisa yang menemani dan memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

14. Terima kasih kepada sahabatku yang sejak SMP (Darul dan Satria) yang telah membantu, memotivasi dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam penyelesaian skripsi.

15. Terima kasih kepada sahabatku yang membersamai sejak SMA (Hilmy, Ojan, Sigit, Malvin, Rahim) yang memberikan dorongan kepada penulis agar menyelesaikan skripsi tepat waktu.

16. Teman-teman BRILIANT yang menemani dan berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi.

17. Keluarga Besar Unit Tenis Lapangan Mahasiswa (UTILMA), Mashur, Darul, Azwar, Kak Faisal, Dian, Furqan, Aco, Ongky, Teem, JT, Jek, Waiz, Indra, Awal, Ama, Wawan, dan seluruh adik-adik penerus UTILMA.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Makassar, 8 Oktober 2018

Muhsin Zubair Darmadi

(8)

vii ABSTRAK

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR

Muhsin Zubair Darmadi Nurdin Brasit

Sumardi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengendalian mutu dengan metode Six Sigma pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY dalam upaya mengurangi tingkat kecacatan dan memaksimalkan keuntungan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang berhubungan dengan proses produksi mie kering. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung kepada pihak terkait dalam proses produksi. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan yang berkaitan dengan proses produksi mie kering cap Kepiting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengendalian mutu pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY sudah baik yaitu pada tingkat 3.60 sigma dengan DPMO (Defect Per Million Opportunity) 18.000.

Kata kunci: Pengendalian mutu, Six Sigma, DPMO.

(9)

viii

PT. SINAR GOWA INDUSTRY IN MAKASSAR

Muhsin Zubair Darmadi Nurdin Brasit

Sumardi

This study aims to improve quality control with the Six Sigma method at PT.

SINAR GOWA INDUSTRY in an effort to reduce the level of disability and maximize profits. The data used in this study consisted of primary data and secondary data related to the process of dry noodle production. Primary data is obtained through observation and direct interviews with related parties in the production process. Secondary data is obtained from documents and reports relating to the production process of crab dried noodles. The results of this study indicate that the level of quality control at PT. SINAR GOWA INDUSTRY is good at the level of 3.60 sigma with 18.000 DPMO (Defect Per Million Opportunity).

Keywords: Quality control, Six Sigma, DPMO.

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN KEASLIAN ...iv

PRAKATA ...v

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... .xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian...4

1.4. Manfaat Penelitian...5

1.5. Sistematika Penulisan ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Mutu ...7

2.2 Pengendalian Mutu ...9

2.2.1 Pengertian Pengendalian Mutu...9

2.2.2 Tujuan Pengendalian Mutu ...10

2.3 Dimensi Mutu ...12

2.4 Biaya Mutu ...13

2.5 Total Quality Management (TQM) ...16

2.6 Six Sigma ...18

2.6.1 Pengertian Six Sigma ...18

2.6.2 Istilah Dalam Konsep Six Sigma ...19

2.6.3 Tahap-tahap Penerapan Six Sigma ...22

2.6.4 Manfaat Six Sigma ...23

2.7 Penelitian Terdahulu ...24

2.8 Kerangka Pikir ...27

2.9 Hipotesis ...28

(11)

x

3.2 Tempat dan Waktu ...29

3.3 Populasi dan Sampel ...29

3.3.1 Populasi ...29

3.3.2 Sampel ...29

3.4 Jenis dan Sumber Data ...31

3.4.1 Jenis Data ...31

3.4.2 Sumber Data ...31

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...31

3.5.1 Observasi ...32

3.5.2 Wawancara ...32

3.5.3 Dokumentasi ...32

3.5.4 Penelitian Pustaka (Library Research) ...32

3.6 Definisi Operasional ...32

3.7 Metode Analisis ...33

3.7.1 Metode Deskriptif...33

3.7.2 Analisis P-Chart ...33

3.7.3 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma ...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...36

4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...36

4.1.2 Visi dan Misi ...37

4.1.3 Struktur Organisasi PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...38

4.1.4 Sistem Kerja ...39

4.1.5 Aspek Produksi PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...39

4.1.6 Proses Pembuatan Mie Kering ...40

4.2 Hasil Penelitian ...41

4.2.1 Kebijakan Mutu PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...41

4.2.2 Standar Mutu Produk PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...42

4.2.3 Proses Produksi ...42

4.2.4 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma ...43

4.2.5 Keuntungan yang Hilang Akibat Produk Cacat ...47

(12)

xi BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...49

5.2 Saran ...50

DAFTAR PUSTAKA ...52

LAMPIRAN ...56

(13)

xii

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24 Tabel 3.1 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma ...35 Tabel 4.1 Syarat Mutu Mi Kering ...42 Tabel 4.2 Jumlah Produksi Mie Kering Cap Kepiting PT. SINAR

GOWA INDUSTRY bulan Agustus – September 2018 ...43 Tabel 4.3 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma ...46 Tabel 4.4 Manfaat dari Pencapaian Beberapa Tingkat Sigma ...47

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ...28

Gambar 4.1 Logo PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...36

Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...38

Gambar 4.3 Proses Pembuatan Mie Kering PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...41

Gambar 4.4 Diagram P-Chart Produksi Mie Kering Cap Kepiting Bulan Agustus – September 2018 pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY ...45

(15)

xiv

Lampiran 2 Biodata ...61

(16)

1 BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Pangan adalah kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga sangat diperlukan pemenuhan terhadap konsumsi pangan. Pemenuhan terhadap kebutuhan pangan, diukur dari konsumsi pangan manusia setiap hari. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah konsumsi pangan yang harus dipenuhi oleh manusia setiap hari. Berdasarkan hasil analisis dinamika konsumsi pangan yang merumuskan komposisi pangan yang ideal yang terdiri dari 56 - 68% dari karbohidrat, 10 – 13% dari protein dan 20–30% dari lemak. Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat yang sangat banyak diperlukan makanan-makanan yang mengandung karbohidrat, seperti konsumsi padi-padian, umbi-umbian, maupun konsumsi lainnya seperti mie.

Mie adalah salah satu makanan berbahan dasar tepung yang dapat menjadi alternatif pengganti dari nasi untuk menunjang kebutuhan karbohidrat. Mie sangat digemari dikalangan masyarakat pedesaan maupun perkotaan.

Berdasarkan World Instant Noodles Association (WINA) tingkat permintaan akan produk mie di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 13.010 miliyar unit. Mie terbagi menjadi tiga jenis, yaitu mie basah, mie kering, dan mie instant. Mie basah adalah mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan yang memiliki kadar air 52%, mie kering adalah mie segar yang dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 8-10%, dan mie instant adalah mie yang dihasilkan dari proses penggorengan yang kadar airnya mencapai 5-8%

(Ritantiyah, 2010).

(17)

Saat ini konsumsi masyarakat terhadap produk mie terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut, disebabkan karena konsumsi mie lebih praktis penyajiannya dibandingkan dengan makanan sejenis yang mengandung karbohidrat. Dampak yang ditimbulkan dari konsumsi masyarakat mampu meningkatkan produksi mie, terutama produk mie kering.

Mie kering adalah makanan kering yang berbahan dasar tepung terigu dengan tambahan bahan makanan lain, serta memiliki kadar air sebesar 8-10%

(Biyumna, 2017). Proses pengeringan dilakukan agar mencapai kadar air tersebut, sehingga umur simpan mie kering yang lebih panjang dari pada mie basah. Produk mie kering dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk olahan lainnya.

Untuk dapat menunjang perbaikan ataupun peningkatan kualitas produksi mie kering dibutuhkan pengendalian mutu (kualitas) mulai dari bahan baku yang digunakan, proses pembuatan, hingga ke tangan konsumen. Pengendalian mutu (kualitas) yang dimaksud adalah adalah suatu kegiatan yang tidak hanya fokus untuk mendeteksi kerusakan, tetapi lebih kepada mencegah kerusakan (Vincent Gaspersz dalam Putra, 2015). Pencapaian pengendalian mutu (kualitas) dapat diukur dengan penggunaan alat ukur yaitu Six Sigma.

Menurut Gaspersz dalam Nailah (2014) Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas produk dan jasa ke arah 3,4 tingkat kegagalan per sejuta kesempatan. Tujuan dari Six Sigma yaitu meningkatan efisiensi proses produksi yang akan berujung pada kepuasan konsumen akan hasil produksi yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut dapat dicapai dalam Six Sigma dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analisys, Improve, Control). Adapaun masalah kegagalan dapat diukur dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million Opportunities). DPMO (Defects Per Million

(18)

3

Opportunities) adalah ukuran kegagalan dalam Six Sigma dalam persejuta kesempatan.

PT. SINAR GOWA INDUSTRY merupakan salah satu perusahaan yang berkerja pada bisnis produksi minuman seperti, air minum dalam kemasan merek SG dan minuman berperisa. Perusahaan ini juga memproduksi mie kering dalam berbagai macam jenis seperti, mie telur, mie kering cap Perahu, mie kering cap Kepiting, dan mie kering special cap Udang. Perusahaan ini terletak di Jalan Insinyur Sutami No.88, Bira, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90243.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2005.

Salah satu lini bisnis pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY adalah mie kering dengan tingkat produksi perharinya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Produksi Mie Kering PT SINAR GOWA INDUSTRY

NO. PRODUK TOTAL PRODUKSI

PERHARI

1 Mie Telur 1.920 ball

2 Mie Kering Cap Perahu 2.996 ball 3 Mie Kering Cap Kepiting 2.997 ball 4 Mie Kering Spesial Cap Udang 2.015 ball

Dengan jumlah produksi tersebut, terkadang ditemukan produk yang cacat baik disebabkan oleh mesin maupun kondisi mie kering itu sendiri, maka dianggap penting untuk pangendalian mutu (kualitas) dengan menggunakan Six Sigma.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis menuangkan dalam usulan penelitian skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR”.

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kebijakan pengendalian mutu dan proses produksi diPT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

2. Berapa nilai sigma yang saat ini dimiliki oleh PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

3. Berapa nilai defect per million opportunities (DPMO) yang saat ini dimiliki oleh PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

4. Berapa banyak keuntungan yang hilang akibat produk cacat yang dihasilkan PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

5. Bagaimana solusi yang tepat dalam mengatasi produk yang cacat pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kebijakan pengendalian mutu dan proses produksi di PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

2. Untuk mengetahui nilai sigma yang saat ini dimiliki oleh PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

3. Untuk mengetahui nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang saat ini dimiliki oleh PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

4. Untuk mengetahui banyaknya keuntungan yang hilang akibat produk cacat yang dihasilkan PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

5. Untuk mengetahui solusi yang tepat dalam mengatasi produk yang cacat pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

(20)

5

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk mengembangkan pengetahuan seputar yang diteliti dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan selama proses perkuliahan.

2. Bagi akdemisi, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan informasi terkait dengan pengendalian mutu yang menggunakan metode Six Sigma.

3. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi sebagai masukan untuk perbaikan mutu kedepannya.

4. Bagi masyarakat umum, memberikan informasi terkait proses produksi dan kualitas produk dari PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal penelitian ini dibagi menjadi tiga bab, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini berisi landasan teori yang berisi tentang konsep mutu, pengertian dan tujuan pengendalian mutu, dimensi mutu, biaya mutu, TQM (Total Quality Management), pengertian Six Sigma, istilah dalam konsep Six Sigma, tahap-tahap penerapan Six Sigma, manfaat Six Sigma, penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN, bab ini berisikan rancangan penelitian, tempat dan waktu pengumpulan data, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis.

(21)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN, bab ini membahas analisis dalam penelitian serta berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan dalam perumusan masalah antara lain gambaran umum perusahaan, sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, sistem kerja aspek produksi, proses pembuatan mie kering, hasil penelitian kebijakan mutu, standar mutu produk, proses produksi, analisis DPMO dan tingkat sigma, serta keuntungan yang hilang akibat produk cacat.

BAB V PENUTUP, bab ini inti hasil dalam penelitian dari semua kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini di jelaskan secara ringkas berisikan kesimpulan dan saran.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mutu

Mutu (kualitas) memiliki banyak pengertian tergantung dari para ahli yang melihat dari sudut pandang mereka masing-masing, seperti pendapat beberapa para ahli berikut ini:

1. Vincent Gaspersz dalam Tumbel et al. (2016) mendefinisikan:

“Mutu (kualitas) adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan”.

2. Josep Juran dalam Muhaemin (2012) berpendapat bahwa:

"Quality is fitness for use" yang berarti kualitas berkaitan dengan enaknya barang tersebut digunakan.

3. Crosby dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Quality is conformance to requirement”.

Artinya sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.

4. Menurut American Society For Quality yang dikutip oleh Heizer dan Render dalam Muhaemin (2012) berpendapat bahwa:

"Quality is the totality of features and characteristic of a product or service that bears on it's ability to satisfy stated or implied need"

(23)

Artinya, kualitas adalah seluruh bentuk dan ciri produk atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang jelas maupun yang tak terlihat.

5. Menurut Hansen dan Mowen dalam Pelawi (2011) berpendapat bahwa:

"Quality is a relative measure of goodness".

Artinya kualitas adalah ukuran relatif suatu kebaikan.

6. Menurut Deming dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar”.

7. Menurut Feigenbaum dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk”.

8. Menurut Garvin dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen”.

Selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah sehingga kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan kualitas produk tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi dari mutu (kualitas), maka mutu (kualitas) dapat didefinisikan sebagai suatu standar produk

(24)

9

atau jasa yang dapat memberikan kepuasan guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

2.2 Pengendalian Mutu

2.2.1 Pengertian Pengandalian Mutu

Berikut beberapa definisi mengenai pengandalian mutu (kualitas), yaitu:

1. Vincent Gaspersz dalam Putra (2015) mendefinisikan pengendalian mutu (kualitas) adalah:

“Suatu kegiatan yang tidak hanya fokus untuk mendeteksi kerusakan, tetapi lebih kepada mencegah kerusakan”.

2. Feigenbaum dalam Putra (2015) mendefinisikan pengendalian mutu (kualitas) adalah:

“Suatu ukuran kinerja produk dan jasa dengan membandingkan standar dan spesifikasinya, serta adanya tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan”.

3. Fakhri (2010) berpendapat bahwa:

“Pengendalian mutu (kualitas) adalah sebuah teknik atau tindakan merencanakan dan mempertahankan kepuasan konsumen melalui kualitas dari suatu produk dan jasa dengan melihat standar produksi perusahaan”.

4. Menurut Irawan (2014) pengendalian mutu (kualitas) adalah:

“Suatu aktivitas meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan melalui produk dan jasa yang dihasilkan, bahkan mampu memperluas cakupan pasar”.

5. Menurut Susetyo (2011):

“Pengendalian mutu (kualitas) merupakan suatu sistem pengendalian yang dilakukan dari tahap awal suatu proses sampai produk jadi, dan bahkan sampai pada pendistribusian kepada konsumen”.

(25)

6. Menurut Yazid (2013):

“Pengendalian kualitas (quality control)adalah teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas”.

7. Menurut Prawirosentono dalam Fajar (2014):

“Pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar oengiriman produk akhir ke konsumen agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan”.

8. Menurut Ekoanindiyo (2015):

“Pengendalian mutu adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai standar dengan melakukan pengawasan, pengujian, pengendalian, dan perbaikan pada bahan baku dari awal produksi hingga akhir demi mencapai standar yang diinginkan”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai pengertian pengandalian mutu (kualitas), maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian mutu adalah aktivitas mempertahankan dan meningkatkan kualitas (mutu) suatu produk dan jasa berlandaskan standar yang telah ditentukan, serta mencegah terjadinya penyimpangan guna memberikan kepuasan maksimal kepada konsumen.

2.2.2 Tujuan Pengendalian Mutu

Tujuan dari pengendalian mutu adalah agar hasil akhir produk tetap sesuai dengan standar (Ariyani, 2007). Adapun menurut Assuari dalam Ekoanindiyo (2015), berpendapat bahwa tujuan pengendalian mutu adalah sebagai berikut:

1. Agar produk hasil produksi sesuai dengan standar 2. Agar biaya inspeksi dapat diminimalisir

3. Agar biaya biaya mesin dan biaya proses dapat diperkecil 4. Agar biaya produksi dapat diperkecil

(26)

11

Menurut Reksohadiprojo dan Sudarmo dalam Ekoanindiyo (2015), tujuan pengendalian mutu (kualitas) adalah untuk memperbaiki kualitas, mempertahankan kualitas dan mengurangi jumlah produk yang rusak dalam kegiatan produksi.

Menurut Muhaemin (2012):

“Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan bahwa kualitas produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan megeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah mungkin”.

Menurut Elmas (2017):

“Tujuan pengendalian kualitas adalah terdapatnya peningkatan kepuasan konsumen, proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya serendah-rendahnya serta sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan”.

Pengendalian kualitas harus dapat mengarahkan kepada beberapa tujuan secara terpadu, sehingga para konsumen dapat puas mempergunakan produk atau jasa dari perusahaan. Harga produk atau jasa perusahaan tersebut harus dapat ditekan serendah-rendahnya serta proses produksinya dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya didalam perusahaan yang bersangkutan. Pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan disetiap perusahaan. Apabila pengendalian kualitas dilakukan dengan baik, bagi perusahaan akan menimbulkan tambahan biaya yaitu biaya pengawasan kualitas, dan tingkat kerusakan produk yang dihasilkan sangat rendah atau produk rusak yang terjadi sedikit.

Dapat disimpulkan berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai tujuan dari pengendalian mutu yaitu agar suatu standar dari produk dapat tetap dipertahankan kualitasnya, meminimalisir biaya-biaya yang digunakan selama produksi dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, serta mempertahankan atau meningkatkan kepuasan konsumen.

(27)

2.3 Dimensi Mutu

Mutu produk dan jasa diharapkan mampu memenuhi atau bahkan melebihi harapan para konsumen. Menurut Hansen dan Mowen dalam Pelawi (2011) mendeskripsikan harapan konsumen ke dalam delapan dimensi mutu (kualitas), yaitu:

1. Kinerja (Performance)

Kinerja adalah tingkat baiknya fungsi produksi.

2. Estetika (Aesthetics)

Estetika berkaitan dengan wujud fisik produk serta berhubungan dengan tampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi komunikasi yang berkaitan dengan jasa.

3. Kemudahan Perawatan dan Perbaikan (Serviceability)

Kemudahan perawatan dan perbaikan berhubungan dengan tingkat kemudahan dalam merawat dan memperbaiki suatu produk.

4. Keunikan (Features)

Keunikan yang dimaksud adalah ciri khas dari suatu produk yang berbeda dengan produk sejenis.

5. Reliabilitas (Reability)

Reliabilitas adalah tingkat probabilitas suatu produk atau jasa dalam menjalankan fungsi dalam jangka waktu tertentu.

6. Durabilitas (Durability)

Durabilitas adalah umur dari manfaat produk tersebut.

7. Tingkat Kesesuaian (Quality of Conformance)

Tingkat kesesuaian adalah apakah tingkatan suatu produk atau jasa telah memenuhi spesifikasinya.

8. Pemanfaatan (Fitness for use)

Pemanfaatan adalah kesesuaian fungsi-fungsi dari suatu produk sesuai dengan yang diiklankan. Apabila sebuah produk mengandung cacat desain yang parah, maka produk tersebut tidak bisa berfungsi meskipun kesesuaian sesuai dengan spesifikasinya. Produk yang dikembalikan para pelanggan seringkali disebabkan oleh adanya masalah dalam dimensi pemanfaatan ini.

Menurut Garvin dalam Muhaemin (2012) mendeskripsikan delapan dimensi mutu (kualitas) yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk, yaitu:

(28)

13

1. Performa (performance)

Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.

2. Keistimewaan (features)

Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

3. Keandalan (reliability)

Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.

4. Konformasi (conformance)

Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Daya tahan (durability)

Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability)

Merupakan karakteristik yan berkaitan dengan kecepatan, keramahan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.

7. Estetika (esthetics)

Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

Bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengonsumsi produk tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu (kulitas) perlu memperbaiki keseluruhan dari dimensi mutu di atas.

2.4 Biaya Mutu

Menurut Hansen dan mowen dalam Anggriani (2013) mendefiniskan bahwa biaya mutu (kuaitas) adalah segala biaya yang berkaitan dengan aktivitas penunjang kualitas, yang dilakukan adanya kemungkinan produk yang buruk atau telah terdapat produk yang buruk.

(29)

Menurut JM. Juran dalam Pelawi (2011) mengklasifikasikan biaya kualitas menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan kecacatan produk, pembatasan biaya kegagalan dan biaya penilaian. Terdapat beberapa biaya yang termasuk biaya pencegahan, diantaranya:

a. Perencanaan Kualitas (Quality Planning)

Segala biaya yang berkaitan dengan menciptakan dan menyampaikan rencana-rencana dan sistem kualitas, pemeriksaan, keandalan dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan, termasuk biaya-biaya untuk menyediakan seluruh petunjuk dan prosedur yang diperlukan.

b. Tinjauan Produk Baru (New Products Review)

Biaya yang berhubungan dengan pengadaan penawaran proposal, evaluasi desain-desain baru, pengetesan dan percobaan memprogram, serta segala kegiatan yang berkaitan dengan peluncuran produk baru.

c. Pelatihan (Training)

Segala biaya yang berkaitan dengan program pengembangan dan pelaksanaan program-program pelatihan guna peningkatan kinerja kualitas.

d. Pengendalian Proses (Quality Control)

Biaya yang berkaitan dengan pengendalian proses dengan tujuan untuk mencapai kesesuaian penggunaan dan suatu pembeda yang sulit diterapkan dalam praktek.

e. Perolehan data kualitas dan analisa (Quality data acquisition and analysis)

Biaya untuk mengolah sistem data kualitas yang bertujuan untuk mendapatkan data berkelanjutan.

f. Laporan Kualitas (Quality Reporting)

Biaya untuk menggabungkan data kualitas dan dipresentasikan kepada manajer bagian atas.

g. Proyek-proyek peningkatan (Improvement Projects) Biaya untuk menerapkan proyek-proyek unggulan.

2. Biaya Penilaian (Apprasial Cost)

Biaya penilaian adalah segala biaya yang ditujukan untuk menentukan kondisi produk dan bahan baku. Biaya yang termasuk dalam biaya penilaian, antara lain:

a. Pemeriksaan bahan baku yang datang (Incoming materials inspection)

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan dengan tujuan untuk memeriksa dan menguji kesesuaian kualifikasi bahan

(30)

15

baku yang dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan.

b. Pemeriksaan dan pengujian (Inspection and test)

Segala biaya yang digunakan untuk memeriksa kesesuaian produk sepanjang proses desain dan manufaktur, termasuk melakukan pengujian hingga sampai ke tangan konsumen.

c. Mempertahankan ketelitian dari pengujian peralatan (Maintaining accuracy of test equipment)

Biaya yang digunakan dalam pelaksanaan dan mempertahankan peralatan untuk mengukur.

d. Bahan-bahan dan jasa yang terpakai (Materials and services consumed)

Biaya dari produk yang dikonsumsi dalam uji destruktif, dan juga biaya dari bahan dan jasa saat pengujian.

e. Evaluasi persediaan (Evaluation of stock)

Biaya yang bertujuan menilai kondisi produk dalam ruang simpan.

3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

Biaya kegagalan internal adalah segala biaya yang harus dikeluarkan akbiat ditemukannya produk cacat sebelum diantarkan ke konsumen. Adapun biaya yang termasuk dalam biaya kegagalan internal, antara lain:

a. Sisa bahan (Srap)

Suatu kerugian bersih pada tenaga kerja dan bahan akibat produk cacat yang secara ekonomi tidak dapat diperbaiki atau digunakan.

b. Pengerjaan ulang (Rework)

Segala biaya untuk perbaikan produk agar dapat digunakan.

c. Pengujian ulang (Retest)

Segala biaya pemeriksaan kembali atas produk yang dikerjakan ulang.

d. Downtime

Biaya tidak aktifnya fasilitas, peralatan, dan tenaga kerja yang tidak aktif akibat barang-barang yang cacat.

e. Yield losses

Biaya proses yang lebih rendah yang bisa dicapai melalui proses pengawasan yang ditingkatkan.

f. Disposition

Biaya yang bertujuan apakah produk yang tidak sesuai dapat digunakan dan apakah langkah yang diambil untuk produk tersebut.

(31)

4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)

Biaya kegagal eksternal adalah biaya yang dikeluarkan akibat adanya produk cacat yang ditemukan setelah barang tiba ditangan konsumen. Adapun biaya yang termasuk dalam biaya kegagalan eksternal, antara lain:

a. Penanganan keluhan (Complaint adjustment)

Biaya-biaya yang digunakan untuk menyelidiki dan menanggapi keluhan-keluhan karena produk yang cacat, instalasi yang keliru, atau petunjuk yang tidak sesuai saat diberikan kepada konsumen.

b. Pengembalian produk (Returned material)

Biaya yang berkaitan dengan penggantian produk cacat dan dikembalikan dari konsumen.

c. Biaya garansi (Warranty charges)

Biaya perbaikan yang telah dijamin garansi.

d. Allowances

Pendapatan-pendapatan yang hilang karena menurunkan standar produk untuk dijual seperti barang bekas dan untuk pemberian hadiah yang dibuat untuk pelanggan yang menerima produk di bawah standar.

2.5 Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management menurut Heizer dan Render dalam Rahman (2015) mendefinisikan sebagai berikut:

“TQM menggambarkan penekanan mutu yang mengacu seluruh organisasi mulai dari pemasok hingga ke konsumen. TQM juga menekankan pada komitmen manajemen untuk memiliki keinginan yang berkesinambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen”.

Total Quality Management (TQM) menurut Deming dalam Gaspersz (2001) memerlukan perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement) yang dikenal dengan 14 butir prinsip manajmen Deming, antara lain:

1. Ciptakan tujuan yang mantap ke arah perbaikan barang maupun produk dan jasa, dengan tujuan menjadi lebih kompetitif dan tetap dalam bisnis serta memberikan lapangan kerja.

2. Adopsikan cara berfikir (filosofi) yang baru. Kita berada dalam era ekonomi yang baru, karena itu diperlukan transformasi manajemen

(32)

17

untuk menghadapi tantangan dan memahami tanggung jawabnya serta melakukan kepemimpinan untuk perubahan.

3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi massal untuk memperoleh kualitas. Hilangkan kebutuhan untuk inspeksi massal dengan cara membangun kualitas ke dalam produk itu sejak awal.

4. Akhiri praktek bisnis dengan hanya bergantung pada harga.

Sebaliknya, meminimumkan biaya total. Bergeraklah menuju pemasok (supplier) tunggal untuk setiap barang (item) dengan membina hubungan jangka panjang yang berdasarkan kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust).

5. Tingkatkan perbaikan secara terus-menerus pada sistem produksi dan pelayanan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas dan dengan demikian secara terus-menerus akan mengurangi biaya.

6. Lembagakan pelatihan kerja.

7. Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dan kepemimpinan seharusnya membantu pekerja, mesin, dan instrumentasi ke arah hasil kerja yang lebih baik.

8. Hilangkan ketakutan, sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif untuk perusahaan.

9. Hilangkan hambatan-hambatan di antara departemen. Orang- orang yang berada dalam bagian riset, desain, penjualan, dan produksi harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mengantisipasi masalah-masalah dalam produksi dan penggunaan dari barang dan/atau jasa itu.

10. Hilangkan slogan-slogan, desakan-desakan, dan target-target kepada pekerja untuk mencapai “kerusakan nol” (zero defect) dan tingkat produktivitas baru yang lebih tinggi.

11. a. Hilangkan kouta produksi kerja di lantai pabrik. Substitusikan dengan kepemimpinan.

b. Hilangkan “manajemen serba sasaran” (management by objective). Hilangkan manajemen berdasarkan angka produksi.

Substitusikan denan kepemimpinan.

12. a. Hilangkan penghalang yang merampok para pekerja dari hak kebanggaan kerja mereka. Tanggung jawab para pengawas (supervisor) harus diganti dari angka-angka produksi ke kualitas produk.

b. Hilangkan penghalang yang merampok orang-orang yang berada dalam posisi manajemen dan rekayasa dari hak kebanggaan kerja mereka. Ini berarti menghentikan praktek sistem penilaian tahunan (annual or merit rating) dan manajemen serba sasaran serta manajemen berdasarkan pada angka produksi.

(33)

13. Lembagakan program pendidikan dan pengembangan diri secara serius.

14. Gerakkan setiap orang dalam perusahaan untuk mencapai transformasi di atas. Transformasi menjadi tugas dan tanggung jawab setiap orang dalam perusahaan itu.

Total Quality Management merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada pelanggan dan tahap memperkenalkan perubahan dan perbaikan secara terus-menerus (Sholihah, 2012). Tujuan dari Total Quality Management adalah menjamin pelanggan puas akan barang dan jasa yang diberikan dan tidak ada kerugian yang dialami kedua belah pihak (Firdausiyah, 2014).

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi, sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pendapat dia ats bahwa Total Quality Management adalah sistem manajemen yang mengutamakan kualitas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan melalui perbaikan terus-menerus.

2.6 Six Sigma

2.6.1 Pengertian Six Sigma

Metode Six Sigma sering digunakan oleh perusahaan untuk pengedalian kualitas produk dengan meminimasi jumlah cacat atau defect. Menurut Gaspersz dalam Nailah (2014):

“Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas produk dan jasa ke arah 3,4 tingkat kegagalan per sejuta kesempatan”.

Adapun definisi lain tentang Six Sigma adalah sebuah metodologi yang bertujuan memperbaiki proses sekaligus mengurangi cacat pada produk (Latief, 2009).

(34)

19

Menurut Brue dalam Sirine (2017):

“Six Sigma merupakan falsafah manajemen yang berfokus untuk menghapus cacat dengan cara menekankan pemahaman, pengukuran, dan perbaikan proses”.

Menurut Pande dalam Sirine (2017):

“Six Sigma adalah suatu metode pengendalian dan peningkatan produk guna memaksimalkan kesuksesan suatu usaha yang berfokus kepada kebutuhan pelanggan”.

Six sigma dipandang sebagai pengendali proses produksi yang berfokus pada pelanggan. Menurut Susetyo (2011) terdapat aspek kunci dalam aplikasi konsep six sigma, yaitu:

1. Identifikasi pelanggan 2. Identifikasi produk

3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan 4. Definisikan proses

5. Hindari kesalahan dalam proses dan hilangkan pemborosan yang ada 6. Tingkatkan proses secara terus-menerus menuju target six sigma

Sehingga dapat disimpulkan bahwa six sigma adalah sebuah metode yang berfokus pada kebutuhan pelanggan pada peningkatan kualitas produk melalui sejumlah perbaikan dan juga mengurangi jumlah produk yang cacat saat produksi yang akan membawa perusahaan menuju kesuksesan.

2.6.2 Istilah dalam Konsep Six Sigma

Gaspersz (2001) mengemukakan bahwa terdapat beberapa istilah yang berlaku dalam metode six sigma, yaitu:

1. Black Belt. Merupakan pemimpin tim (team leader) yang bertanggung jawab untuk pengukuran, analysis, peningkatan, dan pengendalian proses-proses kunci yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan/atau pertumbuhan produktivitas. Black Belt adalah orang yang menempati posisi pemimpin penuh waktu (full-time position) dalam proyek six sigma. Sebelum menjadi Black Belt orang ini harus mendapat pelatihan dari Master Black Belt atau konsultan selama kurang lebih 160 jam pelatihan efektif, ditambah penanganan sebuah proyek six sigma yag berjangka waktu empat bulan, sistem palatihan yang ditawarkan adalah 5 hari, yaitu:

(35)

Session One (5 Days)

Understanding Six Sigma

Developing the Language of Six Sigma and Statistics How to Compute and Apply Basic Statistics

How to Establish and Benchmark Process Capability Session Two (5 Days)

Understanding the Theory of Sampling and Hypothesis Testing

How to Apply the Key Statistical Tools for Testing Hypotheses Understanding the Elements of Successful Application Planning

How to Apply and Manage the Breakthrough Strategy

How to Identify and Leverage Dominant Sources of Variation How to Establish Realistic Performance Tolerances

Session Three (5 Days)

Understanding the Basic Principle of Experimentation How to Design and the Execute Multivariable Experiments How to Interpret and Communicate the Results of an Experiment

How to Plan and Execute a Variable Search Study Session Four (5 Days)

Understanding the Basic Concepts of Process Control

How to Construct, Use, and Maintain Charts for Variable Data How to Construct, Use, and Maintain Charts for Attribute Data How to Implement and Maintain Precontrol and Positrol Plans How to Plan and Implement Process Control Systems

2. Green Belt. Serupa dengan Black Belt kecuali posisinya tidak penuh waktu (not full-time position).

3. Master Black Belt. Guru yang melatih Black Belt, sekaligus mentor dan/atau konsultan proyek six sigma yang sedang ditangani oleh Black Belt. Kriteria pemilihan atau kualifikasi dari seorang Master Black Belt adalah keterampilan analisis kuantitatif yang sangat kuat dan kemampuan mengajar serta memberikan konsultasi tentang manajemen proyek yang berhasil

4. Champion. Merupakan individu yang berada pada manajemen ats (top management) yang memahami six sigma dan bertanggung jawab untuk keberhasilan six sigma itu. Dalam organisasi besar, six sigma akan dipimpin oleh individu penuh waktu, high level champion, seperti seorang Executive Vice-President.

5. Critical-to-Quality (CTQ). Atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-praktek yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan.

6. Defect. Kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan.

(36)

21

7. Defects Per Million Opportunities (DPMO). Ukuran kegagalan dalam six sigma, yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan. Target dari six sigma adalah 3.4 DPMO, harusnya tidak diinterpretasikan sebagai 3.4 unit output yang cacat dari sejuta unit output yang diproduksi, tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal dari suatu karakteristik CTQ (Critical-to-Quality) adalah hanya 3.4 kegagalan per satu juta kesempatan (DPMO).

8. Process Capability. Kemampuan proses untuk memproduksi atau menyerahkan output sesuai dengan ekspektasi dan kebutuhan pelanggan. Process Capability sering dinotasikan sebagai Cp, merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan proses mampu menghasilkan sesuai dengan spesifikasi produk yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

9. Variation. Merupakan apa yang pelanggan lihat dan rasakan dalam proses transaksi antara pemasok dan pelanggan itu.

Semakin kecil variasi akan semakin disukai, karena menunjukkan konsistensi dalam kualitas. Variasi mengukur suatu perubahan dalam proses atau praktek-praktek bisnis yang mungkin mempengaruhi hasil yang diharapkan.

10. Stable Operation. Jaminan konsistensi, proses-proses yang dapat diperkirakan dan dikendalikan guna meningkatkan apa yang pelanggan lihat dan rasakan, meningkatkan ekspektasi dan kebutuhan pelanggan.

11. Design fo Six Sigma (DFSS). Suatu desai untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses (proses capability).

DFSS merupakan metodologi sistematik yang menggunakan peralatan, pelatihan, dan pengukuran untuk memungkinkan pemasok mendesain produk dan proses yang memenuhi ekspektasi dan kebutuhan pelanggan, serta dapat diproduksi atau dioperasikan pada tingkat kualitas six sigma.

12. DMAIC – Define, Measure, Analyze, Improve, and Control.

Merupakan proses untuk peningkatan terus-menerus menuju target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic, scientific and fact based).

Proses closed-loop ini (DMAIC) menghilangkan langkah-langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran- pengukuran baru, dan menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target six sigma.

13. Six Sigma. Suatu visi peningkatan kualitas menuju taget 3.4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO - Defects Per Million Opportunities). Untuk setiap transaksi produk (barang dan/atau jasa). Upaya giat menuju kesempurnaan (zero defect- kegagalan nol).

(37)

2.6.3 Tahap-tahap Penerapan Six Sigma

Menurut Gaspersz dalam Susetyo (2011) terdapa tlima tahap dalam meningkatkan kualitas melalui penerapan Six Sigma yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Penjelasan DMAIC antara lain:

a. Define (Definisi)

Define merupakan tahap operasional awal dalam peningkatan kualitas six sigma, dimana sebelum mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dalam proyek six sigma perlu mengetahui model proses SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer).

b. Measure (Pengukuran)

Measure merupakan tahap operasional kedua dalam peningkatan kualitas six sigma yang aktivitasnya berupa:

1. Menetapkan karakteristik kualitas sesuai kebutuhan spesifik dari pelanggan. Karakteristik kualitas adalah kunci yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan, yang diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan output dan pelayanan.

2. Identifikasi proses dengan grafik pengendali (Batas Pengendali Atas, Batas Tengah, dan Batas Pengendali Bawah), pada tahap ini data atribut digunakan untuk mengetahui terkendalinya proses pada P-Chart.

3. Perhitungan nilai kapabilitas sigma, tahap ini berisikan yaitu menentukan jumlah unit yang akan diukur, identifikasi Opportunity, menghitung jumlah cacat (defect), dan menghitung nilai kapabilitas sigma.

4. Menghitung DPMO (Defects Per Million Opportunities) c. Analyze (Analisa)

Analyze (Analisa) merupakan tahap operasional ketiga dalam peningkatan kulitas six sigma, kegiatan dalam tahap ini berupa:

1. Menentukan stabilitas dan kemampuan dari proses

2. Menentukan target kinerja dari karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang akan ditingkatkan dalam proyek six sigma.

3. Mengidentifikasi sumber-sumber penyebab kecacatan d. Improve (Perbaikan)

Setelah penyebab dari masalah kualitas ditemukan, maka perlu dilakukan penetapan rencana atau perbaikan peningkatan kualitas.

e. Control (Pengendalian)

Ini adalah tahap operasional terakhir dalam proyek peningkatan kualitas six sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan dijadikan sebagai pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau penanggung jawab proses, yang berarti six sigma berakhir pada tahap ini.

(38)

23

2.6.4 Manfaat Six Sigma

Menurut Pande dalam Sirine (2002), terdapat beberapa manfaat six sigma bagi perusahaan, yaitu:

1. Menghasilkan sukses berkelanjutan. Cara untuk melanjutkan pertumbuhan dan tetap menguasai pertumbuhan sebuah pasar yang aman adalah dengan terus-menerus berinovasi dan membuat kembali organisasi. Six sigma menciptakan keahlian dan budaya untuk terus-menerus bangkit kembali.

2. Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang. Dalam sebuah perusahaan, membuat setiap orang bekerja dalam arah yang sama dan berfokus pada tujuan bersama. Masing-masing fungsi, unit bisnis, dan individu mempunyai sasaran dan target yang berbeda- beda. Sekalipun demikian, ada hal yang dimiliki oleh semua orang di dalam atau di luar perubahan. Six sigma menggunakan hal tersebut untuk menciptakan sebuah tujuan yang konsisten.

3. Memperkuat nilai pada pelanggan. Dengan persaingan yang ketat di setiap industri hanya pengiriman produk dan jasa yang bermutu atau bebas cacat tidaklah menjamin sukses. Fokus pada pelanggan pada inti six sigma artinya mempelajari nilai apa yang berarti bagi para pelanggan dan merencanakan bagaimana mengirimkannya kepada mereka secara menguntungkan.

4. Mempercepat tingkat perbaikan. Dengan teknologi informasi yang menentukan kecepatan langkah, harapan pelanggan terhadap perbaikan semakin nyata. Perusahaan yang tercepat melakukan perbaikan kemungkinan besar akan memenangkan persaingan.

Dengan meminjam alat-alat dan ide-ide dari banyak disiplin ilmu, six sigma membantu sebuah perusahaan untuk tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga meningkatkan perbaikan.

5. Mempromosikan pembelajaran dan “cross-pollination” Six sigma merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan dan mempercepat pengembangan dan penyebaran ide-ide baru di sebuah organisasi keseluruhan. Orang-orang yang terlatih dengan keahlian dalam banyak proses serta bagaimana mengelola dan memperbaiki proses dapat dipindah ke divisi lain dengan kemampuan untuk menerapkan proses dengan lebih cepat. Ide-ide mereka dapat dibagikan sehingga kinerja lebih mudah untuk diperbandingkan.

6. Melakukan perubahan strategi. Memperkenalkan produk baru, meluncurkan kerjasama baru, dan memasuki pasar baru merupakan aktivitas-aktivitas bisnis sehari-hari yang biasa dilakukan oleh perusahaan. Dengan lebih memahami proses dan prosedur perusahaan akan memberikan kemampuan yang lebih besar untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian kecil ataupun perubahan-perubahan besar yang dituntut oleh sukses bisnis.

(39)

2.7 Penelitian Terdahulu

Peningkatan mutu dan mengurangi jumlah produk yang cacat saat produksi telah banyak dilakukan dengan menggunakan analisis Six Sigma. Analisis Six Sigma ini juga dapat mengurangi atau mengefisiensikan biaya selama produksi.

Peningkatan mutu tersebut akan berdampak positif bagi perusahaan yang berfokus pada kepuasan konsumen akan produk yang dihasilkan. Terdapat beberapa hasil penelitian yang menggunakan metode Six Sigma yang telah dilakukan oleh beberapa orang atau peneliti yang dijadikan sebagai referensi guna menunjang penelitian ini, adapun deskripsi beberapa penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO PENULIS TAHUN JUDUL HASIL PENELITIAN

1. Rimantho 2017 Penerapan Metode Six Sigma Pada Pengendalian Kualitas Air Bahan Baku Produksi Makanan

Konsep yang digunakan adalah DMAIC (Define, Measure, Analisys, Improve, Control). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa masalah yang terjadi terletak pada kondisi air yang cenderung asam, keruh, dan memeliki kandungan besi berlebih.

Masalah tersebut

menunjukkan nilai level Six Sigma sebesar 3,3 dengan kemungkinan cacat sebesar 34.491 untuk sejuta proses.

Setelah dilakukannya perbaikan melalui filter yang dilihat dari diagram pareto dan diagram fishbone guna mengetahui tingkat kecacatan terbesar, nilai Six Sigma mengalami perbaikan ke arah 4,09 dan kemungkinan kegagalan proses sebesar 5.526.

2. Kusumawati 2017 Pengendalian Kualitas Proses Pengemasan Gula Dengan

Hasil penelitiannya menunjukkan kapabilitas perusahaan terbilang baik dilihat dari nilai rata-rata DPMO (Defects Per Million

(40)

25

Pendekatan Six Sigma

Opportunities) sebesar 5,1.

Penyebab dari kecacatan produksi adalah operator kurang teliti, ketidakstabilan kecepatan conveyor dan mesin jet, kondisi kebersihan mesin, mesin timbang yang kurang akurat, metode perawatan, dan pengontrolan yang belum efektif.

3. Ekawati 2017 Analisa Pengendalian Kualitas

Produk HORN

PT. MI

Menggunakan Six Sigma.

Konsep yang digunakan adalah DMAIC (Define,

Measure, Analisys, Improve, Control)

Pada tahap define terdapat 16 jenis CTQ pada produk horn, kemudian pada tahap measure melalui diagram pareto ditemukan cacat sebesar 28,46%, nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) sebesar 86,03 dengan nilai sigma sebesar 5,28, kemudian pada tahap analisa digunakan diagram fishbone, setelah akar permasalahan diketahui usulan saran perbaikan menggunakan FMEA guna mengurangi defect pada produk horn.

4. Safrizal dan Muhajir

2016 Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma

Penelitian ini dilakukan pada UD. Delima Bakery Kabupaten Aceh Timur dan ditemukan DPMO (Defects Per Million Opportunities) sebesar 263 dan artinya perusahaan belum maksimal dalam memproduksi roti. Nilai Six Sigma sebesar 2,13 menunjukkan sebuah kerugian yang sangat besar apabila akibatnya tidak ditangani yang berasal dari produk yang gagal produksi

yang menyebabkan

pengeluaran yang tinggi.

5. Fachrur 2017 Perbaikan Kualitas Wire Rod Steel Di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Cilegon Menggunakan Pendekatan Six Sigma

Penelitian ini menggunakan beberapa perhitungan DPMO (Defects Per Million Opportunities), level sigma, analisa pareto, diagram ishikawa, dan borda count methods. Hasil DPMO sebesar 899,978, level sigma 4,621, hasil analisa pareto dengan defect laps 288,512 disebabkan oleh kerusakan

(41)

guide dan operator tidak melakukan adjustment bar.

Rekomendasi yang diberikan adalah maintenance harus tetap dijalankan meskipun tidak produksi, perawatan kerusakan, melakukan proses pendampingan dan mentoring karyawan pada karyawan baru.

6. Ghiffari 2013 Analisis Six Sigma Untuk Mengurangi Jumlah Cacat Di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus:

CV. Miracle)

Penelitian ini menggunakan peritungan DPMO (Defects Per Million Opportunities).

Stasiun kerja sablon merupakan stasiun kerja kritis, karena menghasilkan cacat paling banyak.Jumlah cacat paling banyak terdiri dari cacat warna leber dan cacat terkelupas. Sebelum perbaikan diperoleh nilai sigma sebesar 1,3 sigma dan nilai DPMO 595.370. Biaya yang harus dikeluarkan untuk cacat dari stasiun kerja ini sebesar Rp.

417.920. Proses perbaikan menghasilkan nilai sigma yang meningkat sebesar 2,05 dan DPMO menurun sebesar 290.741. Cost of Poor Qualityakibat cacat pada stasiun kerja ini menurun sebesar Rp. 205.042,-.

7. Nailah 2014 Usulan Perbaikan Untuk Mengurangi Jumlah Cacat pada Produk Sandal Eiger S-101

Lightspeed dengan Menggunakan Metode Six Sigma

Pada tahap measure didapatkan nilai DPMO sebesar 59.921 dengan nilai sigma sebesar 3,055. Dari hasil analisis menggunakan tree diagram ditemukan faktor- faktor penyebab cacat pada produk diantaranya cara pengeleman yang kurang

efektif, kurangnya

pemeriksaan terhadap proses, faktor operator, dan faktor lingkungan kerja. Pada tahap improve dilakukan perbaikan terhadap proses dan didapatkan nilai DPMPO sebesar 11.501 dengan nilai sigma sebesar 3,789.

Perubahan nilai sigma yang

(42)

27

terjadi sebesar 0,734.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara penggunaan check sheet dan adanya pemeriksaan pada setiap prosesnya agar jumlah cacat dapat terus berkurang.

Sumber: Data diolah

2.8 Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma yang lebih berfokus pada analisis DPMO (Defects Per Million Opportunities) dan tingkat sigma. Untuk memulai penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi kebijakan mutu di PT.

SINAR GOWA INDUSTRY kemudian mengidentifikasi standar mutu produk dengan melihat spesifikasi mutu yang telah ditetapkan oleh PT. SINAR GOWA INDUSTRY. Berikutnya mengidentifikasi kebijakan mutu produksi dan standar mutu produksi yang dilakukan dengan cara mengamati aktivitas proses produksi mie kering di PT. SINAR GOWA INDUSTRY.

Penelitian ini ditutup dengan penerapan metode Six Sigma yang berfokus pada analisis DPMO (Defects Per Million Opportunities) pada produk PT. SINAR GOWA INDUSTRY Hasil dari penerapan yang diperoleh selanjutnya akan dijadikan rekomendasi kepada PT. SINAR GOWA INDUSTRY guna peningkatan mutu dalam proses produksinya.

(43)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.9 Hipotesis

1. Diduga PT. SINAR GOWA INDUSTRY belum menggunakan Six Sigma dalam pengendalian mutu.

2. Diduga nilai sigma PT. SINAR GOWA INDUSTRY belum mencapai Six Sigma.

3. Diduga PT. SINAR GOWA INDUSTRY memiliki nilai DPMO diatas 3,4.

4. Diduga keuntungan yang hilang pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY sebelum menggunakan metode Six Sigma sebesar Rp 9.547.200, sedangkan jika menggunakan Six Sigma keuntungan yang hilang hanya Rp 30.600.

5. Diduga proses produksi yang berpedoman pada Six Sigma mampu mengurangi kecacatan produk pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY.

PT. SINAR GOWA INDUSTRY

Kebijakan Mutu

PT. SINAR GOWA INDUSTRY

Standar Mutu Produk

Proses Produksi

Analisis Six Sigma:

1. DPMO (Defects Per Million Opportunities) 2. Tingkat Sigma

1. Kesimpulan 2. Saran

3. Rekomendasi

(44)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma untuk menganalisis pengendalian mutu pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang ditunjang dengan data kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode Six Sigma yang digunakan akan lebih berfokus pada analisis DPMO (Defects Per Million Opportunities) dan tingkat sigma.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Uma Sekaran dalam Yanti (2014) populasi adalah seluruh kelompok orang, produk, hal atau kejadian yang ingin di investigasi oleh peneliti.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk mie kering cap Kepiting di PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto dalam Nugraha (2013) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan populasi yang jumlahnya sama dengan tingkat produksi mie kering cap Kepiting di PT. SINAR

(45)

GOWA INDUSTRY selama bulan Mei sampai Juli sebanyak 539.397 ball. Dalam menentukan jumlah sampel pada penelitian ini digunakan rumus Slovin yaitu:

𝑛 = 𝑁

1 + (𝑁 ∙ 𝑒2) Sumber: Supriyanto (2017) Keterangan:

𝑛 = Jumlah anggota sampel N = Jumlah anggota populasi 𝑒 = Tingkat kesalahan

*Tingkat kesalahan yang digunakan 5% atau 0,05 Maka:

𝑛 = 539.397

1 + (539.397 ∙ 0,05 ∙ 0,05) =539.397

1.349,5 =539.397

1.349,5 = 399,7 ≈ 400 𝑏𝑎𝑙𝑙

Berdasarkan hasil perhitungan pengambilan sampel di atas, maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 400 ball. PT. SINAR GOWA INDUSTRY memproduksi mie kering cap Kepiting dalam 1 ball terdiri dari 5 pcs, sehingga total sampel sebanyak 2000 pcs. Penelitian ini dilakukan selama 20 hari dengan pengambilan sampel 20 ball atau 100 pcs di setiap harinya, rinciannya sebagai berikut:

1. Pukul 08.00 – 10.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs 2. Pukul 10.00 – 12.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs

(46)

31

3. Pukul 13.00 – 15.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs 4. Pukul 15.00 – 17.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs

3.4. Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan antara lain:

a. Data kuantitatif, data yang diperoleh dalam bentuk angka mengenai jumlah produksi semen pada suatu periode, dan jumlah produk yang cacat.

b. Data kualitatif, data yang diperoleh dari pihak perusahaan berupa informasi lisan atau tulisan dan tidak berbentuk angka, seperti proses produksi, jenis cacat, dan bahan baku yang digunakan perusahaan.

3.4.2 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung melalui penelitian dengan cara observasi langsung atau wawancara untuk mencari informasi seputar produksi.

b. Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung, tetapi dapat didapatkan melalui beberapa dokumen atau laporan tertulis mengenai data yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam megumpulkan data penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

(47)

3.5.1 Observasi

Metode ini dilakukan dengan pangamatan langsung ke lokasi penelitian di PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar untuk mendapatkan data penunjang penelitian.

3.5.2 Wawancara

Metode ini menggunakan aktivitas Tanya jawab secara langsung kepada pihak atau orang yang berkaitan langsung dengan objek yang akan diteliti. Pihak PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar yang dimaksud adalah pihak yang berada pada bagian produksi yang mengetahui keadaan produksi perusahaan, proses produksi dan jenis-jenis produk yang cacat serta penyebabnya.

3.5.3 Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen atau arsip yang berhubungan dengan permasalahan pada produksi.

3.5.4 Penelitian Pustaka (Library Research)

Metode ini berupa serangkaian kegiatan pengumpulan data pustaka, membaca bukudan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

3.6 Definisi Operasional

a. Mutu (kualitas) dapat digambarkan sebagai suatu standar produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

b. Pengendalian mutu merupakan suatu aktivitas mempertahankan dan bahkan mengarah ke peningkatkan kualitas produk melalui meminimalisirkan kecacatan dan segala penyimpangan dalam proses produksi.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Diameter daya hambat (DDH) yang terbentuk menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% buah lontar memiliki potensi sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model Numbered Head Together Dalam Pembelajaran Bahasa

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mencoba menggali lebih dalam mengenai karakteristik permukiman yang terjadi pada masyarakat petani garam di Desa Pinggir

Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok

2) Terus meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana untuk menarik minat anak sekolah yang potensial menjadi peserta didik SD Negeri Purwodadi. Dengan sarana

* Spesial design dibangun oleh kontraktor perusahaan sendiri 3.. *Bagi para perusahaan yang membangun booth melebihi limit waktu yang telah disepakati 2. Fasilitas tambahan

Penentuan komposisi gas di dalam reaktor dan perhitungan tentang banyaknya gas yang dibutuhkan untuk reaksi hydrocracking minyak nabati perlu dilakukan sebelum

industrijski ž ivot radnika bio u rukama njihovih predradnika.. Ona je stajala pored radnica i vrednovala kvalitetu “svako g artikla”. Sto g a je odnos s njima trebao biti