• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PROGRAM KOTAKU SEBAGAI UPAYA PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO - Undip Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PROGRAM KOTAKU SEBAGAI UPAYA PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO - Undip Repository"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

Permasalahan utama permukiman kumuh di Kecamatan Kutoarjo diantaranya adalah permasalahan sampah, namun dengan dilaksanakannya Program Kotaku permasalahan tersebut dapat teratasi 100%. Untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh di Desa Kutoarjo perlu mendapatkan penanganan dari pemerintah Kabupaten Purworejo.

Identifikasi Masalah

Dalam menanggulangi permukiman kumuh, terdapat peran aktor kebijakan dan masyarakat lokal untuk mencapai keberhasilan implementasi program Kotaku. Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh bagaimana program Kotaku dilaksanakan di Desa Kutoarjo Kabupaten Purworejo dan peran aktor dalam mensukseskan implementasi tersebut.

Perumusan Masalah

Desa Kutoarjo sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Purworejo masuk dalam daftar kecamatan yang mempunyai luas wilayah kumuh terluas dibandingkan 6 kecamatan lainnya, namun Kecamatan Kutoarjo lah yang mampu menurunkan wilayah kota kumuh paling banyak, sedangkan 3 kecamatan lainnya tidak mengalami penurunan sama sekali. Dilihat dari perubahan kondisi fisik menurut Tabel 1.2 di atas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program Kotaku di desa Kutoarjo telah berhasil.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis keberhasilan program Kotaku sebagai upaya penanganan permukiman kumuh di Desa Kutoarjo. Untuk menganalisis peran aktor kebijakan yang berperan penting dalam keberhasilan implementasi program Kotaku sebagai upaya penanganan permukiman kumuh di Desa Kutoarjo.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan Teoritis

Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis

Penulis juga diharapkan mampu menerapkan ilmu dan pemahamannya tentang pelaksanaan program dalam upaya penanganan kumuh yang diperoleh selama perkuliahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, saran dan masukan bagi pemerintah khususnya Bappedalitbang dan Dinperkimtan Kabupaten Purworejo dalam penanganan permukiman kumuh melalui Kotaku dan meningkatkan implementasi kerjasama dalam upaya penanganan permukiman kumuh antara Desa Kutoarjo dan Desa Kutoarjo. pemerintah masing-masing.

Penelitian Terdahulu

Implementasi kebijakan Kotaku di Palembang dikatakan berhasil, namun masih belum maksimal karena kondisi topografinya. 7 Joanne Endamia Ameita Purba, 2021 Analisis Peran Aktor Dalam Implementasi Program KOTAKU (KOTA TANPA KUMUH) di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi program Kotaku dalam upaya pengelolaan kawasan kumuh di BKM Gading Kasri dan faktor penghambatnya.

Proses implementasi program Kotaku terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap keberlanjutan. Mirani juga mengatakan, pelaksanaan program Kotaku di Kota Palembang dapat terlaksana dengan baik karena adanya partisipasi fisik dari masyarakat. Peran aktor kebijakan menjadi faktor penting dalam hasil implementasi program Kotaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu pengurangan kawasan kumuh.

Administrasi Publik

Hal ini juga dialami oleh Dhaka – ibu kota Bangladesh, yang menghadapi kemiskinan dan munculnya permukiman kumuh sebagai akibat dari kegagalan kebijakan dan tindakan pemerintah (Mahabir et al., 2016; Muchadenyika & Waiswa, 2018; Sinthia, 2013). Pengertian administrasi publik dapat disederhanakan berdasarkan beberapa definisi sebelumnya, administrasi publik adalah kerja sama antara individu atau kelompok yang bekerja sama untuk melaksanakan kebijakan pemerintah yang berkaitan erat dengan penyelenggaraan pelayanan publik. Keterkaitan administrasi publik dengan penelitian ini yaitu upaya penanggulangan kumuh dengan program Kotaku merupakan bagian dari administrasi publik yang dalam pelaksanaannya melibatkan beberapa sektor publik dan masyarakat guna mencapai keberhasilan program Kotaku itu sendiri.

Keberhasilan program Kotaku yang dimaksud adalah selisih luas atau pengurangan permukiman kumuh antara sebelum program Kotaku dilaksanakan dan setelah program dilaksanakan. Selain itu, keberhasilan program juga terlihat dari masyarakat sekitar yang ikut merasakan dampak dari program Kotaku.

Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan sejumlah keputusan pemerintah yang dapat berupa program untuk mencapai tujuan tertentu (Widowati & Rachma, 2018). Didukung oleh penelitian lain, pengertian kebijakan publik adalah seperangkat program kegiatan pemerintah yang mempunyai struktur dan arah yang baik serta melibatkan banyak pihak yang mempunyai kepentingan di bidang tertentu (Ramdhani & Ramdhani, 2017). Kebijakan publik merupakan keinginan pemerintah untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Asiru, 2011).

Kebijakan publik terkait kesejahteraan manusia diartikan sebagai keputusan pemerintah yang diarahkan oleh dinas dan lembaga sosial dengan tujuan memberikan dukungan dan bantuan kepada kelompok masyarakat agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik (Suryono, 2018). Sehubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, maka keberhasilan upaya penanggulangan permukiman kumuh di Kecamatan Kutoarjo disikapi melalui program Kotaku, yaitu suatu implementasi kebijakan publik yang pelaksanaannya memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dengan pemerintah. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat, yang termasuk dalam kepentingan umum. Kebijakan publik akan diterima dan diikuti oleh masyarakat jika tindakan yang sah diatur oleh kedaulatan rakyat.

Implementasi Kebijakan

Pelaksanaan kebijakan publik yang telah dibentuk oleh pemerintah dianggap sebagai hasil atau hasil kerja pemerintah. Implementasi suatu kebijakan melibatkan berbagai aktor, organisasi, mitra, prosedur, teknik kerjasama dan kolaborasi untuk mencapai tujuan program (Sagita et al., 2012; Zethary & Purnaweni, 2019). Pengertian implementasi kebijakan publik adalah kegiatan administratif yang dilakukan setelah suatu keputusan diambil (Rohimat et al., 2017).

Implementasi kebijakan merupakan bagian dari tahapan proses kebijakan setelah disahkannya suatu undang-undang, yang melibatkan banyak aktor, organisasi dan prosedur melalui kolaborasi untuk mencapai tujuan program yang dilaksanakan (Tachjan, 2016). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan publik adalah suatu proses kegiatan administratif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tujuan kebijakan tercapai dengan baik dan diberikan kesejahteraan kepada masyarakat umum. Implementasi kebijakan merupakan tahapan terpenting dalam proses kebijakan karena menentukan keberhasilan suatu proses kebijakan yang mana dampak samping dari kebijakan tersebut dapat diketahui.

Peran Aktor Kebijakan

Koordinator, yaitu aktor yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan aktor lain yang berkepentingan untuk ikut serta dalam pelaksanaan program. Sesuai dengan undang-undang no. 1 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 13 Tentang Kawasan Permukiman dan Permukiman, kawasan kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingginya kepadatan bangunan dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarananya. , yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wijaya yang menjelaskan bahwa permukiman kumuh adalah kondisi suatu kawasan yang mempunyai bentuk perumahan yang tidak beraturan dan tidak baku, seperti letak rumah tidak menghadap jalan raya, kurangnya fasilitas umum, miskin. kualitas air minum dan toilet (Wijaya, 2016).

Menurut UN Habitat tahun 2010, permukiman kumuh atau slums adalah kondisi kehidupan yang buruk dengan tingkat kesehatan yang rendah, banyak kelompok marginal dan merupakan sumber penyakit menular yang bersifat epidemi (Perkim, 2020). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa permukiman kumuh dapat disebabkan oleh permasalahan pelayanan persampahan yang buruk, terbatasnya fasilitas umum, tingginya kriminalitas, banyaknya bangunan sementara, bangunan yang berdekatan, dan dominasi status kepemilikan tanah (Istikasari & Khadiyanto, 2014 ; Pujiyono & Subiyakto, 2021). Hal ini dijelaskan oleh Muvidayanti (2019) yang mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang lengkap dan kurang terawat akibat infrastruktur yang kurang optimal sehingga tidak mampu menunjang kehidupan masyarakat setempat.

Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku)

Tujuan dari program Kotaku adalah untuk meningkatkan fasilitas umum serta akses infrastruktur dan pelayanan publik di kawasan kumuh perkotaan untuk menciptakan kawasan yang layak huni, produktif, dan berkelanjutan (Ismail, 2021). Pelaksanaan Program Kotaku sesuai dengan SE Menteri Pekerjaan Umum Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Program Kota Tanpa Permukiman Kumuh yang menyebutkan 4 langkah pelaksanaan Program Kotaku sesuai dengan petunjuk pelaksanaan. Dilanjutkan dengan pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat yang dilakukan oleh seluruh masyarakat sebagai kelompok masyarakat yang bertugas mengkoordinasikan masyarakat dalam program Kotaku.

Tahap implementasi merupakan inti dari proses implementasi Program Kotaku sesuai dengan rencana yang telah disusun yaitu RPLP. RPLP memuat susunan kegiatan pembangunan dan pembangunan infrastruktur sebagai acuan yang digunakan dalam tahapan pelaksanaan Program Kotaku. Ini merupakan tahap akhir pelaksanaan Program Kotaku yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan yaitu pembangunan dan perbaikan infrastruktur selesai.

Kerangka Pemikiran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis keberhasilan implementasi Program Kotaku di Desa Kutoarjo dan peran aktor kebijakan dalam implementasi Program Kotaku sebagai upaya penanganan permukiman kumuh di Desa Kutoarjo. . Untuk mencapai tujuan, penelitian ini mengamati beberapa fenomena yang terjadi di lapangan yaitu 3 (tiga) tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan Program Kotaku di desa Kutoarjo. Fenomena lain yang diamati adalah peran aktor kebijakan yang terlibat dalam keberhasilan implementasi dengan melihat beberapa aspek Teori Peran menurut Nugroho (dalam Hasiholan, 2021) yaitu Pembuat Kebijakan, Koordinator, Pelaksana, Fasilitator dan Akselerator.

Operasionalisasi Konsep

Definisi Konsep

Keberhasilan pelaksanaan program Kotaku di Desa Kutoarjo dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain aktor kebijakan yang terlibat dalam pelaksanaan program Kotaku. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana kebijakan diterapkan dan peran aktor dalam keberhasilan implementasi program Kotaku di Desa Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

Definisi Operasional

Dalam hal ini, indikator keberhasilan pelaksanaan upaya penanggulangan permukiman kumuh adalah dapat meningkatkan sistem infrastruktur dan perbaikan lingkungan menjadi lebih baik dan tepat. Dalam menganalisis keberhasilan program, ada beberapa fenomena yang akan dilihat menurut teori implementasi kebijakan menurut Brian W. Tahap persiapan yang meliputi proses penjabaran program dan penetapan tujuan, proses penetapan standar untuk implementasi kebijakan, dan proses penentuan anggaran dan konsumsi waktu.

Tahap implementasi meliputi penentuan metode yang akan digunakan, penentuan anggaran dan penentuan pengerahan sumber daya. Aktor yang terkait dengan implementasi kebijakan publik merupakan pelaku, penggerak dan penentu arah suatu kebijakan melalui interaksi antar pemangku kepentingan pada setiap tahapan proses kebijakan publik (Putri, 2021). Aktor yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan aktor lain yang mempunyai kepentingan untuk ikut serta dalam pelaksanaan program.

Argumen Penelitian

  • Tipe Penelitian
  • Situs Penelitian
  • Subjek Penelitian
  • Jenis Data
  • Sumber Data
  • Analisis dan Interpretasi Data
  • Kualitas Data

Sumber informasi yang diperlukan berasal dari pihak-pihak yang benar-benar memahami permasalahan agar diperoleh data yang sesuai dengan fokus penelitian. Penelitian ini menggunakan gabungan keempat jenis data di atas untuk memperoleh data yang relevan dan memudahkan peneliti dalam proses penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari sumbernya (Family Health International, 2011).

Data yang diperoleh tentunya berkaitan dengan fokus penelitian yaitu upaya penanganan permukiman kumuh di Desa Kutoarjo. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu data yang diperoleh bersifat deskriptif dari wawancara dan dokumentasi. Reduksi data merupakan tahap menyederhanakan data yang telah diperoleh peneliti agar memudahkan untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.

Menurut Peer, dkk (2014), kualitas data merupakan suatu tindakan yang menentukan apakah data yang diperoleh peneliti dapat dipahami dengan benar. Triangulasi sumber adalah menguji kualitas dan keaslian data dengan cara memeriksa data yang diperoleh melalui berbagai sumber.

Gambar

Tabel 1. 3  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab permukiman kumuh di Kelurahan Buloa dikarenakan kondisi hunian tidak memenuhi standar kesehatan, berkembangnya hunian