• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Ujian Nasional di Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kebijakan Ujian Nasional di Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: 10.31949/jee.v6vi1i.4766 e-ISSN 2655-0857

224

Kebijakan Ujian Nasional di Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19

Budi Febriyanto1, Edo Dwi Cahyo2*

1 Universitas Majalengka, Majalengka, Indonesia

2 Institut Agama Islam Negeri Metro, Metro, Indonesia

*Corresponding author: edodwicahyo@metrouniv.ac.id

ABSTRACT

Obstacles in the implementation of the national exam during the Covid 19 pandemic and concerns about the spread of this are the basic problems in this research. This article aims to provide an overview of government policies in implementing the National Examination during the Covid-19 pandemic that hit the world, especially in Indonesia. This study uses library research methods. The data used in this study are secondary data in the form of books and written documents, namely national and international journal articles. The results of the study show that since the Coronavirus emergency was declared (Covid-19) the Indonesian state has made various efforts to break the chain of transmission of the Coronavirus. One of the efforts ordered by the President of the Republic of Indonesia is to make policies regarding the learning process from home by using various internet-based digital media to support learning activities from home. The policy of abolishing the National Examination during the pandemic at the education level is high school level or Madrasah Aliyah level, Middle School or Madrasah Tsanawiyah level, and Elementary School or Madrasah Ibtidaiyah level. This was explained by the President of the Republic of Indonesia who said that the decision to cancel the National Exam during the pandemic was taken as a response to the outbreak of the coronavirus in Indonesia. Therefore, graduation is carried out by considering the cumulative value of students while studying at school.

Keywords: Policy; National exam; Pandemic Period ABSTRAK

Hambatan dalam implementasi ujian nasional di masa pandemi covid 19 dan Kekawatiran meluasnya penyebaran tersebut merupakan dasar permasalahan dalam penelitian ini.

Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan Ujian Nasional pada masa pandemi covid 19 yang melanda dunia, khususnya di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research).

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder berupa buku dan dokumen-dokumen tertulis yaitu artikel jurnal nasional maupun internasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dinyatakan darurat virus Corona (Covid 19) negara Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam rangka memutuskan mata rantai penularan virus Corona. Salah satu upaya yang diperintahkan oleh Presiden RI adalah membuat kebijakan tentang proses belajar dari rumah dengan menggunakan berbagai media digital berbasis internet sebagai penunjang aktivitas pembelajaran dari rumah. Kebijakan peniadaan Ujian Nasional selama masa pandemi pada jenjang pendidikan tingkat SMA atau setingkat Madrasah Aliyah, SMP atau setingkat Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Dasar (SD) atau setingkat Madrasah Ibtidaiyah. Hal tersebut dijelaskan oleh Presiden Republik Indonesia yang mengatakan bahwa keputusan membatalkan Ujian Nasional selama masa pandemi diambil sebagai respons merebaknya wabah virus corona di Indonesia. Maka dari itu, kelulusan dilakukan dengan cara mempertimbangkan nilai kumulatif siswa selama belajar di sekolah.

Kata Kunci: Kebijakan; Ujian Nasional; Masa Pandemi

(2)

225 Pendahuluan

Indikator keberhasilan negara dapat diukur melalui pembangunan pada bidang pendidikan. Pembangunan dalam bidang pendidikan adalah merupakan usaha membentuk kepribadian dan karakter atau watak peserta didik. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang layak bagi peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang baik dalam suatu negara. Tujuan pendidikan tersebut sangat tergantung pada falsafah hidup suatu bangsa. (Munastiwi, 2012)

Pendidikan merupakan motor penggerak kemajuan bangsa, maka pendidikan menjadi sektor utama dalam pembangunan bangsa. Di negara-negara maju, pendidikan merupakan investasi yang menjadi leading sector dalam pembangunan makro ekonominya (Irianto, 2013).

Dengan demikian, pendidikan merupakan incubator lahir sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, terampil, serta skill yang terasah untuk menghadapi berbagai bentuk tantangan pada zaman yang akan datang. Perubahan zaman menuntut setiap individu harus siap dan memiliki kecakapan pengetahuan yang lebih mendalam serta meningkatkan kemampuan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Kemampuan dan keterampilan yang didapatkan dari adanya suatu proses pendidikan dan pembelajaran secara otomatis dapat meningkatkan kemampuan dan skill diri untuk dapat berperan aktif dalam kehidupan nyata (Saroni, 2010). Mengingat pentingnya pendidikan maka pada prosesnya pendidikan harus berjalan di setiap daerah di berbagai tempat, bahkan di pelosok atau tempat-tempat yang terpencil sekalipun.

Studi yang dilakukan Bank Dunia mengenai rate of return terhadap investasi dalam bidang pendidikan di 44 negara menyatakan bahwa nilai manfaat balikan tingkat pendidikan bernilai lebih dari 10%. Nilai balikan modal manusia lebih besar dari pada modal fisik (Irianto, 2013). Artinya, sektor pendidikan menjadi hal yang utama dalam mewujudkan kemajuan atau peningkatan pembangunan. Begitu juga dengan Indonesia, melakukan peningkatan kualitas pendidikan agar menjadi yang lebih baik merupakan hal yang harus dilakukan secara berkelanjutan. Keberhasilan pada sektor pendidikan tentu saja akan memberikan dampak yang lebih baik bagi pembangunan bangsa Indonesia pada masa mendatang serta mampu beradaptasi terhadap tuntutan perkembangan zaman. Melalui proses pendidikan maka akan memberikan bekal dan pedoman agar sumber daya manusia di Indonesia memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, memiliki pandangan dan orientasi jauh ke depan. Bukan hanya pemakai atau pengguna teknologi atau sasaran negara lain sebagai pasar utama, namun turut pula dalam mewujudkan suatu masyarakat yang maju dan peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi di masa mendatang (Suhardan, 2012). Ujian nasional yang merupakan salah satu alat untuk mengukur keberhasilan pendidikan menjadi hal yang harus diperhatikan.

Ujian nasional merupakan salah satu elemen penentu suatu kelulusan siswa pada setiap jenjang pendidikan baik pendidikan tingkat dasar maupun pendidikan tingkat menengah.

Meskipun nilai UN bukan merupakan satu-satunya penentu kelulusan siswa, namun nilai UN dianggap penting untuk didedikasi lebih jauh sebagai salah satu indikator penentuan kualitas pendidikan di sekolah khususnya di Indonesia. (Lembah, 2012)

Ujian Nasional, yang dulu kerap disebut sebagai Ujian Negara dari tahun 1945 sampai dengan 1970, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) dari 1984 sampai 2001, Ujian Akhir Nasional (UAN) dari tahun 2001 sampai 2005, dan Ujian Nasional (UN) dari tahun 2005

(3)

226

hingga sekarang ini, sudah diselenggarakan sejak diberlakukannya Kurikulum 1968, 1984 dan 1994. Dalam Undang- undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terutama yang tertuang pada pasal 3, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu dalam PP. no. 19/2005, Pasal 68 disebutkan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: (i) pemetaan mutu program dan/satuan pendidikan (ii) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, (iii) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan, dan (iv) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. (Asiah, 2011)

Rumusan tersebut dapat dijabarkan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia diharapkan untuk mampu menghasilkan lulusan yang bermutu dan juga diakui di tingkat nasional, regional dan internasional serta kelulusannya diharapkan mampu memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan karakter pribadi serta watak yang bisa diandalkan di dalam kehidupannya kelak. Tanpa menciptakan lulusan yang bermutu, maka program pendidikan tidak akan menjadi sektor utama atau investasi sumber daya manusia, melainkan hanya sebuah kegiatan yang sia-sia serta pemborosan baik dari segi biaya, tenaga, waktu, dan akan menimbulkan berbagai problem sosial (Tantra D. , 2008).

Penyakit Coronavirus (COVID-19) adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus baru, SARS-CoV-2 atau biasa dikenal dengan virus corona. Virus yang berasal dari Wuhan, China ini menyebar dengan sangat cepat hingga menggemparkan dunia. Terhitung sejak awal tahun 2020, sebanyak 65 negara telah terjangkit virus corona, salah satunya Indonesia (Andarwulan et al., 2021). Semenjak terjadinya pandemi covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan dunia Negara-negara seperti Belanda, Turki, Jepang, Amerika, China, Korea Selatan menerapkan kebijakan pendidikan jarak jauh (Baber, 2021; Engzell et al., 2021; ÖZER, 2020).

Termasuk di Indonesia kejadian tersebut mengakibatkan adanya perubahan pola kegiatan manusia tidak terkecuali pada sektor pendidikan. Di Indonesia, kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah di rumah menjadi bagian dari adaptasi baru dalam kegiatan sehari-hari selama masa pendemi. Bahkan selama masa pandemi, presiden secara langsung melakukan instruksi kegiatan belajar dari rumah bagi seluruh wilayah yang terdampak pandemi. Atas himbauan tersebut sejumlah kepala daerah merespons intruksi presiden dengan melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah. Salah satunya kepala daerah DKI Jakarta, Anies Baswedan menghimbau kepada para orang tua untuk menjaga dan mengarahkan anaknya agar belajar di rumah.

Berbagai lapisan pelajar dari berbagai instansi mulai dari Perguruan Tinggi hingga TK dan PAUD merasakan dampak pandemi. Tidak ada lagi pembelajaran tatap muka yang dilakukan di dalam kelas, semua kegiatan belajar tersebut diganti dengan sistem pembelajaran online atau dalam jaringan yang lebih dikenal dengan istilah daring. Hal tersebut tentu saja memberikan berbagai dampak positif maupun negatif baik dari segi guru, siswa dan orang tua. Tidak hanya pembelajaran saja, namun ujian-ujian sekolah pun juga diadakan secara daring serta ada juga yang ditiadakan, seperti Ujian Nasional pada tahun 2020.

Dalam kondisi merebaknya virus corona yang semakin hari semakin memprihatinkan serta pemerintah telah penerapkan kebijakan social distancing atau physical distancing untuk

(4)

227

memotong rantai penyebaran virus Corona. Dengan demikian pemerintah setuju dengan meniadakan pelaksanaan Ujian Nasional yang bertujuan untuk melindungi siswa bahaya penularan virus corona.

Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut penulis ingin melakukan kajian mengenai analisis kebijakan ujian nasional selama masa pandemi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan ujian nasional pada masa pandemi yang ternyata kebijakan ujian secara daring hingga pandemi berakhir menjadi sebuah kebijakan yang masih tetap dijalankan hingga saat ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan ke perpustakaan berupa buku referensi dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan topik kajian. Penelitian berbasis literatur merupakan bentuk penelitian yang menggunakan literatur sebagai obyek kajian (Amalia & Marlius, 2018). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data sekunder yaitu berupa buku referensi dan dokumen-dokumen tertulis seperti artikel jurnal baik jurnal nasional maupun internasional. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik content analysis.

Dalam teknik ini diperlukan data yang digunakan untuk menjawab setiap tahap penelitian, kemudian dilakukan content analysis terhadap data tersebut untuk menjawab dan mendeskripsikan pertanyaan penelitian pada tahap tersebut. Kemudian hasil content analysis ini kemudian digunakan sebagai data untuk menjawab permasalahan dan pertanyaan penelitian pada tahap selanjutnya yang dilakukan bersamaan dengan data lain yang diperoleh.

Hasil dan Pembahasan Kebijakan Ujian Nasional

Kebijakan (policy) merupakan suatu pedoman yang menyeluruh baik yang berbentuk lisan maupun tulisan yang didalamnya berisi tentang nilai-nilai dan norma-norma yang diberikan oleh atasan atau pimpinan untuk mencapai sebuah tujuan instansi atau organisasi yang realisasinyadiikuti dengan suatu perencanaan dan juga terdapat program kegiatan (Syamsi, 1996).

Sedangkan kebijakan publik (public policy) merupakan suatu pedoman yang didalamnya memuat tentang nilai-nilai dan norma-norma yang memiliki sebuah kewenangan yang bertujuan untuk mendukung dan membela suatu tindakan-tindakan pemerintah dalam wilayah yurisdiksinya (Dunn, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan suatu kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah (dalam arti luas) atau negara. Apabila digunakan istilah kebijakan pemerintah, hendaknya istilah pemerintah tersebut diartikan dalam arti luas, bukan hanya sekedar eksekutif saja.

Dalam proses pelaksanaannya suatu kebijakan pemerintah sangat memerlukan adanya analisis. Analisis kebijakan publik merupakan suatu tinjauan untuk mengetahui keadaan yang sesungguhnya di masyarakat, baik mengenai faktanya, nilai-nilainya, permasalahan yang sebenarnya, alternatif-alternatif pemecahan masalah, tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah tersebut (Dunn, 1999).

(5)

228

Salah satu kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu adanya UN (Ujian Nasional). Ujian Nasional, yang dulu kerap disebut sebagai Ujian Negara dari tahun 1945 sampai dengan 1970, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) dari 1984 sampai 2001, Ujian Akhir Nasional (UAN) dari tahun 2001 sampai 2005, dan Ujian Nasional (UN) dari tahun 2005 hingga sekarang ini, sudah diselenggarakan sejak diberlakukannya Kurikulum 1968, 1984 dan 1994. Dalam Undang- undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terutama yang tertuang pada pasal 3, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Asiah, 2011).

Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu bentuk evaluasi atau penilaian pendidikan yang diselenggarakan sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 58 Ayat (2), yang berbunyi: “Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan”.

Salah satu bentuk evaluasi untuk menciptakan kelulusan peserta didik di sekolah yang diselenggarakan di Indonesia dilaksanakan dalam bentuk ujian yang disebut dengan Ujian Nasional (UN). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 144 Tahun 2014 disebutkan bahwa UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Evaluasi harus mampu menjawab semua informasi tentang tingkat pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Pendidikan yang diarahkan untuk melahirkan tenaga cerdas yang mampu bekerja dan tenaga kerja yang cerdas tidak dapat diukur hanya dengan tes belaka (Soedijarto, 1993).

Evaluasi dibagi menjadi dua konsep, yaitu: pertama, evaluasi sebagai suatu proses, didalamnya terdiri dari sebuah rangkaian kegiatan penilaian. Kedua, evaluasi sebagai tindakan untuk menunjukkan kualitas dari hasil penilaian (Sanjaya, 2008). Secara umum evaluasi biasanya berfungsi untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggung jawabkan kepada konstituennya (Nugroho, 2011). Jika evaluasi dikaitkan dengan sistem pendidikan, maka evaluasi bertujuan untuk menghasilkan sebuah informasi yang valid dan akurat mengenai tingkat keteracapaian tujuan pembelajaran yang dicanangkan oleh pemerintah untuk peserta didik, sehingga tindak lanjutnya dapat segara diupayakan (Daryant, 2007). Tindak lanjut tersebut dapat berupa penempatan pada tempat yang tepat, pemberian umpan balik, diagnosis kesulitan belajar siswa, dan penentuan kelulusan.

Setiap tahunnya UN diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia yang memiliki tujuan untuk menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan yang dilakukan pada beberapa mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan, baik tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan atau data evaluasi pendidikan maupun sebagai rencana penempatan pada jenjang pendidikan berikutnya.

Namun, pada era pemerintahan Joko Widodo saat ini, sektor pendidikan menjadi salah satu sasaran penting dan perhatian utama dalam program pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa perubahan dan pengembangan kebijakan baru bidang pendidikan.

Kebijakan penting tersebut antara lain perubahan kebijakan Ujian Nasional (UN), penghentian

(6)

229

sementara kurikulum 2013, bantuan siswa miskin/program indonesia pintar, serta kebijakan lainnya. Terkait dengan penyelenggaraan UN, pemerintah menilai perlu melakukan evaluasi terhadap tatanan kebijakan dan pelaksanaan di lapangan, mengingat masih terdapat berbagai permasalahan yang terjadi. Berbagai kritik terhadap UN selalu timbul, terutama yang menilai UN tidak sesuai dengan tujuan dari evaluasi. UN selalu menjadi bahan perbincangan, baik terkait persoalan ketidaklulusan yang tinggi maupun mekanisme ujian yang sarat kekurangan (Setiawan, 2008).

UN dinilai telah merenggut hak guru dan sekolah yang seharusnya menjadi penentu kelulusan siswa. UN telah mematikan kreativitas mengajar, karena pada akhirnya negara yang harus menentukan kewenangan kelulusan siswa (Baedowi, 2015); Sihombing & Rachman, 2021). Dengan demikian, penyelenggaraan UN saat ini belum sesuai dengan semangat pendidikan Indonesia, yang seyogyanya memerhatikan tiga aspek, yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap secara menyeluruh; dibandingkan penilaian terhadap aspek pengetahuan semata.

UN dinilai telah menyampingkan keberadaan bakat dan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap peserta didik (Baedowi, 2015). Kontroversi UN juga terus bergulir, karena dinilai telah merenggut makna dari proses belajar. Proses belajar selama kurun waktu tiga tahun, dipatahkan dengan lulus atau tidaknya siswa dalam UN yang hanya dilaksanakan tiga hari dan pada mata pelajaran tertentu saja. Selain itu, UN dinilai tidak sesuai dengan kondisi wilayah Indonesia yang sangat beragam, dengan kondisi masyarakat yang berada di berbagai wilayah dari perkotaan, pedesaan, hingga pedalaman yang belum tentu telah terjangkau pendidikan secara optimal. Bagaimana mungkin UN dapat diseragamkan untuk seluruh wilayah pada semua satuan pendidikan di kota maupun di pedalaman (Tilaar, 2012).

Selain itu, UN sebagai penentu kelulusan siswa, memunculkan perasaan tertekan, kekhawatiran, ketakutan, dan kecemasan. Ujian dipersepsikan sebagai sesuatu yang sulit, menentang dan mengancam. Akibatnya, seringkali siswa memandang dirinya sendiri sebagai seseorang yang tidak sanggup atau tidak mampu mengerjakan ujian (Asmi, 2010).

Analisis Kebijakan Ujian Nasional Pada Masa Pandemi

Presiden Republik Indonesia yaitu Ir. Joko Widodo memutuskan bahwa Ujian Nasional akan ditiadakan di tahun 2020 menyusul persebaran virus corona (Covid-19). Menurut juru bicara presiden yaitu Fadjroel Rachman mengatakan, bahwa keputusan membatalkan UN 2020 diambil sebagai respons merebaknya wabah virus corona. Dalam hal ini pemerintah lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan masyarakat indonesia. Selain itu, peniadaan UN juga merupakan salah satu penerapan kebijakan social distancing atau yang kini disebut physical distancing untuk mencegah penyebaran virus corona. Dengan ini menyatakan bahwa UN ditiadakan untuk tingkat SMA atau setingkat Madrasah Aliyah, SMP atau setingkat Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Dasar (SD) atau setingkat Madrasah Ibtidaiyah.

Sebelumnya, rencana meniadakan UN 2020 telah disampaikan oleh Komisi X DPR yang bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rencana ini dilakukan berkenaan dengan pandemi Covid-19 yang sedang merebak di seluruh kota sepenjuru dunia. Sementara opsi pengganti UN sendiri masih dikaji oleh DPR dan pemerintah. Dari keterangan Ketua Komisi X DPR RI yaitu Syaiful Huda, keputusan ini diambil karena covid-19 diprediksi masih akan mewabah di Indonesia hingga April, waktu pelaksanaan UN.

(7)

230

Meski UN ditiadakan, melalui Surat Edaran yang diterbitkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Nadiem Makarim menuliskan ada tiga kebijakan terkait ditiadakannya UN, yaitu sebagai berikut:

Pertama, UN Tahun 2020 dibatalkan, termasuk Uji Kompetensi Keahlian 2020 bagi Sekolah Menengah Kejuruan. Kedua, dengan dibatalkannya UN Tahun 2020 maka keikutsertaan UN tidak menjadi syarat kelulusan atau seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Ketiga, dengan dibatalkannya UN Tahun 2020 maka proses penyetaraan bagi lulusan program Paket A, program Paket B, dan program Paket C akan ditentukan kemudian.

Kemudian menurut Ketua Komisi X, Syaiful Huda mengatakan bahwa saat ini Kemdikbud tengah mengkaji opsi pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) secara online sebagai pengganti UN. Dan Ketua Komisi X tersebut sepakat bahwa opsi USBN ini hanya bisa dilakukan jika dilakukan secara daring, karena pada prinsipnya kami tidak ingin ada pengumpulan siswa secara fisik di gedung-gedung sekolah. Lalu apabila USBN via online tidak bisa dilakukan, maka opsi terakhir adalah metode kelulusan dilakukan dengan cara mempertimbangkan nilai kumulatif siswa selama belajar di sekolah. Jadi untuk tingkat SD, kelulusan ditentukan dari nilai kumulatif selama 6 tahun belajar. Begitu juga untuk tingkat SMP dan SMA, kelulusan siswa akan ditentukan melalui kumulatif selama mengenyam pendidikan 3 tahun lamanya. Jadi nanti pihak sekolah akan menimbang nilai kumulatif yang tercermin dari nilai raport dalam menentukan kelulusan seorang siswa, karena semua kegiatan kurikuler atau ekstrakurikuler siswa terdokumentasi dari nilai raport.

Kemudian mengacu pada prinsip merdeka belajar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa peniadaan UN tidak akan berdampak pada Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) karena akan tetap menggunakan sistem zonasi seperti tahun lalu. Ujian Nasional pada tahun ini adalah sekedar pemetaan dari segi pendidikan, bukan mengakibatkan adanya dampak kepada siswa, dan juga seleksi untuk PPDB tidak tergantung pada UN. Hanya saja, peniadaan UN tahun 2020 di tengah situasi darurat sekarang ini akan mengakibatkan tidak optimalnya pemetaan pendidikan.

Kesimpulan

Sejak dinyatakan darurat virus Corona (Covid-19) negara Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam rangka memutuskan mata rantai penularan virus Corona. Salah satu upaya yang diperintahkan oleh Presiden RI adalah membuat kebijakan tentang proses belajar di rumah bagi para pelajar dan mahasiswa, ASN bekerja dari rumah dengan menggunakan berbagai media online sebagai penunjang kinerja dari rumah. Kemudian menunda kegiatan- kegiatan yang melibatkan banyak orang. Selain itu, juga adanya kebijakan peniadaan Ujian Nasional pada tahun 2020 pada jenjang pendidikan tingkat SMA atau setingkat Madrasah Aliyah, SMP atau setingkat Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Dasar (SD) atau setingkat Madrasah Ibtidaiyah. Hal tersebut dijelaskan oleh Presiden Republik Indonesia yang mengatakan bahwa keputusan membatalkan UN 2020 diambil sebagai respons merebaknya wabah virus corona di Indonesia. Maka dari itu, kelulusan dilakukan dengan cara mempertimbangkan nilai kumulatif siswa selama belajar di sekolah.

(8)

231 Daftar Pustaka

Amalia, L., & Marlius, D. (2018). Pengendalian kredit dalam upaya menciptakan bank yang sehat pada pt. bank pembangunan daerah sumatera barat cabang utama padang.

Padang: Akademi Keuangan dan Perbankan Padang.

Andarwulan, T., Al Fajri, T. A., & Damayanti, G. (2021). Elementary Teachers’ Readiness toward the Online Learning Policy in the New Normal Era during Covid-19. International Journal of Instruction, 14(3), 771–786. https://doi.org/10.29333/iji.2021.14345a

Asiah, S. (2011). Analisis Kebijakan Ujian Nasional Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Edukasia: Jurnal Pendidikan Islam, 75-92.

Asmi, W. A. (2010). Keemasan Menghadapi Ujian Nasional dan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri "X" Jakarta Selatan. Psikologi. Volume 8 Nomor 1, Juni 2010. . Volume, 86-95.

Baber, H. (2021). Modelling the acceptance of e-learning during the pandemic of COVID-19-A study of South Korea. International Journal of Management Education, 19(2).

https://doi.org/10.1016/j.ijme.2021.100503

Baedowi, A. (2015). Potret Pendidikan Kita. Tangerang: Pustaka Alvabet.

Baedowi, A. (2015). Calak Edu 3 Esai-Esai Pendidikan. Tangerang: Pustaka Alvabet.

Daryant. (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dunn, W. (1999). Pengantar Analisa Kebijakan Publik, Samodra Wibawa (Penerj.). Yogyakarta.

Engzell, P., Frey, A., & Verhagen, M. D. (2021). Learning loss due to school closures during the COVID-19 pandemic. Proceedings of the National Academy of Sciences, 118(17).

https://doi.org/10.1073/pnas.2022376118

Irianto, A. (2013). Pendidikan Sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa. Jakarta : Kenana.

Lembah, G. (2012). Analisis Kebijakan Hasil Ujian Nasional Sma/Ma Untuk Memetakan Tingkat Kompetensi Siswa Dan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan Di Provinsi Sulawesi Tengah. Untad, 1-15.

Munastiwi, E. (2012). Analısıs Implementası Model Pembelajaran Multımedıa Berbasıs Web.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Mesin, 151-159.

Nugroho, R. (2011). Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen Kebijakan.

Jakarta: OT. Elex Media Komputindo.

ÖZER, M. (2020). Türkiye’de COVID-19 Salgını Sürecinde Milli Eğitim Bakanlığı Tarafından Atılan Politika Adımları. Kastamonu Eğitim Dergisi, 28(3), 1124–1129.

https://doi.org/10.24106/kefdergi.722280

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Grup.

Saroni. (2010). Orang Miskin Harus Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.

Setiawan, B. (2008). Agenda Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.

Sihombing, L. H., & Rachman, F. F. (2021). The Abolition of National Exams: A Slap for Education System in Indonesia. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 5(1).

https://doi.org/10.58258/jisip.v5i1.1755

Soedijarto, P. D. (1993). Menuju Pendidikan Yang Relevan Dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

(9)

232

Suhardan, R. E. (2012). Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syamsi, I. (1996). Kebijaksanaan Publik, Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, Diktat Mata Kuliah Analisa Kebijakan Publik, FISIPOL UGM, Yogyakarta.

Tantra, D. (2008). Rancangan Induk Ujian Akhir Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional,

Tilaar, H. (2012). Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta olimpiade sains ini adalah siswa dan siswi jenjang SD, SMP, dan SMA baik negeri maupun swasta termasuk dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 77 Tahun 2008 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Sma/Ma) Tahun Pelajaran 2008/2009, hal.. Ujian Nasional dapat

Skripsi yang berjudul : Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Pada Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kapuas di Masa Pandemi

Pandemi coronavirus disease (covid-19) menuntut semua aspek termasuk dunia pendidikan untuk melakukan lockdown atau karantina mandiri sebagai upaya meminimalisir

Kisi-Kisi USBN PKn SMP/MTs Tahun Pelajaran 2017/2018 | 1 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL.. SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH KURIKULUM 2013 TAHUN

Hasil wawancara bersama guru kelas IV SD Inpres Bakung 2, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya

Skripsi yang berjudul: Problematika Guru Akidah Akhlak Dalam Menghadapi Pembelajaran Online Karena Dampak Pandemi Covid-19 Di Madrasah Aliyah Negeri 4 Hulu Sungai

Dari hasil kebijakan protokol kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Bersama SKB dimasa pandemi Covid-19 pada sekolah di Kota Pekanbaru ternyata tidak semuanya mematuhi kebijakan yang