• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUDAYAAN SUKU SUNDA

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "KEBUDAYAAN SUKU SUNDA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Suku Sunda salah satunya, dengan jumlah penduduk di Jawa Barat yang cukup besar dibandingkan dengan jumlah penduduk suku di sekitarnya. Menurut Roger L. Dixion (2000:1), pada tahun 1998 masyarakat Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa, yang sebagian besar tinggal di Jawa Barat. Meskipun demikian, suku Sunda adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling sedikit dikenal di dunia.

Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa suku Sundance memang belum begitu dikenal di mata dunia, suku ini dianggap sebagai keturunan suku Sudan yang berasal dari Afrika. Dalam tulisan tersebut, penulis mengawali topik Suku Sunda yang terbagi dalam 3 (tiga) pembahasan mengenai bentuk kebudayaan, yaitu Kebudayaan Ide, Tindakan dan Artefak; dimana nantinya anda bisa menemukan peninggalan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat sunda. 3 Masyarakat Sunda menyebut wilayahnya dengan sebutan Tatar Sunda yang lebih dikenal dengan Dataran Sunda.

Dixion, pada abad pertama Masehi sekelompok kecil suku Sunda menjelajahi hutan pegunungan dan melakukan budaya tebang dan bakar untuk membuka hutan. Hak mengajar diberikan kepada orang yang umurnya lebih tua dari yang diajar, yang mempunyai banyak waktu luang atau mempunyai banyak pengalaman, mempunyai hubungan dengan sanak saudara atau kerabat yang masih dekat, karena keluarga atau karena sayang. yang lebih muda agar yang diajari berhasil menaati perbuatan yang pantas terhadap orang lain. Agar kelak menjadi manusia yang agamis, mengetahui baik dan buruk, serta berakhlak mulia; terutama bagi mereka yang lebih tua darinya.

Mereka menyebut ibu sebagai ibu, sedangkan ayah tidak mempunyai gelar yang lebih tinggi.

Gambar 1. Peta Wilayah Jawa Barat
Gambar 1. Peta Wilayah Jawa Barat

Bahasa Sunda

Dayat Harjakusumah menyatakan bahwa pada awalnya semua masyarakat Sunda menggunakan bahasa yang sama, tidak dikenal kasar atau lamban. Hal ini terlihat dari bahasa yang digunakan masyarakat Baduy Banten bagian selatan yang tidak mengenal perbedaan tingkat sosial antara penutur dan lawan bicaranya (Idat A, 1986: 22). Kesimpulannya, digunakan atau tidaknya suatu bahasa tergantung secara kasar pada pemakai bahasa tersebut, penggunaan tersebut tidak secara langsung menunjukkan status sosial orang yang menggunakannya atau berkomunikasi satu sama lain.

Obrolan ringan sebenarnya lebih tentang bersikap sopan kepada lawan bicara, yang bergantung pada perbedaan usia antara orang yang diajak bicara dan orang yang diajak bicara.

Upacara Pernikahan

Ngalamar / nyeureuhan / nanyaan (lamaran), orang tua dari seseorang yang masih single melamar pacar orang tuanya dengan menanyakan apakah gadis tersebut masih ada, apakah ada yang mengajaknya kencan, atau belum bertunangan dengan orang lain. Jika Anda masih lajang, tanyakan dengan lembut apakah Anda siap bertemu atau menikah dengan anak Anda. Seserahan (penyerahan), penyerahan calon mempelai laki-laki kepada calon mertuanya untuk dinikahkan dengan anak perempuan.

Barang-barang tersebut antara lain uang, pakaian wanita, perhiasan, ditambah sirih, pinang, kue, beras, ternak, buah-buahan, kayu bakar, serta peralatan dapur dan rumah tangga. 12 Helaran (iring-iringan), calon mempelai pria dengan prosesi dari tempat yang telah ditentukan menuju ke rumah calon mempelai wanita. Rombongan mempelai pria dijemput oleh mempelai wanita sebagai simbol saling menghargai.

Yang melaksanakannya adalah perempuan-perempuan lanjut usia yang dipimpin oleh perempuan-perempuan yang ahli dalam upacara, dibantu oleh laki-laki yang juga harus sudah lanjut usia, yang bertugas membacakan doa dan membakar dupa. Wanita yang belum menikah, sering kali wanita yang sudah menikah, wanita yang belum pernah menstruasi dan anak-anak tidak diperbolehkan hadir. Artinya, hasrat seorang wanita dan pria yang sedang jatuh cinta akan berakhir setelah perkawinan dilangsungkan setelah mereka bersatu menjadi suami istri, seperti melelehkan sirih, kapur sirih, gambir, pinang dan tembakau saat ngalemar (makan sirih). .

13 setaman tersebut antara lain melati, mawar, banyu sahabat, piring ceplok dan soka oleh orang tua dan keluarga yang lebih tua. Sumber: http://www.datasunda.org/pl/SUNDA-JPG-DOWNLOAD- ID.php?level=picture&id=999). Akad nikah (ijab kabul), mengambil persetujuan dan penerimaan calon mempelai laki-laki bersama wali calon mempelai wanita serta penyerahan mahar sebagai tanda sahnya perkawinan.

14 Munjungan (sungkem), dilakukan kedua mempelai kepada orang tua dan saudara yang lebih tua (pinisepuh) sebagai pengabdian dan ucapan syukur atas bimbingan sejak lahir hingga perkawinan serta memohon keberkahan dalam membangun kehidupan rumah tangga yang baru agar selalu menjadi kehendak Tuhan. menerima berkah. Nincak endog (menginjak telur), sebuah upacara yang melambangkan cara laki-laki dan perempuan berkomunikasi atau berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Pembukaan pintu, upacara yang melambangkan percakapan antara kedua mempelai di dalam rumah yang berisi nasehat atau nasehat, dilakukan oleh penata rias atau penggergaji.

16 Huap lingkung (saling memberi makan), kedua mempelai duduk berdampingan dan saling menyajikan makanan dengan cara saling bersilangan atau menyuapi secara bersamaan, menandakan saling mencintai. Numbas (tebus), yaitu upacara selamatan sebagai bukti bahwa mempelai wanita masih perawan dan mempelai pria dalam keadaan sehat.

Gambar 3. Keluarga dari pihak lelaki dengan perempuan berkumpul  untuk mengikat janji
Gambar 3. Keluarga dari pihak lelaki dengan perempuan berkumpul untuk mengikat janji

Ruwatan

Numbas (tebus), yaitu upacara penebusan sebagai bukti bahwa mempelai wanita masih perawan dan mempelai pria sehat. Sumber: http://www.kotasubang.com/wp-content/uploads/2013/10/subang-ngaruwat-banceuy1.jpg). Ritual ini mempunyai syarat-syarat tertentu, namun bukan sesuatu yang baku karena bergantung pada kemampuan individu penyelenggara ruwatan. Perlengkapannya antara lain nasi, kelapa ganjil, sebotol tape ketan, bubur nasi putih dan merah, serta berbagai macam sesaji.

Pelengkapnya berupa air dalam mangkok berisi tiga buah uang logam (uang perak atau sedang, uang lama), tikar baru yang digulung dalam alas kain, dua ikat beras (geugeus), satu buah kelapa manggar, dua buah pohon pisang beserta buahnya, berwarna kuning. tebu bersama dengan daun dan berbagai jenis dedaunan. Dengan berziarah ke makam leluhur sebelum melaksanakan upacara ruwatan, para tetua desa biasanya akan berziarah ke makam leluhur untuk memohon keberkahan dan keselamatan dalam melaksanakan ruwatan. Tradisi ruwatan ini dilakukan untuk melepaskan segala kejahatan dan belenggu kutukan yang melekat pada tanah (lahan pertanian) sebelum mengolahnya.

Menurut adat setempat, petani dilarang keras bekerja di sawah sampai tradisi mengolah tanah tersebut terjalin. Dalam artikelnya yang berjudul Ngaruwat Bumi di Kabupaten Subang, Yono Karyono menjelaskan bahwa seorang petani akan dirugikan jika salah satu petani melanggarnya. Biasanya petani yang mulai menanam padi sebelum acara ruwatan diserang oleh tikus, burung, dan hama berbahaya lainnya.

Acara ini biasanya bertujuan untuk menghibur masyarakat agar datang dan selalu berkumpul dalam acara peduli bumi. Setiap kepala keluarga membuat nasi tumpeng atau masyarakat petani setempat menyebutnya “congcot” atau “nyongcot” berupa nasi berbentuk kerucut yang diisi dengan telur bulat utuh, kemudian nasi congcot tersebut dikumpulkan di meja panjang pada saat acara. terjadi. dimulai. Kemudian nasi kongcot yang berbentuk kerucut tersebut diambil bersama sesendok nasi masing-masing dan dicampurkan dalam panci besar dan terakhir nasi tersebut dimakan bersama-sama.

Jenis hasil pertanian yang digantung di depan jalan atau di depan pagar rumah biasanya berupa umbi-umbian, buah-buahan, sayur-sayuran, bahkan ada beberapa jenis barang, seperti rokok dan makanan ringan. Berbagai jenis hasil pertanian kemudian digantung dengan tali di atas bagian ampong dan dihias dengan buah-buahan yang satu dan berbeda atau jenis hasil pertanian yang berbeda dan dibawa pada saat prosesi (rombongan mengelilingi 19 ampong yang biasanya dipimpin oleh kepala desa). Sumber: http://i.ytimg.com/vi/IuTBW4dh6D0/maxresdefault.jpg). Proses ini merupakan proses puncak dimana dilakukan beberapa kegiatan mendasar seperti salam, maksud dan tujuan melakukan kegiatan adat ini dan diakhiri dengan doa.

Gambar 15. Hasil Pertanian yang digantungkan
Gambar 15. Hasil Pertanian yang digantungkan

Ukiran (Motif atau Ragam Hias Pajajaran)

Benang pada motif ini bentuknya miring, dari bawah ke atas, kemudian berhenti pada bentuk benang utama. Fragmen, pada motif ini, seperti pada kebanyakan motif ukiran, pecahan tersebut mempermanis atau menambah kelenturan bentuk daun yang patah. Selain kain sarung di atas, masyarakat juga memproduksi kain putih (kain polos) yang kemudian dikembangkan menjadi kain kasur.

Motif Sarung Majalaya adalah cerminan bentuk sosial, budaya, falsafah hidup dan adat resam masyarakat Melayu.

Alat Musik Tradisional (Angklung)

Selama kurang lebih enam bulan setelah tanam padi, segala jenis kesenian yang tidak berhubungan dengan alat musik angklung kanekes tidak boleh dimainkan. Angklung Dogdog Lojor, Angklung jenis ini dimainkan pada saat musim panen telah tiba, sebagai bentuk penghormatan terhadap keberuntungan yang diperoleh. Angklung Badeng, Badeng merupakan salah satu jenis kesenian yang mengedepankan aspek musikal dengan angklung sebagai alat musik utamanya.

Dengan demikian, angklung kini bisa memainkan lagu-lagu internasional, dan juga bisa dimainkan secara ansambel dengan alat musik internasional lainnya. Angklung Sarinande, sebutan untuk angklung padaeng yang hanya menggunakan nada bulat (tanpa nada kromatik) dengan nada dasar C. Pada alat musik ini terdapat rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung yang disusun di bagian kepala dan diberi karet.

Dengan ide sederhana ini, robot dapat dengan mudah memainkan kombinasi beberapa angklung secara bersamaan untuk meniru efek melodi angklung dan angklung pengiringnya.

Gambar 18. Alat musik tradisional Angklung
Gambar 18. Alat musik tradisional Angklung

PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Jawa Barat
Gambar 2. Masyarakat asli suku Sunda
Gambar 3. Keluarga dari pihak lelaki dengan perempuan berkumpul  untuk mengikat janji
Gambar 4. Prosesi lamaran adat Sunda
+7

Referensi

Dokumen terkait

The results of this study are that there is a significant relationship between mother's knowledge and visits to Integrated Health Center (Pvalue = 0.022), there is a