• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecerdasan Emosi Siswa serta Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Kecerdasan Emosi Siswa serta Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: ……….. EISSN: ………, DOI: ………

https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/al-kaaffah

Kecerdasan Emosi Siswa serta Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

Afdol Zikkri1, Annisa Fathul Khoiryah 2, Tiara Amelisa Putri3 , Windi Alivia4 , Windy Azzahra5, Rafsel Tas’adi6 , Fadhilah Syafwar7

1 UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

2 UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

3 UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

4 UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

5 UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

6 UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

7 UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

ARTICLE INFO ABSTRAK

Keywords:

kecerdasan emosi;

bimbingan dan konseling;

konselor

Kecerdasan emosional merupakan aspek penting dari kesuksesan siswa dalam belajar di sekolah. Kecerdasan emosional terdiri dari kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Fenomena yang terjadi di lapangan masih banyak siswa yang tidak dapat bersikap dan bertindak dengan bijaksana akibat ketidakmampuan mengelola emosi. Artikel ini bertujuan mengekplorasi atau menganalisis tentang kecerdasan emosional dan implikasi terhadap layanan bimbingan dan konseling. Metode penelitian menggunakan studi kepustakaan. Analisis data dengan cara review literature terkait dengan teori-teori atau hasil penelitian tentang kecerdasan emosi dan implikasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Temuan penelitian kecerdasan emosional merupakan aspek terpenting yang harus ada dalam diri seseorang untuk kesuksesan kehidupan selain aspek lainnya seperti Intelligence Quotient (IQ), Spritual Quotient (SQ), Adversity Quotient (AQ) dan lain sebagainya. Bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam meningkatkan sikap, perilaku dan keterampilan positif terutama kecerdasan emosional melalui layanan klasikal, individual atau kelompok.

(2)

ABSTRACT

Emotional intelligence is an important aspect of student success in learning at school. Emotional intelligence consists of students' ability to recognize their own emotions, manage their own emotions, motivate themselves, recognize the emotions of others and the ability to build relationships with others. The phenomenon that occurs in the field is that there are still many students who cannot behave and act wisely due to the inability to manage emotions. This article aims to explore or analyze emotional intelligence and its implications for guidance and counseling services. The research method uses library research. Data analysis by means of a literature review related to theories or research results about emotional intelligence and its implications in guidance and counseling services. Research findings on emotional intelligence are the most important aspect that must exist in a person for success in life in addition to other aspects such as Intelligence Quotient (IQ), Spiritual Quotient (SQ), Adversity Quotient (AQ) and so on. Guidance and counseling play an important role in improving attitudes, behavior and positive skills, especially emotional intelligence through classical, individual or group services.

Corresponding Author:

Tiara Amelisa Putri

UIN Mahmud Yunus Batusangkar; [email protected]

1. PENDAHULUAN

Kecerdasan emosi merupakan penempatkan emosi dengan baik dan bisa mengatur suasana hati. Kecerdasan emosi memiliki kemampuan untuk merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya kepekaan emosi sebagai sumber kekuatan energi dan koneksi (Illahi et al., 2018).

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan dorongan emosional menjadi sumber informasi untuk memahami orang lain dan dirinya sendiri untuk tercapainya tujuan yang diinginkan. Kecerdasan emosional terdiri dari kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (Nisa & Muhid, 2022).

Banyak faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, dua diantaranya adalah kecerdasan emosional dan persepsi sosial seseorang. Namun, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh dua faktor tersebut (kecerdasan emosinal dan persepsi sosial) terhadap interaksi sosial perlu dilakukan penelitian (Monalisa et al., 2016).

Berbagai konsep-konsep teoritis dan dukungan empiris telah dilakukan misalnya variabel layanan bimbingan kelompok dan kecerdasan emosional. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut yang dilakukan ditemukan beberapa implikasi (Agustin et al., 2015) yaitu;

(1) Layanan bimbingan kelompok yang diterapkan masih perlu ditingkatkan melalui peningkatan komunikasi antara Guru BK/ Konselor dengan siswa serta memberikan arahan yang lebih positif kepada siswa dengan sabar dan penuh perhatian, (2) Kecerdasan emosional masih perlu ditingkatkan dengan memberikan pemahaman akan pentingnya

(3)

mengontrol emosi di sekolah, (3) Peningkatan kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan cara peningkatan layanan bimbingan kelompok (Setiawan, 2019).

Hasil penelitian Pushpa (2015) dalam (Maiseptian & Dewita, 2019) menjelaskan kecerdasan emosional mahasiswa dapat meningkat karena kematangan sosial. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki niat positif dalam mengembangkan kematangan kehidupan, maka hal tersebut akan berdampak besar terhadap kecerdasan emosional mereka dan terhindar dari perilaku bermasalah seperti tawuran, bullying, penyalahgunaan narkoba dan lain sebagainya.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, mereka mampu mengontrol emosi diri dengan baik ketika berkomunikasi, siswa akan lebih tenang dan emosinya dapat terkontrol dengan baik (Pohan et al., 2018). Berdasarkan keadaan ini maka sudah sepatutnya kecerdasan emosi menjadi perhatian penting untuk ditingkatkan dalam diri siswa (Pohan & Sahputra, 2020).

Meningkatkan kecerdasan emosional siswa, tentunya sekolah membutuhkan proses diantaranya program bimbingan dan konseling kelompok yang sudah dirancang. Sehingga dalam program bimbingan kelompok dapat di gunakan sebagai fasilitas atau wadah untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa. Namun, yang menjadi penting sebagai Guru BK/

Konselor adalah memberikan siswa fasilitas di sekolah dengan mendorong siswa akan potensi yang ada serta tugas perkembangan sudah berkembang sebagai seorang siswa di sekolah dari segi fisik, intelektual (kecerdasan), lingkungan sosial, emosional, dan moral (Marisa, 2015).

Individu yang memiliki kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Hal ini mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, emosi, dan koneksi dan pengaruh yang manusiawi (Illahi et al., 2018). Cara efektif untuk peningkatkan kecerdasan emosi siswa adalah dengan konseling kelompok (Lestari, 2012).

Kecerdasan emosi yang ada dalam diri siswa bukanlah secara tiba-tiba muncul tetapi harus tetap dikembangkan dan ditingkatkan. Oleh sebab itu, Guru BK/ Konselor perlu terus melatih dan mengembangkan kecerdasan emosi dalam diri siswa. Salah satu layanan yang dapat diberikan oleh Guru BK/ Konselor untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa ad lalah dengan memberikan yanan bimbingan dan konseling. Untuk menumbuhkan kecerdasan emosional para siswa bisa dilakukan dengan berbagai macam layanan dalam bimbingan dan konseling beserta kegiatan pendukungnya (Maiseptian & Dewita, 2019;

Solihatun, 2019). Upaya dalam peningkatan kecerdasan emosional siswa baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir dapat dilakukan dengan program dalam semua layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan sarana yang terdapat di perguruan tinggi serta sesuai kebutuhan individunya (Maiseptian & Dewita, 2019). Proses pelayanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya yang dapat dipergunakan untuk membangun niat yang positif bagi setiap individu sehingga tercapai kematangan sosial dan kecerdasan emosional sebelum mereka memasuki usia dewasa.

(4)

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian artikel ini adalah literature review. Literatur review adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi. Literatur review bertujuan untuk membuat analisis dan sintesis terhadap pengetahuan yang sudah ada terkait topik yang akan diteliti untuk menemukan ruang kosong bagi penelitian yang akan dilakukan (Ulhaq &

Rahmayanti, 2020).

Prosedur yang harus dilakukan dalam metode dan teknik penulisan literature review artikel adalah membaca artikel ilmiah tentang topik tersebut, mencari materi yang sesuai, mencari kajian tentang materi tersebut, mencari persamaan dan perbedaan, membandingkan dan meringkas.

Pada bagian penelitian ini kami menggunakan metode pencarian pustaka (literature search), yang meliputi metode penelitian kecerdasan emosional dan bimbingan konseling.

Metode kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan membaca buku atau jurnal dan artikel ilmiah lainnya yang relevan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia (Nauli Thaib, 2013). Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur emosi, menjaga emosi, dan pengungkapan melalui kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi diri, dan keterampilan sosial (Goleman & Boyatzis, 2017).

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang harus dimiliki siswa untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik di sekolah (Arafa et al., 2022). Dengan kata lain kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) baik dengan orang lain (Bariyyah & Latifah, 2019).

Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan individu mengatur emosi untuk memandu mereka berpikir dan berperilaku terkait dengan persepsi serta perasaan akan pengaturan rencana dan tindakan tentang karir dan tugas (Coetzee & Harry, 2014). Individu yang memiliki kecerdasan emosional memiliki kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan, memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan perasaan secara mendalam, mengatur suasana hati dan mengungkapkan emosi dengan tepat (Ardianie & Hapsari 2012).

Kecerdasan emosi diduga mempengaruhi tingkah laku, apabila kecerdasan emosi tinggi, maka siswa akan cenderung memberikan respon dalam proses pembelajaran dengan baik.

Sebaliknya, bila kecerdasan emosi siswa rendah, maka diduga dalam merespon siswa akan merasa ragu dan pesimis (Pohan et al., 2018). Individu yang cerdas emosinya mampu mengenali emosi, mengendalikan emosi, memahami emosi orang lain, membina hubungan sosial, dan memotivasi diri akan memberikan kenyamanan bagi lawan bicaranya (Sahputra et al., 2016).

(5)

Implikasi terhadap Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guidance” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu, sesuai dengan istilahnya, maka secara umum dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Ada juga yang menerjemahakan kata

“Guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan berarti bantuan, tuntunan atau pertolongan; tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan (Susanto, 2018).

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan, bimbingan dan konseling mengaplikasikan ilmu-ilmu lain yang umumnya sama-sama mengkaji tentang manusia sebagai dasar teori, membentuk sebuah gugusan ilmu tersendiri. Dengan demikian dapat dikemukakan rumusan tentang definisi ilmu bimbingan dan konseling yaitu suatu kajian komprehensif tentang prosedur atau langkah-langkah dalam memberikan bantuan terhadap individu (klien) dalam upayanya untuk mengembangkan diri dan mengentaskan permasalahan klien yang mencakup segenap aspek kehidupannya. Suatu upaya perumusan tentang definisi bimbingan dan konseling yang membutuhkan kajian mendalam mengenai aspek ontologi, epistimologi dan aksiologinya (Hariko, 2016).

Adanya bimbingan dan konseling di sekolah akan membantu siswa dalam mengembangkan diri atau mengatasi masalah yang mereka hadapi baik masalah pribadi maupun sosial. Dari identifikasi kebutuhan siswa maka Guru BK/ Konselor akan menggunakan memutuskan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling ketika memberikan pelayanan bimbingan berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut (Setiawan, 2019).

Meningkatkan kecerdasan emosional siswa, tentunya sekolah membutuhkan proses diantaranya program bimbingan dan konseling yang sudah dirancang. Sehingga dalam program bimbingan dan konseling dapat digunakan sebagai fasilitas atau wadah untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa. Namun, salah satu hal penting sebagai Guru BK/

Konselor adalah memastikan siswa mencapai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan yang cukup sulit bagi remaja adalah pencapaian kematangan emosionalnya.

Pencapaian kematangan emosional remaja dapat dikembangkan diantaranya dengan layanan Bimbingan dan konseling. Pada kenyataannya banyak siswa yang belum mampu mengendalikan emosinya karena pada satu sisi siswa yang merupakan sosok remaja cenderung terbawa oleh gejolak emosi dan di sisi lain siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Siswa yang belum mampu mengendalikan emosinya memerlukan arahan dan bimbingan baik dari orang tua maupun di sekolah. Di sekolah Guru BK/ Konselor memiliki peranan yang besar untuk memberikan arahan kepada siswa guna memahami, merealisasikan dan mengatasi masalah emosi melalui program BK.

Bimbingan konseling memiliki peranan penting dalam membantu siswa mengendalikan emosi (Fauzi & Sari, 2018).

Kecerdasan emosional terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif (Lestari et al., 2019).

Seseorang dengan skor kecerdasan emosional yang tinggi akan hidup lebih bahagia, lebih nyaman dan lebih sukses karena mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan dapat

(6)

mengendalikan emosi mereka dalam perilaku dan tindakan karena mereka memiliki kondisi mental yang baik. Siswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat melaksanakan pembelajaran secara optimal dan menjadi individu yang lebih mandiri dan percaya diri, sehingga meningkatkan pembelajaran.

Kecerdasan emosional juga memiliki fungsi untuk mendukung karir termasuk dalam memprediksi adaptabilitas karir. Hasil penelitian Dharmariana (2015) dalam (Tutik, 2020) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan adaptabilitas karir (career adaptability) pada mahasiswa tingkat akhir. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan adaptabilitas karir didukung oleh penelitian (Coetzee & Harry, 2014) yang menyatakan bahwa mengelola emosi dapat memberikan kontribusi mendalam untuk menjelaskan kecerdasan emosional serta bebagai aspek dalam adaptabilitas karir seperti career concern, career control, career confidence dan career curiosity. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa fungsi emosi dapat meningkatkan fungsi adaptasi secara kognitif, afektif, dan perilaku mahasiswa dalam domain adaptabilitas karir. Salah satu aspek adaptabilitas karir misalnya confidence, merupakan salah satu kemampuan yang tidak hanya dapat meningkatkan motivasi dan kemauan tetapi juga untuk merencanakan masa depan (career concern), mengambil tanggung jawab karir dan pengalaman kerja (career control), serta mengeksplorasi peluang di lingkungan (career curiosity). Tidak hanya itu, kecerdasan emosional juga dapat mempengaruhi keyakinan diri yang lebih besar dalam menguasai tugas perkembangan dan tantangan yang berkaitan dengan karir (career confidence).

Berdasarkan Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 bahwa pelayanan BK di sekolah melaksanakan pembinaan pada bidang pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Kecerdasan emosi dapat memberikan kontribusi terhadap komunikasi interpersonal seseorang (Sahputra et al., 2016)

Layanan BK dapat diberikan kepada siswa untuk meningkatkan kecerdasan emosi.

Pelayanan bimbingan tersebut dapat diberikan kepada siswa yang kecerdasan emosi yang sudah tinggi, agar dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Begitu juga untuk siswa yang memiliki kemampuan kecerdasan emosi yang rendah, dengan diberikan layanan bimbingan dan konseling, maka kecerdasan emosi siswa dapat ditingkatkan. Di samping pelayanan BK, tentunya ketika memberikan layanan kepada siswa, sebaiknya fungsi-fungsi BK perlu diterapkan. Fungsi BK ada empat, yaitu: fungsi pencegahan, pemahaman, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mengetahui potensi atau kelemahan yang dimiliki untuk dikembangkan lagi, kemudian mampu mengentaskan masalah yang dihadapi, dan pemeliharaan akan potensi yang dimiliki siswa serta mengembangkan potensi tersebut (Sahputra, 2018).

Hasil penelitian Herlinda ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan kemampuan bersosialisasi siswa. Semakin tinggi kecerdasan emosi siswa akan diikuti oleh semakin tinggi pula kemampuan bersosialisasi siswa. Demikian sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi siswa maka akan semakin rendah pula kemampuan bersosialisasinya (Herlinda et al., 2018).

Guru BK/ Konselor memiliki peran yang cukup besar dalam upaya penyelesaian masalah siswa, karena salah satu tugas Guru BK/ Konselor adalah membantu menyelesaikan KES-T (Kehidupan Efektif Sehari-hari Terganggu) yang dialami oleh siswa. Namun, sangat disayangkan siswa yang dalam masa perkembangan, remaja yang seharusnya diterima oleh teman sebayanya mengalami penolakan yang diakibatkan oleh emosi buruk yang ditampilkannya seperti yang terlihat pada fenomena di lapangan. Setelah diketahui data

(7)

bagaimana kecerdasan emosional dan penerimaan teman sebaya, maka akan terlihat layanan-layanan yang dibutuhkan oleh siswa yang harus diberikan oleh Guru BK/ Konselor.

Guru BK/ Konselor dapat memberikan layanan-layanan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh siswa. Dengan begitu Guru BK/ Konselor dapat berperan dalam membantu siswa memenuhi kebutuhan siswa (Melka et al., 2018).

Selain itu untuk mengelola emosi siswa, Guru BK/ Konselor dapat memberikan layanan responsif melalui konseling, yaitu menggunakan konseling ego state (Sugara, 2014) merumuskan tujuan konseling ego state meliputi: (a) Mengalokasikan dimana adanya kesakitan, trauma, kemarahan atau frustrasi dalam ego state dan memfasilitasi ekspresi, melepaskan emosi negatif, memberikan rasa nyaman serta memberdayakan diri; (b) Memfasilitasi fungsi komunikasi di antara ego state; (c) Menolong klien mengenal ego state mereka sehingga klien dapat memetik kentungan yang lebih; (d) Mengatasi konflik diri atau konflik ego state. Dengan demikian layanan bimbingan dan konseling merupakan fasilitas pendidikan yang harus dimanfaatkan oleh siswa, orangtua dan masyarakat sehingga hambatan-hambatan yang dialami tidak berefek lebih merugikan terhadap diri sendiri atau orang lain.

4. KESIMPULAN

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur emosi, menjaga emosi, dan pengungkapan melalui kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi diri, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional bisa disebut dengan kemampuan untuk mengenali emosi pada diri sendiri dan pada orang lain, memotivasi internal dan mengelola emosi dengan baik ketika berhadapan dengan orang lain. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang harus dimiliki siswa untuk meraih kehidupan yang efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan emosional siswa dapat ditingkatkan dengan program layanan bimbingan dan konseling. Tentunya sekolah membutuhkan proses diantaranya program bimbingan dan konseling yang sudah dirancang berdasarkan analisis kebutuhan. Sehingga program bimbingan dan konseling dapat di gunakan sebagai fasilitas atau wadah untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa. Siswa, orangtua dan masyarakat perlu menyadari akan pelayanan bimbingan dan konseling untuk semua (counseling for all) dan menerapkan asas keterbukaan dan kesukarelaan untuk pemberian bantuan yang optimal oleh Guru BK/

Konselor.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES

Arafa, S., Mursalim, M., & Ihsan, I. (2022). Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Negeri 26 Kota Sorong. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 4(1), 47–54.

https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.2061

Bariyyah, K., & Latifah, L. (2019). Kecerdasan Emosi Siswa Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Jenjang Kelas. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 4(2), 68.

https://doi.org/10.29210/02379jpgi0005

Coetzee, M., & Harry, N. (2014). Emotional intelligence as a predictor of employees’ career adaptability. Journal of Vocational Behavior, 84(1), 90–97.

https://doi.org/10.1016/j.jvb.2013.09.001

(8)

Melka, F. D., Ahmad, R., Firman, F., Syukur, Y., Sukmawati, I., & Handayani, P. G. (2018).

Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Penerimaan Teman Sebaya serta Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling. Jurnal Neo Konseling, 1–7.

Fauzi, T., & Sari, S. P. (2018). Kemampuan Mengendalikan Emosi pada Siswa dan

Implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling. Prosiding Dosen Universitas PGRI Palembang Edisi 16, 1–10. https://jurnal.univpgri-

palembang.ac.id/index.php/prosiding/article/view/1497/1303palembang.ac.id/index.p hp/prosiding/article/view/1497

Goleman, D., & Boyatzis, R. (2017). Emotional intelligence has 12 elements. Which do you need to work on. Harvard Business Review, 84, 1–5.

Hariko, R. (2016). Ilmu Bimbingan dan Konseling, Nilai dan Kesejahteraan Individu: Studi Literatur. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 4(2), 118–123.

https://doi.org/10.29210/116000

Herlinda, D., Wasidi, W., & Sulian, I. (2018). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Bersosialisasi Siswa di Lingkungan Sekolah Kelas VII SMP Negeri 03 Mukomuko. Consilia : Jurnal Ilmiah Bimbingan Dan Konseling, 1(3), 50–58.

https://doi.org/10.33369/consilia.1.3.50-58

Illahi, U., Neviyarni, N., Said, A., & Ardi, Z. (2018). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 3(2), 68. https://doi.org/10.29210/3003244000 Lestari, D. P., Sofah, R., & Putri, R. M. (2019). Tingkat Kecerdasan Emosi Peserta Didik Kelas

XI di SMA Negeri 15 Palembang. Jurnal Konseling Komprehensif: Kajian Teori Dan Praktik Bimbingan Dan Konseling, 6(1), 11–20. https://doi.org/10.36706/jkk.v6i1.8498 Lestari, I. (2012). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok dengan Teknik Simulasi untuk

Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa. Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 1–7.

https://doi.org/10.15294/JUBK.V1I2.685

Maiseptian, F., & Dewita, E. (2019). Gambaran Kecerdasan Emosional Mahasiswa serta Implikasinya dalam Layanan Bimbingan dan Konseling. Al Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(2), 55–63.

Marisa, C. (2015). Pengaruh Layanan Konseling dan Kecerdasan Emosional Siswa terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Sosio-E-Kons, 7(3), 188–190.

http://dx.doi.org/10.30998/sosioekons.v7i3.694

Monalisa, M., Daharnis, D., & Syahniar, S. (2016). Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Persepsi Sosial terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa serta Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 2(2), 1–10.

https://doi.org/10.29210/02016143

Nisa, W., & Muhid, A. (2022). Peran Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok dengan Teknik Role Playing dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional : Literature Review.

SHINE: Jurnal Bimbingan dan Konseling. 3(1), 1–13.

Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta; Kemendikbud RI.

Pohan, R. A., & Sahputra, D. (2020). Kecerdasan Emosi Mahasiswi Bercadar serta

Implikasinya bagi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. ENLIGHTEN (Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam), 3(1), 1–9.

https://doi.org/10.32505/enlighten.v3i1.1582

Pohan, R. A., Sahputra, D., & Zahra, M. T. (2018). Kontribusi Kecerdasan Emosi terhadap

(9)

Kegiatan Merespon dalam Pembelajaran serta Impilkasinya dalam Bimbingan dan Konseling. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian, 1(1), 273–280.

Sahputra, D. (2018). Komunikasi Interpersonal pada Siswa serta Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Wahana Konseling, 1(2), 14–21.

https://doi.org/10.31851/juang.v1i2.2088

Sahputra, D., Syahniar, S., & Marjohan, M. (2016). Kontribusi Kepercayaan Diri dan

Kecerdasan Emosi terhadap Komunikasi Interpersonal Siswa serta Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Konselor, 5(3), 182–193.

https://doi.org/10.24036/02016536554-0-00

Agustin, D. S. Y., Suarmini, N. W., & Prabowo, S. (2015). Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. Jurnal Sosial Humaniora, 8(1), 46–54. https://doi.org/10.12962/j24433527.v8i1.1241

Setiawan, A. (2019). Hubungan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VII di SMP PGRI Kasihan Tahun Ajaran 2017/2018. Universitas PGRI

Yogyakarta, 1–7.

Solihatun, S. (2019). Gambaran Kebiasaan Belajar Siswa serta Implikasinya terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Biblio Couns : Jurnal Kajian Konseling Dan Pendidikan, 2(1), 41–46. https://doi.org/10.30596/bibliocouns.v2i1.2278

Ardianie, S., & Hapsari, E. W. (2012). Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Siswa Tunarungu di SMPLB Karya Mulia. Experientia : Jurnal Psikologi Indonesia, 1(1), 16–26.

Sugara, G. S. (2014). Penggunaan Konseling Ego State untuk Mengelola

Kemarahan (Penelitian Single Subject pada Siswa Kelas XI SMK Profita Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Thesis. Universitas Pendidikan Indonesia.

Susanto, A. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Konsep,Teori, dan Aplikasinya.

Jakarta: Kencana.

Tutik, L. (2020). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Kebonsari 3 Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional PGSD UNIKAMA, 4(1), 501–510.

Ulhaq, Z. S., & Rahmayanti. (2020). Panduan Penulisan Skripsi Literatur Review. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Referensi

Dokumen terkait

mencatat hasil layanan konseling pada kartu status konseling; (khusus untuk layanan bimbingan karir seperti jurusan di MA dengan memberikan angket tentang program jurusan

10 Bidang Bimbingan Pribadi dan sosial 11 Tujuan a.Tujuan umum Agar dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui layanan konseling individual dengan pendekatan Behavioristik