• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HAK WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT DI KECAMATAN KAMPAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HAK WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT DI KECAMATAN KAMPAR"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HAK WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT

DI KECAMATAN KAMPAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Disusun Oleh :

N a m a : MUHAMMAD ADLI N P M : 1574201189

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

2019

(2)

ABSTRAK

Pada dasarnya pengangkatan anak merupakan perbuatan sosial, islam mengajarkan umatnya untuk memelihara atau melindungi anak yatim, miskin terklantar dan lain-lain. Tanpa memutuskan hubungan anak dan hak- hak tersebut dengan orang tua biologisnya. Pemeliharaan itu hanya diorientasikan pada penyantunan semata-mata. “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Artinya, semua anak terlantar dan anak miskin dipelihara oleh Negara. Tetapi pada kenyataannya yang ada dilapangan bahwa tidak semua orang miskin dan tidak semua anak terlantar dipelihara oleh Negara. Selain itu, ada juga peraturan lain yang berupa surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA), peraturan Menteri Sosial (Pernensos) dan lain sebagainya. Mengenai pengangkatan anak di Negara Indonesia sampai

sekarang belum mempunyai Undang-Undang pengangkatan anak secara nasional. Hanya ada suatu ketentuan-ketentuan yaitu surat edaran dari Mahkamah Agung yang berisi pedoman dan petunjuk bagi para hakim untuk mengambil keputusan atau membuat ketetapan bila ada permohonan pengangkatan anak yaitu SEMA Nomor 2 Tahun 1997 yang telah disempurnakan oleh SEMA Nomor 6 Tahun 1983, serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Kesejahteraan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Dengan adanya penyempurnaan tersebut maka dimungkinkan adanya suatu kepastian hukum terhadap adanya proses pengangkatan anak dan biasanya pengangkatan anak hanya datang ke Pengadilan Negeri untuk menerima pengesahan pengangkatan anak yang telah mereka lakukan agar mempunyai kepastian hukum. Dari hasil penelitian masalah ada dua hal pokok yang dapat disimpulkan. Pertama, Pelaksanaan Kedudukan Anak Angkat Dalam Hak Waris Berdasarkan Hukum Adat di Kecamatan Kampar adalah Menurut hukum adat, upacara adat yang dilakukan dalam pelaksanaan kedudukan pengangkatannya disetiap daerah di Indonesia itu sangat berbeda-beda. Kedua, Kendala Kedudukan Anak Angkat Dalam Hak Waris Berdasarkan Hukum Adat di Kecamatan Kampar adalah menimbulkan akibat hukum kedudukan anak angkat, Status anak angkat tidak jelas. Saran penulis: Pertama, Kepada seluruh masyarakat khusunya bagi masyarakat Desa TG.Berulak, seharusnya tidak boleh menyamakan kedudukan anak angkat sebagai anak kandung dan tidak boleh memberikan hak waris kepada anak angkat kerena itu salah menurut hukum Islam dan KHI, seharusnya anak angkat tersebut diberikan harta berupa wasiat wajibah dan tidak boleh melebihi dari 1/3 harta. Kedua, Masyarakat Muslim di Indonesia yang mengangkat anak dan memiliki anak angkat agar mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, salah satunya adalah ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam agar tidak menghadapi permasalahan di kemudian hari terutama dalam hal pembagian waris.

Kata Kunci: Anak Angkat– Waris Adat

Referensi

Dokumen terkait

Pada hukum adat yaag mempunyai sistem hukum kekeluargaan yang bersifat patrilineal (adat Batak Toba dan Batak Kara), kedudukan anak angkat sama dengan anak kandung, anak angkat

Kedua: hukum adat di Desa Olehsari kedudukan anak angkat mendapatkan harta gono-gini orang tua angkatnya harus diadakan musyawarah dengan anak kandung, jika tidak

Berdasarkan Analisis penelitian diperoleh kesimpulan dalam sistem pembagian waris terhadap anak angkat menurut hukum adat pada masyarakat di Kelurahan

Kedua, bahwa di dalam pewarisan jika anak kandung atau ahli waris yang lain masih ada maka anak angkat mendapat warisan yang tidak sebanyak anak kandung, dan jika

Pada hukum adat yaag mempunyai sistem hukum kekeluargaan yang bersifat patrilineal (adat Batak Toba dan Batak Kara), kedudukan anak angkat sama dengan anak kandung, anak angkat

Mengangkat anak menurut hukum perdata BW akan mempunyai akibat hukum yaitu anak angkat memiliki kedudukan yang sama seperti anak kandung dan juga mendapatkan bagian warisan dari orang

Dan dalam pengangkatan anak di kalangan masyarakat lembak kota Bengkulu dalam sistim adat, adapun yang harus disiapkan sebelum terlaksananya pengangkatan anak maka orang tua angkat

Terhadap harta warisan, anak angkat mendapatkan bagian yang telah ditentukan dalam Hukum Islam.24 Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kedudukan anak