Simpanan zat besi yang sangat rendah seiring waktu tidak akan cukup untuk membentuk sel darah merah di sumsum tulang belakang. Hal ini menyebabkan kadar hemoglobin terus turun di bawah batas normal atau biasa disebut anemia defisiensi besi (Desmawati, 2013). Ibu hamil dengan usia diatas 35 tahun cenderung mengalami anemia akibat pengaruh menurunnya cadangan zat besi dalam tubuh (Proverawati dalam Prahesti, 2017).
Apabila asupan zat besi tidak diimbangi dengan peningkatan kebutuhan maka akan terjadi defisiensi zat besi (Manuaba; Lila dan Salmariantity, 2012). Hal ini karena wanita menghabiskan simpanan zat besi dalam tubuhnya selama kehamilan (Manuaba dan Salmariantity, 2012). Jika makanan yang dikonsumsi tidak mengandung gizi seimbang atau tidak mengandung zat besi maka risiko terjadinya anemia semakin tinggi (Prahesti, 2017).
Sebaliknya ibu hamil yang berpengetahuan rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengonsumsi tablet zat besi dan cenderung tidak memilih sumber makanan yang mengandung zat besi (Prahesti, 2017). Selain karena ibu hamil secara fisiologis membutuhkan banyak zat besi, anemia defisiensi besi pada ibu hamil juga dapat disebabkan oleh infeksi cacing (terutama cacing tambang) dan malaria. Wanita di negara berkembang cenderung mengalami kekurangan zat besi laten karena pola makan rendah zat besi.
Berbeda dengan senyawa fitat (yang terdapat pada sekam sereal, biji-bijian, dan tepung gandum) dan senyawa fenolik atau tanin (yang terdapat pada teh, kopi, coklat, obat herbal dan kalsium, terutama susu dan produk turunannya), yang dapat menghambat penyerapan zat besi.
SMS Reminder
Beberapa jenis senyawa besi juga digunakan saat ini sebagai fortifikasi pangan, dapat dilihat pada tabel 2.4. Kemudahan penggunaan SMS, keterjangkauan dan jangkauan wilayah yang luas membuat informasi dapat dikomunikasikan kepada pasien kapan dan dimana saja dibutuhkan (Mary & Sevani, 2013; Wilieyam & Sevani, 2013). Sistem pengingat berbasis SMS diuji di Belanda untuk mengetahui pengaruh pengingat SMS terhadap kepatuhan pasien terhadap pengobatan antidiabetik oral menggunakan pemantauan pengobatan waktu nyata (RTMM).
Hasil penelitian ini membuktikan SMS pengingat efektif meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien DM tipe 2 dan pengiriman SMS diterima dengan baik oleh pasien. Penelitian ini juga telah dijajaki di Indonesia mengenai pengembangan pengingat berbasis SMS untuk mencegah putus pengobatan tuberkulosis di UPTD BP4 Banda Aceh. Hasilnya, keteraturan pengobatan pasien lebih terkontrol sehingga tidak terjadi kasus dropout (Lubis, Harjoko & Dewi, 2016).
Penelitian Lestari (2015) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi antara kelompok yang mendapat SMS pengingat dan yang tidak. Studi menunjukkan bahwa suplementasi Fe pada ibu hamil dapat menurunkan kejadian anemia pada kehamilan cukup bulan sebesar 73% dan kejadian anemia defisiensi besi pada kehamilan cukup bulan sebesar 67% (Husin, 2013).
Kepatuhan .1 Definisi kepatuhan
Menurut Nursalam (2007), kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien dalam meminum obat dengan benar baik dari segi dosis, frekuensi dan waktu. Berdasarkan Kementerian Kesehatan (2013), kepatuhan konsumsi tablet zat besi dipenuhi oleh ibu hamil yang mengonsumsi tablet zat besi setiap hari dan jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi selama hamil minimal 90 tablet berturut-turut. Hal lain menyebutkan bahwa kepatuhan konsumsi tablet zat besi terjadi bila ibu hamil mengonsumsi ≥90% dari tablet zat besi yang seharusnya dikonsumsi (Wiknjosastro, 1997 dalam Handayani dan Yuliastanti, 2009).
- Masalah kepatuhan yang akan diukur antara lain keakuratan ibu hamil mengonsumsi tablet zat besi sesuai anjuran tenaga kesehatan. ketepatan dosis) dan frekuensi penggunaan, kelengkapan obat serta alasan ibu hamil tidak mengonsumsi tablet zat besi (Nursalam.
Suplementasi Zat Besi
Besarnya penyerapan zat besi tergantung pada jumlah kandungan zat besi dalam makanan, jenis zat besi dalam makanan, jumlah cadangan zat besi dalam tubuh dan laju eritropoiesis (Bakta, 2007). Dengan demikian, total kebutuhan zat besi selama kehamilan berkisar antara 580-1340 mg dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu pada saat persalinan. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar antara 0,9-1,8 mg/hari dan ketersediaan ini bergantung pada kecukupan makanan.
Meskipun penyerapan zat besi melalui saluran cerna meningkat secara moderat selama kehamilan, jumlah zat besi yang diserap bersama dengan zat besi yang dimobilisasi dari makanan umumnya tidak mencukupi kebutuhan kehamilan. Sumber: Pangan dan Gizi Widyakarya Nasional (dalam Almatsier 2009) Defisiensi zat besi mengakibatkan berkurangnya pasokan zat besi untuk memenuhi kebutuhan ibu, janin, dan plasenta. Suplementasi zat besi sering disebut dengan tablet suplementasi darah (TTD). Ini adalah tablet yang mengandung Fe dan asam folat, baik dari program atau sendiri-sendiri.
Program TTD berupa tablet yang mengandung 60 mg unsur besi dan 0,400 mg asam folat yang diberikan pemerintah secara gratis kepada ibu hamil. Pemberian suplemen zat besi bermanfaat karena dapat meningkatkan status Hb dalam tubuh dalam waktu yang relatif singkat. Tablet ferosfumarate mengandung proporsi zat besi yang sama dan mungkin memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Tablet besi pilihan dalam pengobatan ADB adalah besi sulfat karena penyerapan garam besi tiga kali lebih baik dibandingkan garam besi lainnya seperti furamat, suksinat, glukonat atau garam lainnya. Perbedaan daya serap ini disebabkan oleh fakta bahwa masing-masing garam tersebut mengandung persentase zat besi yang berbeda. Tablet zat besi yang digunakan sebagai pengobatan ADB adalah 200 mg per hari atau 2-3 mg/kg.
Oleh karena itu, untuk mencapai nilai hemoglobin yang diharapkan rata-rata membutuhkan waktu 1-2 bulan dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memulihkan cadangan zat besi dalam tubuh (Ani, 2016). Studi menunjukkan bahwa suplementasi Fe pada ibu hamil dapat menurunkan kejadian anemia pada kehamilan cukup bulan sebesar 73% dan kejadian anemia defisiensi besi pada kehamilan cukup bulan sebesar 67%. Jumlah zat besi yang tidak mencukupi yang diperoleh dari sumber makanan saja memerlukan suplemen zat besi (tablet ferrosus sulfat) untuk diberikan pada ibu hamil (Husin, 2013).
Vitamin C
Dalam keadaan kering, vitamin C cukup stabil, namun dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak akibat kontak dengan udara (oksidasi), terutama jika terkena panas. Vitamin C mudah diserap secara aktif dan kemungkinan melalui difusi di usus halus kemudian masuk ke aliran darah melalui vena porta. Bila konsumsi melebihi 100 mg per hari, kelebihannya akan dikeluarkan sebagai asam askorbat atau karbon dioksida melalui respirasi (Almatsier, 2009).
Hemoglobin
Mengambil oksigen dari paru-paru dan kemudian mengangkutnya ke seluruh jaringan tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar. Pengangkutan karbon dioksida dari jaringan tubuh hasil metabolisme menuju paru-paru untuk dibuang (Husin, 2013). Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan salah satu jenis pemeriksaan dan pemantauan yang dapat dilakukan oleh bidan bagi ibu hamil.
Kadar hemoglobin diperiksa minimal dua kali selama kehamilan: sekali pada kunjungan pertama dan kemudian pada minggu ke-28 kehamilan atau lebih sering jika terdapat tanda-tanda anemia (Husin, 2013). Pemeriksaan hemoglobin dengan alat hemoCue merupakan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada klien untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah dengan menggunakan alat hemometer (hemoCue). Usap ujung jari manis atau jari tengah klien dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering.
Alasan penggunaan EasyTouch GCHb adalah karena alat ukur ini banyak digunakan di layanan kesehatan primer, seperti puskesmas atau klinik dokter.
Pengaruh SMS Reminder terhadap Kepatuhan dan Kadar Hemoglobin Suplementasi besi diperlukan selama masa kehamilan untuk melengkapi
Rendahnya kepatuhan konsumsi tablet zat besi merupakan salah satu faktor penyebab tingginya ADB pada ibu hamil. Kepatuhan konsumsi tablet zat besi diukur dari jumlah dan cara konsumsi tablet zat besi yang benar serta keteraturan frekuensi konsumsi per hari (Afnita, 2004 dalam Hidayah dan Anasari, 2012). Ibu hamil dikatakan patuh mengonsumsi tablet zat besi apabila ibu hamil mengonsumsi ≥ 90% dari kebutuhan tablet zat besi (Wiknjosastro, 1997 dalam Handayani dan Yuliastanti, 2009).
Ketidakkonsistenan juga bisa disebabkan oleh tingginya tingkat pekerjaan sehingga ibu sering kehilangan waktu untuk minum obat. Mengingat tingginya tingkat beban, maka perlu diingat hal-hal terkait konsumsi obat agar tidak terabaikan (Wilieyam & Sevani, 2013). Strategi berbasis teknologi merupakan upaya untuk meningkatkan kompatibilitas penggunaan perangkat digital seluler dengan sistem memori berbasis SMS (Thakkar, 2016).
SMS pengingat dapat memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan dengan membantu mengingatkan pasien tentang jadwal pengobatannya, memantau dan memberikan informasi kepatuhan konsumsi obat. Semakin meyakinkan dan benar cara konsumsi tablet zat besi maka semakin kecil pula risiko ibu hamil mengalami anemia (Prahesti, 2017). Efektivitas pengobatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tingkat keparahan anemia defisiensi besi dan kemampuan ibu hamil dalam menyerap sediaan zat besi.
Kerangka Konseptual
Hipotesis