• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH INDUSTRI KERAMIK DI DESA KLAMPOK KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN BANJARNEGARA 1980-2014 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH INDUSTRI KERAMIK DI DESA KLAMPOK KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN BANJARNEGARA 1980-2014 - repository perpustakaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses pemba ngunan disegala bidang. Jika pembangunan ekonomi suatu bangsa berhasil, maka bidang- bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan lain-lain akan sangat terbantu. Suatu masyarakat yang pembangunan ekonominya berhasil ditandai dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat Negara tersebut. Dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat, maka Negara dan masyarakat akan dapat lebih berleluasa dalam menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang lain.

Indonesia merupakan Negara berkembang yang sedang mengupayakan perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya jumlah penduduk sekaligus akan menambah jumlah tenaga kerja di daerah industri sehingga mendorong terciptanya berbagai aktifitas ekonomi dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Undang- undang No. 5 tahun 1984 dalam Albert Napitupulu, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan

(2)

2

lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang menganggur dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Negara. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan tempat untuk tinggal, semakin meningkat kebutuhan akan tempat tinggal semakin besar juga kebutuhan akan bahan baku untuk pembuatan bangunan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan suatu industri mempunyai dampak positif maupun negative terhadap lingkungan dan berpotensi menimbulkan dampak pada kondisi lingkungan alam (Selvi, 2019:

1).

Industri merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat mempengaruhi keadaan sekitarnya termasuk lingkungan fisik maupun lingkungan sosial ekonomi. Industri sendiri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar ekonomi mereka tercukupi. Ekonomi termasuk kedalam sistem sosial yang saling berinteraksi dengan sistem biofisik. Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem ini dapat berjalan dengan baik dan teratur apabila manusia itu mengetahui bagaiman menjaga lingkungannnya agar bisa dimanfaatkan lebih bijaksana demi kelangsungan hidupnya sendiri, karena manusia dan lingkungan sekitarnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan (Selvi, 2019: 3).

Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12’ – 7⁰31’ Lintang Selatan dan 109⁰29’ – 109⁰45’50” Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah

(3)

sebagai berikut: a. Sebelah Utara: Kab. Pekalongan dan Kab. Batang b.

Sebelah Timur: Kab. Wonosobo c. Sebelah Selatan: Kab. Kebumen d.

Sebelah Barat: Kab. Purbalingga dan Kab. Banyumas.

Kabupaten Banjarnegara memiliki lahan non pertanian lebih besar daripada lahan pertanian yaitu 86% atau 92,403 Ha dengan letak kondisi yang seperti itu, Banjarnegara meningkatkan perekonomiannya dari pariwisata dan Industri. Salah satu desa dengan industri yang maju yaitu desa Klampok.

Klampok merupakan desa dimana terdapat banyak industri keramik yang cukup terkenal. Keramik merupakan salah satu karya seni kriya yang menitik beratkan pada nilai estetika/keindahan. Tumbuhnya seni keramik di Indonesia sendiri dapat dikatakan sebagai cabang yang masih baru, menurut Mochtar Kusuma Atmaja periode perkembangan tersebut dapat dibagi menjadi empat periode yaitu: Periode eksplorasi sebelum 1960, Periode akademis (1963- 1970), Periode Pertumbuhan (1975- 1985), Periode kemunculan perajin dan seniman 1985- sekarang (Yustana, 2012: 68).

Di Indonesia, produksi keramik cukup banyak dan menyebar di pelosok daerah, seperti di Mayong (Jepang), Jatiwangi (Majalengka), Dinoyo (Malang), Lombok (Nusa Tenggara Barat), Takalar (Sulawesi Selatan), Plered (Purwakarta), Sitiwangun (Cirebon), Kasongan (Yogyakarta), Banjarnegara (Bandung), Kapal (Bali) dan Klampok (Banjarnegara), serta di daerah yang kurang terekspos. Dalam pembuatan keramik di Klampok tidak jauh berbeda dengan daerah lainnya, seperti diperlukannya alat pembentukan dengan tangan, alat pembentukan dengan putaran, alat pembentukan dengan

(4)

4

keramik hampir sama dengan pembuatan gerabah yang dilakukan pengrajin meliputi tahap persiapan yaitu mempersiapkan bahan tanah liat, pengolahan bahan yaitu tanah liat dicampur dnegan bahan- bahan lain seperti pasir, air dan sebagainya, pembentukan badan gerabah pun dilakukan dengan teknik putar maupun teknik cetak, setelah itu lanjut ke tahap pengeringan yang berlanjut ke tahap pembakaran, di dalam pembakaran ini, untuk menghasilkan keramik yang kuat dan bagus diperlukan suhu pembakaran yang tinggi di dalam tungku, dan finishing (Fatimah, : 5).

Keramik Klampok mulai menjelma menjadi industri rakyat setempat pada tahun 1957, yang dirintis oleh Kandar Admowinoto, seorang bekas pegawai sebuah pabrik keramik belanda di Bandung. Kandar memulai usaha keramik sendri yang bernama “maendalai”. industri kerajian keramik Klampok mencapai puncak kejayaan pada tahun 1980 –an hingga 1990-an.

Kala itu, dari hanya tiga perusahaan pada tahun 1960-an berkembang menjadi 60 perusahaan diwilayah Klampok.

Di Klampok ada beberapa industri awal yang masih berkembang diantaranya yaitu, Industri Keramik Maendalai 1957, Industri Keramik Usaha Karya 1964, Industri Sanggar Prima Keramik dan Industri keramik Mustika 1967 Keunikan dan kekhasan pada hasil keramik di Klampok menarik minat konsumen, sehingga seiring berkembangnya waktu banyak cabang industri tersebut dikembangkan. Tentunya pada masa perkembangan ini, produksi keramik Klampok mengalami masa penurunan sejak adanya peristiwa Bom Bali. Peristiwa Bom Bali tersebut membuat turis/ warga Negara asing yang

(5)

termasuk konsumen utama tersebut jarang berkunjung ke Indonesia. Sehingga produksi keramik di Klampok sebagian besar menurun hingga saat ini.

Tentunya peristiwa tersebut pun mempengaruhi tingkat perekonomian sebagai produsen maupun warga setempat yang sebagai buruh. Dengan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Industri Keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara Tahun 1980- 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang diatas,dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalahsebagai berikut.

1. Bagaimana Potensi Alam dan kondisi Sosial Ekonomi Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara?

2. Bagaimana perkembangan industri keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara?

3. Bagaimana kehidupan sosial buruh keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun 1980-2014?

C. Rujuan Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan kelompok atau perseorangan hendaknya memiliki tujuan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

(6)

6

1. Mengetahui Potensi Alam dan kondisi Sosial Ekonomi Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara

2. Mendeskripsikan perkembangan industri keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara

3. Menyimpulkan kehidupan sosial buruh keramik di di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 1980- 2014

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil daripenelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan bekal tambahan pengetahuan baik bagi peneliti maupun para pembaca yang belum banyak mengetahui Kehidupan Sosial Buruh Industri Keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara 1980-2014 2. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini, yaitu:

a. Memberikan wawasan kepada masyarakat terkait adanya industri keramik, agar dapat memanfaatkan peluang dengan sebaik- baiknya.

b. Memperkaya referensi mata pelajaran sejarah khususnya berkaitan dengan masalah sosial.

c. Hasil penelitian mampu mendorong dilaksanakannya penelitian yang

(7)

E. Tinjauan Pustaka dan Penelitian yang Relevan 1. Tinjauan Pustaka

a. Industri

Industri adalah suatu peristiwa atau proses yang berturut- turut dari merubah sesuatu bahan, atau benda, mencampurkan atau tidak mencampurkan, dengan bantuan panas atau tidak, untuk dapat dijadikan sesuatu barang ataupun bahan, yang setelah jadi akan berubah ujud dan bentuknya, dan lebih tinggi nilai penggunaannya.

Usaha produksi/industri adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda bentuk atausifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa produksi/industri pangan, pakaian, peralatan rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan, dan sebagainya.

Dalam hal ini, kegiatan dalam budidaya sektor pertanian/

perikanan/peternakan/perkebunan dan kegiatan penangkapan ikan termasuk jenis usaha produksi. Bangunan, dan sebagainya. Dalam hal ini, kegiatan dalam budidaya sektor pertanian/perikanan/

peternakan/perkebunan dan kegiatan penangkapan ikan termasuk jenis usaha produksi. Industrialisasi menurut Imam Supardi (dalam Adi, 2019: 11) adalah bahan baku menjadi bahan jadi atau setengah jadi. Industri merupakan salah satu kegiatan ekoneomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

(8)

8

masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia, dana, dan lain- lain.

Jenis jenis industri menurut badan pusat statistic, industri digolongkan menjadi empat menurut banyaknya tenaga kerja yaitu:

(1) Industri rumah tangga adalah industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sanggat terbatas tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. (2) Industri kecil yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima sampai sermbilan belas orang, ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatiof kecil tenaga kerjannya berasal dari, lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.

(3) Industri sedang industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar dua puluh sampai Sembilan puluh Sembilan. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaaan memiliki kemampuan manajerial terrtentu. (4) Industri besar industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari seratus orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemikiran saham tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus dan pimpinan perusahaaan dipilih memlalui uji kemanmpuan dan kelayakan.

(9)

Dalam per-Industrian tentunya harus adanya Manajemen Industri atau biasa disebut Manajemen Operasi, yang berkaitan dengan berbagai kegiatan produksi barang dan jasa. Produk yang dihasilkan,baik berupa barang maupun jasa, merupakan hasil yang diperoleh di bawah pengawasan manajer operasi (Nasution, 2006: 3).

b. Industri Keramik

Keramik adalah semua benda-benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi. Pengertian keramik yang lebih luas dan umum adalah “Bahan yang dibakar tinggi” termasuk didalamnya semen, gips, metal dan lainnya, (Pridasari, 2012:7).

Industri keramik merupakan Industri kerajinan yang berarti subsektor industri kreatif. Menurut Pangestu (dalam Sukaya, 2016:

5) industri kerajinan merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga perajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya.

Definisi industri kerajinan, berdasarkan Simposium Internasional UNESCO/ITC Craft and the International Market Trade and Custom Codification di Manila tahun 1997 yaitu, kerajinan adalah industri yang menghasilkan produkproduk, baik secara keseluruhan dengan tangan atau meggunakan peralatan biasa, peralatan mekanis mungkin juga digunakan sepanjang kontribusi

(10)

10

para pengrajin tetap lebih substansial pada komponen produk akhir.

Produk kerajinan dibuat dari raw material dalam jumlah yang tidak terbatas. Berdasarkan bahan baku (raw material), produk kerajinan dikategorikan menjadi: 1. Ceramic (seperti tanah liat, erathen ware, pottery, stoneware, porcelain) 2. Logam (seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga) 3. Natural fiber, serat alam (bambu, akar- akaran, rotan) 4. Batu-batuan (seperti batu mulia, semi precious stone, jade) 5. Tekstil (seperti cotton, sutra, linen) 6. Kayu (termasuk kertas dan lacquer ware) (Pridasari, 2012:7).

2. Penelitian yang Relevan

Penelitian secara khusus mengenai Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Industri Keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara sejauh pengamatan peneliti belum pernah dilakukan. Untuk itulah peneliyi mencoba untuk mencoba mengungkap tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Industri Keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara 1980-2014 penelitian ini menujuk pada bebeerapa tinjauan pustaka yang peneliti gunakan, tinjauan pustaka tersebut terdiri dari penelitian sejenis yang sudah ada diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Awalliyah Rohmah dengan judul “Perkembangan Industri Keramik dan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Klampok Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000- 2013”. Dalam penelitian ini, Nur

(11)

Awalliyah menggunakan metode penelitian historiografi/ sejarah. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa sejarah perkembangan industri keramik di Klampok pada awalnya berkembang sangat lambat dikarenakan tidak adanya pelatihan- pelatihan. Selain itu, adanya obyek wisata di Banjarnegara mampu mempengaruhi penjualan produk keramik daerah Klampok.

Penelitian ini membahas industri keramik yang ada di Klampok dengan menggunakan pendekatan sosial ekonomi dan kebudayaan.

Dalam penelitiannya dibahas mengenai perubahan sosial dan kebudayuaan fisik yang berkaitan dengan pembuatan keramik maupun dalam industri keramik di Klampok, dimana dalam membuat keramiik akan adanya sentuhan seni yang merupakan bagian dari kebudayaan, seni tersebut menciptakan sesuatu yang indah tanpa mengurangi nilai kegunaan barang.

Ayu Nurvita Daniatun dalam penelitiannya yang berjudul

“Strategi Pengembangan UMKM Industri Keramik Purwareja- Klampok, Banjarnegara”. Dalam penelitiannya menuliskan banyaknya UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di Klampok setelah adanya sekolah keramik dan didirikannya industri keramik oleh Kusnandar. Peneliti juga mencantumkan bahwa ada banyak industri keramik di Klampok kurang lebih 18 industri yang masih terkenal dnegan pendapatan sekitar 50- 200 juta.

(12)

12

Strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan UMKM menurut Susilo dan Krisnadewara, adalah berproduksi dengan fasilitas/peralatan terbatas, berproduksi dengan jumlah bahan baku terbatas, berproduksi dengan jumlah tenaga kerja terbatas, berproduksi dengan modal finansial terbatas, membuka shoow-room/outlet, melakukan usaha sampingan. Peneliti menulis bagaimana kondisi pengembangan usaha kecil dan upaya pengembangan usaha kecil yang dilakukan di Klampok.

Christian Indra Gunanto 2002 dalam penelitiannya berjudul

“Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Tingkat Pendidikan Dengan Produktifitas Kerja Karyawan”. Dalam penelitiannya Christian mengungkapkan bahwa pentingnya peranan sumber daya manusia terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Industri keramik Mustika di Klampok sangat memperhatikan mengenai sumber daya manusia melalui bagaimana cara meningkatkan motivasi pekerja dan mengkaji mengenai bagaimana pendidikan itu berpengaruh terhadap kinerja. Model- model motivasi ada model manusiawi, model tradisional dan model sumber daya manusia.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan terhadap industri keramik Mustika di Klampok, dimana dulu industri ini hanya memproduksi teko- teko kemudian berkembang pesat dengan produksi barang antik dan membuka sebanyak 4 cabang industri.

(13)

Berdasarkan beberapa judul penelitian diatas memberikan gambaran bahwa dengan adanya industri disekitar wilayah mereka mampu membawa perubahan sosial ekonomi. Perubahan- perubahan itu terjadi diantaranya karena pendapaan mereka yang meningkat sehingga kesejahteraan juga mengikutinya.

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang tidak sebatas menggali nilai-nilai kesejarahan dari industri keramik di Klampok, namun menyentuh aspek kehidupan sosial ekonomi buruh industri keramik di Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara.

F. Landasan Teori dan Pendekatan 1. Landasan Teori

a. Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh

Kehidupan sosial ekonomi merupakan segala pandangan dan aktivitas yang ada dalam lingkungan yang tidak bisa dipisah satu sama lain. Pengertian kondisi sosial ekonomi menurut para ahli adalah sebagai berikut (Vahguusd: 2000) yaitu, menurut Sunardi yang mengatakan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Menurut Manaso Malo (dalam Gading dkk, 2010:60) mengatakan kondisi sosial ekonomi adalah suatu

(14)

14

kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam sosial masyarakat. Pemberian posisi disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. W.S Winke (dalam Gading dkk, 2010:60) menyatakan bahwa pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimilki, dimana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.

Sedangkan Mubyarto, (dalam Gading dkk, 2010: 60) berpendapat tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek Desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat Desa.

Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha- usahanya.Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. Namun dalam kultur Indonesia, "Buruh"

berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya.

Sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tetapi otak dalam melakukan kerja.

Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama

(15)

mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.

Dalam sosial ekonomi buruh di Indonesia sangatlah mempengaruhi keberlangsungan kehidupan rakyat Indonesia, dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai buruh. Namun, meski seperti itu, pekerjaan sebagai buruh sangat membantu kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri khususnya dibidang pendidikan. Meski tergolong pekerja kasar, namun perekonomian buruh yang sulit tersebut bisa mendorong mereka untuk memperbaiki pendidikan generasi penerus dan mengangkat derajat sosial. Seperti yang ada di daerah Klampok, dimana masyarakat yang bekerja sebagai buruh mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi dan mampu membawa kehidupan mereka menjadsi lebih baik. Pekerjaan buruh tersebut tetap disandangnya meski beliau sudah bisa memperbaiki derajat sosialnya melalui kesuksesan anak- anaknya.

Hal hal seperti itu bisa membuka pandangan kita bahwa kehidupan sosial ekonomi buruh tergolong susah dan bisa dibilang pekerja kasar yang untungnya tidak seberapa, namun justru mampu menjadi salah satu faktor untuk kehidupan yang lebih baik.

b. Teori Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi karena

(16)

16

dalam kehidupan masyarakat, sehingga menghasilkan pola kehidupan yang baru (berbeda dengan pola kehidupan sebelumnya).

Perubahan sosial mencakup perubahan dalam nilai - nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola pola perilaku, kekuasaan dan wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat lainnya. Berikut ini merupakan definisi perubahan sosial yang dikemukakan oleh para Sosiolog (Djazifah, 2012:4).

1) Kingsley Davis :

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurutnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan dalam hubungan-hubungan antara buruh dengan majikan, dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik 2) John Lewis Gillin dan John Philip Gillin :

Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang diterima, akibat adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat.

3) Robert M M`acIver :

Perubahan-perubahan sosial sebagai perubahan- perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau

(17)

sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

4) Selo Soemarjan :

Perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

5) William F. Ogburn :

Perubahan sosial menekankan pada kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap pola berpikir masyarakat.

c. Pengertian Buruh

Buruh menurut kamus bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan dipadankannya istilah pekerja dengan buruh merupakan kompromi setelah dalam kurun waktu yang amat panjang dua istilah tersebut bertarung untuk dapat diterima oleh masyarakat.

Dilihat dari sejarah, kaum buruh mengalami buruh berhak mendapatkan jaminan perlindungan. Pada dasarnya perlindungan

(18)

18

Pemerintah berdasarkan amanat UUD 1945, terutama perlindungan bagi kaum lemah (buruh/pekerja) namun, yang sering terjadi pihak pengusaha atau orang suruhannya sering melakukan intimidasi kepada anggota serikat buruh/serikat pekerja agar keluar dari organisasi serikat buruh/serikat pekerja. Kebebasan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak dasar yang dimiliki oleh warga negara dari suatu Negara hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat.

Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia. Hak asasi manusia dalam negara hukum tidak dapat dipisahkan dari ketertiban dan keadilan, pengakuan atas negara hukum salah satu tujuannya adalah melindungi hak asasi manusia, berarti hak dan kemerdekaan atau kebebasan perorangan diakui, dihormati, dan dijunjung tinggi (Riani, 2017: 4).

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Serikat buruh/serikat pekerja didirikan secara bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan juga bertanggung jawab oleh buruh/pekerja untuk memperjuangkan kepentingan buruh/pekerja dan keluarganya3.

Melalui serikatm buruh/serikat pekerja diharapkan akan terwujudnya hak berserikat buruh dengan maksimal dan buruh dapat memperjuangkan kepentingannya (Riani, 2017: 5).

(19)

Istilah pekerja secara yuridis baru ditemukan dalam Undang- undang No 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerja\an.17 Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna mengahsilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan, pengusaha badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain Tenaga kerja sebagai salah satu pemilik faktor produksi yang menawarkan jasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan proses produksi.

Untuk itu, atas pengorbanannya tenaga kerja berhak mendapatkan balas jasa dari perusahaannya berupa penghasilan dalam bentuk upah.Upah merupakan salah satu indikator penting untuk menilai hidup dari buruh/karyawan/tenaga kerja. Upah atau gaji yang diberikan kepada seorang tenaga kerja merupakan penghargaan atas pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan untuk kepentingan suatu organisasi atau perusahaan.Penghargaan ini tidak selamanya berbentuk uang, tetapi juga dalam bentuk penghargaan lainnya (Budianto, 2017: 399).

Buruh merupakan tenaga kerja dengan upah yang tidak pasti.

Pengupahan sendiri merupakan salah satu faktor yang paling sensitif

(20)

20

dan berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan atau organisasi manapun seharusnya dapat memberikan upah yang seimbang dengan beban kerja yang dipikul tenaga kerja.

Dengan demikian, tujuan pembinaan tenaga kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang berdaya guna dan berhasil guna dapat terwujud. Pentingnya pemberian upah kepada tenaga kerja yang sesuai dengan hasil pekerjaannya serta besarnya kebutuhan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengusaha. Upah yang sesuai tersebut bisa diberikan baik itu sesuai dengan jam kerja ataupun banyaknya unit barang yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut. Dalam Pasal 1 angka 30 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian tentang upah yaitu hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan sesuai perjanjian kerja, kesepakatan, atauperaturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan (Budianto, 2017: 400).

Menurut Santoso (2012:135) pada pasar tenaga kerja eksternal, tingkat upah tenaga kerja ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah biasanya akan

(21)

meningkat seiring dengan kenaikan status jabatan pekerja. Selain upah, ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk menunjuk makna yang sama, yaitu kompensasi dan imbalan. Secara umum, para ahli ekonomi mempersamakan ketiga istilah tersebut. Namun dalam manajemen sumber daya manusia modern, istilah imbalan dan kompensasi lebih banyak digunakan. Menurut Jusmaliani, 2011: 116 dalam Budianto, 2017: 400 dalam bukunya menggunakan istilah sistem imbalan.

Upah dan gaji merupakan salah satu komponen imbalan, disamping imbalan yang dalam bentuk lain seperti insentif, bonus, remunerasi, tunjangan dan fasilitas sosial lainnya. Kompensasi, menurut Handoko sebagaimana dikutip oleh Edy Sutrisno, 2011:183, dalam Budianto, 2017: 400 adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk:

1) Pemberian uang, seperti gaji, tunjangan dan insentif;

2) Pemberian material dan fasilitas; dan

3) Pemberian kesempatan berkarir kerja (Budianto, 2017: 400) Gaji adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan atau pekerja secara periodik, sedang upah adalah kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil kerja tertentu, tidak secara periodik.Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, karena karyawan tersebut dianggap telah ikut

(22)

22

berpartisipasi dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan, sedangkan insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan tertentu, karena keberhasilan atau prestasinya.

Oleh karena itu, menurut Buya al Ghazali, Wahyuddin dan Rina Trisnawati (2012:67) dalam penetapan tingkat upah dalam ekonomi konvensional kontemporer terjadi kombinasi antara standar kebutuhan pokok minimal dengan mekanisme pasar. Ketika mekanisme pasar menghasilkan tingkat upah di bawah kebutuhan pokok minimum pekerja, pemerintah harus menetapkan tingkat upah minimum yang memenuhi standar kebutuhan pokok pekerja. Dalam ekonomi konvensional, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat upah. Pada awalnya, banyak penelitian analisis faktor–faktor penentu dan perbedaan tingkat upah disebabkan faktor modal manusia. Teori modal manusia sering digunakan dalam model ekonomi untuk menjelaskan keadaan pasar tenaga kerja (Budianto, 2017: 400).

Model modal manusia yang dikembangkan Schultz, Becker dan Mincer menggunakan pendekatan neoklasik, yaitu pekerja dibayar berdasarkan nilai output marginalnya. Perbedaan upah disebabkan perbedaan daya output marginal buruh atau produktivitasn Dalam hal pengusaha tidak mampu membayar upah minimum, Pasal 90 UU Ketenagakerjaan mengatur sebagai berikut:

(1) Pengusaha dilarang membaya rupah lebih rendah dari upah

(23)

minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89. (2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan. (3) Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur dengan Keputusan Menteri. (Budianto, 2017:

401).

2. Pendekatan

Selain teori yang digunakan dalam sebuah penelitian. Suatu penelitian hendaknya memiliki sebuah pendekatan yang relevan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitiannya.

Dalam Pendekatan studi kasus adalah studi yang mengekspolrasi suatu masalah dengan batasan terperinci memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyatakan berbagai sumber informasi penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang telah dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Rahmat, 2009: 6).

Kajian tentang pengalaman personal yang unik, yang tidak dimiliki oleh orang lain atau sekelompok orang lain. Terdapat dua pendekatan dalam studi kasus, yaitu:

a. Intrinsik case study, yaitu pendekatan yang ditempuh oleh peneliti agar lebih memahami sebuah kasus tertentu. Kasus ini menarik minat peneliti sehingga diperlukan penggalian data untuk memahaminya secara detail. Tujuannya bukan untuk memahami

(24)

24

konstruk abstrak atau fenomena umum tertentu, namun untuk merumuskan suatu teori.

b. Instrumental study, yaitu pendekatan yang digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu agar tersaji sebuah perspektif tentang isu atau perbaikan suatu teori. Dalam hal ini kasus bukan minat utama; kasus memainkan peranan suportif yang memudahkan pemahaman kita tentang sesuatu yang lain. Sering digunakan untuk mencari kesamaan/pola dari sebuah peristiwa yang sering muncul/berulang.

Dalam penelitian ini, selain pendekatan Studi Kasus, peneliti juga menggunakan pendekatan pendekatan sosial dan pendekatan ekonomi.

Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, umpamanya golongan atau komunitas sosial mana yang berperan, serta nilai- nilainya, hubungannya dengan kelompok lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi dan sebagainya (Menurut kartodirdjo, 1992: 4, dalam Yusuf, 2014).

Pendekatan Sosial ini digunakan peneliti untuk melihat kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara.

Pendekatan ekonomi peneliti gunakan untuk menekankan pada bidang produksi dan pemasaran output yang dihasilkan. Pendekatan ekonomi dilakukan agar peneliti paling tidak dapat mleihat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara, seperti

(25)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti lakukan dengan judul Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Industri Keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara Tahun 1980- 2014.

”adalah metode Historis. Metode historis adalah proses kerja untuk menuliskan kisah- kisah masa lampau berdasarkan jejak- jejak yang ditinggalkan dengan langkah sebagai berikut: (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Interpretasi, (4) Historiografi (Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum, 2011:

3).

Dalam sebuah penelitian, tentunya diperlukannya metode tertentu agar hasil yang akan di dapatkan sesuai dengan awal tujuan penelitian. Di dalam penelitian ini digunakan metode sejarah, karena berkaitan dengan peristiwa masa lampau yang sudah terjadi. Pengertian metode sejarah disini adalah suatu proses menguji, menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Menurut Kuntowijoyo (1995: 88- 89), Ada empat tahap dalam penelitian sejarah, yang meliputi sejarah heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Adapun penjelasan tahap- tahap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Heuristik

Peneliti mencari sumber- sumber sejarah, jejak- jejak sejarah atau masa lampau dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi langsung dengan buruh keramik Klampok.

Peneliti menggunakan bahan documenter berupa dokumen dari badan pusat statistic banjartnegara untuk memperoleh data terkait dengan data demografi, sosial budaya kecamatan purwareja klampok kemudian

(26)

26

peneliti mengumpulkan sumber berupa manuscript atau handshrifct melalui kerajinan berupa desain seni keramik

Dalam pencarian sumber selanjutnya peneliti melakukan pencarian sumber sejarah lisan. Peneliti melakukan wawancara terhadap pelaku sejarah yaitu para pemilik awal industri keramik dan buruh, serta penyaksi sejarah yaitu buruh keramik yang masih muda, warga, dan pegawai pemerintah setempat.

Ketiga hal tersebut peneliti lakukan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan judul penelitian yang peneliti ambil.

2. Kritik

Kritik adalah langkah untuk menyelidiki atau menilai sumber- sumber yang dibutuhkan. Penilaian dilakukan untuk memastikan apakah sumber tersebut asli atau tidak misalnya, melalui Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Industri Keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara Tahun 1980- 2014”.

Kritik sejarah memiliki aspek ekstern dan intern yaitu:

a. Kritik Ekstern

Kritik ekstern adalah kritik yang bersangkutan dengan keotentikan sumber pada kritik ekstern sumber disebut autentik membawa konsekuensi sumber tersebut tidak palsu. Pada intinya kritik ekstrn mencermati bahan bahan yang digunakan sesuai dengan zamannya atau tidak (Priyadi, 2015: 99).

(27)

Misal, peneliti melakukan kritik ekstrn dari segi lisan, apakah narasumber tersebut memiliki penjelasan yang sesuai dengan tahun dan keadaan dimasa tertentu atau asli tidaknya.

b. Kritik intern adalah berkaitan mengenai penilaian suatu sumber yang tentang tingkat kredibilitas (bisa dipercaya tidaknya) kritik interen dilakukan dengan memperhatikan dua hal,yaitu penilaian intrinsic terhadap sumber sumber dan membanding bandingkan kesaksian dari berbagai sumber agar sumber dapat dipercaya (Priyadi, 2011:

81). Kritik intern yang dilakukan oleh peneliti misal dari data wawancara atau lisan, peneliti menilai apakah jawaban yang dikeluarkan narasumber ada kecondongan antara narasumber pertama dengan narasumber ke dua atau adanya keberpihakan, maka peneliti patut mempertanyakan kredibilitas sumber tersebut.

3. Interpretasi

Pada tahap analisis, peneliti menguraikan sedetail mungkin ketiga fakta mentifact, socifact dan artefact dari berbagai sumber atau data sehingga unsur- unsur terkecil dalam fakta tersebut menampakkan koherensinya. Penafsiran dalam metode sejarah menimbulkan subjektifitas sejarah, yang sangat sukar dihindari karena ditafsirkan oleh sejarawan (si subjek) sedangkan yang objektif adalah faktanya penafsiran model sejarah tersebut dapat diterapkan pada ilmu antropologi, seni pertunjukan, studi agama, filologi, arkeologi, dan ilmu sastra. Pada langkah ini peneliti membandingkan sumber- sumber yang diperoleh ke

(28)

28

Dalam langkah ini peneliti membandingkan sumber-sumber yang diperoleh peneliti baik sumber primer maupun sumber sekunder. Setelah membandingkan, peneliti memberi tanggapan atau kesimpulan mengenai sumber- sumber tersebut.

4. Historigrafi

Historiografi Adalah tahap metode penelitian sejarah yang terakhir, yaitu penulisan sejarah, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi masalah- masalah yang harus dijawab. Pada hakikatnya, penyajian historiografi meliputi (1) Pengantar, (2) hasil penelitian dan (3) kesimpulan. Penulisan sejarah sebagai laporan seringkali disebut karya historiografi yang harus memperhatikan aspek kronologis, periodesasi, serialisasi dan kausalitas, sedangkan dalam penelitian antropologi tidak boleh mengabaikan aspek polistik menyeluruh (Priyadi, 2011: 92). Pada langkah ini peneliti melakukan penulisan hasil yang didapat dari penelitiannya. Adapun penulisan historiografi dalam penelitian ini mengacu pada rumusan masalah yang ada yaitu, potensi alam dan kondisi sosial ekonomi, perkembangan industri keramik, dan kehidupan sosial buruh keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 1980- 2014.

H. Sistematika Penelitian

Untuk lebih mudah memahami isi skripsi ini maka penulis menyusun

(29)

Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, dan sistematika penyajian yang m,erupakan gambaran mengenai urutan pembahasan dalam penulisan penelitian.

Bab kedua berisi tentang potensi alam dan kondisi sosial ekonomi Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara yang meliputi keadan geograafis, keadaan demografis, potensi alam desa Klampok, dan keadaan sosial ekonomi desa Klampok.

Bab ketiga perkembangan industri keramik di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara yang meliputi perkembangan industri keramik di Indonesia, awal mula kerajinan keramik di Desa Klampok, dan industri- industri keramik di Desa Klampok.

Bab keempat yaitu mengenai kehidupan sosial buruh keramik di di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara dimana pada bab ini penulis menjelaskan inti dari penelitian.

Bab kelima berisi tentang kesimpulan dan saran

Referensi

Dokumen terkait

The analysis of graduate student and faculty research revealed a predominance of quantitative descriptive study on the issue of “research in aid of policies.” Documentary evidence

2Badan Pusat Statistik, Kuranji Dalam Angka Tahun 1993 3 Yanti Murni, Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Nilam di Desa Taikako Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai