• Tidak ada hasil yang ditemukan

kekuatan pembuktian akta di bawah tangan dikaitkan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "kekuatan pembuktian akta di bawah tangan dikaitkan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

2 Tahun 2014 tentang Fungsi Notaris, Notaris, nilai pembuktian akta di bawah tangan terkait dengan kekuatan legalisasi dan Otentikasi Notaris adalah nilai pembuktian surat-surat yang tidak tunduk pada pengadilan. Kata kunci: Notaris, akta di bawah tangan yang dicatat (Otentikasi), akta di bawah tangan yang disahkan (Legalisasi), akta notaris. Akta di bawah tangan adalah suatu akta yang dibuat antara pihak-pihak yang membuat akta itu, tanpa campur tangan pejabat yang berwenang membuat akta itu.

Akta di bawah tangan dapat dibuat sedemikian rupa atas dasar kesepakatan para pihak, dan yang terpenting tanggalnya dapat dibuat sewaktu-waktu, sedangkan akta otentik harus dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk itu. Jadi isi pernyataan dalam akta di bawah tangan yang diakui keaslian tanda tangannya atau dianggap diakui menurut undang-undang berlaku bagi para pihak sebagai akta otentik dan merupakan alat bukti. Akta terdaftar juga dapat disebut sebagai akta otentik melalui pengesahan (legalisasi) dan pendaftaran (Waarmerking) dengan notaris.

Oleh karena itu, nilai pembuktian akta di bawah tangan yang didaftarkan akan sama kuatnya dengan nilai pembuktian akta otentik. Berdasarkan kuasa notaris untuk melegalkan akta di bawah tangan sebagaimana diatur dalam Pasal 15(2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, dalam hal notaris melakukan akta di bawah tangan, notaris hanya mencocokan tanda tangannya dan menentukan kepastiannya. dari tanggal akta di bawah tangan. Permasalahan hukum tersebut di atas muncul karena Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris tidak mengatur secara jelas apakah seorang Notaris harus memeriksa kebenaran akta di bawah tangan yang dimintakan pengesahannya (norma kabur).

Rumusan Masalah

Agar Notaris tidak melegalkan akta-akta yang tersembunyi yang mengandung dusta, atau agar Notaris tidak bersekongkol melegalkan akta-akta di bawah tangan yang mengandung dusta untuk keuntungan pribadi, maka perlu dilakukan langkah-langkah agar Notaris memeriksa kebenaran isi akta di bawah tangan itu. harus dilegalisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan kajian dan penelitian yang dituangkan dalam penulisan tesis ini yang berjudul “Pembuktian akta di bawah tangan dikaitkan dengan kewenangan notaris dalam pengesahan dan penandaan berdasarkan UU No.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kerangka Teoritis

  • Teori Kepastian Hukum
  • Teori Positivisme Hukum
  • Teori Perjanjian
  • Teori Kewenangan
  • Teori Tanggung Jawab
  • Teori Pembuktian

Menurut Utrecht, kepastian hukum mempunyai dua pengertian, yaitu pertama adanya aturan umum yang dengannya individu mengetahui perbuatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa kepastian hukum bagi individu terhadap kesewenang-wenangan pemerintah. karena dengan adanya aturan-aturan umum itulah individu dapat mengetahui apa yang boleh dikenakan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu”. Doktrin kepastian hukum ini bermula dari doktrin hukum-dogmatis yang didasarkan pada aliran pemikiran positivis dalam dunia hukum, yang cenderung memandang hukum sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, karena bagi penganut cara berpikir demikian, hukum tidak lebih dari itu. daripada seperangkat aturan. Kepastian hukum diwujudkan oleh hukum pada hakekatnya yang hanya merupakan aturan hukum yang bersifat umum.

Menurut Rene Descartes, “seorang filosof dari Perancis, menyatakan bahwa kepastian hukum dapat diperoleh dengan metode sanksi yang jelas”. Sanksi yang akan dikenakan kepada badan hukum yang terlibat dalam suatu kontrak bersifat tetap dan tidak dapat dibantah. Kepastian hukum dapat diartikan bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.

Kepastian hukum, yaitu adanya skenario-skenario yang jelas tentang tingkah laku yang bersifat umum dan mengikat semua warga negara, termasuk akibat-akibat hukumnya. Kepastian hukum juga dapat berarti hal-hal yang dapat ditentukan oleh undang-undang dalam hal-hal tertentu. Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dilaksanakan, bahwa penerima manfaat dapat memperoleh haknya berdasarkan hukum dan bahwa keputusan dapat dilaksanakan.

Kepastian hukum merupakan perlindungan yang baik terhadap perbuatan sewenang-wenang, yang berarti seseorang akan dapat memperoleh apa yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Kepastian hukum merupakan sifat yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, khususnya norma hukum tertulis yang dapat ditegakkan dan ditetapkan oleh suatu “instrumen”17 suatu negara. Hukum tanpa nilai kepastian hukum akan kehilangan maknanya karena tidak dapat lagi dijadikan pedoman perilaku bagi setiap orang.

Menurut Soedikno Mertokusumo, kepastian hukum merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum. Tentu saja kepastian hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan, hal itu diprioritaskan bagi norma-norma hukum tertulis. Karena kepastian itu sendiri pada hakekatnya merupakan tujuan utama dari hukum. Kepastian hukum ini menjadi keteraturan masyarakat yang erat kaitannya dengan kepastian itu sendiri karena hakikat ketertiban akan menyebabkan seseorang hidup dengan kepastian dalam pelaksanaan kegiatan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan kehidupan masyarakat itu sendiri. .

Pihak yang dimaksud adalah subjek perjanjian yang terdiri dari sekurang-kurangnya dua orang atau badan hukum dan berwenang melakukan perbuatan hukum berdasarkan undang-undang.

Penelitian Terdahulu

Bukti perbuatan terselubung yang berhubungan dengan kuasa notaris dalam legalisasi dan perdagangan berdasarkan UU No. Ketentuan mengenai akta otentik dan rahasia di Indonesia diatur dalam Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

Pengarang : menyatakan bahwa akta otentik dan akta di bawah tangan adalah suatu bentuk kertas yang dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat dipertanggung jawabkan. Judul “Kekuatan akta saksi di bawah perjanjian jual beli tangan terkait kewenangan notaris dalam pasal 15 ayat (2) undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang kedudukan notaris” . Masalah fungsi legalisasi dan penandaan akta yang dilakukan secara tertutup dalam perjanjian jual beli untuk pembuktian.

Berbicara mengenai kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepada notaris, berarti notaris dapat memberikan kuasa atas suatu surat yang dibuat.

Sistematika Penulisan

Pengaturan mengenai akta otentik dan akta rahasia di Indonesia diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang menyatakan: “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik sehubungan dengan segala tindakan, perjanjian, dan ketentuan disyaratkan oleh suatu peraturan umum atau oleh pihak yang berkepentingan yang harus dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, memelihara akta itu dan memberikan gross, salinan dan kutipannya, sepanjang pembuatan akta itu menurut suatu peraturan umum tidak juga dilimpahkan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Dan dalam Pasal 1868 KUHPerdata dikatakan: “Akta otentik adalah suatu perbuatan yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang melakukannya di tempat akta itu dibuat.” Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Sedangkan akta rahasia Pasal 1874 KUHPerdata menyatakan bahwa: “Yang dianggap tulisan bawah tanah adalah suatu akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat-surat, daftar-daftar, surat-surat urusan rumah tangga, dan tulisan-tulisan lain yang dibuat tanpa perantaraan pejabat umum”. Oleh karena itu terdapat perbedaan antara akta otentik dengan akta tunggakan, yaitu jika akta otentik merupakan akta yang dibuat dihadapan pejabat umum yang ditunjuk oleh undang-undang dan ditandatangani dihadapan pejabat (notaris), sedangkan akta tunggakan adalah akta yang dibuat oleh pihak tanpa melibatkan pejabat umum (notaris).

Selain notaris, bupati, ketua pengadilan kota, dan walikota juga ditunjuk untuk mengesahkan dan mengurus akta-akta bawahan. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, Notaris dalam jabatannya berwenang mengesahkan tanda tangan dan menentukan keamanan tanggal surat-surat di bawah tangan dengan mendaftarkannya dalam buku khusus. Ketentuan mengenai pengesahan akta di bawah tangan yang dibuat oleh orang perseorangan atau oleh pihak, di atas kertas bermeterai cukup, dengan pendaftaran dalam buku khusus yang diterbitkan oleh notaris.

Hal ini memungkinkan penulis untuk membedakan antara pengesahan dan pengesahan, yang dapat dilihat pada saat dibubuhkan tanda tangan notaris dan tanda tangan para pihak dalam akta. Dengan autentikasi, tanda tangan notaris ditempatkan pada waktu yang berbeda setelah para pihak dalam akta mencapai kesepakatan dan terlebih dahulu menandatangani akta tersebut. Oleh karena itu, tanggal penandatanganan akta oleh para pihak berbeda dan lebih awal dari tanggal penandatanganan akta oleh notaris sipil.

Sedangkan dalam pengesahan, waktu penandatanganan antara pihak yang membuat akta dengan Notaris harus sama. Dengan disahkannya akta di bawah tangan itu, hakim telah memperoleh kepastian akibat hukum mengenai tanggal dan identitas semua pihak yang mengadakan perjanjian dan tanda tangan yang dibubuhkan di bawah kertas itu benar-benar dari pihak yang memutuskan yang namanya tertulis di atas akta itu. kertas. dan orang yang membubuhkan tanda tangannya di bawah surat tidak lagi menyangkal atau mengatakan bahwa salah satu pihak tidak mengetahui isi surat tersebut, karena semua isinya telah dibaca dan dijelaskan terlebih dahulu sebelum para pihak membubuhkan tanda tangannya di hadapan . notaris dan saksi-saksi yang diakui oleh notaris. Jika penulis menganalisanya dengan teori pembuktian, maka akta di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan hukum yang sempurna karena bertumpu pada tanda tangan semua pihak dalam perjanjian.

Kontrak penandatanganan hanya memberikan konsekuensi hukum pembuktian yang lengkap untuk pihak yang ingin dibuktikan oleh penandatangan, sedangkan untuk pihak ketiga konsekuensi hukum dari pembuktian bebas. Ini berbeda: berbeda dengan surat otentik yang memiliki nilai pembuktian penuh, untuk dokumen suap, nilai pembuktian ada di tangan hakim yang memperhitungkannya.

Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan kajian yang lebih mendalam untuk membahas masalah kekuatan alat bukti surat, khususnya yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian akta di bawah tangan, karena jika melihat ketentuan Buku IV KUH Perdata dan dalam pasal 1874, 1874a, 1880 disebutkan bahwa surat-surat itu harus dilegalisir oleh Notaris. Dari beberapa pengertian di atas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa kata dasar pembuktian adalah pembuktian, pembuktian dapat diartikan sebagai sesuatu yang cukup menunjukkan kebenaran suatu hal. Achmad Ali, 2002, Mengungkap Hukum (Kajian Filosofis dan Sosiologis), Jakarta, Penerbit Toko Gunung Agung.

Habib Adjie, 2009, Hukum Kenotariatan Indonesia (Penjelasan Tematik UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), Bandung PT Refika Aditama. 2015, Penjelasan Tematik Hukum Kenotariatan Indonesia Berdasarkan UU No. 2 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 30 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, Bandung, Refika Aditama. Herlien Budiono, 2009, Ajaran Umum Hukum Kontrak Dan Penerapannya Dalam Bidang Kenotariatan, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Imron, Pengesahan harus didampingi saksi, Renvoi Nomor 10/34 April 2006 Ida Rosida Suryana, 1999, Berbagai Jabatan Notaris Universitas Padjadjaran,. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Tan Thong Kie, 2011, Studi Kenotariatan & Aneka Praktek Kenotariatan, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ditegaskan dalam ketentuan Pasal 84 Undang-Undang Jabatan Notaris bahwa tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16