MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“Metodologi Studi Islam”
Dosen Pengampu : Ali Nur Rofiq, S.Th.I., M.Ag
Disusun Oleh : Kelompok 2
1. Rizkha Dwi Januarin (22403163)
2. Guruh Ray Sukma Nugroho (22403201)
K E L A S E
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI 2023/2024 GANJIL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, kekuatan dan ketabahan kepada penulis terhadap makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Hambatan demi hambatan selalu menjadi tantangan penulis untuk membuat makalah ini, baik dalam pelaksanaan maupun penyusunan makalah ini.
Akan tetapi atas se izin Allah SWT serta berkat bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat melalui hambatan dalam pembuatan makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini bisa terselesaikan. Akhir kata Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dari pembuatan pembuatan makalah makalah ini, semoga makalah makalah ini bermanfaat bermanfaat bagi pembaca, pembaca, kritik dan saran sangat diharapkan sekali untuk kesempurnaan pembuatan makalah ini kedepannya.
Kediri, 11 September 2023
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
KATA PENGANTAR ……… ii
DAFTAR ISI ……… iii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Batasan Masalah ……….. 2
1.3. Rumusan Masalah ……….. 2
1.4. Tujuan ……… 2
BAB II PEMBAHASAN………3
2.1. Definisi Agama ……….. 3
2.2. Agama dan Perkembanganya ……….. 4
2.3. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ……….. 5
2.4. Fungsi Agama Terhadap Kehidupan ……… 7
2.5. Rasa Ingin Tahu Manusia……….9
PENUTUP Kesimpulan……….10
Daftar Pustaka………..11
2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup dan mempunyai akal serta paling sempurna, manusia mempunyai ciriciri organ tubuhnya yang lengkap dan spesifik terutama memiliki otak, dan juga proses pencernaan. Adapun penjelasan terciptanya manusia sebagai makhluk hidup yang sempurna, termuat di QS. AtTin ayat 4 yakni, “sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Manusia juga memiliki kebutuhan dalam kehidupannya, di dalam hidup manusia ada dua hal yang harus dipenuhi baik itu secara manusia sebbagai kebutuhan individu, “peranan agama dalam kesehatan mental” yang terbagi dalam 2 kebutuhan yakni kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan Primer adalah kebutuhan yang berupa jasmaniah, contohnya makan, minum, seks dan sebagainya (hal ini di dapatkan sejak lahir) yang ada didalam kebutuhan primer adalah kebutuhan yang hampir semua nya berkesinambungan dengan makhluk hidup, seperti keinginan untuk makan. Dengan memiliki untuk makan maka dia harus memasukkan makanan untuk dikonsumsinya., yang menjadikannya lelah, lelah disini akibat dia kekenyangan atau lelah.Kebutuhan Sekunder adalah suatu bentuk kebutuhan Rohaniah contoh seperti berhubungan dengan sosial. Dan kebutuhan ini telah kita dapatkan sedari kita kecil. Kebutuhan sekunder terbagi menjadi 3 bagian yakni kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan terhadap agama, serta kebutuhan terhadap agama Didalam kehidupan manusia ada peran agama yang sangat penting dan melekat didalamnya. Yang bertujuan unuk mendapakan kebahagian dan kesejahteraan hidup jasmani dan rohani. Untuk dekat dengan sang pencipta kita harus berada di jalan agama yang benar. Adapun urgensi agama untuk kehirasional untuk lebih sabar dan bisa saling meminta maaf jika terjadinya perselisihan dupan manusia sangatlah penting guna mengakses kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi agama sebagai pengawas dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai mana contohnya pentingnya dokrin agama di dalam kehidupan adalaha kasus pembunuhan sepasang suami istri yang di lakukan oleh teman dekatnya sendiri, yang berada di kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Yang di dilatarbelakangi oleh sakit hati sehingga membuat sang pelaku tega melakukan pembunuhan tersebut. Dengan adanya dokrin agama manusia seharusnya bisa untuk berpikir lebih.
3 A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Defisini Agama 2. Bagaimana Perkembangan Agama
3. Bagaimana Fungsi Agama Dalam Kehidupan Sehari-hari 4. Bagaimana Rasa Ingin Tahu Manusia
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Agama 2. Untuk Mengetahui Perkembangan Agama
3. Untuk Mengetahui Fungsi Agama Dalam Kehidupan Sehari-hari 4. Untuk Mengetahui Rasa Ingin Tahu Manusia
4 BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Agama
Secara etiminologi agama atau yang lebih dikenal pula dari kata “ad-din” yang berasal dari bahasa arab dan kata religi dari bahasa eropa. Sebagai mana yang kita ketahui juga dalam bahasa sansekerta agama memiliki arti adan gan. A “tidak”, dan gam “pergi”. Jadi dapat kita tarik benang merah yaitu tidak pergi, langgeng, tetap di tempat serta di wariskan secara turun temurun. Dengan ini bahwasanya agama ialah sebuah cara manusia untuk dapat berbakti kepada Tuhan, dengan berbaktinya kepada Tuhan sehingga didapatkan ketaatan, serta patuh dan tunduk akan kebersaranya.
Adapun buah hasil dari kita tunduk patuh serta berbakti pada Tuhan yaitu mendapakan pedoman hidup guna menggapai kebahagian dunia akhirat. Menurut Mukti Ali definisi dari kata agama bersandarkan pada tiga alasan. bahwa pengalaman ialah soal subjektif, rohaniah, dan sifatnya yang suka menyendiri. Sedangkan secara terminologi agama diartikan fenomena yang rumit untuk dijelaskan. Beberapa para ahli berpendapat bahwa agama :
Emile Durkheim berpendapat, agama selaku bentuk yang diyakini serta berkarekter pengetahuan terhadap sesuatu yang suci, lantas kepercayaan dan pengetahuan tersebut bersatu ke dalam suatu kumpulan akhlak.
Karl Mark mengartikan bahwasanya agama ialah suatu keberatan dari makhluk yang terpaksa hatinya, dan tertekan jiwanya. Beliau menyimpulkan agama sebagai kebiasaan bagi masyarakat.
Spencer menyebutkan bahwasanya agama itu keyakinan akan adanya sesuatu yang Maha benar.
Dewey mengatakan agama merupakan suatu bentuk eksplorasi manusia akan tujuan yang dihadapkan suatu tantangan yang membahayakan jiwanya , beliau menyimpulkan agama ialah suatu pengenalan kepada manusia terhadap kekuatan yang gaib.
Endang Saefuddin Anshari mengemukakan pendapatnya bahwa agama ialah sebuah program keimanan keyakinan tentang sesuatu yang tetap diluar akal sehat manusia dan sebuah cara peribadatan kepada hal yang dianggap kuasa serta ajaran petunjuk yang mengatur manusia dengan manusia lainnya bahkan dengan alam lain .tersebut dapat dimengerti sebagai bentuk keyakinan dalam ajaran agama.
5
Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan maka agama ialah sebuah bentuk kepercayaan yang dimana kepercayaan itu suci dan suatu yang mutlaq, yang bertujuan untuk pengenalan terhadap kepada manusia untuk mengenal hal hal yang bersifat gaib. Doktrin agama memiliki jangkauan yang sangat luas, sumber nilai pengembangan kepribadian, paham mengenai tindakan sosial dan menjalin hubungan antar manusia. Dibelahan bumi manapun doktrin agama mengajarkan kepada seluruh pemeluknya supaya manusia berperilaku baik terhadap yang lain, manusia yang amanah, manusia yang memiliki rasa simpati, mencintai sebuah perdamaian.1 Doktrin agama ditemukan didalamnya kebenaran yang sepihak atau doktrin mengakui bahwa selain ketaqwaannya adalah keliru. Doktrin yang bersifat khusus tersebut menjadi acuan iman untuk merangkul pengikutnya supaya tetap yakin dalam kepercayaan tersebut. Tidak mungkin adanya ajaran agama tanpa doktrin agama yang memiliki keyakinan yang kuat. Oleh karena itu, pengakuan
B. Agama Dan Perkembangannya
Dalam perjalanan sejarahnya, ada agama yang bersifat primitif dan ada pula yang di anut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama agama yang dapat dalam masyarakat primitif ialah dinamisme, animisme yang mengandung kepercayaan pada kekuatan ghaib yang misterius. Dalam paham ini, ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan ghaib dan berpengaruh pada kehidupan sehari hari. Keliatan ghaib itu ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat jahat. benda yang mempunyai kekuatan ghaib baik akan disenangi, dipakai, dan di makan agar orang yang memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan ghaib yang terdapat di dalamnya sebaliknya, benda yang mempunyai kekuatan ghaib jahat ditakuti manusia sehingga harus dijauhi.2 Kekuatan ghaib itu tidak pula mengambil tempat yang tetap, tetapi berpindah dari suatu tempat ketempat lain. Lebih lanjut, kekuatan ghaib itu tidak dapat dilihat sebab yang dapat dilihat hanyalah efek atau bekas dan pengaruhnya. Misalnya, bentuk kesuburan bagi sebidang tanah, kerindangan buah bagi sebuah pohon, panjang umur hagi seseorang, keberanian luar biasa bagai seorang pahlawan perang, kekuatan luar biasa bagi seekor binatang, dan sebagainya, Kalau efek-efek tersebut telah hilang dari tanah atau pohon
1 Abdul Wahid, “ Manusia Dan Kebutuhan Doktrin Agama”, “Al Qalam”, Vol 14.No.2,2022,48
2 Ibid;,.45
6
ataupun dari selainnya benda yang dianggap membawa kesuburan, umur panjang, dan sebagainya itu telah kehilangan kekuatan ghaibnya.3
Dalam masyarakat primitif terdapat ilmuwan atau ilmu atas ahli sihir, dan mereka inilah yang dianggap dapat mengontrol dan menguasai mana yang beragam itu Mereka dapat dianggap membuat mana dan mengambil di bendabenda yang lah mereka tentukan, biasanya bendabenda becil yang mudah dikaitkan ke anggota badan dan mudah dapat dibawa kemana-mana. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa mempunyai roh-roh dalam masyarakat primitif belum mengambil bentuk roh alam masyarakat yang lebih maju. Bagi masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yang halus sekali yang dekat menyerupai uap atau udara dan sebagainya.4
C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Kata Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya Ada yang berpendapat bahwa benih agama adalah rasa takut yang kemudian melahirkan pemberian sesajen kepada yang diyakini yang memiliki kekuatan menakutkan. Seperti yang ditulis oleh Yatimin bahwa pada masa primitif, kekuatan itu menimbulkan kepercayaan animisme dan dinamisme. la memerinci bentuk penghormatan itu berupa:
A. Sesajian pada pohon-pohon besar, batu, gunung, sungai sungai, laut, dan benda alam lainnya
B. Pantangan (hal yang tabu), yaitu perbuatan-perbuatan ucapanucapan yang dianggap dapat mengundang murka ( kemarahan) kepada kekuatan itu.
C. Menjaga dan menghormati kemurkaan yang ditimbulkan akibat ulah manusia, misalnya upacara persembahan, ruatan, dan mengorbankan sesuatu yang dianggap berharga. Rasa takut memang salah satu pendorong utama tumbuh suburnya rasa keberagaman. Tetapi itu merupakan benih-benih yang ditolak oleh sebagian pakar lain. Seperti
3 Farihah Irzum. Agama Menurut Ibn Khaldun. Fikrah, Vol. 2 No 1. 2014.191
4 Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus, “Manusia Dan Kebutuhan Doktrin Agama”, “ Adabiyah Islamic”,Vol.1.No.1 2023 (Januari), 42
7
yang dikatakan oleh Qurasy Syihab bahwa ada hal lain yang membuat manusia merasa harus beragama. Di sinilah bermula rasa agama dalam jiwa manusia. Jadi, agama muncul dari rasa penyesalan seseorang.
Namun bukan berarti benih agama kemudian menjadi satu-satunya alasan bahwa manusia membutuhkan agama. Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan manusia.
Untuk menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai kebutuhan. Ada tiga faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama
1. Faktor Kondisi Manusia. Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan- minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental) rohaniah. Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
2. Faktor Status Manusia. Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah satu satunya yang mempunyai akal dan manusia pula lah yang mempunyai kata hati, Sehingga dengan kelengkapan itu Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya manusia mengakui adanya Allah. Dengan hati nuraninya maanusia menyadari bahwa dirinya tidak terlepas dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agama lah manusia belajar mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya, dengan kehidupannya, dan lingkungannya.
3. Faktor Struktur Dasar Kepribadian. Dalam teori psikoanalisis Sigmun
8
Freud membagi struktur kepribadian manusia dengan tiga bagian. yaitu:
(a) Aspek Das es yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
(b) Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan baik dengan dunia nyata
(c) Aspek das uber ich, aspek sosiologis yang yang mewakili nilainilai tradisional serta cita-cita masyarakat. Selain faktor yang dimiliki manusia dalam memerlukan agama ada juga alasan mengapa manusia perlu beragama, Dalam buku yang ditulis Yatimin juga Abudin Nata bahwa ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama.
D. Fungsi Agama Dalam Kehidupan
Dilihat dari fumgsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu,baik dalam bentuk sistem nilai, , motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagi pembentuk kata hati (conscience). Kata hati menurut Erich Froom dalam Jalaluddin adalah panggilan kembali manusia kepada dirinya. Erich Froom melihat manusia sebagai makhluk yang secara individu telah memiliki potensi humanistik dalam dirinya. Kemudian selain itu individu juga menerima nilai-nilai bentukan dari luar. Keduanya membentuk kata hati dalam diri manusia. Dan apabila keduanya berjalan seiring secara harmonis, maka manusia akan merasa bahagia. 5
Pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah hidayat alghariziyyat (naluriah); hidayat al-hissiyat (inderawi); hidayat al-aqliyat (nalar); dan hidayat al-diniyat (agama).
Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan tehadap seseorang adalah memberi bimbingan kepada potensi yang dimiliki itu. Dengan semikian jika potensi fitrah itu dapat dikembangkan sejalan dengan pengaruh lingkungan maka akan terjadi keselarasan.
Sebaliknya jika potensi itu6 dikembangkan dalam kondisi yang dipertentangkan
5 Jalaludin, Ibid., hlm. 255
6 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia:, 2002), hlm. 225-227
9
oleh kondisi lingkungan, maka akan terjadi ketidakseimbangan. Berdasarkan pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa suskes dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaan.
Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya. Sebaliknya agama juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib (supernatual). Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji manjaga amanat dan sebagainya.
Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan yang berat ataupun berdo’a. Sikap seperti itu akan lebih teras secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama. Agama dalam kehidupan individu juga berfungsi sebagai :5
a. Sumber Nilai Dalam Menjaga Kesusilaan Di dalam ajaran agama terdapat nilainilai bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai inilah yang dijadikan sebagai acuan dan sekaligus sebagai petunjuk bagi manusia. Sebagai petunjuk agama menjadi kerangka
acuan dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku agar sejalan dengan keyakinan yang dianutnya. Sistem nilai yang berdasarkan agama dapat memberi pedoman bagi individu dan masyarakat.
Sistem nilai tersebut dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam kehidupan individu dan masyarakat.
b. Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustasi Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan tingkah laku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah laku religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya.
10
Karena seseorang gagal mendapatkan kepuasan yang sesuai dengan kebutuhannya, maka ia mengarahkan pemenuhannya kepada Tuhan.
Untuk itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah, karena hal tersebut yang dapat melahirkan tingkah laku keagamaan.
c. Agama Sebagai Sarana Untuk Memuaskan Keingintahuan Agama mampu memberikan jawaban atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan bermakna ditengah- tengah alam semesta ini. 7
E. Rasa Ingin Tahu Manusia
Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika yang diketahuinya hanya “saya tidak tahu”. Petunjuk Allah, akal dan segala potensi manusia, ilmu dan teknologi sebagai produk dari akal, adalah untuk melaksanakan program hidup melaksanakan program hidup dan alat untuk mencapai tujuan hidup manusia. Baik disadari maupun tidak disadari, akal dan potensi yang dimiliki manusia terbatas kemampuannya. Di dalam memenuhi segala hajatnya, manusia hanya dapat mecoba, mempelajari, meneliti, memahami dan memanfaatkan yang ada pada dirinya dan yang ada pada alam semesta.
Keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang
8muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya yang semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah apabila tak terjawab. Hal ini yang disebut rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya
7 Ibid., hlm. 228
8 Ibid;,.43
11
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa agama sangat berpengaruh dalam kehidupan individu dan kehidupan masyarakat. Agama sebagai pengatur dan oenunjuk arah kehidupan agama serta agama juga dapat membangkitkan kebahagiaan batin batin seseorang paling sempurna, dan juga perasaan takut. Pengaruh agama dalam kehidupan individu dapat memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses, dan rasa puas.
Agama dalam kehidupan individu menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Melelaui motivasi keagaam seseorang terdorong untuk berkorban dalam bentuk materi maupun tenaga ataupun pemikiran. Pengorbanan seperti ini merupakan aset yang potensial dalam pembangunan. Segala bentuk perbuatan individu maupun masyarakat selalu dalam garis yang serasi dengan peraturan dan aturan agama dan akhirnya akan terbina suatu kebiasaan agamis. Misalnya seperti sumbangan harta benda dan milik untuk kepentingan masyarakat yang berlandaskan ganjaran keagamaan telah banyak dinikmati dalam pembangunan.
12
Daftar Pustaka
Hikmah, Fachrurozi, Hikmah, Metodologi Studi Islam( Setria Utama Rizal,2022)
Irzum, Farihah. Agama Menurut Ibn Khaldun. Fikrah, Vol. 2 No 1. 2014.191 Silvani Urza Sitorus, Rafael Elfan Risaldy, “Manusia Dan Kebutuhan Doktrin Agama”, “ Adabiyah Islamic”,Vol.1.No.1 2023 (Januari)
Wahid, Abdul “ Manusia Dan Kebutuhan Doktrin Agama”, “Al Qalam”, Vol 14.No.2,2022