MAKALAH ETIKA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH:
NAUFAL MAULANA (210212016) FARHAN FEBRIAN MUKTI (210212043) FARHAN FERDIYANSYAH (210212029) AUFA AHMEDSYAHCRANY (210212069)
M.ULUL AZMI (210212066)
DOSEN PENGAMPU : YUSRAN, S. Pd., M. Pd.
PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah etika profesi TI dengan judul “Etika dan filsafat pendidikan” .
Terima kasih disampaikan kepada Bapak Yusran,Spd.M.,Pd selaku dosen mata kuliah etika pofesi tehknologi informasi yang telah membimbing dan memberikan mata kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata etika pofesi tehknologi informasi.
Banda Aceh, 15 Sep 2023
Kelompok 1
Daftar ISI
KATA PENGANTAR...2
BAB 1...4
PENDAHULUAN...4
1. Latar Belakang...4
2. Rumusan Masalah...4
3. Tujuan Penulisan...4
BAB II...5
PEMBAHASAN...5
A. Etika dalam Pendidikan...5
1. Etika dan Moral dalam Pembelajaran...5
2. Etika dan Moral Peserta Didik (siswa/i)...5
3. Etika dan Moral Pendidik (Guru)...6
4. Etika dalam Evaluasi dan Penilaian...6
B. Filsafat Pendidikan...7
1. Tujuan Pendidikan...7
2. Metode Pembelajaran...7
3. Peran Guru...8
C. Hubungan Antara Etika dan Filsafat Pendidikan...8
BAB III...9
PENUTUP...9
A. Kesimpulan...9
DAFTAR PUSTAKA...10
BAB 1
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Etika dan filsafat pendidikan merupakan topik yang penting dalam dunia pendidikan. Etika dan filsafat pendidikan saling terkait, karena etika memberikan landasan moral bagi pendidikan, sementara filsafat pendidikan membantu memahami tujuan dan prinsip-prinsip pendidikan secara mendalam.
Etika membahas tentang sistem nilai dan norma etika, serta memberikan petunjuk mengenai baik atau buruk, boleh atau tidak bolehnya suatu perbuatan. Filsafat pendidikan membahas tentang landasan, tujuan, dan prinsip-prinsip pendidikan. Di Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sistem etika dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud dengan etika profesional?
3. Bagaimana kedudukan etika dalam pendidikan dan profesi kependidikan?
3. Tujuan Penulisan
1. Memahami hakikat etika yang meliputi kebiasaan, aturan, nilai, norma, dan moral 2. Memahami konsep etika profesional
3. Memahami kedudukan etika dalam pendidikan dan profesi kependidikan
BAB II PEMBAHASAN A. Etika dalam Pendidikan
1. Etika dan Moral dalam Pembelajaran
Berbicara tentang etika dan moral dalam pembelajaran adalah berbicara tentang proses pembelajaran yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral. Ada kalanya etika dan moral ini terkait dengan sikap dan perilaku guru atau dosen (pendidik) dan ada kalanya terkait dengan sikap dan perilaku siswa atau mahasiswa (peserta didik). Karena itu dalam tulisan ini akan diuraikan bagaimana etika dan moral yang harus dimiliki oleh peserta didik dan juga etika dan moral yang harus dimiliki oleh pendidik dalam proses pembelajaran baik di sekolah (kampus) maupun di luar sekolah (kampus).
2. Etika dan Moral Peserta Didik (siswa/i)
Guru adalah orang yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada kita, baik secara formal maupun informal, sedang siswa (peserta didik) adalah orang yang mendapatkan pendidikan dan pengajaran dari seorang guru baik secara formal maupun informal. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa (peserta didik) dengan guru (pendidik) dan dengan bahan ajar. Dalam pembelajaran ini interaksi yang aktif dan komunikatif terjadi antara peserta didik dengan guru. Karena itu, peserta didik harus menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral ketika melakukan interaksi dengan gurunya.
Ada beberapa alasan mengapa peserta didik harus menjunjung tinggi nilai-nilai etika (karakter) ketika berinteraksi dengan gurunya. Guru memiliki kedudukan yang istimewa bagi semua orang yang berada dalam proses pendidikan, di antaranya adalah:
a. Guru adalah orang yang mulia, karena dia memiliki kepandaian (ilmu) dan mengajarkan serta mendidik manusia dengan kepandaiannya itu.
b. Guru sangat besar jasanya kepada manusia, karena dialah yang memberikan ilmu.
Dengan ilmu ini manusia menjadi terhormat dan beradab. Dengan ilmu juga manusia dapat menguasai alam semesta ini. Ilmulah yang dapat mengantarkan manusia menjadi makhluk yang paling berharga di dunia ini.
c. Guru biasanya lebih tua usianya dari siswanya, sehingga sudah sepatutnya siswa yang muda usianya menghormati gurunya. Seandainya usia guru lebih muda dari siswanya, maka tetap saja bagi siswa untuk menghormati gurunya, bukan karena usianya, tetapi karena ilmunya.
Karena begitu besarnya jasa guru kepada manusia, maka sudah seharusnya manusia berbuat baik kepada gurunya dengan cara seperti berikut:
a. Berperilaku sopan terhadap guru baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku.
b. Memperhatikan pelajaran dan pendidikan yang diberikan guru baik di kelas maupun di luar kelas serta berusaha untuk menguasainya.
c. Menaati dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh guru.
d. Mengamalkan ilmu yang diajarkan guru.
e. Jangan berperilaku tidak sopan kepada guru, apalagi berbuat kasar kepadanya.
f. Jangan mempersulit guru dengan berbagai pertanyaan yang memang bukan bidang gurunya, apalagi dengan sengaja meremehkan dan merendahkan guru di hadapan orang lain.
g. Jangan membicarakan kekurangan guru di hadapan orang lain.
Jika diperhatikan fenomena akhir-akhir ini terkait dengan sikap dan perilaku peserta didik terhadap gurunya memang cukup memprihatinkan. Betapa banyak siswa yang tidak menaruh hormat kepada gurunya, bahkan sebagian dari siswa ini tidak lagi perlu mengenal siapa sebenarnya gurunya.
Guru diperhatikan dan dibutuhkan ketika memang ia memang memberikan sesuai yang diinginkan oleh siswanya. Ketika si siswa tidak lagi mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari gurunya, maka serta merta di siswa tidak memedulikan lagi gurunya, sehingga ia tidak lagi harus menghormati dan memberikan perhatian yang khusus kepada gurunya. Inilah sebenarnya salah satu factor yang mempengaruhi tingkat kemanfaatan ilmu yang dimiliki peserta didik sekarang ini.
3. Etika dan Moral Pendidik (Guru)
Guru (pendidik) merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Sebaik apa pun kurikulum yang digunakan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang lengkap, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna.
Di sinilah guru memiliki peran sentral dalam keberhasilan prosespembelajaran. Terkait dengan karakter siswa, guru juga menjadi figur sentral yang mempengaruhinya dalam melakukan proses pembelajaran yang berkarakter. Bahkan di sekolah atau lembaga pendidikan lain yang masih terbatas sarana dan prasarananya, gurulah yang menjadi ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran. Guru berperan sebagai sumber ilmu atau sumber belajar bagi siswanya. Siswa akan belajar dari apa yang diberikan oleh gurunya. Di sinilah guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan berperilaku, sebab semuanya akan ditiru oleh siswanya. Karena itu, sudah seyogyanya guru memiliki etika dan moral yang baik dalam melakukan tugasnya sebagai punggawa dalam proses pembelajaran.
4. Etika dalam Evaluasi dan Penilaian
Etika dalam evaluasi dan penilaian dalam pembelajaran sangat penting untuk memastikan bahwa proses tersebut adil, transparan, dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta. Berikut adalah beberapa prinsip etika yang harus diperhatikan dalam evaluasi dan penilaian dalam konteks pendidikan:
1. Keterbukaan dan Transparansi: Proses evaluasi dan penilaian harus transparan, dan semua peserta harus tahu apa yang diharapkan dari mereka. Petunjuk dan kriteria penilaian harus jelas dan tersedia untuk semua.
2. Keadilan: Semua peserta harus diberi kesempatan yang sama untuk berhasil dalam evaluasi dan penilaian. Ini berarti bahwa tidak boleh ada diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, atau faktor lainnya.
3. Obyektivitas: Penilaian harus didasarkan pada fakta dan bukti yang konkret, bukan pada pendapat pribadi atau prasangka guru atau penilai. Ini berarti bahwa penilai harus berusaha untuk menghindari bias.
4. Privasi dan Kerahasiaan: Informasi pribadi tentang peserta (seperti nilai, hasil tes, atau informasi lainnya) harus dijaga kerahasiaannya dan hanya diungkapkan kepada pihak yang berwenang.
5. Bimbingan dan Umpan Balik yang Konstruktif: Guru atau penilai harus memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta agar mereka dapat belajar dari kesalahan mereka dan meningkatkan kinerja mereka di masa depan.
6. Pertimbangan Kebutuhan Khusus: Peserta dengan kebutuhan khusus atau tantangan belajar harus diberi dukungan tambahan dan diakomodasi sesuai kebutuhan mereka.
7. Konsistensi: Evaluasi dan penilaian harus dilakukan secara konsisten, sehingga peserta di berbagai waktu dan tempat mendapat perlakuan yang sama.
8. Integritas Akademik: Penilaian harus mencerminkan upaya dan pencapaian peserta.
Plagiat atau kecurangan lainnya harus ditindak tegas.
9. Partisipasi Peserta: Peserta sebaiknya dilibatkan dalam proses evaluasi dan penilaian.
Mereka harus memiliki kesempatan untuk memberikan masukan dan menyampaikan keprihatinan mereka.
10. Koreksi Kesalahan: Jika ada kesalahan dalam evaluasi atau penilaian, guru atau penilai harus siap untuk memperbaikinya dan memberikan kesempatan kepada peserta yang terkena dampak kesalahan tersebut.
11. Pembaruan dan Perbaikan Berkelanjutan: Guru dan lembaga pendidikan harus berkomitmen untuk terus meningkatkan proses evaluasi dan penilaian mereka sesuai dengan perkembangan terbaru dalam pendidikan dan praktik terbaik.
Dengan mematuhi prinsip-prinsip etika ini, evaluasi dan penilaian dalam pembelajaran dapat menjadi alat yang efektif untuk mengukur kemajuan peserta dan memastikan pengalaman pembelajaran yang adil dan bermakna.
B. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sifat filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamnnya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang
1. Tujuan Pendidikan
Filsafat pendidikan membantu kita memahami tujuan utama pendidikan. Apakah pendidikan bertujuan untuk menghasilkan individu yang cerdas, yang moral, atau yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat?
2. Metode Pembelajaran
Filsafat pendidikan juga membahas metode pembelajaran yang efektif. Apakah pendidikan seharusnya lebih berfokus pada pengajaran berbasis guru atau pengajaran berbasis siswa? Bagaimana pembelajaran seharusnya diorganisir untuk mencapai hasil terbaik?
3. Peran Guru
Filsafat pendidikan membahas peran guru dalam proses pendidikan. Apakah guru hanya sebagai penyampai pengetahuan, atau mereka juga memiliki peran dalam membentuk karakter siswa?
C. Hubungan Antara Etika dan Filsafat Pendidikan
Etika dan filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan. Etika membantu kita menentukan bagaimana kita harus bertindak dalam pendidikan, sementara filsafat membantu kita memahami mengapa kita melakukan hal tersebut. Sebagai contoh, etika mendorong guru untuk menjadi adil, sementara filsafat membantu kita memahami mengapa keadilan adalah nilai yang penting dalam pendidikan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika dan filsafat Pendidikan adalah dua aspek yang tidak terpisahkan dalam mengembangkan pendidikan yang berkualitas. Etika membantu kita menentukan apa yang benar dan salah dalam pendidikan, sementara filsafat membantu kita memahami tujuan, nilai-nilai, dan metode yang terlibat dalam proses pendidikan. Dalam upaya untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik, pemahaman yang baik tentang etika dan filsafat pendidikan sangat penting. Dengan demikian, guru, siswa, dan pembuat kebijakan pendidikan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih mulia dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin. 1995. Etika (ilmu ahlak). Ter. Oleh farid maruf. Jakarta: Bulan Bintang.cet VIII.
Praja, Juhaya S. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media, 2008
Saifullah, Ali. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional, 1982
Mudyahardjo, Redja. 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Dr. Uhaya S. Praja, Aliran Aliran Filsafat dan Etika, (suatu pengantar), 1997 (Bandung:
Yayasan Piara), h. 10
Berikut adalah daftar pustaka yang dapat digunakan untuk topik "ETIKA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN":
Ma'ruf Asrori, Etika Bermasyarakat Judul Asli At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib, Surabaya - IAIN Kudus Repository
Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2010
H.A.R. Tilar, Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pebndidikan Nasiaonal, Rosdakarya Bandung, 2002
Filsafat Pendidikan Mashab-mashab Filsafat Pendidikan. Jogjakrta: Ar-Ruzz Rahmaniyah, Istigfarotul. Pendidikan Etika. Malang: UIN-Maliki Press, 2010
Wibowo, Agus dan Saifur Rohman. Filsafat Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2016
A.Shilphy, Octavia. (2020). Etika Profesi Guru. Yogyakarta: Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA Muhammad Kamal Zubair, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Parepare: IAIN Parepare Nusantara
Press