Busuk Cabai (Colletotrichum capsici)
Dosen: Ir. Ni Wayan Suniti, M.S.
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Komang Tri Listiawati (2206541035) I Wayan Alit Rucika (2206541037) Ni Kadek Soni (2206541039) Ni Komang Ayu Wardani (2206541040) Ni Luh Putu Listyadewi (2206541041)
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan hasil paper kami yaitu “Busuk Cabai (Colletotrichum capsici)”.
Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Ni Wayan Suniti, M.S. yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan paper ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada teman-teman dan pihak lain yang telah membantu baik secara moral maupun material sehingga paper ini dapat terwujud.
Kami sangat berharap semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar paper ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan paper ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jimbaran, 1 Desember 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
ABSTRAK ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan... 1
1.4 Manfaat... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Pengertian Busuk Cabai (Colletotrichum capsici) ... 3
2.2 Penyebab Busuk Cabai (Colletotrichum capsici)... 4
2.3 Gejala Busuk Cabai (Colletotrichum capsici) ... 4
2.4 Cara Mengatasi Busuk Cabai (Colletotrichum capsici) ... 5
BAB III PENUTUP ... 7
3.1 Kesimpulan... 7
3.2 Saran ... 7
DAFTAR PUSTAKA ... 8
iii ABSTRAK
Busuk buah merupakan salah satu jenis penyakit yang berasal dari organisme pengganggu tanaman penyebab penyakit, busuk buah biasanya akan menyerang dari beberapa tanaman terutamanya tanaman cabai. Busuk buah biasanya akan menyerang tanaman cabe yang masih muda, tua dan sudah hampir matang sempurna. Penyakit pada tanaman cabai ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. atau Colletotrichum capsici. Dilansir dari Plant Wise, Minggu (30/5/2021), antraknosa merupakan salah satu penyakit jamur paling serius pada cabai. Penyakit ini menyebabkan pembusukan buah sebelum dan sesudah panen. Antraknosa pada cabai ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam kecil melingkar pada kulit buah yang menyebar ke arah sumbu panjang, sehingga menjadi lebih kurang berbentuk elips. Antraknosa biasanya berkembang dalam kondisi kelembaban tinggi ketika curah hujan terjadi setelah buah mulai matang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menangani tanaman cabai terserang penyakit antraknosa, di antaranya gunakan benih atau bibit cabai bebas patogen yang sehat, buang tanaman yang terserang lebih awal untuk mengendalikan penyebaran penyakit, kendalikan gulma dengan baik, dan lainnya.
Kata Kunci: Busuk Cabai, Colletotricum capsica, Tanaman Cabai, Penyakit, dan Antraknosa.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional. Dari masa ke masa, tanaman cabai mengalami perkembangan. Perkembangan ini bisa dikatakan sejalan dengan perkembangan penduduk, kemajuan teknologi, dan kemampuan berevolusi dan beradaptasi dari tanaman itu sendiri.
Perkembangan penduduk antara lain menyebabkan peningkatan permintaan akan cabai.
Kemajuan teknologi, yang ditopang oleh kemampuan berevolusi dan beradaptasi, antara lain berhasil memurnikan varietas cabai yang ada. Buah cabai dikonsumsi sebagai penyedap makanan karena itu nilai konsumsi lokal cabai tergolong tinggi. Meningkatnya produksi cabai tersebut di imbangi dengan meningkatnya kebutuhan akan cabai masyarakat. Akibatnya di musim penghujan harga cabai dapat melonjak tinggi karena ketersediaannya menurun dan kebutuhannya tetap meningkat. Kendala yang menyebabkan menurunnya produksi cabai rawit di musim penghujan yaitu hama dan penyakit. Salah satu hama dan penyakit tersebut adalah busuk cabai Colletotricum capsici.
Colletrotrichum capsici atau Gloesporium piperatum. Serangannya sangat mengganas di musim hujan. Cendawan C. capsici menginfeksi cabai dengan membentuk bercak hitam kecokelatan yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Bila serangan berlanjut, buah cabai cenderung kering dan mengerut seperti mummi. Colletotrichum capsici, penyebab penyakit antraknosa, gejalanya berupa busuk buah cabai. Antraknosa adalah penyakit terpenting pada cabai di Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembap dan suhu relatif tinggi (AVRDC 1990). Kerugian yang disebabkan oleh antraknosa dapat mencapai 60% atau lebih (Duriat et al. 1991). Penyakit antraknosa sulit dikendalikan karena patogennya bersifat laten dan sistemik. Penyebaran inokulum dilakukan melalui benih atau angin dan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah. Cendawan C. capsici dapat menyerang inang pada segala fase pertumbuhan. Serangan pada fase pembungaan menyebabkan persentase benih terinfeksi tinggi walaupun benih tampak sehat (Sinaga 1992).
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu busuk cabai?
2. Apa yang menyebabkan adanya busuk cabai?
3. Gejala apa saja yang ditimbulkan sehingga terjadi busuk cabai?
4. Bagaimana cara mengatasi busuk cabai?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan penyebab dari busuk cabai.
2. Mengetahui gejala yang ditimbulkan sehingga terjadi busuk cabai.
3. Mengetahui cara mengatasi busuk cabai.
2 1.4 Manfaat
1. Memahami definisi dan penyebab terjadinya busuk cabai.
2. Memahami dan mengetahui gejala yang ditimbulkan dari busuk cabai.
3. Memahami dan mampu mengatasi busuk cabai.
3 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Busuk Cabai (Colletotrichum capsici) A. Morfologi Colletotrichum capsici
Fungi Colletotrichum capsici mempunyai konidiofor yang pendek dan konidia dibentuk dalam aservulus. Colletotrichum mempunyai stroma yang terdiri dari massa miselium yang berbentuk aservulus, bersepta, panjang antara 30-90 μm, umumnya yang berkembang merupakan perpanjangan dari setiap aservulus. Konidia berwarna hialin, bersel tunggal dan berukuran 5-15 μm (Daniel, 1972). Aservulus tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis pecah apabila konidia telah dewasa. Konidia keluar sebagai percikan berwarna putih, kuning, jingga, hitam atau warna lain sesuai dengan pigmen yang dikandung konidia. Diantara bangsa Melanconiales yang konidianya cerah (hialin) adalah Gloeosporium dan Colletotrichum. Keduanya mempunyai konidia yang memanjang dengan penciutan di tengah (Dwidjoseputro, 1978).
B. Siklus Hidup Fungi Colletotrichum capsici
Siklus hidup dari fungi C. capsici yang terdapat pada tanaman cabai yaitu berawal dari buah, masuk menginfeksi biji. Pada umumnya fungi tersebut menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Fungi C. capsici juga menyerang daun dan batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit. Konidium dari fungi akan disebarkan oleh angin (Semangun, 1994). Spora fungi Colletotrichum dapat disebarkan oleh angin dan percikan air hujan dan pada inang yang cocok akan berkembang dengan cepat (Dickman, 1993). Pertumbuhan awal fungi Colletotrichum membentuk koloni miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan, kemudian perlahanlahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus.
Aservulus berwarna merah muda sampai coklat muda merupakan kumpulan massa konidia (Rusli & Zulpadli, 1997).
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Colletotrichum capsici Pertumbuhan fungi Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Faktor lingkungan tersebut adalah:
1. pH
pH sangat penting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim. Bila terjadi penyimpangan pH, maka proses metabolisme fungi dapat terhenti. Menurut Yulianty (2006), pH optimal untuk pertumbuhan fungi Colletotrichum capsisi yang baik adalah pH 5-7.
2. Suhu
Suhu optimum pertumbuhan Colletotrichum capsici yaitu antara 24-30°C (Nurhayati, 2011) dengan kelembaban relatif antara 80-90% (Rompas, 2001).
3. Musim
Pertumbuhan fungi C. capsici kurang baik pada musim kemarau dan lahan yang mempunyai drainase baik. fungi tersebut dapat dibantu oleh angin dan hujan untuk penyebaran konidia (Semangun, 1991).
4 2.2 Penyebab Busuk Cabai (Colletotrichum capsici)
Penyakit antraknosa pada buah cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Jamur dapat terbawa oleh biji atau benih dan akan menyerang tanaman di pembibitan. Jamur ini dapat bertahan pada sisa tanaman atau buah sakit dan dapat menjadi sumber penularan (Nawangsih dkk, 2001). Jamur Colletotrichum capsici tergolong pada Divisi: Eumycota, Subdivisi: Deuteromycotina, Klass: Deuteromycetes, Ordo: Melanconia, Genus: Colletotrichum dan Spesies: Capsici (Agrios, 1997). Jamur ini menghasilkan banyak aservulus dengan garis tengah sekitar 100 µm dengan tangkai {setae) yang berwama hitam dengan ukuran 75-100 µm x 2-2,6 µm. Aservulus jamur ini tumbuh dan tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan organ tanaman yang terinfeksi yang berbentuk piringan dangkal (Kali, 2000).
Jamur Colletotrichum capsici menghasilkan spora bempa konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-ujungnya yang tumpul dan bengkoko seperti bulan sabit dengan ukuran 18,6-25 µm x 3,5-5,3 µm (Agrios, 1997 dan Semangun, 2000). Jamur ini berkembang pesat sekali pada kondisi kelembaban relatif tinggi (> 95%) pada suhu sekitar 32°C dan lingkungan pertanaman yang kurang bersih serta banyak terdapat genangan air (Prajnanta, 2003). Jamur Colletotricum capsici dapat terbawa oleh benih cabai dan pada saat benih terinfeksi berkecambah maka bibit cabai juga dapat terserang.
Jamur tidak hanya dijumpai pada buah saja, tetapi juga dapat dijumpai pada batang dan pelepah daun dari tanaman muda yang tidak bergejala (tampak sehat). Tanaman yang sudah terserang jamur tersebut bisa menimbulkan gejala pada saat kondisi fisiologis tanaman mendukung seperti meningkatnya umur tanaman maupun pada saat berbuah. Jamur ini menginfeksi tanaman secara sistemik dan laten.
Penularan lain adalah melalui konodia yang dapat ditularkan oleh percikan air maupun bantuan angin (Bemanditus dan Wiryanta, 2002).
2.3 Gejala Busuk Cabai (Colletotrichum capsici)
Gejala Serangan Gejala awal serangan fungi C. capsici yang terdapat pada tanaman cabai mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap (Semangun, 1994). Menurut Rukmana
& Oesman (2002), pada buah yang terserang fungi C. capsici akan menjadi busuk berwarna seperti terkena sinar matahari yang kemudian menyebabkan busuk basah berwarna hitam Pada tahap awal infeksi konidia Colletotrichum yang berada di permukaan kulit buah cabai merah akan berkecambah dan membentuk tabung perkecambahan. Setelah tabung perkecambahan berpenetrasi ke lapisan epidermis kulit buah cabai merah maka akan terbentuk jaringan hifa.
Kemudian hifa intra dan interseluler menyebar keseluruh jaringan dari buah cabai merah (Photita, et al., 2005) Tanaman cabai dewasa yang terkena fungi C. Capsici akan menimbulkan gejala mati pucuk, kemudian menjalar pada daun bawah dan batang, menimbulkan busuk kering berwarna coklat kehitam-hitaman. Fungi C. capsici menyebar dengan cepat dengan timbulnya gejala yang cepat (Rukmana & Oesman, 2002).
Gejala lain yang ditimbulkan adalah biji gagal berkecambah, batang kecambah rapuh, sehingga mudah rebah. Pucuk mati dan infeksinya menjalar ke bagian bawah. Pada tahap awal, batang dan daun berwarna cokelat, lalu batang mengering dan berwarna cokelat gelap kekeringan. Di bagian yang terserang terlihat kulit batang membentuk tonjolon kecil. Bercak di permukaan kulit buah melesak ke dalam daging buah dan membentuk lingkaran seperti terkena sengatan terik matahari. Selain itu, terlihat busuk basah seperti lem yang berwarna
5
kehitaman disertai munculnya tonjolan berupa rambut hitam. Serangan terjadi menjelang buah masak. Saat panen, buah cabai masih terlihat baik, tetapi beberapa hari kemudian cenderung terjadi pembusukan secara drastis.
2.4 Cara Mengatasi Busuk Cabai (Colletotrichum capsici)
Mengingat kemampuan penularannya yang sangat cepat, dibutuhkan pengendalian yang tepat, seperti penggunaan bibit yang bebas penyakit dan pemilihan lahan yang bebas patogen.
Karena itu, sejarah penggunaan lapangan perlu diperhatikan. Hindari lahan bekas pertanaman cabai atau tanaman sefamili. Lahan bero atau bekas tanaman padi dan palawija lebih direkomendasikan.
Selain itu, sanitasi lahan harus dilaksanakan dengan cermat. Bakar sisa-sisa tanaman dan gulma. Karena perkembangan cendawan ini dipicu oleh kelembapan dan temperatur yang tinggi, penanaman cabai sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Khusus pada musim kemarau, jaga agar lahan tetap lembap. Pengendalian secara kimiawi dapat ditempuh dengan menggunakan fungisida Derosol 60 WP dan Vitigran Blue secara bergantian sesuai petunjuk di kemasan. Namun, penggunaan fungisida perlu memerhatikan perkembangan penyakit, termasuk sporanya di lapangan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi busuk cabai dengan teknik yang dikembangkan pada benih cabai yaitu:
1. Dithane M-45 (mankozeb) 0,2% paling efektif mengeliminir C. capsici dibandingkan fungisida sintetis lainnya (propineb, benomyl, metil tiofanat).
2. Matriconditioning plus mankozeb meningkatkan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor benih, sertamenurunkan tingkat kontaminasi C. capsici pada benih cabai.
3. Minyak cengkeh konsentrasi 0,06% atau serai wangi 0.1% mencegah 100%
pertumbuhan koloni C. capsici in-vitro pada hari pertama inkubasi dibandingkan 0%
pada kontrol.
4. Ekstrak daun Azadirachta indica 1% memerlukan 7 hari untuk menghentikan 100%
pertumbuhan C capsici.
5. Fungisida botani (biofungicide) seperti minyak cengkeh (Syzygiumaromaticun L.) 0,1% dan serai wangi (Andropogon nardus L.)0.1% mempunyai kemampuan untuk mencegah pertumbuhan C capsici lebih besar daripada fungisida botani berupa;
tepung.fungisida botani lebih baik dibandingkan fungisida sintetis.
6. Matriconditioning plus minyak cengkeh 0,06% atau 0,1% adalah perlakuan benih yang efektif untuk meningkatkan vigor benih serta menurunkan persentase kontaminasi C.
capsici pada benih cabai.
7. Trichoderma harzianum dan Bacillus sp. adalah agens hayati (biokontrol) paling efektif (100% antagonisme masing-masing pada hari inkubasi keempat dan kelima).
8. Biomatriconditioning dengan fungi atau bakteri antagonis lebih efektif daripada biopriming dalam mengeliminir C. capsici pada benih cabai.
6
9. Biomatriconditioning dengan agens hayati T. harzianum. T pseudokoningii, Bacillus sp. Gliocladium atau Pseudomonas fluorescence efektif menurunkan kontaminasi C.
capsici pada benih cabai.
10. Biopriming dengan T. harcianum atau Bacillus sp. adalah perlakuan benih paling efektif untuk meningkatkan viabilitas dan vigor benih
11. Benih cabai yang diberi perlakuan matriconditioning plus fungisida botani meningkatkan viabilitas 16-30% dan vigor 22-53% serta mengurangi infeksi C. capsici 30-70% selama penyimpanan 6-12 minggu. Semakin lama periode simpan, semakin rendah tingkat infeksi C capsici.
12. Fungisida botani atau agens biokontrol tidak berpengaruh negatif terhadap viabilitas dan vigor benih sehingga aman digunakan sebagai perlakuan benih.
7 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Busuk buah merupakan salah satu jenis penyakit yang berasal dari organisme pengganggu tanaman penyebab penyakit, Busuk buah biasanya akan menyerang tanaman cabe yang masih muda, tua dan sudah hampir matang sempurna. Penyakit pada tanaman cabai ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. atau Colletotrichum capsica. Colletrotrichum capsici atau Gloesporium piperatum. Serangannya sangat mengganas di musim hujan. Cendawan C.
capsici menginfeksi cabai dengan membentuk bercak hitam kecokelatan yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Bila serangan berlanjut, buah cabai cenderung kering dan mengerut seperti mummi. Penyakit ini dapat diatasi dengan teknik yang dikembangkan pada benih atau menggunakan fungisida.
3.2 Saran
Busuk Cabai memang menjadi penyakit yang sangat merugikan bagi budidaya cabai, yang dimana penyakit tersebut dapat diatas dengan bahan kimia dalambentuk fungisida. Tetapi diharapkan penggunaan bahan kimia sesuai dengan anjuran dan dosis yang disarankan agar tidak menimbulkan kerugian bagi lingkungan dan ekosistem di sekitarnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Cybex Pertanian. (2019, Oktober 8). Cara Mengatasi Busuk Buah Pada Tanaman Cabe. Diambil kembali dari cybex.pertanian.go.id:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/74826/cara-mengatasi-busuk-buah-pada- tanaman-cabe/
Marsuni, Y. (2020). PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI BESAR (LOKAL: LOMBOK GANAL) DENGAN PERLAKUAN BIBIT KOMBINASI
FUNGISIDA NABATI. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 113-116.
Panduan Lengkap Budi Daya & Bisnis Cabai. (2008). Indonesia: AgroMedia.
Peningkatan Produksi, Manfaat Sustainability Biodiversitas Tanaman Indonesia Volume I. (2016). (n.p.): PT Penerbit IPB Press.