Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Ergonomi Dosen : Ir. Denny Siregar, M.Sc.
Disusun Oleh : Kelompok : 6
Kelas : 3A01
Anggota :
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
1. Afa Shelby.K.A 202110215161
2. Firdaus Rammadhan 202110215164
3. Zulfikri Naufaldi 202110215166
4. Muhamad Agung Hastowo 202110215167 5. Muhamad Rehan Prasetyo 202110215174
6. Fahri Baihaqi 202110215181
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. atas rahmat-Nya dan kharunianya kami sebagai penulis bisa menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat penilaian akademik mata kuliah ”Ergonomi” jurusan Teknik Industri di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas Ergonomi ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat beberapa kesalahan baik dari segi materi ataupun dari tata cara penulisan. Penulis juga tidak lupa ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain:
1. Kedua Orang Tua yang selalu dan tak pernah lelah dalam mendukung dan mendoakan penulis.
2. Ir. Denny Siregar, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Ergonomi di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
3. Rifda Ilahy Rosihan, S.T., M.Sc. selaku kepala laboratorium di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
4. Okty Eka Wulandari dan Randy Afrizal selaku asisten praktikum ergonomi.
5. Saudara didik beserta keluarga yang telah membimbing dan merelakan waktunyauntuk membantu penulis dalam praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan, baik dalam cara penyusunan maupun dalam pengumpulan dan pengolahan data. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari para pembaca agar menjadi masukan untuk penyusunan-penyusunan selanjutnya.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Bekasi, /11/2022
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR GAMBAR...v
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan Masalah...2
1.4 Waktu Pengamatan...3
1.5 Sistematika Penulisan...3
BAB 2...5
LANDASAN TEORI...5
2.1 Postur Tubuh...5
2.2 Metode Reba dan Rula...6
2.3 Penanganan Bahasa Secara Manual (Manual Material Handling)...7
2.4 Klasifikasi Karakteristik MMH...7
2.5 Penerapan RULA...9
BAB 3...10
METODOLOGI PENELITIAN...10
3.1 Alat dan Bahan...10
3.2 Flowchart Pengamatan...11
3.3 Alur Pengamatan...12
BAB IV...14
PENGUMPULAN DATA...14
4.2 PROSES MERAKIT LOKOMOTIF KETEL UAP...14
BAB V...17
ANALISA DATA...17
5.1 Tahap Perakitan Body dengan Leher...17
5.2 Tahap Perakitan dengan Topi Lokomotif...19
5.3 Tahap Perakitan dengan Mesin Lokomotif...20
5.4 Tahap Perakitan dengan Roda Lokomotif...22
BAB VI...24
SARAN DAN KESIMPULAN...24
6.1 Kesimpulan...24
6.2 Saran...25
DAFTAR PUSTAKA...26
DAFTAR GAMBA
Gambar 2. 1 Jenis Postur dan Lokasi Terkait...5
Gambar 2. 2 Berbagai Posisi Ekstrim dan Titik Keluhan...6Y Gambar 4. 1 Merakit badan dan leher lokomotif...14
Gambar 4. 2 Merakit kepala lokomotif...15
Gambar 4. 3 Merakit mesin lokomotif...15
Gambar 4. 4 Merakit roda lokomotif 1 Gambar 5. 1 Data analisis...22
Gambar 5. 2 tahap perakitan topi lokomotif...24
Gambar 5. 3 tahap perakitan dengan mesin lokomotif...25
Gambar 5. 4 Tahap Perakitan dengan Roda Lokomotif...27
1.1 Latar Belakang
Untuk mendapatkan suatu kenyamanan dalam bekerja kita harus memperhatikan beberapa faktor yang memperngaruhi kenyamanan tersebut, salah satu faktornya adalah stasiun tempat kita bekerja. Dalam melakukan perancangan suatu stasiun kerja kita perlu melakukan suatu pengamatan dan evaluasi terlebih dahulu tentang tingkat kenyamanan yang diberikan oleh stasiun kerja tersebut.
Dalam mengamati dan mengevaluasi tingkat kenyamanan, dimensi yang sering dijadikan pusat evaluasi adalah dimensi postur tubuh karena postur tubuh akan sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja atau menentukan jenis stasiun kerja yang akan digunakan. Hal tersebut berfungsi untuk mengurangi resiko cedera yang akan dialami oleh pekerja tersebut.
Dalam analisis postur tubuh bidang studi musculoskeletal atau yang biasa dikenal dengan nama radiologi musculoskeletal Studi tentang musculoskeletal disorder pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan. Pemeriksaan radiologi jenis ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pada tulang dan otot . Metode yang digunakan dalam pemeriksaan radiologi musculoskeletal adalah rotgen tulang dan otot yang kemudian menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami pekerja adalah otot bagian pinggang dan bahu. Aktivitas kerja yang berulang dan terus menerus atau aktivitas dengan postur yang janggal dapat mengakibatkan musculoskeletal disorder. Menurut NIOSH (1997) Musculoskeletal disorder adalah sekumpulan kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang mencakup syaraf, tendon, otot, dan struktur penunjang seperti discus intervertebral.
Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh fasilitas yang digunakan kurang sesuai dengan antropometri operator sehingga mempengaruhi kinerja operator. Postur kerja yang tidak alami misalnya postur yang selalu berdiri,
jongkok, membungkuk, mengangkat dan mengangkut dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada salah satu anggota tubuh.
Kelelahan dini pada pekerja juga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat bahkan kematian.
Perancangan posisi postur tubuh yang baik saat bekerja tentu membawa banyak keuntungan bagi pekerja itu sendiri maupun bagi perusahaan sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam postur tubuh adalah seperti posisi leher, lengan, bahu, kaki, tangan dan dimensi tubuh lainnya, seringkali banyak operator pekerja yang mengabaikan posisi yang baik dan benar dimensi tubuh didalam mereka melakukan pekerjaan sehingga banyak dari mereka yang sering mengeluh dan mengalami masalah dalam pekerjaan mereka.
Pada laporan praktikum kali ini kita akan membahas bagaimana postur tubuh yang baik dalam melakukan pekerjaan seperi mengangkat beban, meletakkan beban dan melakukan proses kerja di mesin gerinda sehingga dengan adanya pembelajaran ini tentunya dapat menuntun dan membimbing kami dalam merancang postur tubuh yang baik saat bekerja yang akan meningkatkan produktivitas pekerjaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ergonomi tentang analisis postur tubuh yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nilai asesmen postur tubuh?
2. Bagaimana kondisi sekarang dan kondisi usulan postur tubuh yang baik dan benar saat tahapan merakit lokomotif ketel uap?
3. Apakah mahasiswa dapat menghitung skor RULA dalam merakit lokomotif ketel uap?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum analisis postur tubuh tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui apa saja faktor-faktor tubuh yang mempengaruhi nilai REBA.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan kondisi postur tubuh yang baik dan benar saat tahapan merakit lokomotif ketel uap.
3. Memahami dan menerapkan kondisi postur tubuh yang baik dan benar saat melakukan aktivitas pekerjaan.
1.4 Waktu Pengamatan
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022 di Laboratorium Ergonomi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan laporan ini maka perlu ditentukan sistematika penulisan yang baik. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar, rumusan masalah, tujuan pengamatan, waktu pengamatan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi teori-teori yang berkaitan dengan pengamatan dari buku/jurnal dengan minimal 10 tahun terakhir
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini berisikan alat dan bahan, flowchart pengamatan dan alur pengamatan (yang sesuai dengan flowchart pengamatan).
BAB IV PENGUMPULAN DATA
Berisikan berbagai tabel yang berisi data modul praktikum yang didapat dari hasil saat masuk ke laboratorium. Serta berisikan langkah-langkah dalam
pengolahan data dari data yang di dapat pada saat pengumpulan data yang dilakukan di Laboratorium. Dari pengolahan data tersebut didapatkan hasil pengolahan data dari modul yang dipraktikkan.
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA
Pada bab ini berisikan pembahasan dan Analisa sesuai dengan data hasil pengamatan.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil analisa deskriptif terhadap data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Postur Tubuh
Pada laporan sebelumnya yaitu analisis metode antropometri dan peracangan sistem kerja, kita telah mengemukakan beberapa pedoman untuk melakukan perancangan stasiun kerja. Sebelum melakukan perancangan, stasiun kerja perlu dievaluasi terlebih dahulu untuk menilai urgensi keputusan perancangan ulang stasiun kerja. Demikian juga setelah perancangan ulang dilakukan, stasiun kerja perlu dievaluasi ulang untuk mengetahui apakah ada perubahan yang meningkatkan kenyamanan kerja operator. Dimensi yang menjadi pusat evaluasi dari kenyamanan kerja operator dalam stasiun kerja adalah postur tubuh, tempat kerja yang tidak nyaman akan menimbulkan keluhan dari operator di berbagai tempat kerjanya. Di bawah ini merupakan daftar keluhan yang dirasakan oleh pekerja pada berbagai postur tertentu yang dibuat oleh Van Wely (1970) dalam Henlander (2006).
Gambar 2. 1 Jenis Postur dan Lokasi Terkait
Walaupun kondisi berdiri dan duduk merupakan kondisi yang paling sering dijumpai di dunia kerja, terdapat postur tubuh lain yang menitik beratkan pada posisi sambungan yang ekstrim. Seperti gambar di bawah ini yang mengilustrasikan beberapa pekerjaan dengan posisi yang ekstrim
Gambar 2. 2 Berbagai Posisi Ekstrim dan Titik Keluhan
2.2 Metode Reba dan Rula
REBA merupaka metode sistematis yang mengevaluasi seluruh postur tubuh pekerja untuk mengidentifikasi resiko MSDs dan resiko lain yang berhubungan dengan pekerjaan (Ergonomics Plus,n,d).Pertama kali diperkenalkan oleh Hignett dan McAtamney (Hignett et.al, 200). REBA digunakan untuk mengevaluasi postur tubuh, penggunaan tenaga, jenis pergerakan, pengulangan, dan pegangan (coupling). REBA dsudah dirancang agar mudah untuk digunakan sehingga tidak lagi diperlukan keahlian yang tinggi ataupun peralatan yang mahal.
RULA merupakan suatu metode untuk menganalisa ergonomi postur tubuh pada pekerjaan dengan penggunaan bagian tubuh atas. analisa RULA dilakukan apabila terdapat laporan keluhan pada tubuh bagian atas yang disebabkan oleh postur tubuh yang tidak ergonomis (McAtamney dan Corlett, 1993). Metode RULA cukup mudah untuk digunakan, karena tidak membutuhkan peralatan khusus dalam pelaksanaannya. Beberapa faktor yang dilakukan analisa pada metode RULA ini adalah posisi kerja pada keadaan statis, beban pekerjaan, jangka waktu pekerjaan, dan energi otot yang digunakan.
Beberapa alat bantu untuk menganalisi postur tubuh yang sering digunakan oleh praktisi, maka ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan
a. Area tubuh mana yang akan dinilai. Sebagai contoh; tubuh secara keseluruhan atau tubuh bagian atas saja?
b. Apakah aktivitas meliputi postur statis dan dinamis?
2. Sensitifitas dan Keumuman
a. Berapa tingkat detail yang dibutuhkan dari penilaian
b. Apakah alat bantu penilaian postur yang sama akan digunakan dalam serangkaian aktivitas?
2.3 Penanganan Bahasa Secara Manual (Manual Material Handling)
OSHA (2011) menyatakan bahwa manual material handling (MMH) meliputi aktivitas mengankat berkontribusi lebih dari 50% atas WRMD yang telah dilaporkan setiap tahun di US. Aktivitas MMH melibatkan berbagai jenis manipulasi sebuah objek atau beban. Tiga aktivitas yang tergolong sebagai MMH adalah
1. Mengangkat 2. Menurunkan
3. Mendorong, menarik, membawa, dan memegang sebuah objek.
2.4 Klasifikasi Karakteristik MMH
Faktpr-faktor yang terkait dengan karakteristik MMH dapat meminimumkan risiko dari pekerjaan MMH. Hal-hal yang mengklasifikasikan karakteristik MMH adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Pekerjaan
Hal-hal yang dibutuhkan dalam pekerjaan perlu dievaluasi dengan seksama untuk memahami ekspetasi kegiatan MMH yang terkait dengan pekerjaa. Area bekerja yang terbatas dapat menjadi faktor risiko bagi tulang belakang. Aktivitas MMH akan membuat pekerja berada dalam posisi bediri, pekerja sebisa mungkin untuk tidak berdiri saat bekerja secara
berkelanjutan selama lebih dari 4 jam dikarenakan, bisa mengakibatkan cidera pada tulang belakang dan juga cepat merasa kelelahan.
2. Karakteristik Material/Wadah
Wadah yang digunakan harus memiliki desain dengan badan yang stabil agar mencegah isi berpinda posisi. Sudut-sudut beban tidak boleh tajam untuk mengurangi tekanan pada permukaan tangan yang mengangkat, apabila memungkinkan berikan pegangan pada wadah beban. Pegangan yang baik menurut OSHA adalah sebagai berikut:
a. Pegangan harus berbentuk silinder dan tidak menimbulkan slip.
b. Rancangan pegangan meliputi diameter sebesar 1,9 – 3,8 cm dan panjang minimum 11,5 cm dan 5 cm untuk ruang tangan.
c. Pegangan berada pada bagian bawah wadah sehingga, pekerja dapat membawa beban dekat dengan knuckle height dan meminimalkan saat otot berkontraksi secara berkelanjutan dari badan bagian atas.
3. Karakteristik Praktik Bekerja
Dalam mengimplementasikan intervensi pengurangan risiko, tiga kategori umumnya diperhatikan adalah:
a. Engineering controls b. Administrative controls
c. Personal protective equipment (PPE) 4. Karakteristik Pekerja
Tujuan utama dari ergonomi adalah untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia dibandingkan dengan mengidentifikasikan orang yang dapat melakukan pekerjaan dengan populasi tertentu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari calon pekerja maupun pekerja MMH yaitu:
a. Histori cidera punggung b. Tingkat kebugaran c. Pekerjaan sampingan d. Aktivitas rekreasi e. Kondisi fisik tubuh
2.5 Penerapan RULA
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb) (Andrian, 2013).
Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja.
Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’ sebagai faktor beban eksternal (external load faktors) yang meliputi: jumlah gerakan, jerja otot statis, gaya, postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan, dan waktu kerja tanpa istirahat.
Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dikembangkan untuk :
a. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas.
b. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat menyebabkan kelelahan otot.
c. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasional.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum tentang analisis tentang postur tubuh dibutuhkan beberapa alat dan bahan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Lokomotif 2. Kunci pas 3. Baut 4. Alat tulis
3.2 Flowchart Pengamatan
Start
melakukan pengamatan
Menyimpulkan data
Cukup ? Tidak
Ya Mengolah data
Menyusun laporan
Asistensi
Tidak Diterima
a?
Ya Mengumpulkan laporan
selesai
3.3 Alur Pengamatan
Penjelasan singkat kami mengenai alur penelitian yang kelompok kami lakukan :
1. pada praktikum kali ini kami menggunakan 1 orang manusia sebagai subjek dan 1 buah lokomotif sebagai objek bantu pengamatan.
2. tahap selanjutnya kami mengukur tingkat kemiringan pada jangkauan lengan subjek dalam mengambil objek benda.
3. pada tahap ini kami menyambungkan badan lokomotif dengan leher lokomotif dengan maksud untuk mengukur pada jangkauan lengan dalam mengangkat benda.
4. Kemudian kami menyambungkan tabung lokomotif ke badan lokomotif dengan baut yang di sediakan kemudian di kencangkan menggunakan kunci pass dengan maksud untuk mengukur tingkat perputaran pergelangan tangan,kemudian kami mencatat hasil dari tahap 1 sampai tahap 4 ditabel pengukuran.
5. Lalu kami menambahkan hasil dari pengukuran tahap 1 sampai 4 ke dalam tabel analisis dan kemudian menambahkan nya untuk mencari nilai tengah dari analisis tersebut.
6. Pada tahap ini juga kami mengukur tingkat ketahanan tubuh subjek dengan bergerak lebih dari 10 menit dan secara berulang.
7. kemudian kami mengangkat lokomotif tersebut untuk mengetahui apakah subjek mampu mengangkat beban kurang dari 4,4 lbs atau kurang dari 500 gram.
8. selanjutnya kami memasukan nilai pada tahap 5 sampai 7 kedalam table analisis untuk mendapatkan hasil dari skor pergelangan tangan dan lengan.
9. selanjutnya kami mengamati tingkat kemiringan kepala subjek dalam melihat objek atau dalam melakukan aktivitas.
10. setelah mengamati leher subjek dalam melihat benda kami juga mengamati tingkat kemiringan tubuh subjek dalam melakukan aktivitas
11. kami mengamati pergerakan kaki subjek saat melakukan aktivitas,apakah kaki subjek bergerak untuk membantu melakukan aktivitas atau tidak bergerak dalam melakukan aktivitas.
12. kami memasukan nilai pengamatan pada tahap 9 sampai 11 kedalam table Analisa bagian B.
13. kami mengamati tingkat daya tahan pada bagian tubuh sampai kepala subek dalam melakukan aktivitas,apakah mampu beraktivitas secara terus menerus dalam waktu lebih dari 10 menit atau 4 kali dalam satu menit.
14. kami mengamati kemampuan bagian tubuh atas subjek dalam melakukan aktivitas
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengambilan foto postur tubuh dalam merakit benda, mengambil benda, dan melakukan proses merakit benda yang telah kami lakukan di laboratorium ergonomi maka kami akan melampirkan hasil yang diperoleh kedalam gambar-gambar berikut.
4.2 PROSES MERAKIT LOKOMOTIF KETEL UAP 1. Merakit Badan dan Leher Lokomotif Ketel Uap
Gambar 4. 1 Merakit badan dan leher lokomotif
Langkah pertama menyatukan blok badan dengan leher lokomotif, kemudian rakit dengan mur dan kencangkan dengan kunci pas ukuran 14.
40o 15o
2. Merakit Kepala
Langkah kedua menyatukan bagian kepala lokomotif dengan menggunakan mur dan dikencangkan dengan kunci pas.
3. Merakit Mesin
Langkah ketiga menyatukan bagian mesin lokomotif dengan mur dan kencangkan dengan kunci pas
Gambar 4. 2 Merakit kepala lokomotif 35o
50o
Gambar 4. 3 Merakit mesin lokomotif 15o
45o 55o
4. Merakit Roda
Langkah keempat menyatukan kedua roda bagian depan dan belakang dengan mur dan dikencangkan dengan kunci pas
Gambar 4. 4 Merakit roda lokomotif 35o
45o 50o
5.1 Tahap Perakitan Body dengan Leher
Gambar 5. 1 Data analisis
1. Posisi Lengan Atas
kami mendapatkan nilai 2 karena postur lengan hanya menbentuk sudut 20 derajat atau kurang
2. Posisi Lengan Bawah
kami mendapatkan nilai 1 karena membentuk sudut antara 50 sampai 100 derajat.
3. Posisi Pergelangan Tangan
Jika membentuk sudut antara 0-15 derajat maka skornya 1, jika >15 derajat maka skornya 2 dan bila pergelangan tangan bengkok maka skornya +1.
kami mendapatkan nilai 3 karena pergelangan tangan bias membentuk sudut 15 derajat ke atas dan kebawah.
4. Putaran Pergelangan Tangan
Jika beban mempunyai pegangan yang sesuai maka skornya 0, jika beban bisa dipegang dan diterima tubuh lain maka skornya 1, jika beban bisa diangkat tetapi belum tentu aman maka skornya 2, jika beban tidak mempunyai pegangan dan bentuknya tidak beraturan maka skornya 3.
kami mendapatkan hasil nilai 1 karena bisa menurunkan jari pada area tengah.
5. Skor Postur look-up pada table A
Hasil dari penjumlahan peneitian 1 sampai 4 kami mendapatkan nilai 3 karena pada wrist twist bernilai 1 dan pada upper arm bernilai 2.
6. skor penggunaan otot
Jika postur tubuh terlalu banyak bergerak (lebih lama dari 10 menit ), atau jika bergerak secara berulang dengan jumlah pergerakan 4x dalam 1 menit mendalaptkan nilai 1.
kami mendapatkan nilai 2 karena bias terus bergerak lebih dari 10 menit dan bias bergerak secara berulangh sebanyak 4 kali 1 menit.
7. Menambah Nilai Gaya atau Beban
Jika berat beban 4.4 lbs maka nilainya 0. Jika diantara 4.4 sampai 22 lbs maka nilainya 1.jika beban 4.4 sampai 22 lbs maka statis atau berulang nilainya +2. Jika lebih dari 22 lbs maka mengalami guncangan yang berulang nilainya +3.
8. Menemukan Baris dalam Tabel C
jika berbentuk sudut antara 5 sampai 7 uuntuk mendapatkan nilai pergelangan tangan dan lengan, temukan garis pada table c
9. Posisi Leher
Jika membentuk sudut 1 derajat maka skor nya +1, jika leher menekuk ke samping maka nilai nya +1.
10. Posisi Badan
Jika batang tubuh tegak 0 derajat maka skornya +1, jika membentuk sudut 0-20 derajat maka skornya +2, jika membentuk sudut 20-60 derajat maka
skornya+ 3, jika >60 derajat maka skornya +4 serta jika bengkok atau miring skornya +1, skor kami 2.
11. Posisi Kaki
Jika kaki tegak maka skornya +1, jika kaki menyilang maka skornya +2 12. Skor Postur slook-up pada Tabel B
menggunakan nilai dari langkah 9 sampai 11,lalu mencar skor di table b 13. Menambahkan skor Penggunaan Otot
jika postur terutama statis ditahan sampai 10 menit. atau jika tindakan berulang terjadi 4 kali dalam 1 menit maka skor nya +1
14. Menambah Nilai Gaya atau Beban
Jika tegak maka skornya +0, jika membentuk sudut antara 44- 22 derajat maka skornya +1, jika sudutnya diantara 44-22 derajat maka skornya +2, dan jika 22 derajat atau berulang maka skornya +3.
15. Kolom pada Tabel C
Tambahkan nilai langkah ke 12 hingga 14 untuk mendapatkan nilai leher, badan, dan juga kaki.
5.2 Tahap Perakitan dengan Topi Lokomotif
Gambar 5. 2 tahap perakitan topi lokomotif
1. Posisi lengan Atas
Posisi lengan atas pada saat perakitan blok lokomotif dengan topi lokomotif membentuk sudut 15o sehingga skor sebesar 1.
2. Posisi Lengan Bawah
Pada proses perakitan blok lokomotif dengan topi lokomotif, posisi lengan atas membentuk sudut 45o sehingga skor yang didapatkan sebesar 2.
3. Pergelangan Tangan
Posisi pergelangan tangan pada saat perakitan blok lokomotif dengan topi lokomotif membentuk sudut 15o derajat sehingga mendapatkan hasil skor 3.
4. Posisi Leher
Posisi leher pada proses perakitan blok lokomotif dengan topi lokomotif membentuk sudut 20 - 45o dengan hasil skor 3
5. Batang Tubuh
Pada proses perakitan blok lokomotif dengan topi lokomotif, posisi batang tubuh membentuk sudut 20 – 30o derajat dengan hasil skor 3.
6. Posisi Lengan
Posisi kaki pada proses blok lokomotif dengan topi lokomotif tidak membentuk sudut, namun posisi kaki tegak lurus sehingga skor yang didapatkan 0.
5.3 Tahap Perakitan dengan Mesin Lokomotif
Gambar 5. 3 tahap perakitan dengan mesin lokomotif
1. Posisi lengan Atas
Posisi lengan atas saat perakitan blok lokomotif dengan mesin lokomotif membentuk sudut 20 – 45o sehingga skor yang didapatkan sebesar 2 2. Posisi Lengan Bawah
Pada proses perakitan blok lokomotif dengan mesin lokomotif , posisi lengan bawah membentuk sudut 20 – 45o sehingga skor yang didapatkan 2.
3. Pergelangan Tangan
Posisi pergelangan tangan pada saat perakitan blok lokomotif dengan mesin lokomotif membentuk sudut 15o sehingga mendapatkan hasil skor 2.
4. Posisi Leher
Posisi leher pada proses perakitan blok lokomotif dengan mesin lokomotif membentuk sudut 20 o dengan hasil skor 3.
5. Batang Tubuh
Pada proses perakitan blok lokomotif dengan mesin lokomotif, posisi batang tubuh membentuk sudut 45 o dengan hasil skor 3
6. Posisi Lengan
Posisi kaki pada proses blok lokomotif dengan mesin lokomotif tidak
membentuk sudut, namun posisi kaki tegak lurus sehingga mendapatkan skor 1
5.4
Tahap Perakitan dengan Roda LokomotifGambar 5. 4 Tahap Perakitan dengan Roda Lokomotif
1. Posisi lengan Atas
Posisi lengan atas pada saat perakitan blok lokomotif dengan roda lokomotif membentuk sudut 30 o sehingga skor yang didapatkan sebesar 2.
2. Posisi Lengan Bawah
Pada proses perakitan blok lokomotif dengan roda lokomotif, posisi lengan atas membentuk sudut 40 o sehingga skor yang didapatkan sebesar 2.
3. Pergelangan Tangan
Posisi pergelangan tangan pada posisi blok lokomotif dengan roda lokomotif membentuk sudut derajat, sehingga mendapatkan hasil skor 1
4. Posisi Leher
Posisi leher pada proses perakitan blok lokomotif dengan roda lokomotif membentuk sudut 25 o dengan hasil skor 3
5. Batang Tubuh
Pada proses perakitan blok lokomotif dengan roda lokomotif posisi batang tubuh membentuk sudut 50 o dengan mendapatakan hasil skor 3.
6. Posisi Lengan
Posisi kaki pada proses blok lokomotif dengan roda lokomotif tidak
membentuk sudut, namun posisi kaki tegak lurus sehingga mndapatkan hasil skornya 1.
BAB VI
SARAN DAN KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis praktis posisi tubuh, kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi nilai RULA adalah posisi leher, badan, kaki, berat badan, lengan atas, lengan, pergelangan tangan dan daya tahan.
2. Telah didapatkan hasil untuk bagian badan dan leher dengan nilai lengan atas 2; Nilai pergelangan tangan 3; Nilai posisi leher 1; Nilai batang tubuh 2; dan nilai posisi lengan 3.
3. Nilai RULA yang kami dapatkan saat mengangkat beban dengan kondisi saat ini adalah 2, dan kami menawarkan kondisi yang diusulkan sehingga nilai RULA adalah 5. Nilai 5 termasuk dalam kategori risiko rendah, yang sebenarnya tidak perlu diubah dan ini dapat digunakan saat mengangkat beban.
4. Telah didapatkan hasil untuk bagian perakitan mesin lokomotif dengan nilai lengan atas 2; Nilai pergelangan tangan 2; Nilai posisi leher 3;
Nilai batang tubuh 3; dan nilai posisi lengan 1.
5. Telah didapatkan hasil untuk bagian perakitan roda lokomotif dengan nilai lengan atas 2; Nilai pergelangan tangan 1; Nilai posisi leher 3;
Nilai batang tubuh 3; dan nilai posisi lengan 1.
6. pada tahap perakitan body dengan leher serta perakitan topi lokomotif telah didapatkan hasil pengukuran final yaitu bernilai 5 yang berarti perlu adanya penyelidikan lebih lanjut dan butuh diperbaiki.. Pada tahapa perakitan mesin lokomotif dan roda lokomotif telah didapatkan hasil final bernilai 4 yang berarti perlu diadakannya penyelidikan dan perlunya suatu perubahan yang didasari dengan kebutuhan.
6.2 Saran
Setelah melakukan analisis postur tubuh pada saat bekerja saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebagai berikut :
1. sebelum pekerja melakukan pekerjaan harus memperhatikan yerlebih dahulu postur tubuh yang baik dan benar saat melakukan pekerjaan supaya tidak terjadi cidera dalam melakukan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas kerja
2. seharusnya pada beban lokomotif diberikan pegangan yang baik dan benar supaya pekerja bisa melakukan pekerjaan lebih efektif dan efisien 3. pada saat melakukan perakitan lokomotif badan harus dalam keadaan
lurus dan tegak
4. jarak pandang saat merakit lokomotif harus sesuai dengan kenyamanan si pekerja
DAFTAR PUSTAKA
Anwardi, A., & Mulyadi, C. (2019). Merancang Ulang Manual Material Handling Troli Kursi Ergonomis Untuk Mengurangi Tingkat Keluhan Rasa Sakit dan Meningkatkan Produktifitas Kerja Karyawan Banquet. Jurnal Teknik Industri.
Komarudin. (2022). Perancangan Meja Las yang Ergonomis di Universitas Sebelas Maret. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan UNS.
Hidayati, N. A., Wijaya, S., & Fasya, A. H. Z. (2020). Literatur Riview : Postur Kerja Aktifitas Manual Handling Pada Pekerja Industri Berdasarkan Metode RULA.
National Conference For UMMAH (NCU)