• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 6 Konseling Realita Model-Model Konseling

N/A
N/A
Dinar Maharani Safitri

Academic year: 2024

Membagikan "Kelompok 6 Konseling Realita Model-Model Konseling"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MODEL-MODEL KONSELING

“Konseling Realita”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Konseling Dosen Pengampu: Fajar Bilqis, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 6

AINIYYAH NUR FITRI (202001500118) DINAR MAHARANI SAFITRI (202001500070) SITI OCTAVIANAH (202001500101) WINDA AULIA (202001500047)

UNIVERSITAS INDRAPRASTA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KOSELING FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN PENDIDIKAN

2022

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelelasaikan penulisan tugas makalah ini yang berjudul “Konseling Realita”. Guna memenuhi tugas kelompok di mata kuliah Model-Model Konseling, yang diampu oleh Ibu Fajar Bilqis, M.Pd. Selain itu juga untuk menambah wawasan tentang model- model konseling bagi penulis sendiri dan juga pembaca.

Kami berterimakasih kepada Ibu Fajar Bilqis, M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan penulis juga pembaca mengenai model-model konseling mengenai konseling realita, didalam bidang studi yang penulis tekuni. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, pemikiran, kritik, dan saran sehingga penulisan ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharap segala bentuk saran, masukan bahkan kritik untuk membangun berbagai pihak, dan kami berharap semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, April 2022

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Masalah ... 3

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Perkembangan Konseling Realitas ... 4

B. Hakikat konseling realitas ... 5

C. Perkembangan kepribadian konseling realitas ... 7

D. Tujuan konseling realitas ... 9

E. Teknik-Teknik Konseling realitas ... 9

F. Peran Konselor dan Konseli Realitas ... 12

G. Kelebihan dan Kekurangan Konseling Realitas... 13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 15 Daftar Pustaka

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang penuh dengan masalah. Tidak ada seorangpun hidup di dunia tanpa suatau masalah, baik terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain. Manusia yang baik adalah manusi yang mampu keluar dari setiap masalah permasalahan yang ada didalam hidupnya. Manusia yang mampu menyesuaikan diridengan realitas yang ada dan memiliki identitas adalah manusia yang dapat berkembang dengan baik dan sehat. Untuk membantu manusia keluar dari masalahnya dan memperoleh identitas diperlukan suatu terapi.

Dibalik semua itu, banyak manusia yang masih belum mencapai identitas keberhasilannya. Mereka masih belum dapat mencapai kebutuhan dasar psikologisnya, yaitu kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa ia berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

Pada dewasa ini, banyak sekali pendekatan-pendekatan tersebut, antara lain:

Pendekatan Client-Centered, Terapi Gestalt, Terapi Tigkah Laku, Terapi Rasional-Emotif, Terapi Realitas, dan sebagainya. Diantara berbagai pendekatan-pendekatan terapi tersebut, pendekatan Terapi Realitas menunjukan perbedaan yang besar dengan sebagiian pendekatan konseling dan psikoterapi yang ada. Terapi Realitas juga sudah mendapatkan popularitasnya dikalangan koselor sekolah serta para guru dan pimpinan sekolah dasar dan sekolah menengah, dan para pekerja rehabilitasi. Selain itu, Terapi Realitas menyajikan banyak masalah dasar dalam konseling yang menjadi dasar pernyataan-pernyataan. Sistem teori realitas difokuskan pada tingkah laku sekarang. Oleh sebab itu, seorang konselor maupun calon konselor wajib mempelajari teori konseling realitas.

Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser, yang merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien. Perkembangan ini berkembang pada awal tahun 30 an – 60 an. Alasan Glesser mengembangkan pendekatan ini antara lain ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis karena pendekatan psikoanalisis kurang efektif dan efisien. Dan tidak setuju dengan anggapan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Proses pengembangan Gletser mulai menerbitkan sebuah buku dan dikembangkan di rumah sakit, tetapi oleh teman-

(5)

2

temannya tidak mendapat persetujuan serta dukungan bahkan ditolak namun hal ini tidak membuat Gletser putus asa.

Dan dilanjutkan dengan mempraktekkan teorinya di V.A. Hospital disana mendapat tanggapan baik yang akhirnya teori tersebut dapat berkembang serta diterima oleh kolega- kolega yang bahkan dulu tidak menyetujuinya. Hal ini berdasarkan pada konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu menghadapi realita di masa depan dengan penuh optimis. Konseling realitas berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.

Konseling realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan alternatif bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang dipentingkan bagaimana klien dapat sukses mencapai hari depannya, karena manusia dalam kehidupan mempunyai kebutuhan dasar, yaitu cita dan harga diri. Setiap orang akan belajar memenuhi kebutuhannya dengan bertingkah laku normal, yaitu 3 R (Right, Responsibility, dan Reality) dimana masa yang penting dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan orang tua dan sekolah sebagai faktor yang menentukan.

(6)

3 B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana sejarah perkembangan konseling realitas?

2. Apa yang dimaksud Hakikat Manusia Konseling Realitas?

3. Bagaimana perkembangan kepribadian konseling realitas?

4. Apa tujuan dari konseling realitas?

5. Apa saja teknik-teknik dalam konseling realitas?

6. Apa Peran Konselor dan Konseli Realitas?

7. Apa saja kelemahan dan kelebihan konseling realitas?

C. Tujuan

Adapun tujuan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Untuk Mengetahui tentang sejarah perkembangan konseling realitas 2. Untuk Mengetahui maksud dari hakikat manusia konseling realitas

3. Untuk Mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian konseling realitas 4. Untuk mengetahui tujuan dari konseling realitas

5. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam konseling realitas 6. Untuk mengetahui peran konselor dan konseli realitas

7. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan konseling realitas

(7)

4 BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Konseling Realitas

Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio.

Pertumbuhannya relatif tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi klinis dan dokter dari Case Western Reserve University.

Pada tahun 1961 Glasser mempublikasikan konsep konseling realitas dalam bukunya yang pertama Mental Health or Mental Illness. Konsep ini diperluas, diperbaiki dan disusun pada penerbitan tahun 1965: Reality Therapy: A New Approach to Psichiatry. Tidak lama setelah penerbitan yang kedua ini, Glasser membuka Institute of Reality Therapy yang digunakan untuk melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan.

Sebagai kata sambung atas suksesnya, sekolah-sekolah membutuhkan konsultasi Glasser, dan ia dapat menyesuaikan dengan prosedur-prosedunya dengan setting sekolah. Ia mempublikasikan ide ini dalam School Without Failure (1969) dan mendirikan Educatinal Training Centre yang di dalamnya guru-guru mendapat latihan konseling realitas.

Pendekatan Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Terapi realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur- prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu

“identitas keberhasilan” dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga dan perkembangan masyarakat. Terapi realitas meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan sekolah dasar dan menengah, dan para pekerja rehabilitasi.

(8)

5

Konseling realita (reality counseling atau reality therapy) dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1960-an sebagai reaksi penolakan terhadap konsep-konsep dalam konseling psikoanalisa. Glasser memandang Psikoanalisa sebagai suatu model perlakuan yang kurang memuaskan, kurang efektif, dan oleh karena itu ia termotivasi untuk memodifikasi konsep-konsep psikoanalisa dan mengembangkan pemikirannya sendiri berdasarkan pengalaman hidup dan pengalaman klinisnya

B. Hakikat Manusia Konseling Realitas

Konseling Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli dalam suatu kelompok, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian ataupun kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.

Adalah William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini.

Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah:

1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.

2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.

3. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri

Manusia digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang asalnya bersifat genetik. Semua prilaku manusia mempresentasikan upaya untuk mengontrol dunia agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi, muncul kebutuhan lain.

(9)

6

Kehidupan manusia adalah perjuangan konstan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi konflik yang selalu muncul di antara mereka.

Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, yaitu:

a. Kelangsungan hidup (Survival)

Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah kelompok kecil struktur yang terklaster di puncak tulang belakang. Gen orang mengistruksikan otak tuanya untuk melaksanakan semua kegiatan yang menjaga kelangsungan hidup yang mendukung kesehatan dan reproduksi (kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan fisik).

b. Cinta dan rasa memiliki (Love and belonging)

Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. Beberapa aktivitas yang menunjukkan kebutuhan ini antara lain: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.

c. Kekuatan atau prestasi (Power or achievemen)

Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga, dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, meyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin, menjadi tempat bertanya atau meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide atau gagasan dan sebagainya.

d. Kebebasan atau kemerdekaan (Freedom or independence)

Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan tidak tergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

e. Kesenangan (Fun)

Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang hingga dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.

(10)

7

C. Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas a. Struktur Kepribadian

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Ini terkait dengan konsep perkembangan kepribadian yang sehat, yang ditandai dengan berfungsinya individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya secara tepat. Dalam proses pembentukan identitas, individu mengembangkan keterlibatan secara emosional dengan orang lain. Individu perlu merasakan bahwa orang lain memberikan perhatian kepadanya dan berfikir bahwa dirinya memiliki arti. Jika kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain. Belajar bagaimana bertingkah laku yang bertanggung jawab merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak untuk mencapai “identitas sukses”.

Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:

1. Tanggungjawab (Responsibility)

Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.

2. Kenyataan (Reality)

Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.

(11)

8 3. Kebenaran (Right)

Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.

b. Pribadi sehat dan bermasalah 1. Pribadi Sehat

Konseling reality menekankan pilihan-pilihan pada setiap situasi individu memiliki kemampuan membuat pilihan dan mempertanggung jawabkan berhasil. Status kesehatan mental individu dapat dilihat dalam tahapan yang dialaminya, yaitu:

1. Tahapan Kemunduran/ Regresive Stage, dibagi menjadi 3 tahap:

a. “Saya Menyerah” (1 give up).

b. Simptom-simptom (-), pada perlikau menyeluruh

c. Kecanduan negative = individu mengulang-ulang perilaku yang tidak efektif dan destruktif dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Tahapan positif / Progress Stage terjadi 3 tahap:

a. “Saya akan melakukannya”. “Saya ingin berkembang” “Saya berkomitmen untuk berubah”

b. Simpton-simpton positif, pada perilaku menyeluruh

c. Kecanduan positif = ditandai dengan perasaan berharga pada diri sendiri (self worth), konstruktif dan kepuasan terhadap pencapaian diri sendiri.

2. Pribadi Bermasalah

Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.

(12)

9 D. Tujuan Konseling Realitas

Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk membantu menghubungkan (connect) atau menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain yang mereka pilih untuk mendasari kualitas hidupnya. Di samping itu, konseling realitas juga bertujuan untuk membantu klien belajar memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai, kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan untuk senang. Sehingga mereka mampu mengembangkan identitas berhasil.

Tujuan konseling realitas adalah sebagai berikut:

1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.

2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.

5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

E. Teknik-teknik Konseling Realitas

Konseling Realita menggunakan banyak teknik untuk mencapai tujuan-tujuan konseling, khususnya teknik-teknik dari perspektif konseling perilaku seperti yang telah dikemukakan. Teori konseling realita memiliki beberapa teknik tersendiri yaitu:

a. Metapor

Konselor menggunakan taknik ini seperti senyuman, imej, analogi, dan anekdot untuk memberi konseli suatu pesan penting dalam cara yang efekitif. Konselor juga mendengarkan dan menggunakan metapor yang ditampilkan diri konseli.

b. Hubungan

Menggunakan hubungan sebagai bagian yang asensial dalam proses terapoutik.

Hubungan ini harus memperlihatkan upaya menuju perubahan, menyenagkan, positif, tidak menilai, dan mendorong kesadaran konseli.

(13)

10 c. Pertanyaan

Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus berasal dari konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus dilakukan koseli, tetapi menggunakan pertanyaan yang terstruktur dengan baik untuk membantu konseli menilai hidupnya dan kemudian merumuskan perilaku-perilaku yang perlu dan tidak perlu di ubah.

d. WDEP & SAMI2C3

Merupakan akronim dari wants (keinginan), direction (arahan), evaluasi (penilaian), dan planing (rencana). Teknik ini digunakan untuk membantu konseli menilai keinginan-keinginannya. Perilaku-perilakunya, dan kemudian merumuskan rencana-rencana.

e. SAMI2C3

Mempersentasikan elemen-elemen yang memaksimalkan keberhasilanya keberhasilan rencana: mudah/ sederhana (simple), dapat dicapai (attainable), dapat diukur (measurable), segera (immedate), melibatkan tindakan (involving), dapat dikontrol (controled), konsisten (consistent), dan menekankan pada komitmen (committed).

f. Renegosiasi

Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana perilaku pilihanya. Jika ini terjadi, maka konselor mengajak konseli untuk membuat rencana ulang dan menemukan pilihan perilaku lain yang lebih mudah.

g. Intervebsi paradoks

Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konselng Gestalt), Glasser menggunakan paradoks untuk mendorong konseli menerima tanggung jawab bagi perilakunya sendiri. Intetrvensi paradoksikal ini memiliki dua bentuk rerabel atau reframe dan paradoxical pressciption.

h. Pengembangan ketrampilan

Konselor perlu membantu konseli mengembangkan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan-keinginannya dalam cara yang bertanggung jawab. Koselor dapat mengajar konseli tentang berbagai ketrampilan seperti perilaku asertif, berfikir rasional, dan membuat rencana.

(14)

11 i. Adiksi positif

Menurut Glesser, merupakan teknik yang digunakan untuk menurunkan barbagai bentuk perilaku negatif dengan cara memberikan kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas, energi dan keyakinan. Contoh: mendorong olah raga yang teratur, menulis jurnal, bermain musik, yoga, dan meditasi.

j. Penggunakan kata kerja

Dimaksudkan untuk membantu konseli agar mampu mengendalikan hidup mereka sendiri dan membuat pilihan perilaku total yang positif. Daripada mendeskripsikan koseli dengan kata-kata: marah, depresi, fobia, atau cemas.

Konselor perlu menggunakan kata memarahi, mendepresikan, memfobiakan, atau mencemaskan. Ini mengimplikasikan bahwa emosi-emosi tersebut bukan merupakan keadaan yang mati tetapi bentuk tindakan yang dapat diubah.

k. Konsekuensi natural

Konselor harus memiliki keyakinan bvahwa konseli dapat bertanggung jawab dan karena itu dapat menerima konsekuensi dari perilakunya. Koselor tidak perlu menerima permintaan maaf ketika konseli membuat kesalahan, tetapi juga tidak memberikan sangsi. Alih-alih koselor lebih memusatkan pada perilaku salah atau perilaku lain yang bisa membuat perbedaan sehingga konseli tidak perlu mengalami kosekuensi negatif dari perilakunya yang tidak bertanggung jawab.

Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.

Dalam membantu klien dalam menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Melakukan permainan peran dengan konseli 2. Menggunakan humor

3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

4. Tidak menerima alasan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab 5. Berperan sebagai model dan guru

(15)

12

6. Melibatkan diri pada perjuangan konseli mencari hidup yang efektif 7. Konfrontasi tingkah laku yang tidak realistis

8. Memberikan PR antar pertemuan dengan pertemuan berikutnya 9. Membaca artikel yang relevan

10. Kesepakatan kontrak antara konselor dan konseli 11. Debat konstruktif

Terapi realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh pendekatan-pendekatan terapi lain. Pempraktek terapi realitas berusaha membangun kerja sama dengan para klien untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya. Teknik-teknik diagnostik tidak menjadi bagian dari terapi realitas. Teknik-teknik lain yang tidak digunakan adalah penafsiran, pemahaman, wawancara-wawancara non direktif, sikap diam yang berkepanjangan, asosiasi bebas, analisis transferensi dan resistensi, dan analisis mimpi.

F. Peran Konselor dan Konseli Realitas

1. Konselor terlibat dengan klien dan membawa klien menghadapi realita.

Tugas utama konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya dan kemudian menghadapi konseli dengan mengusahakan agar konseli mengambil keputusan.

2. Konselor sebagai pembimbing.

Konselor bertugas melayani sebagai pembimbing untuk membantu konseli menaksir tingkahlaku mereka secara realistis.

3. Memberi hadiah.

Konselor diharapkan memberi hadiah bila konseli berbuat dalam cara yang bertanggungjawab dan tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan atau tidak mengarahkan konseli menyalahkan setiap hal atau setiap orang.

4. Mengajar konseli Beberapa kualitas pribadi yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan untuk mengajar konseli, untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka, tidak untuk menerima ampunan, menunjukkan dukungan yang terus menerus dalam membantu konseli, untuk memahami dan mengempati konseli, dan untuk terlibat dengan tulus hati.

(16)

13 5. Motivator

Konselor yang mendorong konseli untuk: a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya. b) merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.

6. Penyalur tanggung jawab

Konselor sebagai penyalur tanggung jawab sehingga: a) keputusan terakhir berada di tangan konseli. b) konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.

7. Moralis

Konselor memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.

8. Pengikat janji (contractor)

Artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.

G. Kelebihan dan Kelemahan Konseling Realitas a. Kelebihan:

1. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.

2. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan.

3. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku malasuai. d. Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya bisa tercapai keberhasilan.

4. Langsung lebih cepat menyadarkan klien karena menggunakan secara langsung mengajak klien berbuat. f. Bersifat praktis, luwes dan efektif.

5. Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis.

(17)

14 b. Kelemahan:

1. Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan faktor genetik lain.

2. Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya.

3. Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan.

4. Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar pada konseli.

5. Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi klien.

6. Hanya menekankan perilaku tanpa mempertimbangkan sisi perasaan.

7. Tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah satu determinan dari tingkah lakunya sekarang.

8. Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang terlampu disederhanakan.

(18)

15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Terapi realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu “identitas keberhasilan” dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga dan perkembangan masyarakat. Terapi realitas meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan sekolah dasar dan menengah, dan para pekerja rehabilitasi.

Konseling Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli dalam suatu kelompok, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian ataupun kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.

Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk membantu menghubungkan (connect) atau menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain yang mereka pilih untuk mendasari kualitas hidupnya. Di samping itu, konseling realitas juga bertujuan untuk membantu klien belajar memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai, kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan untuk senang. Sehingga mereka mampu mengembangkan identitas berhasil.

(19)

16

DAFTAR PUSTAKA

Fifisetiadesianti. 2012. Teori Konseling Realita. Teori Konseling Realita | fifisetiadesianti (wordpress.com). Diakses pada 10 April 2022 pukul 11.19

Reza, Muhammad. 2021. Tujuan dan Proses Konseling Realitas. Tujuan dan Proses Konseling realita (mandandi.com). Diakses pada 10 April 2022 pukul 12.10

Initentangpsikologi. 2020. Teori, Tahapan, Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konseling Realitas.

Teori, Tahapan, Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konseling Realitas - Initentangpsikologi.com.

Diakses pada 10 April 2022 pukul 13.05

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, J setelah mendapatkan tindakan konseling kelompok model Client-Centered , J pada komponen persepsi akurat terhadap realitas tidak mengalami perubahan perilaku,

Dengan pernyataan diatas maka jelas jika konseling kelompok realita dapat digunakan untuk menangani gangguan perilaku dan emosi salah satunya dalam bentuk

Pada permasalahan konsep diri yang negatif yaitu pada aspek diri sosial, konseling kelompok realita berusaha membantu konseli memberikan pemahaman terhadap

Abstrak: Konseling individu merupakan proses pemberian bantuan secara profesional melalui hubungan khusus secara pribadi oleh seorang ahli (konselor) kepada individu

Model konseling kelompok melalui asertif training dalam penelitian ini merupakan upaya pemberian bantuan kepada individu dalam dinamika kelompok untuk

Berdasarkan hasil pengumpulan data dilapangan, setelah dianalisis maka selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa Model Konseling Kelompok Teknik Realitas tentang Gaya

Konseling Populasi Khusus merupakan bentuk Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli (individu atau kelompok) yang mengalami suatu

Sebagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, segala bentuk pemberian bantuan yang diselenggarakan oleh konselor tidaklah diatur atau disusun berdasarkan kurikulum baku yang