LAPORAN INDIVIDUAL PEMICU 3 BLOK 20
EDENTULUS LENGKAP
“Tolong siapkan gigi tiruan saya dalam 2 minggu ya dok ….”
DISUSUN OLEH:
Ririn Febriyanti Nainggolan 200600130
KELOMPOK 1
DOSEN PENYUSUN:
Ariyani, drg., MDSc., Sp.Pros(K) Ricca Chairunnisa, drg.,Sp.Pros(K).,
Nurdiana, Sp.PM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2023
BAB I PENDAHULUAN 1.1. DESKRIPSI TOPIK
Seorang pasien perempuan berkulit kuning langsat berusia 62 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM USU dengan keluhan mulutnya perih dan gigi tiruannya longgar.
Pasien sudah menggunakan gigi tiruan selama 6 tahun, tetapi sudah 3 bulan gigi tiruan terasa longgar sekali. Pasien berinisiatif menggunakan polident agar gigi tiruan tersebut bisa dipakai. Namun 1 bulan terakhir seluruh rongga mulut terasa tidak nyaman. Pasien menanyakan apakah penyebab mulutnya tidak nyaman dan memohon supaya gigi tiruannya dapat diperbaiki sehingga lebih nyaman digunakan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Pemeriksaan ekstra oral:
- Bentuk wajah pasien ovoid - Profil wajah cekung
Pemeriksaan intra oral:
- Relasi rahang normal (Klas I)
- Frenulum labialis RA tinggi dan jaringan flabby pada puncak linggir alveolaris anterior RA
- Linggir posterior RB datar
- Palatum durum: makula, multiple, merah (eritema), multiple dan difus Pemeriksaan gigi tiruan yang lama:
- RA: Retensi (-), stabilisasi (-), tidak ada postdam, dan tepi basis gigi tiruan tidak membulat
- RB: Retensi (-), stabilisasi (-), basis gigi tiruan di daerah labial dan bukal terlihat tipis serta tepi basis gigi tiruan tidak membulat
Pasien bersedia dibuatkan GTL yang baru bila GTL lama tidak dapat diperbaiki, namun pasien berharap GTL lama bisa digunakan menunggu sampai GTL baru selesai.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan kemungkinan penyebab GTL RA dan RB longgar!
Pada kasus diketahui bahwa pasien mengeluhkan gigi tiruannya terasa longgar, tetapi terasa longgar sekali mulai dari 3 bulan lalu sehingga pasien berinisiatif menggunakan polidnet agar bisa dipakai tetapi malah membuat pasien tidak nyaman 1 bulan terakhir.
Salah satu keluhan yang sering diberikan pasien pemakai GTL adalah gigi tiruannya terasa longgar saat dipakai. Gigi tiruan longgar dapat didefenisikan sebagai gigi tiruan yang retensi dan stabilitasnya berkurang atau kurangnya kecekatan serta terdapat celah antara basis gigi tiruan dna pendukungnya. Perasaan longgar dapat dilihat secara klinis yaitu gigi tiruan tidak cekat dan bergeser dari jaringan pendukung terutama pada GTL mandibular akan terlihat naik saat digunakan. Rasa longgar yang dikeluhkan pasien ini dapat dijumpai saat insersi gigi tiruan dalam mulut, setelah control beberapa minggu, atau setelah beberapa tahun pemakaian. Pada kasus, gigi tiruan longgar dirasakan pasien setelah 6 tahun pemakaian.1
Beberapa penyebab kemungkinan gigi tiruan pasien di kasus longgar adalah sebagai berikut:2
1. Resorbsi fisiologis edentulous ridge seiring berjalannya waktu
2. Pasien lanjut usia dengan proses resorbsi tulang alveolar semakin cepat (umur pasien 62 tahun)
3. Penggunaan gigi tiruan yang tidak tepat yang menyebabkan tertekannya alveolar ridge sehingga terjadi resorbsi residual ridge
Beberapa kemungkinan penyebab longgarnya gigi tiruan pada pasien merujuk pada resorbsi residual ridge (penyusutan tulang dan jaringan lunak) sehingga menyebabkan berkurangnya dukungan pada prosthesis gigi tiruan lengkap yang akan mempengaruhi fungsi, retensi, dan stabilitas. Selain itu akan terjadi perubahan dimensi vertical karena abrasi pada gigi tiruannya sehingga menyebabkan pasien tidak nyaman dan merasa terganggu yang pada akhirnya akan memicu iritasi seperti yang terlihat pada kasus, yaitu pada pemeriksaan intraoral terlihat macula, multiple, merah (eritema), multiple dan difuse pada palatum durum.
Penyebab gigi tiruan pasien longgar ialah adaptasi basis gigi tiruan dengan linggir sisa yang tidak adekuat akibat resorpsi linggir alveolar. Proses resorpsi terjadi sebagai
akibat dari aktifitas osteoklas yang lebih besar daripada aktifitas osteoblas atau disebut sebagai ketidakseimbangan metabolisme tulang. Resorbsi alveolar yang dipengaruhi oleh proses penuaan. Pada kasus diketahui bahwa umur pasien adalah 62 tahun yang termasuk kategori lansia. Aliran saliva yang tidak adekuat dapat mengganggu retensi dan stabilitas gigi tiruan terutama pada orang lansia karena akan terjadi gejala xerostomia.. Hal ini karena saliva mempunyai gaya adhesi dan kohesi.
Kekuatan adhesi dan kohesi membentuk rantai antara basis gigi tiruan dan mukosa yang cenderung menahan gigi tiruan pada posisinya. Adanya sifat adhesi dari saliva memberikan perlekatan yag baik antara mukosa dan gigi tiruan sedangkan kohesi mempertahankan keutuhan lapisan tipis saliva. Akibat gigi tiruan yang longgar pasien menjadi sulit makan ataupun berbicara.1
Sumber:
1) Falatehan N. RELINING GIGI TIRUAN RAHANG BAWAH SECARA LANGSUNG DENGAN PENCETAKAN MULUT TERTUTUP (Laporan Kasus).
JITEKGI 2018; 14 (1) : 27-32.
2) Kranjcic J, et al. Knowledge and Awareness of Dental Implants among Elderly People in Croatia. Journal of Prosthodontics 24 (2015) 37–42.
2. Jelaskan diagnosis dan etiopatogenesis kelainan jaringan lunak pada RA!
Resorbsi fisiologis edentulous ridge
Pasien lanjut usia (umur pasien 62
tahun)
Adaptasi basis GTL terhadap linggir sisa
tidak adekuat
Menurunnya gaya
adhesi dan kohesi Stabilitas menurun
GIGI TIRUAN AKAN TERASA LONGGAR DAN TIDAK NYAMAN
Retensi menurun Support menurun Aliran saliva menurun
akibat proses
penuaan
A. Diagnosis
Diagnosis kondisi pasien yang terjadi pada jaringan lunak rahang atas pasien adalah denture stomatitis. Denture stomatitis adalah inflamasi pada mukosa mulut yang berkontak dengan landasan anatomi gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan lengkap. Gambaran klinis pada umumnya berupa makula eritem, granular atau berbentuk beberapa nodula. 1Kondisi ini sesuai dengan yang dialami oleh pasien yakni pada palatum durum pasien terdapat macula yang multiple dengan eritema serta difus.
Berdasarkan klasifikasi Newton terdapat tiga tipe denture stomatitis yaitu:1,2 a. Newton tipe 1 atau pin point eritema atau localized simplein flammation,
merupakan tahap awal dari denture stomatitis yang ditandai bintik- bintikeritema kecil di sekitar mukosa palatum durum.
b. Newton tipe 2 atau eritema difuse atau generalize simplein flammation merupakan bentuk yang paling sering dijumpai dengan tanda adanya kemerahan difuse pada mukosa palatum di bawah basis gigi tiruan.
c. Newton tipe 3 atau inflammatory papillary hyperplasia, merupakan tonjolan bulat dan tumpul pada mukosa palatum di bawah basis gigi tiruan, berwarna kemerahan, dan mudah berdarah
Berdasarkan skenario maka denture stomatitis yang dialami oleh pasien ini adalah tergolong ke dalam tipe II. Denture stomatitis muncul sebagai lesi merah tanpa gejala pada langit-langit mulut pemakai gigi tiruan lengkap dan sebagian, terutama wanita lanjut usia yang memakai gigi palsu mereka di malam hari.
Reaksi peradangan ini lebih sering ditemukan pada mukosa rahang atas pendukung gigi tiruan. Penelitian epidemiologi menunjukkan prevalensi denture
stomatitis pada pengguna gigi tiruan lengkap cukup tinggi yaitu berkisar antara 30%-50%. Pada umumnya ditemukan pada usia lanjut dan lebih banyak ditemukan pada wanita.3
B. Etiopathogenesis
Etiopathogenesis terjadinya denture stomatitis pada kasus sebagai berikut:
a) Trauma
Pada skenario diketahui gigi tiruan pasien longgar, gigi tiruan yang tidak stabil (ill-fitting denture) akan menyebabkan trauma kronis pada mukosa. Trauma kronis ini akan mengakibatkan inflamasi lalu menghasilkan jaringan granulasi dan adanya sel–sel inflamasi kronis yang akan melepaskan local growth factor yang lebih meningkat. Peranan local growth factor untuk mengirimkan signal ke sel fibroblas sehingga sel tersebut berproliferasi dan menghasilkan serat – serat kolagen yang bermanifestasi sebagai jaringan hiperplastik reaktif..
Trauma akan menyebabkan terbentuknya lesi kemudian menyebar pada mukosa. Hal ini menguntungkan bagi jamur untuk melakukan adhesi dan penetrasi, sehingga meningkatkan permeabilitas epitel terhadap racun dan bahan-bahan mudah larut yang diproduksi jamur Kandida. Candida albicans yang menempel pada permukaan protesa inilah yang menyebabkan terjadinya denture stomatitis.4,5
b) Usia gigi tiruan
Pada skenario diketahui bahwa pasien sudah memakai gigi tiruan selama enam tahun. Usia gigi tiruan dianggap sebagai faktor predisposisi untuk perkembangan denture stomatitis, terutama karena kemungkinan pemasangan gigi tiruan yang buruk, kekasaran permukaannya, ketidakmungkinan pembersihan yang memadai dan akumulasi plak dan mikroba patogen.
c) Mikroorganisme
Mikroorganisme terutama spesies Candida sangat penting untuk perkembangan denture stomatitis. Mekanisme dimana spesies Candida diyakini menginduksi respon inflamasi yang merupakan karakteristik denture stomatitis meliputi pelepasan antigen ragi, toksin dan iritan dari plak gigi tiruan.
Sumber:
1) Herawati E, Novani D. Penatalaksanaan kasus denture stomatitis. J Ked Gi Unpad 2017; 29(3): 179-83.
2) Hernawati S. Prevalensi denture stomatitis pada pemakai gigi tiruan buatan dokter gigi dibanding gigi tiruan buatan tukang gigi. Ed 1st. Surabaya: Forikes; 2020: 7- 15.
3) Rifdayanti G, Arya I, Sukmana B. Pengaruh perendaman ekstak batang pisang mauli 25% dan daun kemangi 12,5% terhadap nilai kekasaran permukaan. Dentin 2019: 75-81.
4) Ariani D, Limanda N. Denture stomatitis pada geriatri terkait pemakaian jangka panjang. MDERJ 2021; 1(1): 19-22.
5) Hasan S, Kuldeep. Denture stomatitis: A literature review. Journal of Orofacial and Health Sciences 2015; 6(2): 66-8.
3. Apakah perawatan yang paling tepat untuk pengobatan mulut tidak nyaman yang dikeluhkan pasien tersebut?
Penatalaksanaan denture stomatitis dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya denture stomatitis. Perawatan denture stomatitis dapat dilakukan dengan pemberian antifungal, instruksi pembersihan gigi tiruan dan pergantian gigi tiruan.
• Pemberian Antifungal
Pemberian antifungal dapat menghambat pembentukan biofilm oleh Candida albicans.
Pemberian antifungal dapat dilakukan secara topikal maupun sistemik. Sejumlah antifungal banyak digunakan dalam pengobatan infeksi Candida. Agen antifungal yang biasa digunakan adalah golongan triazol yaitu flukonazol. Selain itu obat lain yang efektif dalam pengobatan adalah Nistatin. Obat ini efektif dalam pengobatan topikal pada infeksi Candida. Nistatin dioleskan pada mukosa yang berkontak dengan gigitiruan empat kali sehari selama satu hingga dua minggu. Pemakaian antijamur topikal cukup efektif untuk mengatasi infeksi Candida albicans pada rongga mulut dengan lesi terlokalisasi pada mukosa di bawah gigitiruan dan tanpa riwayat penyakit sistemik. Pemakaian antijamur sistemik lebih tepat diberikan pada pasien dengan intoleransi dan sukar sembuh dengan terapi topikal atau memiliki penyakit sistemik yang mempersulit kesembuhan.
• Instruksi berkaitan dengan Gigi tiruan
Pada kasus denture stomatitis yang tekait dengan keadaan gigitiruan, pasien diinstruksikan untuk melepaskan gigitiruan saat malam hari sebelum tidur. Gigi tiruan seharusnya dilepas sepanjang malam atau minimal enam sampai delapan jam sehari.
Pasien juga diinstruksikan untuk rutin membersihkan gigitiruannya. Membersihkan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.
1. Pembersihan secara mekanik
Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigi tiruan dengan sikat dan pasta pembersih gigi tiruan. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigi tiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigi tiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Pasien disarankan untuk menyikat gigi tiruan dengan lembut secara perlahan. Pembersihan gigi tiruan dengan penyikatan diketahui kurang efektif untuk mengontrol pembentukan biofilm terutama pada permukaan gigi tiruan yang sulit dijangkau.
2. Pembersihan secara kimiawi
Selain menyikat gigi tiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih kemis juga disarankan. Bahan pembersih kimiawi dapat membersihkan plak yang berada di samping permukaan gigi tiruan yang areanya tidak terjangkau dengan penyikatan.
Metode perendaman dalam larutan kimia memiliki keuntungan yaitu mudah digunakan, namun memiliki kelemahan yaitu perendaman yang terlalu lama dapat mengakibatkan perubahan warna basis gigitiruan. Bahan pembersih kimiawi yang umum digunakan adalah sodium hipoklorit atau klorheksidin 0,2%. Perendaman gigitiruan dalam larutan
sodium hipoklorit 0,2% dua kali sehari selama 15 menit. Kombinasi pembersihan gigi tiruan secara mekanis dan kimiawi merupakanmetode pembersihan yang efektif untuk mengontrol pembentukan biofilm pada permukaan gigi tiruan.
• Penggantian Gigi tiruan
Sebaiknya gigi tiruan yang sudah tidak stabil atau longgar segera diperbaiki, hal ini bisa mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena rusaknya barrier epitel mukosa. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi pada gigi tiruan, apakah masih layak digunakan, perlu perbaikan atau perlu diganti dengan yang baru.
Sumber:
1) Purnamasari C. PROFIL PENDERITA DENTURE STOMATITIS DI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT FKG USU TAHUN 2018. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara, 2020: 6-13.
4. Jelaskan struktur anatomi pendukung dan pembatas GTL yang harus terlihat pada hasil cetakan fisiologis!
Struktur anatomi pendukung GTL pada maxilla a. Foramen incisivum
Foramen ini terdapat pada garis tengah palatum keras di daerah depan dan dekat dengan puncak linggir alveolus. Foramen ini ditutupi oleh papilla insisivum dan perlu dibebaskan dari tekanan basis gigi tiruan. Lokasi papilla insisivum ini dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui besarnya resorbsi yang terjadi pada linggir alveolus. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam menentukan dimensi vertical sera penyusunan anasir gigi tiruan anterior rahang atas
b. Procesus zygomaticum
Procesus ini terlerakk di distal dari frenulum bukal pada daerah m1 atas dan sellau dihumpai pada pasien edentulous dalam waktu yang lama. Pada beberapa keadaan, daerha ini harus dibebaskan dari tekanan gigi tiruan untuk menambah retensii dan mencegah terjadinya rasa sakit pada jaringan dibawahnya
c. Tuberositas maxilla
Tuberositas sering membesar kearah ruangan antar rahang terutama jika pasien telah lama kehilangan gigi belakang rahang bawah dan tidak diganti dengan gigii tiruan sehingga gig asli rahang atas mengalami ekstruksi. Tuberositas juga sering ditutupi dengan jaringan ikat yang tebal sehingga sangat sukar dalam menentukan dataran oklusal dam penyusunan anasir gigi tiruan
d. Torus palantinae
Torus ini merupakan penebalan tulang pada garis tengah palatum keras yang ditutupi oleh mukosa yang tipis. Perluasan torus ini dapat diketahui secara visual dengan melakukan perabaan pada daerah palatum. Torus ini harus dibebaskan dari basis gigi
tiruan lengkap agar GTL menjadi lebih stabil dan menghindarkan rasa sakit akibat basis gigi tiruan.
e. Procecus atau tonjolan tulang yang tajam
Bagian ini sering terdapat pada tulang rahang atas dan palatum yang ditutupi oleh jaringan lunak yang tebal. Pada pasien yang mengalami resorbsi yang besar, tonjolan tulang ini sering menyebabkan iritasi
Struktur anatomi pembatas GTL pada maxilla a. Labial vestibul
Daerah anterior yang meluas dari frenulum bukalis kanan dan kiri pada permukaan labial linggir alveolus disebut dengan ruangan vestibulum labialis. Labial vestibulum merupakan tepat untuk sayap labiak dan sayap labial tidak boleh menganggy aktifitas bibir pada waktu berfungsi
b. Labial frenulum
Lipatan pada haris tengah yang berbentuk kipas dan turun kebawah mendekati permukaan labial linggir alveolus. Lekukan labial pad sayap labial gigi tiruan harus dibuat cukup luas dan dalam sehingga memungkinkan frenulum ini dapat bergerak tanpa menganggu Gerakan bibir.
c. Buccal vestibul
Vestibulum bukalis ini merupakan daerah yang terletak antara frenulum bukalis dan meluas ke hamular notch. Ruaangan yang terdapat antara linggir alveolus dan pipi pada daerah vestibulum bukalis ini dipengaruhi otor-otot buksinator
d. Buccal frenulum
Sayap gigi tiruan yang terdapat antara frenulum labialis dan frenulum bukalis disebut dengan sayap labial. Frenulum bukalis kadang kadang merupakan suatu lipatan atau dua, luas, dan berbentuk kipas. Frenulum bukalis ini membutuhkan ruangan yang lebih lebar dari frenulum labialis.
e. Vibrating line
Vibrating line terletak pada palatum lunak dan letaknya terkadag bervariasi tergantung pada bentuk palatum. Pada palatum yang tinggi dan curam, vibrating line lebih kedepan. Sedangkan pada palatum yang rendah, vibrating line biasanya lebih ke posterior dan menghasilkan palatal seal yang lebih luas.
f. Hamular notch
Terletak di antara tuberositas maksilaris dan hamular dari pterygoid medial. Lekukan ini berguna untuk batas posterior gigi tiruan lengkap rahang atas dibelakang tuberositas maksilaris
Struktur anatomi pendukung GTL pada mandibulla a. Puncak linggir alveolus
Jaringan ikat ini dituutpi oleh jairngan ikat fibrous dan kebayakan berasal dari tulang cancellous. Aringan ikat ini berfungsi untuk menahan tekanan dari gigi tiruan.
b. Daerah sayap bukal atau buccal shelf
Daerah sayap bukal atau buccal shelf merupakan daerah yang terletak pada vestibulum bukalis rahang bawah dan bagian medial dibatasi oleh puncak linggir alveolus, bagian depan oleh frenulum bukalis dan laterl oleh libea oblique externa serta bagian distal oleh retromolar pad.
Buccal shelf kemungkinan sangat lebar dan membentuk sudut siku siku terhadap tekanan arah vertical. Sehingga gigi tiruan dapat bertahan terhadap kontraksi dari otot.
c. Linggir rahang bawah yang datar
Puncak linggir yang paling besar mengakami resorbsi adalah pada daerah foramen mentale sehingga saraf dan pembuluh darah mudah terganggu. Daerah ini harus dibebaskan dari cetakan.
d. Tulang pada daerah pendukung
Perbedaan yang penting dari tulang pendukung gigi tiruan rahang bawah meliputi : 1. Stadia perkembangan rahang
2. Mylohyoid ridge 3. Foramen mentale
Struktur anatomi pembatas GTL pada mandibula a. Anatomi tepi bukal dan labial
Terdapat frenulum labialis pada bagian tengahnya dan harus dibebaskan untuk menghindari tertekannya jarigan oleh sayap gigi.
b. Batas distal pada pencetakan rahang bawah
Batas distal yang diinginkan sedikit ke lingual dari penonjilan tulang oblique externa yang tajam dan meliputi bentuk retromolar pad. Daerah retromolar pad merupakan akhir gigi tiruan rahang bawah dimana daerah ini terdiri dari jaringan lunak dari pterygo manfibular raphe, oto pharyngeal constrictor superior, otot buccinator dan
otot temporal tendon. Basis gigi tiruan rahang bawah harus menuutpi daerah ini yang berguna untuk stabilisasi dari gigi tiruan rahang bawah
c. Anatomi tepi lingual
Kelenjar sublingyak terletak disisi lingual dan ridge diatas otot mylohyid pada regio premolar bila lidah diangkat maka kelenjar sub lingual mendekati puncak ridge. Oleh karena itu, sayap gigi tiruan lengkap pada daerah ini dibuat pendek sesuai dengan posisi kelenjar ini.
d. Sulkus alveolingual
Merupakan ruangan antara linggir alveolus dan lidah yang meluas dari frenulum lingual ke loss retro lylohyoid. Ruanga ini diisi oleh sayap lingual gigi tiruan.
Ruangan ini terbagi menjadi 3 daerah yaitu depaan, tengah dan belakang.
5. Jelaskan prosedur muscle trimming dan pencetakan fisiologis agar didapatkan batas jaringan pendukung GTL RA dan RB secara tepat sehingga basis lebih retentive!
Prosedur muscle trimming rahang atas1
- stick compound dipanaskan dan dioleskan pada tepi sendok cetak
- sendok cetak dicelupkan ke dalam air untuk menurunkan suhu stick compound kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut
- border molding dilakukan secara baertahap.
RA : labial, bukal kiri, bukal kanan, posterior
RB : labial, bukal kanan, bukal kiri, lingual, anterior, lingual kanan dan kiri, posterior kanan dan kiri.
- Untuk regio labial, bibir atas ditarik kea rah luar, bawah dan dalam
- Unutk regio bukal, pipi ditarik kea rah luar, bawah dan dalam. Kemudian pipi ditarik ke depan dan belakang untuk menstimulasi pergerakan frenulum bukalis
- Untuk daerah posterior, pasien diminta mengucapkan ‘ah’ sementara operator menutup hidung pasien. kemudian mandibula digerakkan ke kiri dan ke kanan,kemudian membuka lebar
Prosedur muscle trimming rahang bawah1
Teknik yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan penuh pada prinsipnya sama dengan rahang atas, hanya saja sebelum melakukan pencetakan untuk membantu
mengurangi saliva, letakkan gulungan kapas dibawah lidah sebelum melakukan pencetakan. A) Bagian labial dan bukal
1. Tarik bibir bawah kearah bawah, keatas dan ke dalam.
2. Pada daerah frenulum bukalis, pipi ditarik kearah luar, keatas, kebelakang dan kedepan.
3. Bagian sulkus distobukal, pipi diretraksi dan digerakkan keatas dan kedalam.
4. Masseter notch didapat dengan menekankan cetakan ke pipi dan pasien diintruksikan untuk menutup mulut.
B) Bagian lingual
1. Bagian anterior lidah didapat dengan mengintruksikan pasien untuk menggerakkan lidahnya kedepan kemudian keanterior palatum. Gerakan kedepan untuk mengetahui batas panjang lidah dan gerakan ke anterior palatum durum untuk mengetahui batas lebar lidah.
2. Gerakan lidah kedepan oleh otot mylohyoid juga dilakukan untuk mendapatkan batasan dasar mulut.
C) Batasan retromolar pad
1. Batas paling distal didapatkan ketika pasien membuka mulutnya lebarlebar.
2. Sendok cetak harus lebih panjang dari batas pterygomandibular raphe.
3. Setelah pencetakan lengkap, pasien diintruksikan untuk menyentuhkan lidahnya kebibir atas tanpa memindahkan sendok cetak.
Sumber:
1. Angelia V, Syafriani. Penatalaksanaan gigi tiruan lengkap dengan linggir datar dan hubungan rahang klas III disertai cerebrovascular accident (laporan kasus). Jurnal B- Dent, 2015;2(1): 44-50.
6. Jelaskan desain basis GTL yang baru untuk pasien tersebut!
Desain basis seluas mungkin sampai struktur anatomi pembatas gigi tiruan. Basis dibuat dengan bahan resin akrilik polimerisasi panas. Adapun alasan mengapa digunakan akrilik adalah:
•Disesuaikan dengan kondisi ekonomi pasien yang kurang mampu, harg akrilik lebih terjangkau dibandingkan bahan yang lainnya
•Mudah dalam manipulasi dan pemakaiannya
•OH pasien buruk, sehingga dibutuhkan bahan yang mudah dibersihkan yaitu akrilik
•Warna menyerupai warna gingival.
Torus palantinae yang besar, dilakukan pembebasan torus, dengan cara relief of chamber menggunakan tin foil yang diletakkan di model sebelum dilakukan packing akrilik, sehingga didapatkan suatu ruang untuk torus.
Pada rahang atas, basis dibuat dengan memperhatikan struktur anatominya yairu frenulum labial, vestibulum labial, frenulum buccal, vestibulum buccal, hamular notch dan posterior palatal seal. Posterior palatal seal dalah jaringan lunak pada/sepanjang perbatasan palatum keras dan lunak dimana masih dapat ditekan sesuai batasan fisiologis jaringan lunak untuk menambah retensi gigi tiruan. Selain PPS, perlu juga dibuatkan postdam pada gigi tiruan rahang atas.
Perluasan basis pada rahang atas harus mencapai retensi dan stabilitas yang baik dengan adanya sayap bukal, lingual dan labial sehingga tidak menganggu pergerakan bibir, lidah dan pipi. Fungsi basis adalah sebagai pendukung elemen gigi tiruan yang dapat menyalurkan tekanan oklusal ke linggir sisa, memberikan stimulasi pada jaringan di bawah gigi tiruan serta mampu memberikan retensi dan stabilisasi.
Pada rahang bawah, dibuat dengan memperhatikan struktur anatominya yaitu labial vestibule, Labial and lingual frenulum, buccal vestibule, buccal frenulum, ramus and ptrerygomandibular raphe, retromolar pad, retromylohioid fossa, alveolingual sulcus dan Struktur pendukung berupa Buccal shelves, alveolar ridge, mylohiod ridge, foramen mentale.1
Sumber:
1. Zarb G.A., Boucher’s prosthodontic treatment for edentulous patients. Alih bahasa Daroewati mardjono. Penerbit buku kedokteran EGC. Edisi 10, 2001: 207-231.
7. Jelaskan prosedur apa yang dapat dilakukan pada GTL RA-RB yang lama agar dapat digunakan sementara sampai GTL yang baru selesai dibuat!
Longgarnya gigi tiruan lepas dapat diselesaikan dengan relining, rebasing, atau kasus yang paling sulit yaitu mengganti dengan gigi tiruan lengkap yang benar-benar baru.
Indikasi Relining dan Rebasing pada gigi tiruan lengkap adalah ketika gigi tiruan kehilangan retensi dan stabilitas, perubahan dimensi vertikal, menurunnya kemampuan bicara, dan perubahan basis gigi tiruan. Besarnya perubahan jaringan lunak dan keras dapat menentukan rencana perawatan yang dipilih. Jika hanya
menambahkan resin baru yang tipis pada permukaan gigi tiruan, maka dilakukan prosedur Relining. Jika lebih banyak bahan yang ditambahkan, maka menggunakan prosedur Rebasing. Prosedur relining dilakukan jika ada keluhan yang bersifat estetika atau fungsional yang disebabkan oleh perubahan mulut sebagai akibat dari resorbsi tulang alveolar. Perubahan dalam hubungan dimensi vertikal oklusal yang mengakibatkan hilangnya dukungan pada otot-otot wajah, dan resorbsi tulang alveolar yang terlalu besar menjadi alasan untuk dilakukan prosedur rebasing.
Berdasarkan kasus, prosedur yang dapat digunakan terlebih dahulu untuk mengatasi longgarnya gigi tiruan pada pasien adalah relining. Adapun pertimbangan memilih relining juga karena pasien bersedia untuk membuat gigi tiruan baru sehingga cukup dengan relining saja. Relining merupakan prosedur yang digunakan untuk melapisi kembali sisi jaringan gigi tiruan dengan bahan resin baru, sehingga menghasilkan adaptasi yang akurat pada fitting surface gigi tiruan.
Relining diindikasikan ketika gigi tiruan kehilangan retensi atau stabilitas karena perubahan pada jaringan pendukung. Setiap gigi tiruan yang longgar karena adaptasi yang buruk pada jaringan pendukung harus dilakukan relining. Kelonggaran gigi tiruan dapat timbul dari masalah dengan oklusi gigi tiruan, posisi gigi dan kontur gigi tiruan. Jaringan mulut harus dalam keadaan sehat untuk mewujudkan hasil terbaik dari prosedur relining. Adapun prosedur relining pada GTL pasien, yaitu:
1) Pasien diinstruksikan untuk melepaskan gigi tiruannya dari mulutnya setidaknya 48 jam untuk memungkinkan pemulihan jaringan dan mengurangi iritasi yang disebabkan oleh gigi tiruan yang tidak terpasang dengan benar.
2) Reevaluasi kecekatan GTL menggunakan pasta penunjuk tekanan 3) Metode relining terbagi 2, yaitu direct dan indirect:
a. Direct, dilakukan dengan bahan selfcure acrylic yang dilakukan langsung dalam mulut pasien yang mana bahan akan berpolimerisasi sendiri di dalam rongga mulut.
b. Indirect dilakukan dengan bahan heatcure acrylic dilakukan diluar mulut penderita yang dikerjakan di lab, dilakukan aplikasi ZOE sebagai cetakan
negative.
Setiap undercut dihilangkan dari basis gigi tiruan
Ekstensi periferal diperiksa dan disesuaikan
Border dikurangi untuk memberikan tepi yang pasti untuk penambahan bahan resin baru
Dibuat lubang di permukaan palatal untuk memungkinkan keluarnya bahan cetak yang berlebihan
Dilakukan border tracing dan pencetakan pada oklusi sentris untuk menjaga hubungan oklusal
Cetakan diisi dental stone
Gigi tiruan di flasking dan bahan resin lama dibersihkan
Kemudian dilakukan packing dan curing dengan suhu 45o C selama 20 menit
Dilakukan finishing dan polishing
Pada pasien disarankan menggunaan teknik indirect karena baik digunakan untuk penderita yang berusia lanjut untuk menghindari kerusakan pada jaringan mulut pasien.
Sumber:
1) Nallaswany D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers, 2004:
203-217.
8. Jelaskan pemilihan anasir gigi tiruan terkait dengan bentuk, warna dan ukuran anasir gigi tiruan yang akan digunakan pada kasus diatas
Anasir gigi tiruan merupakan bagian yang menggantikan gigi asli yang hilang.
Elemen gigi yang digunakan dalam pembuatan GTL memiliki jenis, bentuk ukuran, dan warna yang bermacam-macam. Berikut pedoman pemilihan anasir gigi tiruan:1,2 A. Pemilihan bentuk anasir gigi tiruan
a. Gigi anterior, didasarkan pada:
1) Lengkung rahang
Ada hubungan antara bentuk lengkung rahang atas dan gigi insisivus. Pada bentuk lengkung square gigi terlihat square, pada bentuk lengkung tapering, gigi terlihat tapering, dan pada bentuk lengkung ovoid gigi terlihat ovoid.
2) Bentuk wajah
Menurut Leon Williams, bentuk gigi insisivus sentral atas biasanya sesuai dengan bentuk terbalik dari wajah.
• Wajah persegi: bentuk gigi persegi
• Wajah oval: bentuk gigi oval
• Wajah segitiga: bentuk gigi meruncing 3)Jenis kelamin
• Laki laki bentuknya lebih persegi sedangkan wanita bulat.
• Laki-laki mempunyai permukaan labial yang datar sedangkan wanita mempunyai permukaan labial yang lebih cembung
4)Usia
Tepi insisal mengalami perubahan seiring bertambahnya usia karena pemakaian.
b.Gigi posterior, dapat memilih:
1) Anatomic teeth (10°, 20°, 30°, 40°)
2) Non-Anatomic Teeth (0°, Rational, Monoline, dan lain-lain.)
B. Pemilihan warna anasir gigi tiruan
Pemilihan warna anasir gigi tiruan dapat menggunakan instrumen Vita shade guide dan warna wajah. Secara khusus disarankan brilliance (value) gigi harus sesuai dengan gelap atau terangnya warna kulit wajah, sedangkan hue gigi harus selaras dengan warna wajah, dan saturasi warna gigi juga harus sesuai dengan saturasi warna wajah.
a. Gigi anterior 1) Usia
Pasien yang lebih muda mempunyai warna gigi yang lebih terang daripada pasien tua.
Semakin tua maka warna anasir gigi tiruan gelap dan kekuningan.
2) Warna kulit
• Orang berambut pirang, bermata biru, dan berkulit terang mempunyai warna gigi yang cenderung kuning
• Orang berambut cokelat dan berkulit gelap cenderung mempunyai gigi yang pada dasarnya abu-abu atau merah muda.
3) Jenis kelamin
• Pada wanita, warna gigi cenderung lebih terang.
• Pada pria, warna gigi cenderung lebih gelap 4) Kompromi antara pasien dan operator
b. Gigi posterior
Disamakan dengan warna gigi depan sehingga tampak harmonis. Pada gigi P1 RA selalu lebih terang dari gigi posterior lainnya.
C. Pemilihan ukuran anasir gigi tiruan
Pada pria, ukuran gigi tiruan insisivus lateral lebih kecil daripada insisivus sentral sedangkan pada wanita, ukuran gigi tiruan insisivus lateral jauh lebih kecil daripada insisivus sentral. Adapun panduan pemilihan ukuran anasir gigi tiruan, yaitu:
a.Gigi anterior
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan:
1) Panjang gigi depan sesuai dengan panjang giterim. Beberapa metode manakar panjang gigi depan, yaitu:
• Panjang gigi I Centralis RA adalah 1/6 panjang wajah dari garis rambut ke ujung debu.
• Panjang gigi I Centralis RA sama dengan jarak antara tinggi garis bibir dengan bidang oklusal
2) Relasi normal tepi I Centralis RA dengan garis bibir dalam keadaan istirahat
• Wanita muda, I Centralis RA meluas 3 mm di bawah garis bibir dalam keadaan istirahat
• Laki-laki muda, I Centralis RA meluas 2 mm di bawah garis bibir dalam keadaan istirahat
• Umur pertengahan, I Centralis RA meluas 1-1,5 mm di bawah garis bibir dalam keadaan istirahat
• Orang tua, I Centralis RA sejajar dengan garis bibir dalam keadaan istirahat atau meluas 2 mm di atas garis bibir dalam keadaan istirahat
3) Perbandingan antara panjang dan lebar gigi pabrikan untuk ukuran gigi tertentu dalam hubungannya dengaan panjang dan lebar wajah pasien
Kemudian, beberapa bantuan untuk menentukan ukuran gigi anterior, yaitu:
1) Catatan Praekstraksi
•Foto pra-ekstraksi menunjukkan tepi insisal dari gigi anterior untuk menentukan lebar dan outline dari anasir gigi.
• Radiografi pra-ekstraksi diperoleh dari drg sebelumnya yang mana akan diperoleh ketinggian oklusalgingiva dan outline dari gigi dapat terlihat dari hasil radiografi tersebut.
2) Antropologi
• Anthropometric cephalic index
Lingkaran melintang dari kepala diukur menggunakan pita pengukur pada bagian dahi. Lebar dari gigi insisivus sentral RA dapat dilihat. Lebar gigi insisivus sentral = Lingkar kepala/13
• Berdasarkan ukuran wajah
Misalnya anasir GT yang besar untuk pasien ukuran wajah yang besar
•Berdasarkan lebar hidung
Menggunakan alat kaliper vernier. Pengukuran ini ditransfer ke oklusal rim. Lebar hidung = Lebar gigi anterior
3) Tanda anatomis
• Ukuran Lengkung Maksila
Jarak antara papila insisivus dan hamular notch pada satu sisi ditambahkan dengan jarak antara dua hamular notch = lebar gigi anterior dan posterior rahang atas)
• Lokasi Frenulum Labialis
Frenulum bukalis terletak pada residual ridge. Jarak antara dua residual ridge merupakan lebar gigi anterior RA.
• Lokasi Alanasi
Garis yang melewati titik tengah antara alis dan akhiran lateral dari alanasi diperpanjang ke tepi oklusal = lebar gabungan gigi anterior.
b. Gigi posterior
Ruangan yang tersedia untuk gigi posterior dinyatakan dalam 3 dimensi:
1) Dimesi mesiodistal
• Lebar linggir alveolus rahang bawah permukaan distal kaninus ke permukaan depan retromolar pad merupakan ruangan gigi tiruan posterior. Caranya, dengan mistar, jumlahkan lebar mesiodistal dari keempat gigi kaninus sampai titik pada puncak liggir rahang bawah pada batas depan retromolar pad. Hal ini akan dipergunakan sebagai pedoman mold number, contohnya mold number 32L dari dentist supply company menunjukkan ukuran mesiodistal 32 mm dan oklusogingival yang panjang.
Pada kasus dimana panjang mesiodital tidak cukup, gigi premolar dapat dihilangkan.
2) Dimensi oklusalgingival
• Pilihlah gigi yang paling panjang pada celah vertikal yang tersedia. Gigi P1 atas harus sesuai panjangnya dengan gigi C didepannya untuk mencapai estetis.
• Bidang oklusal harus terletak pada pertengahan jarak interoklusal. Gigi dengan ukuran besar yang dipilih untuk kasus jarak interoklusal yang inadekuat dapat terkesan palsu dan perlu modifikasi sebelum penyusunan.
• Tindakan seperti mengubah ketebalan basis juga dapat dilakukan untuk mengakomodasi gigi yang besar
3) Dimensi bukolingual
• Lebar bukolingual gigi tiruan harus jauh lebih kecil dari lebar bukolingual gigi asli agar permukaan bukal dan lingual melandai dari oklusal untuk menyediakan jalan keluar makanan yang lazim saat mastikasi.
• Besarnya dipilih sedemikian rupa agar tekanan dari lidah menetralisir tekanan dari pipi.
• Lebar bukolingual ↑ → tekanan pada gigi tiruan ↑ → resorpsi pada linggir semakin parah.
• Gigi yg bertambah lebar akan menginvasi ke tempat lidah sehingga gigi tiruan tidak stabil.
• Gigi juga tidak boleh mengivasi daerah bukal untuk menghindari cheek biting.
Pemilihan anasir gigi tiruan untuk kasus:
Pasien merupakan seorang wanita, berusia 62 tahun, berkulit kuning langsat, memiliki bentuk wajah ovoid, dan provil wajah cekung, maka pilihan anasirnya:
a) Bentuk: Pada pemilihan gigi anterior, dipilih bentuk anasir yang oval (lonjong), permukaan labial yang lebih cembung.
b) Warna: pilih warna gigi yang cenderung lebih terang dan cenderung kuning.
c) Ukuran: untuk gigi anterior, I Centralis RA sejajar dengan garis bibir dalam keadaan istirahat atau meluas 2 mm di atas garis bibir dalam keadaan istirahat.
Sumber:
1) Zarb GA, Hobkirk, Eckert, Jacob. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients. Complete Dentures and Implant-supported Protheses. 13th ed. Missouri:
Elsevier, 2013: 241-263, 316,321.
2) Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brother Medical, 2003: 169-181.
9. Jelaskan prosedur yang harus dilakukan pada tahap pemasangan GTL!
Adapun tahap pemasangan GTL, terdiri dari pemmeriksaan FIT, pemeriksaan fungsi, dan instruksi pasien.
A. Pemeriksaan FIT a. Pemeriksaan gigi tiruan
Langkah pertama melibatkan memastikan gigi tiruan memiliki hubungan yang stabil dengan bearing mukosa gigi tiruan.
1) Sesuaikan Intaglio Gigi Tiruan. Lakukan pemeriksaan pada permukaan basis gigi tiruan yang menghadap ke jaringan mulut harus bebas dari gelembung serta goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa mulut serta tumpukan plak.
2) Permukaan yang dipoles harus licin dan berkilat 3) Sayap gigi tiruan tidak boleh tajam dan terlalu tebal
4) Tepi gigi tiruan harus membulat, halus, dan tidak kepanjangan.
b. Pemeriksaan rongga mulut
Melakukan teknik visual dan perabaan pada jaringan-jaringan rongga mulut pasien.
c. Pemeriksaan adaptasi GTL (Penyesuaian basis GTL) Melakukan pemeriksaan pada:
1) Post palatal seal pada RA 2) Distolingual pada RB
3) Frenulum tidak boleh tertekan
Pemeriksaan adaptasi GT juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pressure- indicating paste (PIP), apabila:
Pada saat pencetakan fisiologis terjadi tekanan yang tidak diharapkan pada beberapa titik.
Perubahan yang terjadi pada saat prosesing, dimana terjadi kontraksi pada basis GTL RA.
Terdapat undercut bilateral pada linggir sehingga mengganggu arah pasang.
Terdapat mukosa yang tipis pada penonjolan tulang lingual di daerah insersi otot milohiooid.
Terdapat resorpsi yang parah sehingga mukosa di atas kanalis insisivus tipis, menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola yang diobservasi pada penggunaan PIP:
1) Bagian pasta yang terhapus dengan bersih, artinya pada saat GT dimasukkan mengenai pipi, bagian ini jangan dikurangi.
2) Pola garis kuas yang terganggu mengindikasikan terdapat kontak yang baik.
3) Pola gariis kuas yang tidak terganggu mengindikasikan pada daerah tersebut tidak ada kontak sama sekali.
4) Dasar permukaan intaglio basis yang terlihat menunjukkan tekanan berlebih pada daerah tersebut dan membutuhkan pengurangan
5) Lakukan prosedur tersebut berulangsampai didapatkan kontak merata.
d. Penyesuaian tepi sayap GTL
Prosedur pemeriksaan perluasan tepi sayap GTL:
1) Pipi diangkat dan tepi GT diperiksa 2) Mukosa bukal dan labial ditarik
Pemeriksaan tepi sayap yaitu menggunakan disclosing wax yang diaplikasikan pada tepi GT yang bersih dan kering. Kemudian GT direndam dalam air hangat selama 5 detik. GT kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan pasien diminta melakukan gerakan border molding. GT dikeluarkan dengan hati-hati. Bagian tepi sayap GT yang terekspos berarti overekstensi dan harus dilakukan pengurangan.
Prosedur ini diakukan berulang sampai tidak terdapat lagi sayap yang kepanjangan.
e. Pemeriksaan kembali bentuk wajah terkait estetis 1) Memeriksa dukungan bibir, pipi
2) Tinggi vertikal, low lip line, high lip line, smile line 3) Susunan gigi terhadap profil wajah
B. Pemeriksaan fungsi
a. Pemeriksaan retensi dan stabilisasi
Retensi dipengaruhi sayap GT yang terlalu tebal, daya vertikal, dan daya horizontal yang diperiksa dengan cara memeriksa seal tepi dari GT. Adapun prosedur pemeriksaanya yaitu:
1) Seal bagian posterior diperiksa dengan memberikan tekanan lembut pada gigi anterior tegak lurus dengan arah pasang, hal ini akan terjadi ungkitan. Bila seal memadai, maka akan terasa tahanan.
2) Seal anterior diperiksa dengan cara menarik gigi tirun melawan arah pasang, bila terasa tahanan berarti terdapat cukup retensi.
Stabilisasi diperiksa dengan adanya perubahan posisi GT selama pengunyahan berbicara, dll.
b. Pemeriksaan relasi rahang
Dilakukan pemeriksaan relasi sentrik dan eksentrik. Pemasangan awalnya tidak benar atau pasien memberi relasi berbeda ketika dilakukan pencatatan akan membuat gigi lawan tidak masuk dalam jejak pada malam pencatat yang baru.
c. Pemeriksaan fonetik
Artikulasi diperiksa setelah gigi tiruan pada kedua rahang telah ditempatkan pada rongga mulut. Caranya adalah:
1) Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan hurup ‘s’, ujung lidah dekat dengan gigi anterior RA namun tidak berkontak, mandibula bergerak ke anterior, dan gigi RA dan RB hampir berkontak.
2) Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan bunyi linguoalveolar dimana normalnya lidah menyentuh bagian anterior dari palatum. Bila basis terlalu tebal, suara yang dihasilkan akan shallow dan blunt.
d. Pemeriksaan oklusi
Oklusi dan artikulasi diperiksa setelah gigi tiruan pada kedua rahang telah ditempatkan di dalam rongga mulut. Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan articulating paper untuk mengkoreksi kontak prematur. Mulut harus dapat ditutup secara bersamaan tanpa adanya hambatan.
C. Instruksi pada pasien a. Individualitas pasien
Kedaan fisik, mental, dan OH tiap individu berbeda
Pasien diberikan penjelasan bahwa pengalaman tiap individu dalam pemakaian GT berbeda
Penyesuaian pemakaian GT juga dipengaruhi usia
Pasien harus dimotivasi agar berusaha beradaptasi dengan GT yang baru b. Penampilan dengan GT yang baru
Pasien diyakinkan bahwa penampilan mereka dengan GT yang baru akan semakin natural dari waktu ke waktu
Dokter gigi bisa menyarankan agar pasien merubah potongan model rambut, model kacamata, dll agar menyamarkan perubahan pada gigi tiruannnya.
c. Pengunyahan dengan GT yang baru
Proses adaptasi mengunyah dengan nyaman adalah selama 6-8 minggu
Instruksikan pasien untuk melatih otot lidah, pipi, bibir untuk mempertahankan GT di atas linggir alveolar
Pasien diberitahu untuk menempatkan makanan diantara gigi di dekat sudut mulut
d. Berbicara dengan GT yang baru
e. Pasien diinstruksikan untuk latihan membaca mengulangi huruf-huruf yang sulit diucapkan
f. OH dengan GT yang baru
Plak, stain, kalkulus yang menumpuk pada GT dan mukosa harus dibersihkan.
Permukaan mukosa dan tulang alveolar serta permukaan dorsal lidah harus disikat setiap hari.
GT minimal 1 kali dalam sehari harus dikeluarkan dari RM dan di rendan didalam larutan pembersih delama 30 menit.
g. Mempertahankan kesehatan linggir
Jika ada iritasi maka GT harus dilepas karna dapat menimbulkan rasa sakit
Malam hari GT harus dilepas agar jaringan pendukung dapat beristirahat Sumber:
1) Zarb GA, Hobkirk, Eckert, Jacob. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients. Complete Dentures and Implant-supported Protheses. 13th ed. Missouri:
Elsevier, 2013: 241-263, 316,321.