• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELUARGA TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK ”

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KELUARGA TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK ”"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Identifikasi Masalah

Batasan Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaaat penelitian

Penelitian Relevan

LANDASAN TEORI

Kesehatan Mental

  • Pengertian Kesehatan Mental
  • Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
  • Ciri-ciri Kesehatan mental
  • Pengertian Anak dan Batasan Usian Anak
  • Karakteristik Anak

Definisi Sigmund Freud tentang kesehatan mental membatasi pengertian kesehatan mental menjadi "rasa tanggung jawab". Sedangkan menurut Marie Jahoda, kesehatan jiwa tidak hanya terbatas pada ketidakhadiran seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Kesehatan mental adalah bentuk keselarasan sejati antara fungsi psikologis seperti pikiran, perasaan, sikap, kepercayaan dan keyakinan.

Yang dimaksud dengan indikator kesehatan jiwa atau atribut jiwa yang sehat adalah dasar-dasar yang perlu dijaga oleh masyarakat agar memiliki kesehatan jiwa dan terhindar dari gangguan jiwa. Nah, dari beberapa tahapan perkembangan di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada perkembangan kesehatan jiwa antara usia 6 – 12 tahun.

Keharmonisan Keluarga

  • Pengertian Keharmonisan Keluarga
  • Aspek-aspek Keharmonisan Keluarga
  • Faktor-faktor Penyebab Keharmonisan Keluarga
  • Faktor-faktor Penyebab Ketidak Harmonisan Keluarga
  • Dampak Ketidak Harmonisan Keluarga

Dengan ciri-ciri umum yang dimiliki oleh anak tersebut, tentunya orang tua tidak salah lagi dalam menyikapi anak yang pada awalnya cenderung sulit untuk dipahami dan serba salah dalam menghadapinya. Oleh karena itu, orang tua harus membimbing dan menggali seluruh potensi yang ada pada anak, agar potensi yang dimilikinya nantinya dapat berkembang secara optimal. Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk membangun rumah tangga yang tenteram, bahagia dan sejahtera, yang dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang sebagaimana tertuang dalam surat Ar-Ruum (30): ayat 21.

Dalam sebuah keluarga, keharmonisan dan keharmonisan harus dijaga untuk memiliki keluarga yang harmonis. Aturan rumah tangga dalam Islam merupakan aturan yang sangat kokoh karena ditopang oleh rukun aturan yang sangat kuat, dan Islam menutup aturan tersebut dengan pagar yang disebut takafu. Apabila beberapa aspek tersebut dapat diselaraskan, diharapkan mampu mendukung hubungan yang stabil dan keharmonisan keluarga.

Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, peran dan fungsi orang tua sangatlah penting, keluarga yang tidak bahagia atau tidak harmonis. 26Ernawati,”Ciptakan Keluarga Harmonis, Hindari Perceraian”, dalam http://kalsel.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/.com diunduh tanggal 04 November 2015. Perilaku tersebut antara lain menerima saran, nasihat, menghormati keputusan, menghargai pendapat , dan menjaga norma-norma dalam keluarga.

Ayah dapat mempengaruhi anak secara tidak langsung yaitu dengan menciptakan hubungan yang baik dengan keluarga lain. Dalam hal terjadi perceraian, penting untuk menjaga keintiman hubungan anak dengan kedua orang tuanya. Anak yang diasuh oleh satu orang tua akan lebih baik daripada anak yang diasuh oleh keluarga utuh yang selalu diselimuti perasaan depresi.

Pengaruh Keharmonisan Dalam Keluarga Terhadap Kesehatan

Meski dalam kasus perceraian ibu cenderung mengambil alih pengasuhan anak, peran ayah tetap penting. Jika anak laki-laki diasuh oleh ibu, ibu seringkali merasa kesulitan dalam mengasuh dan mengasuh anak dibandingkan ketika diasuh oleh ayah dan sebaliknya. Perceraian akan berdampak positif jika jalan ini menjadi satu-satunya solusi terbaik bagi keluarga yang selalu mengalami konflik berkepanjangan.

Pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kesehatan mental anak Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga. Agama Islam mengharapkan orang tua mampu dan berhasil menciptakan generasi masa depan yang berkualitas yang dapat diserahi beban dan tanggung jawab. Demikian juga keharmonisan keluarga harus dijaga dan dilestarikan untuk menghindari dampak negatif bagi kesehatan mental anak.

Oleh karena itu hubungan antara keharmonisan keluarga dengan kesehatan jiwa sangat erat, karena keharmonisan keluarga dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan jiwa dalam keluarga, khususnya bagi anak-anak.

Hipotesis Penelitian

Ho = Bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan keharmonisan keluarga terhadap kesehatan mental anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Ha = Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara keharmonisan keluarga terhadap kesehatan mental anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Nazir menjelaskan bahwa “rancangan penelitian adalah semua proses yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. 27 “Penelitian ini bersifat korelasional karena penelitian ini membahas apakah ada pengaruh antara dua variabel yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat”. 28. Penelitian korelasional adalah penelitian yang melibatkan pengumpulan data untuk mengetahui apakah ada hubungan dan derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta dan karakteristik populasi atau wilayah tertentu. statistik.” 30.

Pendekatan kuantitatif yang dipilih dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh keharmonisan dalam keluarga terhadap kesehatan mental anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur sehingga data yang diambil bersifat hasil atau produk.

Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian juga sering dikatakan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Sedangkan definisi operasional adalah “pendefinisian berdasarkan ciri-ciri dari hal-hal yang didefinisikan sebagai yang diamati (observasi)”. , sehingga memberikan kejelasan untuk variabel operasional dan untuk setiap variabel penelitian. Berdasarkan pernyataan di atas, variabel penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut.

Keharmonisan akan tercipta dalam kehidupan berkeluarga dimana adanya kecocokan dan keharmonisan dalam keluarga dalam membangun keluarga, menjaga komunikasi yang baik dalam lingkungan keluarga, saling mengagumi dan menghargai, memiliki Kesehatan Jiwa adalah mewujudkan suatu bentuk keharmonisan antar fungsi jiwa, sehingga anak dapat terhindar dari gejala gangguan jiwa, seperti mudah emosi, mudah frustasi, merasa tidak nyaman, takut, cemas dan merasa tidak nyaman.

Populasi, Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel

  • Populasi
  • Sampel
  • Tekhnik Pengambilan Sampel

Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa populasi penelitian ini adalah 261 populasi keluarga yang diambil dari penduduk yang tingkat kesejahteraannya menengah ke bawah dan bermasalah dengan keharmonisan dan semua anak dari desa 1-8 di desa Banjarrejo yang berusia antara 6 - 12 tahun. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi 37 Sampel diambil dari populasi penelitian, yang mencerminkan segala sesuatu yang ada pada populasi dan diharapkan dapat mewakili seluruh anggotanya. Untuk kemudian menentukan besarnya sampel ini, penulis menggunakan pedoman yang sesuai dengan pernyataan yang telah dilontarkan oleh Suharsimi Arikunto yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, jika subjek kurang dari 100 sebaiknya ambil semuanya, jadi penelitiannya survei populasi, diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuai kemampuan.38.

Berdasarkan pendapat di atas maka digunakan sampel acak bertingkat dalam penelitian ini, yaitu jumlah keluarga bermasalah keharmonisan dan anak usia 6 sampai 12 tahun.

Tabel 1 Jumlah Sampel
Tabel 1 Jumlah Sampel

Tekhnik Pengumpulan Data

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan yang disertai dengan rekaman keadaan perilaku objek sasaran. Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan data seperti arsip catatan keluarga harmonis, keluarga kurang harmonis, dan data kesehatan jiwa anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data variasi atau untuk memantapkan keadaan atau tingkat keharmonisan keluarga dan kesehatan jiwa anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

Instrumen Penelitian

  • Rancangan (kisi-kisi instrumen)
  • Pengujian Instrumen

Observasi atau metode observasi adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dan sengaja dengan menggunakan indra (mata) peristiwa yang langsung ditangkap pada saat peristiwa itu terjadi. Validitas atau validitas berasal dari kata “validity” yang berarti tingkat ketetapan dan ketelitian suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Untuk menentukan validitas setiap item pertanyaan, penulis menggunakan teknik korelasi product moment yang disarankan oleh orang dengan rumus.

Reliabilitas adalah suatu indeks yang memberitahukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan.45 Untuk menentukan tingkat reliabilitas, penulis menggunakan rumus metode separuh dengan teknik Spearman Brown, sebagai berikut.

Tabel 2 Kisi-kisi angket
Tabel 2 Kisi-kisi angket

Tekhnik Analisis Data

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kesehatan mental anak di Desa Banjarrejo kecamatan. Desa Banjarrejo dibuka pada tahun 1939, jumlah penduduk pada saat itu berjumlah 1000 jiwa yang terdiri dari 300 kepala keluarga. Sehingga Desa Banjarrejo dikenal dengan Bedeng 38 hingga saat ini, sejak dibuka hingga saat ini Desa Banjarrejo telah berpengalaman beberapa Kepala Desa.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas terlihat bahwa 26 orang tua dalam keluarga yang menjadi contoh penelitian keharmonisan keluarga dengan 6 kategori kurang baik, 8 kategori sedang dan 12 kategori baik. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas terlihat bahwa terdapat 26 anak dalam keluarga yang menjadi contoh penelitian kesehatan jiwa anak dengan 8 kategori kurang baik, 9 kategori sedang dan 9 kategori baik. Hipotesis pertama yang akan diuji validitasnya dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kesehatan mental anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur”.

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus product moment menunjukkan dampak keharmonisan keluarga terhadap kesehatan mental anak. Berdasarkan analisis statistik diperoleh koefisien korelasi antara keharmonisan keluarga dengan kesehatan mental anak adalah ( ), kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel product momentr dengan N = 26 dan taraf signifikansi 5% yaitu dan 1 % yaitu. Hasil tersebut terbukti lebih besar dari r-tabel, sehingga penelitian ini dapat dikatakan signifikan, yaitu hipotesis yang menyatakan, “Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara keharmonisan keluarga terhadap kesehatan jiwa anak di desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur diterima.

Kesehatan mental anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur tergolong baik sampai sedang. Terdapat pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kesehatan mental anak di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Nilai r ini dikonsultasikan dengan nilai r tabel pada product moment dengan N = 26 dan taraf signifikansi 5% masing-masing 0,388 dan taraf signifikansi 1% masing-masing 0,496 terbukti r hitung lebih besar dari r tabel sehingga hipotesis yang diajukan adalah “diterima”, sehingga permasalahan pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kesehatan jiwa anak di desa Banjarrejo kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur berada pada taraf cukup.

Masyarakat mengetahui peran dan tugas betapa pentingnya memajukan kesehatan mental anak sebagai penerus bangsa agar dapat menjalankan perannya sebagaimana mestinya. Aziz Q, Ikhwan, Edukasi Keluarga dalam Membentuk Kesehatan Jiwa Remaja (Studi Kasus di Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Lampung Timur), STAIN Jurai Siwo Metro, 2012.

Gambar

Tabel 1 Jumlah Sampel
Tabel 2 Kisi-kisi angket

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian regresi linier berganda antara variabel- variabel bebas yaitu motivasi (X 1 ), variabel belajar (X 2 ), sikap (X 3 ), persepsi (X 4 ), dan tingkat