PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Putri et al., 2020) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara postur kerja dengan keluhan musculoskeletal pada para pembuat pabrik garmen di Kota Cimahi. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, posisi ergonomis untuk keluhan muskuloskeletal umumnya hanya diterapkan pada pekerja.
Rumusan masalah
Maka dengan itu penulis ingin melakukan penelitian pada mahasiswa dengan judul hubungan perilaku postur ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apa hubungan perilaku postur ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia?”.
Tujuan Penelitian
Khususnya bagi siswa yang melakukan pembelajaran daring akibat tidak menerapkan perilaku posisi ergonomis. Keluhan muskuloskeletal tersebut antara lain nyeri, nyeri tekan dan kelelahan yang terjadi pada leher, bahu, punggung, pinggang, pergelangan tangan dan kesemutan pada kaki.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman dan bekal bagi peneliti untuk menerapkan hal-hal yang diperoleh dari penelitian ini di perguruan tinggi dan dunia kerja.
Keaslian Penelitian
Rata-rata tingkat risiko posisi tubuh saat bekerja dengan prosedur penjahitan luka sebagian besar memiliki risiko ergonomi sedang yaitu 61,8% atau sebanyak 21 orang, rata-rata tingkat risiko posisi tubuh saat bekerja dengan prosedur penjahitan luka sebagian besar memiliki risiko sedang yaitu 61,8%. Terdapat hubungan yang bermakna antara postur saat bekerja dengan gangguan muskuloskeletal dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,002 untuk postur saat merawat luka, nilai signifikansi (p) sebesar 0,002 untuk postur saat penjahitan luka, nilai signifikansi (p) sebesar 0,015 untuk posisi tubuh saat pemasangan infus dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,001 untuk posisi tubuh saat pengambilan darah.
TINJUAN PUSTAKA
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot perut terdiri dari: otot dinding perut (otot perut bagian dalam), otot miring luar (musculus obliqus externus abdominis), otot perut bagian dalam (musculus obliqus internus abdominis), otot dinding perut bagian bawah (otot transversus abdominis). 3) Otot dada. Otot-otot yang berfungsi menggerakkan tulang rusuk atau otot bantu pernafasan terdiri dari dua otot, yaitu otot seratus posterior bawah (otot gergaji di belakang tungkai) dan otot seratus posterior superior. 7) Otot panggul (otot gelang panggul) terdiri dari : a) Otot bokong besar (otot gluteus maximus) b).
Keluhan Muskuloskeletal
- Pengertian
- Klasifikasi
- Faktor Penyebab
- Langkah Mengatasi Keluhan pada Sistem Muskuloskeletal
- Jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Salah satu penyakit akibat kerja (OCD) yang dapat terjadi akibat postur kerja yang tidak ergonomis adalah gangguan muskuloskeletal (MSD) yang umumnya berupa nyeri. Postur kerja yang tidak tepat, janggal dan tidak sesuai karakter dapat meningkatkan risiko terjadinya cedera muskuloskeletal atau muskuloskeletal (Anugerah et al., 2019). Boshuizen, et.al (1993) dalam (Hutabarat, 2017) menjelaskan ditemukannya kebiasaan merokok. dengan keluhan muskuloskeletal terutama pada pinggang akibat pekerjaan yang memerlukan kekuatan otot lebih.
Tindakan preventif ini bertujuan untuk.. meminimalisir pekerjaan yang berlebihan dan mencegah terjadinya postur/posisi yang tidak wajar. A.
Ergonomi
- Tujuan pengaplikasian ergonomi
- Risiko ergonomi
- Prinsip ergonomi
- Pengaplikasian ergonomi
- Pedoman pengaplikasian ergonomi
- Aspek ergonomis
- Ukuran antropometris statis
- Konsep-konsep ergonomi pada kursi atau tempat duduk
Perilaku posisi ergonomis merupakan suatu tindakan untuk mengambil posisi kerja yang baik yang harus diterapkan pada saat melaksanakan pekerjaan untuk mencegah risiko yang berhubungan dengan pekerjaan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu mempertimbangkan fasilitas kerja yang sesuai dengan dimensi antropometri pekerja, seperti meja, kursi, dan lain-lain, pada saat merancang stasiun kerja. Persyaratan ergonomis memerlukan peralatan dan fasilitas kerja yang sesuai dengan penggunanya, terutama dari segi ukuran tubuh.
Dengan memberikan dorongan atau stimulus dan membangkitkan motivasi di tempat kerja Anda dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan, berkreasi. lingkungan kerja yang harmonis, dll. adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi psikologis. Konsep ergonomis yang sebaiknya disediakan pada kursi atau tempat duduk.
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Populasi dan Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin dalam (Nursalam, 2017) sebagai berikut. Oleh karena itu, dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 102 responden. Siswa yang tidak melakukan pembelajaran daring Teknik pengambilan sampel menurut (Sastroasmoro & Ismail, 1995; Nursalam, 2008) dalam (Nursalam, 2017) adalah metode pengambilan sampel yang digunakan untuk memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek penelitian.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode probabilitas sampling dengan jenis pengambilan sampel simple random sampling yaitu dimana sampel diambil secara acak saja tanpa mempertimbangkan strata populasi (Dharma, 2015).
Ruang Lingkup Penelitian
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Jenis Data
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada seluruh mahasiswa S1 Keperawatan tingkat III STIKes Medistra Indonesia.
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan cara pengisian kuesioner pada kuesioner dalam bentuk Google Form. Responden diberikan kesempatan untuk memilih pilihan jawaban sesuai dengan jabatan yang biasa dijabatnya dan kondisi yang dialami responden selama pembelajaran daring. Setelah kuesioner terisi lengkap, hasilnya akan dicatat di Google Form untuk kemudian diolah dan dianalisis lebih lanjut yaitu.
Untuk kuesioner REBA, peneliti memberikan skor sesuai dengan yang diisi responden untuk setiap kuesioner, kemudian menghitung total skor REBA setiap individu dan kemudian memasukkannya ke dalam Me.
Instrumen Penelitian
- Pengolahan Data
Metode ini juga mendefinisikan faktor-faktor lain yang dianggap menentukan penilaian akhir terhadap postur atau posisi yang tidak stabil. Penerapan metode ini dimaksudkan untuk mencegah risiko cedera akibat posisi yang tidak wajar, terutama pada otot rangka. Hasil dari metode ini adalah menentukan tingkat risiko cedera dengan menentukan tingkat perbaikan yang diperlukan, dan segera melakukan intervensi untuk perbaikan.
Metode ini banyak digunakan oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan keluhan/cedera/penyakit sistem.
Analisa Data
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan alat perangkat lunak yaitu SPSS untuk memperoleh hasil analisis yang diperoleh dari berbagai data. Pada SPSS, data diolah menggunakan Uji Chi-Square untuk menunjukkan hubungan kedua variabel. Teknik analisis ini menggunakan uji chi-square, yaitu proses analisis data yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Program of Social Science) berbasis komputer.
Etika Penelitian
Hubungan antara perilaku postur ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku postur ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia. Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara perilaku postur ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia.
Lampiran 11 Hasil uji bivariat hubungan perilaku postur ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Tinggi Kesehatan Medistra Indonesia merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Medistra Indonesia yang berlokasi di Jl. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia merupakan perguruan tinggi swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Medistra Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 2002 dan mendapat izin penyelenggaraan Program Studi melalui keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 67/D /O /2002. Hingga tahun 2018, STIKes Medistra Indonesia telah menghasilkan 1.800 lulusan yang terdiri dari bidan dan perawat.
Pengakuan kredibilitas STIKes Medistra Indonesia sebagai lembaga pendidikan diakui dengan nilai B oleh BAN PT Nomor 226/SK/BAN-PT/Akred/PT/X/2018 setelah sebelumnya baik program studi D3 Kebidanan maupun Sarjana Keperawatan Program Studi dan Profesi Keperawatan juga telah mendapatkan gelar akreditasi dari LAMPT-Kes. Kehadiran STIKes Medistra Indonesia di tengah persaingan global, mampu mengembangkan diri dengan semakin banyaknya program studi yang diselenggarakan melalui Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor: 57/KPT/I/2019 STIKes Medistra Indonesia mendapat izin penyelenggaraan program studi Farmasi dan Keputusan Nomor : .. 1227/KPT /I/2018 STIKes Medistra Indonesia mendapat izin penyelenggaraan program studi Sarjana Kebidanan dan Profesi Kebidanan.
Gambaran Proses Penelitian
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mempunyai keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa tingkat 3 program studi S1 Keperawatan STIKes Medistra Indonesia menunjukkan sebanyak 44 responden (43,1%) berada pada kategori rendah, 35 responden (34,3%) berada pada kategori rendah. kategori sedang sebanyak 23 responden (22%) dengan kategori tinggi, 0,5%), dan kategori sangat tinggi sebanyak 0 responden (0%). Berikut ini akan disajikan data analisis hubungan perilaku posisi ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia. Berdasarkan tabel 4.3 analisis bivariat terhadap 102 responden menunjukkan bahwa 38 responden memiliki perilaku posisi ergonomis rendah dengan keluhan muskuloskeletal rendah (37,3%), dan 5 responden memiliki perilaku posisi ergonomis sedang dengan keluhan muskuloskeletal sedang (4,9%).
Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,028 dapat diartikan p-value (0,028) < α-value (0,05), sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat hubungan antara perilaku postur ergonomis dengan gangguan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia.
Pembahasan Penelitian
Menurut peneliti, hasil yang menunjukkan kategori rendah dapat berarti siswa lebih dominan menggunakan postur ergonomis saat belajar/mengerjakan tugas secara daring. Oleh karena itu, siswa hendaknya selalu menerapkan postur tubuh yang ergonomis dan mungkin perlu dilakukan perbaikan agar kategori rendah ini di kemudian hari tidak menjadi terlalu tinggi akibat perilaku postur tubuh yang tidak ergonomis dengan cara memodifikasi lingkungan kerja atau lingkungan yang biasa digunakan untuk melakukan pembelajaran daring. posisi duduknya beda, bagus. Hasil analisis menunjukkan masih terdapat beberapa siswa yang berada pada kategori sedang yaitu pada saat pembelajaran daring atau mengerjakan tugas dengan posisi yang tidak ergonomis yaitu pada posisi duduk yang salah seperti duduk membungkuk dan sebagainya.
Menurut Febrianti & Bahri, 2018 dalam (Wahyuningtyas et al., 2019), siswa sering melakukan posisi yang tidak ergonomis seperti posisi badan membungkuk ke depan, condong ke kanan atau kiri, dan kepala terlalu menunduk.
Keterbatasan Penelitian
Jenis dan desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara perilaku postur ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia. Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Ergonomis Postur Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Mahasiswa STIKes Medistra Indonesia” yang dilakukan oleh. Lampiran 9 Hasil uji statistik univariat Distribusi frekuensi perilaku postur ergonomis pada mahasiswa STIKes Medistra se-Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden mempunyai keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa tingkat 3 Program Studi S1 Keperawatan STIKes Medistra Indonesia yang menunjukkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Distribusi frekuensi perilaku postur ergonomis pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia sebagian besar berada pada kategori rendah dengan jumlah 82 responden (80,4%) yang berarti mahasiswa sebagian besar menggunakan perilaku postur ergonomis dalam pembelajaran/mengerjakan tugas secara daring. Disusul kategori sedang sebanyak 20 responden (19,6%), kategori tinggi dan sangat tinggi sebanyak 0 responden dengan penyajian sama yaitu 0%. Distribusi frekuensi keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia menunjukkan kategori rendah dominan dengan jumlah 44 responden (43,1%), artinya tidak diperlukan tindakan lebih lanjut pada kategori ini.
Disusul kategori sedang sebanyak 35 responden (34,3%), kategori tinggi sebanyak 23 responden (22,5%), dan kategori sangat tinggi sebanyak 0 responden (0%).
Saran
Tambahkan kategori sangat tinggi pada tabel distribusi frekuensi keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia meskipun nilainya nol, dan sertakan nilai tiap kategori pada pembahasan hasil, bukan hanya yang paling dominan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku posisi ergonomis responden mahasiswa tingkat 3 Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Medistra Indonesia menunjukkan sebanyak 82 responden (80,4%) berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku postur ergonomis mahasiswa tingkat III Program Studi S1 Keperawatan STIKes Medistra Indonesia menunjukkan sebanyak 82 responden (80,4%) berada pada kategori rendah, 20 responden (19,6%) berada pada kategori rendah. pada kategori sedang sebanyak 20 responden (19,6%) dengan kategori tinggi dan sangat tinggi, 0 responden dengan presentasi sama masing-masing 0%.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa tingkat 3 Program Studi S1 Keperawatan STIKes Medistra Indonesia menunjukkan bahwa 44 responden (43,1%) berada pada kategori rendah, 35 responden (34,3%) berada pada kategori rendah. kategori sedang, 23 orang berada pada kategori tinggi Distribusi frekuensi Perilaku posisi ergonomis mahasiswa STIKes Medistra Indonesia secara dominan menunjukkan kategori rendah yang dapat diartikan sebagai pembelajaran. Distribusi frekuensi keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia menunjukkan dominan pada kategori rendah yang berarti tidak diperlukan tindakan lebih lanjut pada kategori ini.