PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
LANDASAN TEORI
Hakekat Matematika
Sedangkan menurut Soedjadi, hakikat matematika adalah memiliki objek objektif yang abstrak, tergantung kesepakatan dan cara berpikir deduktif. Kemampuan yang muncul pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan aturan-aturan logika, meskipun masih terikat pada objek-objek konkrit. Dari usia perkembangan kognitif siswa sekolah dasar masih terikat dengan benda-benda konkrit yang dapat ditangkap oleh panca indera 8 Dalam pembelajaran matematika abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat bantu visual yang dapat memperjelas apa yang diinginkan guru untuk menyampaikan. .
Proses pembelajaran pada tahap konkrit dapat melalui tahap konkrit, semi konkrit, semi abstrak dan selanjutnya abstrak. Pepatah Cina mengatakan: “Saya dengar, lalu saya lupa, saya lihat, lalu saya tahu, saya lakukan, lalu saya mengerti”.
Tujuan Matematika
Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pengenalan konsep dasar (penggabungan konsep), yaitu mempelajari suatu konsep matematika baru ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran menanamkan konsep-konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif konkrit siswa dengan konsep matematika abstrak yang baru. Pemahaman konsep terdiri dari dua pengertian, pertama merupakan kelanjutan belajar dari penanaman konsep dalam satu kali pertemuan.
Pada pertemuan tersebut perencanaan konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, semester atau pertemuan sebelumnya. Sedangkan yang kedua, pengembangan keterampilan belajar dilakukan dalam berbagai pertemuan, namun tetap merupakan kelanjutan dari pembelajaran dan pemahaman konsep.
Teori Pembelajaran Matematika
Pada pertemuan tersebut, penyemaian dan pemahaman konsep dianggap sudah tersampaikan pada pertemuan sebelumnya, semester atau pertemuan sebelumnya, semester atau kelas. Dalam pembelajaran matematika harus ada keterkaitan antara pengalaman belajar sebelumnya dengan konsep yang akan dipelajari. Dalam matematika, setiap konsep berhubungan dengan konsep lainnya, dan satu konsep menjadi syarat bagi konsep lainnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparno tentang belajar bermakna, yaitu “aktivitas peserta didik menghubungkan atau mengaitkan informasi dengan pengetahuan berupa konsep yang telah dimilikinya”. Namun, siswa mungkin hanya berusaha menghafal informasi tanpa menghubungkannya dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitifnya.
Kemampuan Koneksi Matematis
Berpikir Kritis dan Kreatif (Relating, Experiencing, applying,
- Berpikir Kritis
- Berpikir Kreatif
Sedangkan perbedaannya adalah penelitian yang paling relevan menggunakan strategi melalui pendekatan advokasi, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan akan menggunakan strategi REACT untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pemilihan informan ini berdasarkan pertimbangan bahwa informan tersebut benar-benar terkait dengan konektivitas matematis siswa ketika pembelajaran dengan strategi REACT dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V A di SDN 99 Kota Bengkulu. Penerapan proses pembelajaran dengan strategi REACT membutuhkan peran guru sebagai fasilitator, tidak seperti proses pembelajaran dengan metode konvensional yang berarti strategi ini memaksimalkan aktivitas siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Soal cerita tersebut menunjukkan bahwa penerapan strategi REACT dalam proses pembelajaran matematika di kelas V telah memudahkan siswa dalam Pembelajaran kali ini dengan menggunakan strategi REACT berlangsung lebih mudah karena siswa sudah mengetahui konsepnya. Tahap transfer yang dilakukan pada tahap akhir pembelajaran dengan strategi REACT diikuti dengan baik oleh siswa dan siswa tidak banyak melakukan proses terhadap guru.
Hal ini tidak lepas dari bantuan guru kelas V SDN 99 Kota Bengkulu yang mengajar dengan menggunakan strategi REACT ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT secara keseluruhan mencapai 74,4% dan dapat berjalan dengan baik ditinjau dari keterkaitan antara matematika dengan bidang keilmuan lainnya. Penggunaan strategi REACT yang diterapkan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang positif dan perubahan yang signifikan pada siswa.
Penelitian yang dilakukan khususnya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam hal kemampuan koneksi matematis dengan menggunakan strategi REACT dalam proses pembelajaran. Setelah penerapan pembelajaran dengan strategi REACT, ketuntasan siswa pada KKM meningkat yang terlihat dari hasil yang diperoleh pada post test pertemuan pertama yaitu dari 32 siswa (100%) yang mengikuti kriteria KKM terpenuhi, 23 siswa (71,78). %) yaitu 7 siswa (21,87%) mendapatkan nilai. Dari beberapa penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan strategi REACT terhadap kemampuan menghubungkan matematika pada siswa kelas V SDN 99 Kota Bengkulu.
Kemampuan siswa dalam membuat koneksi matematis berdasarkan koneksi antar topik matematika mengalami peningkatan yang positif ketika strategi REACT diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Meningkatkan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah menengah melalui Strategi REACT (Connect, Experience, Apply, Collaborate, Transfer).
Langkah Pelaksaan Strategi REACT
METODELOGI PENELITIAN
- Lokasi Penelitian
- Subyek dan Informan Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Uji Keabsahan Data
- Teknik Analisis Data
Pada proses pembelajaran pada observasi pertama terjadi situasi demikian, sedangkan pada observasi kedua dan ketiga peneliti melihat baik guru maupun siswa lebih mengutamakan kegiatan tersebut dalam proses pembelajaran dengan strategi REACT. Setelah mendapat tindakan atau perlakuan dengan menggunakan strategi REACT versus pembelajaran melalui ceramah dan tanya jawab, kemampuan siswa untuk bernalar atau membuat ekspresi logis atau matematis terhubung di antara keduanya. Secara umum implementasi strategi REACT dapat berjalan lancar sesuai dengan RPP yang telah disusun, namun kekurangannya hanya terbatas pada waktu yang tersedia.
Peningkatan nilai sebesar 46,87% dari hasil pre-test sebesar 37,5% (12 siswa) ke post-test pada pembelajaran selanjutnya siswa) telah memenuhi kriteria KKM sekolah yaitu skor 70 dan dengan syarat yang dimiliki oleh pihak sekolah. peneliti bahwa kriteria keberhasilan penelitian pada siklus I dan penerapan strategi REACT yaitu 80% telah mencapai nilai diatas KKM dan pembelajaran REACT dapat diimplementasikan dalam pembelajaran oleh. Penerapan strategi REACT pada dasarnya terletak pada konsep kolaborasi yaitu dimana siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dan saling bertukar pikiran untuk menemukan ide dan cara penyelesaiannya yang terbukti mampu meningkatkan prestasi siswa dalam matematika. Pertemuan kajian strategi REACT akan diadakan pada hari Selasa berikutnya di 5-6 jam (2 JP selama 60 menit).
Mereka mengaku sangat senang mempelajari strategi REACT walaupun awalnya bingung, namun ini adalah pertemuan ketiga bagi siswa yang belajar menggunakan strategi REACT. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan melalui wawancara, tes, observasi dan dokumentasi pembelajaran matematika yang telah dilakukan dengan menggunakan strategi REACT dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan berhitung siswa yang tercermin dalam pembelajaran. hasil saat menggunakan oleh REACT. strategi belajar pecahan. Pembelajaran dengan strategi REACT dapat berjalan lancar di kelas V dari pertemuan pertama, hasilnya 66,63% menjadi 70,7% dan meningkat lagi menjadi 74,4% pada pertemuan terakhir.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuktikan bahwa strategi REACT dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Guru kelas di tingkat sekolah dasar sangat disarankan untuk menerapkan strategi REACT untuk meminimalisir kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam matematika. Manajemen waktu harus sangat diperhatikan ketika guru akan menerapkan strategi REACT untuk menghindari ruang lingkup kegiatan yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang sesuai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kemudian dengan instruksi atau jaringan yang sama, pada waktu yang berbeda peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran REACT yang berlangsung di SDN 99 Kota Bengkulu kelas V. Aktivitas guru sebagai fasilitator menghasilkan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa berdasarkan Keterkaitan antar topik matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kedua dan ketiga serta mampu menyelesaikan soal-soal penilaian. Pernyataan di atas membuktikan bahwa proses pembelajaran matematika senantiasa membahas pentingnya lintas mata pelajaran.
Hal ini membuktikan bahwa proses pembelajaran di kelas Va telah memfasilitasi kemampuan siswa untuk mengembangkan koneksi matematis dengan bidang studi lain seperti IPA, IPS dan lain-lain melalui proses pembelajaran tematik. Dalam evaluasi, guru juga menyusun lembar soal cerita yang harus dianalisis siswa dalam menyelesaikannya. Ketika saya pertama kali mengimplementasikan strategi REACT di kelas V, ternyata siswa sudah sigap dalam mengungkapkan pemikiran awalnya, hal ini dimungkinkan karena saya kurang maksimal dalam mengimplementasikan tahapan-tahapan tersebut.
Memang sebagai fasilitator pembelajaran, guru seharusnya mendorong keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kurang kooperatif dalam kegiatan diskusi. Menurut saya reward cukup memberikan dampak yang besar terhadap jalannya pembelajaran siswa, aktivitas siswa, dan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran. Selama fase pengalaman proses pembelajaran, semua siswa mampu melakukan tugas dan tugas guru dengan baik, dan guru memantau kegiatan tersebut untuk membantu siswa yang kesulitan.
Berdasarkan penelitian ini, kemampuan siswa dalam menghubungkan matematika dengan bidang keilmuan lain cukup baik. Sebagian besar siswa mengalami peningkatan kemampuan berhitung dalam perkalian dan pembagian pecahan serta mencapai nilai sesuai standar KKM yang ditetapkan sekolah. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada penelitian selanjutnya dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa.
Pembahasan
Pada kegiatan ini suasana kelas sangat ramai, karena banyak siswa yang berjalan-jalan mengganggu teman sekelas lainnya. Pada pertemuan pertama ini siswa masih sulit dikondisikan karena masing-masing ada beberapa siswa yang enggan menyumbangkan ilmunya untuk berpikir bersama menyelesaikan tugas. Seperti pertemuan sebelumnya, guru meminta siswa untuk bertemu kembali dengan kelompoknya masing-masing dan mulai mendiskusikan materi, dan guru seperti biasa membagikan lembar kegiatan yang telah disediakan dalam proses pembelajaran.
Kemudian di akhir pertemuan, guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui seberapa paham mereka terhadap materi yang telah dipelajari dari kegiatan tersebut. Diakhir pertemuan, guru tidak lupa memberikan nasehat agar tidak lupa mempelajari materi yang telah dipelajari, karena besok akan diadakan evaluasi (post test). Hasil yang diperoleh dari soal latihan pertemuan ketiga hanya sekitar 55% siswa yang memiliki nilai sesuai KKM, hal ini dikarenakan masih ada beberapa yang kurang serius dalam mempelajari strategi kooperatif, dimana mereka mengganggu teman lain untuk menghindari masalah yang terjadi di kelas guru, harus bisa mengkondisikan siswa dengan memberikan ancaman kecil agar siswa mendengarkan instruksi guru.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari kamis berikutnya, dimana guru memberikan evaluasi sebagai post test dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah dikoreksi dan dinilai ternyata masih ada siswa yang belum memenuhi standar KKM, maka setelah didiskusikan dengan guru kelas V SDN 99 Kota Bengkulu, namun pada soal-soal yang dikerjakan adalah terlihat bahwa siswa berusaha untuk menyelesaikan tugas mereka. Guru memberikan solusi kepada siswa untuk menggunakan konsep perkalian pecahan yang mereka kerjakan minggu lalu sehingga menjadi
Peningkatan disini terlihat dari hasil pre test awal terdapat 20 siswa (62,5%) dari 32 siswa (100%) yang tidak memenuhi KKM yaitu skor dibawah 70. Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan pada bagian sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa hasil penelitian adalah sebagai berikut. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang meningkat meskipun proses pembelajaran berlangsung secara tematik atau antar bidang ilmu dalam implementasi kurikulum 2013.
PENUTUP
Saran
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis melalui pembelajaran matematika realistik bagi siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut. Pembelajaran Penemuan untuk Abad ke-21: Apa itu dan bagaimana perbandingannya dengan pembelajaran tradisional di abad ke-21. [on line].