• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI ULAT PENGGEREK TONGKOL (Helicoperva armigera Hubner) PADA TANAMAN JAGUNG DI KELURUHAN PISANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEPADATAN POPULASI ULAT PENGGEREK TONGKOL (Helicoperva armigera Hubner) PADA TANAMAN JAGUNG DI KELURUHAN PISANG "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI ULAT PENGGEREK TONGKOL (Helicoperva armigera Hubner) PADA TANAMAN JAGUNG DI KELURUHAN PISANG

KECAMATAN PAUH PADANG Oleh

Vera andika putri, Jasmi, dan Elza Safitri

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan IlmuPendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Vera Andika03@gmail.com

ABSTRACT

One of harmful on maize cob borer is a caterpillar (Helicoperva armigera Hubner).

Caterpillar attack the corn up to grain filling stadia on the cob. These caterpillars attack corn plants by way of invading entered in to the cob and ate the seeds in the cob. Symptoms of attacked plants characterized by hair cut of corn cobs, cobs end there is a used hoist and often times there are larvae. These caterpillars can reduce the quality and quantity of corn. This study aims to determine the population density of borer caterpillars on corn cobs In the Keluruhan Pisang Kecamatan Pauh Padang. Physical factor measured by temperature and humidity. This type of research is survey descriptif. The study started from September-oktober 2013 di Keluruhan Pisang Kecamatan Pauh Padang. Field sampling was conducted on maize plants age of 50 days and 70 days after planting.

Field samples is done by dividing the total area of 20x20 m corn plants into five parts, namely the edges and the middle of the size of 3x3 m. Furthermore, samples collected in 3x3 m plots with units per stick in a random way. The results were obtained borer caterpillar population density on corn cobs age of 50 days after Planting more densely is 252 individuals/plant with an average of 2,02 at the age of 70 corn crop that is 124 days after Planting individuals/plant with an average of 0,99. Cob borer caterpillar densities found are included pests.

Keyword: Helicoperva armigera Hubner, Zea mays L.

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Tanaman jagung di Indonesia ditanam dilahan kering dengan produktivitas rata-rata 1,3-1,8 t/ha.

Rendahnya produktivitas tersebut antara lain karena serangan hama, kurang lebih 7 hama ditemukan di pertanaman jagung antara lain:

lundi, rayap, kumbang tanah, ulat tanah, penggerek batang, penggerek tongkol dan lalat bibit (Sarwono, 2003).

Salah satu hama yang merusak tanaman jagung adalah ulat penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner). Beberapa tanaman inang yang diserang ulat penggerek tongkol antara lain tanaman tomat, kedelai, tembakau, kapas, sorgum dll (Kalshoven, 1981). Imago betina Helicoverpa armigera Hubner meletakkan telur satu-persatu dalam jumlah banyak pada rambut tongkol. Setelah menetas larva bergerak ke bawah dan mulai menggerek bagian ujung atas tongkol jagung.

Kemudian larva bergerak lagi ke bawah dan memakan biji-biji muda sampai menjelang pupa (Syamsuddin, 2008).

Menurut Kalshoven (1981), Ulat penggerek tongkol mulai muncul di pertanaman jagung pada umur 43-70 hari setelah tanam. Telur diletakkan pada rambut jagung. Masa telur kurang lebih 3-4 hari setelah peletakkan telur. Masa hidup larva 21- 23 hari dan mengalami 6 instar. Selama masa larva dapat merusak buah muda, larva berpupa di dalam tanah dan masa pupa 1-4 hari.

Serangga dewasa berupa kupu- kupu yang aktif pada malam hari dan terbang cukup jauh.

Seekor serangga betina mampu bertelur 600- 1000 butir (Sudjak, 2004).

Gejala serangan ulat penggerek tongkol ini dimulai pada saat pembentukan kuncup bunga, bunga dan buah muda. Larva masuk ke dalam buah muda dan memakan biji- biji jagung. Ciri-ciri buah jagung yang diserang rambut tongkol jagung terpotong, ujung

(2)

tongkol ada bekas gerekan dan sering kali ada larvanya (Syamsuddin, 2008). Menurut Sarwono dkk (2003), batas ambang ulat pengerek tongkol pada jagung yaitu apabila terdapat 2 ekor larva/perbatang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yaitu dengan cara koleksi langsung terhadap Helicoverpa armigera Hubner. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan pada tanaman jagung umur 50 hari dan 70 hari setelah tanam. Tanaman jagung yang dijadikan koleksi milik penduduk di Kelurahan Pisang Kecamatan Pauh Padang.

Luas areal yang dijadikan tempat penelitian sekitar 20x20 m. pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari pukul 07.00-09.00 wib dan pada sore hari pukul 15.00-17.00 wib.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciri-ciri larva Helicoverpa armigera Hubner yang ditemukan pada tanaman jagung umur 50 hari panjangnya berkisar 0,4 mm sampai 1,4 cm sedangkan pada tanaman jagung umur 70 hari panjangnya 0,5 mm sampai 4 cm.

kemudian, warna ulat yang ditemukan terdiri dari beberapa warna yaitu putih kekuningan, kuning dan hijau. Badan larva terdiri dari beberapa segmen dan ditutupi rambut-rambut pendek, tipe mulut penggigit, memiliki 3 pasang kaki pada dada dan 5 pasang kaki pada bagian abdomen yang disebut kaki semu.

Hasil penelitian tentang kepadatan populasi Helicoperva armigera Hubner pada tanaman jagung di Kelurahan Pisang Kecamatan Pauh Padang ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4: Diagram larva Helicoverpa armigera Hubner pada tanaman jagung, A=

umur tanaman jagung 50 hari setelah tanam, B= umur tanaman jagung 70 hari setelah tanam.

Tabel 1. Hasil pengukuran faktor fisik di Kelurahan Pisang Kecamatan Pauh padang

Faktor fisik

Lokasi I Lokasi II Pagi

0C

Sore

0C

Pagi

0C

Sore

0C

Suhu 0C 28 35 28 35

Kelemb aban %

74 57 74 48

Keadaa n Cuaca

Cerah Cerah Cerah Cerah

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa Kepadatan populasi Helicoverpa armigera Hubner pada tanaman jagung umur 50 hari didapat sebanyak 252 individu/tanaman dengan rata-rata 2,02 diagramnya lebih rendah dari pada tanaman jagung umur 70 hari yang didapat sebanyak 124 individu/tanaman dengan rata-rata 0,99.

Padatnya populasi Helicoverpa armigera Hubner pada tanaman jagung umur 50 hari dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor makanan yang tersedia cukup banyak, dan terdapatnya populasi gulma dari jenis-jenis rumput-rumputan yang merupakan sumber makanan imago Helicoverpa armigera Hubner sehingga banyak tumbuhan yang bisa di jadikan sebagai inang dan pakan alternatif.

Jumar (2000), menyatakan bahwa makanan 0

0,5 1 1,5 2 2,5

A B

Ju m lah in d ivi d u /b at an g 2,02

0,99

Umur Tanaman

B

(3)

merupakan sumber gizi yang digunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang cukup dan cocok, maka populasi serangga naik dengan cepat.

Selain itu, Kepadatan populasi Helicoverpa armigera Hubner dipengaruhi oleh siklus hidup karena pada tanaman jagung umur 50 hari setelah tanam telur Helicoverpa armigera Hubner telah banyak menetas menjadi larva. Kemudian suhu, kelembaban, dan keadaan cuaca juga mempengaruhi kepadatan populasi Helicoverpa armigera Hubner. Pada jagung umur 50 hari setelah tanam keadaaan cuaca di Kelurahan Pisang Kecamatan Pauh Padang cerah dengan suhu 28℃ dan kelembaban 74%. Keadaan ini sangat menunjang perkembangan larva Helicoverpa armigera Hubner.

Padatnya populasi Helicoverpa armigera Hubner pada tanam jagung umur 50 hari diduga tongkol jagung yang masih lunak.

Menurut Syamsuddin (2008), Ulat ini merusak tanaman jagung dengan menimbulkan gejala kerusakkan yang terlihat pada rambut dan biji- biji jagung yang masih lunak pada bagian tongkol yang terserang.

Keberadaan Helicoverpa armigera Hubner pada tanaman jagung bisa merugikan petani, karena dapat mengakibatkan kerusakan langsung terhadap buah jagung tersebut. Jika buah terus-menerus terserang larva Helicoverpa armigera Hubner maka bisa menyebabkan biji di dalam tongkol jagung berkurang dan bagian dari biji-biji jagung yang sudah terserang larva tersebut menjadi hampa.

Hal ini bisa menurunkan kualitas dan kuantitas buah jagung. Larva Helicoverpa armigera Hubner tidak hanya menyerang tongkol jagung tetapi juga menyerang daun muda terutama pada bagian pucuk tanaman. Larva ini menyerang dengan gejala adanya lubang- lubang melintang pada daun tanaman. Rambut tongkol jagung terpotong, ujung tongkol ada bekas gerekan dan sering kali ada larvanya.

Untuk kepadatan populasi yang didapat di lapangan sudah termasuk kriteria hama.

Menurut Sarwono dkk (2003), ambang kendali ulat pengerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada jagung yaitu apabila terdapat 2 ekor larva/perbatang.

Penanggulangan terhadap hama merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman jagung. Hama yang menyerang tanaman jagung ini harus

ditanggulangi agar hasil panen bisa maksimal.

Salah satu hama yang menyerang tanaman jagung adalah Helicoverpa armigera Hubner, karena ulat hidup didalam buah biasanya gejala serangan ulat ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida. Menurut (Syamsuddin, 2008), pengendalian hama ini bisa dikendalikan dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inangnya, mengumpulkan ulat-ulat yang mudah diambil dan dimusnahkan, kemudian penggunaan insektisida yang efektif apabila ditemui 3 tongkol rusak/50 tanaman pada saat baru membentuk buah. penyemprotan insektisida sebaiknya dilakukan ketika ulat masih berupa telur. Penyemprotan dilakukan pada rambut jagung karena Imago betina Helicoverpa armigera Hubner biasanya meletakkan telur pada rambut jagung. Penyemprotan juga di upayakan mengenai sebagian tanah di sekitar tanaman agar pupa yang ada di dalam tanah juga mati.

Dari hasil uji t yang telah dilakukan terbukti bahwa, adanya perbedaan populasi Helicoperva armigera pada umur 50 hari dan 70 hari setelah tanam, maka didapatkan t- hitung 1,69 dan t tabel 1,645. Disini dapat dilihat bahwa t-hitung > t-tabel, sehingga tanaman jagung umur 50 hari setelah tanam berbeda nyata dengan umur 70 hari setelah tanam.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Pisang Kecamatan Pauh Padang dapat disimpulkan ciri-ciri larva Helicoverpa armigera Hubner yang ditemukan terdiri dari beberapa warna yaitu putih kekuningan, kuning dan hijau. Badan larva terdiri dari beberapa segmen dan ditutupi rambut-rambut pendek, tipe mulut penggigit, memiliki 3 pasang kaki pada dada (thorak) dan 5 pasang kaki pada bagian perut (abdomen) yang disebut kaki semu (proleg). Kemudian ukuran larva yang ditemukan pada tanaman jagung umur 50 hari panjangnya berkisar 0,4 mm sampai 1,4 cm sedangkan pada tanaman jagung umur 70 hari panjangnya 0,5 mm sampai 4 cm. Pada tanaman jagung umur 50 hari larva Helicoverpa armigera Hubner didapat 252 individu/tanaman dengan rata-rata 2,02 sedangkan pada umur 70 hari didapat 124 individu/tanaman dengan rata-rata 0,99.

Kepadatan populasi larva Helicoverpa

(4)

armigera Hubner yang ditemukan sudah termasuk kedalam kriteria hama.

DAFTAR PUSTAKA

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta:

Rineka Cipta

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crop In Indonesia. P.A Van Der Laan. Jakarta:

Ichtiar Baru-Van Hoeve.

Sarwono, B. Pikukuh, R. Sukarno, E. Korlina dan Jumadi. 2003. Serangan Ulat Penggerek Tongkol Helicoverpa armigera Pada Beberapa Galur Jagung. Agrosains Volume 5 No 2 Sudjak, M. S. 2004. Resensi hasil teknologi

pengelolaan serangga Helicoperva armigera (lepidoptera: noctuide).

Sulawesi selatan: Peneliti Hama dan Penyakit Pada Balitsereal

Syamsuddin. 2008. Pertumbuhan populasi penggerek tongkol (Heliothis armigera hbn) dan cara pengendalian.

Sulawesi Selatan: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hedonik keripik talas menunjukkan bahwa perlakuan 75 menit merupakan perlakuan yang memiliki nilai tertinggi oleh panelis karena semakin lama waktu penggorengan

Jadual Aktiviti Karnival Jalur Lebar 28-30 Mei 2010 Tarikh Masa Aktiviti Kumpulan Sasaran Lokasi 28-Mei Jumaat 9.00 pagi– 11.00 pagi Pertandingan Mewarna Secara ‘Online’ Tadika /