• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunb) PADA TANAMAN PADI DI DESA TIMBANG LAWAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KEPADATAN POPULASI WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunb) PADA TANAMAN PADI DI DESA TIMBANG LAWAN "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunb) PADA TANAMAN PADI DI DESA TIMBANG LAWAN

KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Wahdaningrum Tanjung1, Jasmi2, Elza Safitri3

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI SUMBAR

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

The rice bugs of population in rice plants can reduce the production of rice. The rice bugs (Pianggang) attacked the rice plants begin flowering. In connection with these two studies have been conducted which aims to determine the population density of stinky stinky (Leptocorisa acuta Thunb) to rice in the Timbang Lawan village of Bahorok Subdistrict Fight Weigh Langkat North Sumatra Province. The study was conducted in November 2016 by the method of random sampling and determining the point of systematically. Catching of rice bugs (Leptocorisa acuta Thunb) by using insectnets and carried out by sweeping technique in rice plants flowering phase and mature phase. The rice bugs arrests conducted in the morning at 07.00 am-09.00 am and evening at 16:00 pm to 18:00 pm. The point on the phase of flowering rice as much as 4 points and 50 times sweeping whereas in mature phase as much as 4 points and 50 times sweeping. From the results obtained by the total of population density Leptocorisa acuta Thunb on rice plant in the Timbang Lawan village of Bahorok Subdistrict Fight Weigh Langkat North Sumatra Province as much as 5.86 sweeping and has passed the threshold of pest control. The measurement results and elements of weather are obtained with an average temperature of 320C and a humidity of 79%.

Key words : Population, Letocorisa acuta Thunb, rice plants, pests, sweeping

Pendahuluan

Padi (Oryza sativa) adalah tanaman penting yang berguna sebagai tanaman pokok sebagian besar penduduk dunia terutama Indonesia. Padi mempunyai arti yang khusus bagi Indonesia karena areal persawahan dapat menghidupi lebih dari 200 juta jiwa rakyat Indonesia. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan dan berbagai disiplin ilmu menyumbangkan pikiran dalam usaha swasembada beras seperti untuk pengolahan tanah, menghasilkan teknis pola tanam sama, efisiensi air irigasi, jarak tanam, dan pemupukan yang berimbang (Baehaki, 1992). Ada berbagai macam usaha untuk meningkatkan produksi padi, antara lain dengan cara melaksanakan: pola tanam secara ketat, pengaturan pergiliran tanaman, dengan tanam tumpang sari, penggunaan zat pengatur tumbuh, menerapkan berbagai teknologi dengan lebih maju, seperti supra- insus (AAK, 1990).

Beberapa varietas unggul tanaman padi diantaranya: 1R 48 umur panen 115 hari, produksi 5-7,5 ton/ha, tahan wereng cokelat tipe 1 dan tipe 2, tahan blast daun dan tahan virus tungro. IR 64 umur panen 115 hari, produksi 5 ton/ha, rasa nasi enak, tahan wereng cokelat tipe 1 dan 2, tahan kerdil rumput. IR 65 umur panen 110 hari, rasa nasi ketan, produksi 4,5-5 ton/ha, tahan wereng cokelat tipe 1 dan tipe 2, tahan wereng hijau dan tahan virus tungro. IR 74 umur panen 110-115 hari, produksi 4,5-6 ton/ha, rasa nasi enak, tahan wereng cokelat tipe 1 dan tipe 2, tahan bulai, tahan wereng hijau dan tahan virus tungro. Fatmawati umur panen 105-115 hari, potensi hasil 9,5 ton/ha, rasa nasi pulen, kadar amilosa 23%, dan tahan bakteri hawar tipr 4. Sintanur umur panen 120 hari, produksi 6 ton/ha, rasa nasi pulen, tahan wereng cokelat tipe 1 dan tipe 2, dan sesuai untuk sawah irigasi (<500 m dpl) (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Meskipun sudah banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan hasil padi

(2)

tetap saja mendapat hambatan, terutama karena adanya hama yang telah ditemukan pada tanaman padi. Adapun hama tersebut antara lain wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal), kepinding tanah (Scotinophara coarctata F), ulat grayak (Spodopetra maurita B.), walang sangit (Leptocarisa acuta Thunb) dan hama putih (Nymphula depunctalis S.) (Baehaki, 1992). Salah satu hama yang berakibat pada tanaman padi adalah walang sangit. Walang sangit dewasa berwarna cokelat, bentuk walang sangit langsing, kaki dan sungutnya (antena) panjang. Walang sangit dewasa dapat terbang dan sering kali beterbangan di sawah, atau di kebun yang banyak dihuni.

Sementara itu, walang sangit muda berwarna hijau dan tidak beterbangan seperti yang dewasa sehingga sukar dilihat karena menyerupai warna daun padi. Badan bau yang berasal dari kelenjar bau pada abdomen bila diganggu (Pracaya, 2007).

Bagian tanaman padi yang diserang walang sangit biasanya buah padi pada fase masak susu. Akan tetapi walang sangit juga dapat menghisap cairan batang padi. Tidak seperti kepik lain, walang sangit tidak melubangi bulir padi pada waktu menghisap, tetapi mereka menusuk melalui lemma dan palea (Harahap dan Tjahjono, 1989). Padi yang telah diisap walang sangit biasanya

akan terserang cendawan

Helminthosporium, yang mula-mula berwarna putih akan menjadi cokelat atau kehitaman (Pracaya, 1991). Pengendalian dilakukan dengan cara menanam secara serentak, sanitasi tanaman yang terserang, atau dengan penyemprotan insektisida menurut dosis anjuran dinas Pertanian setempat (Tjahjadi, 1989).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pertanian dan masyarakat di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, serangga yang umum ditemukan pada tanaman padi yang mulai berbunga adalah walang sangit. Walang sangit yang ditemukan pada stadia nimfa dan imago.

Data yang diperoleh walang sangit menyebabkan serangan 1-31% (Anonimous, 2016). Pada pengamatan di lapangan, kondisi tanaman padi yang diserang hama walang sangit terlihat biji padi kosong atau hampa dan bewarna putih. Pada penanaman padi yang tidak serentak menghasilkan padi

yang tidak seragam dan menyebabkan bertambahnya populasi walang sangit. Hasil produksi padi dengan didukung data tiap tahun mengalami penurunan. Data yang diperoleh pada tahun 2012 sebanyak 6.809 ton, tahun 2013 sebanyak 6.267 ton, sedangkan tahun 2014 sebanyak 5.700 ton (Anonimous, 2015).

Berdasarkan uraian tersebut serta informasi dari dinas pertanian, bahwa kepadatan populasi walang sangit pada tanaman padi di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara belum pernah dilaporkan, sehingga telah dilakukan penelitian yang yang bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi walang sangit pada tanaman padi di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode random sampling dan penentuan titik secara sistematik. Pengambilan sampel walang sangit dilakukan dengan teknik penyapuan (sweeping). Pengambilan sampel dilakukan pada tanaman padi fase berbunga dan masak susu. Penangkapan walang sangit dilakukan dengan inseknet (jala serangga) dimulai pukul 07.00 - 09.00 WIB dan pukul 16.00 - 18.00.

Pengambilan sampel dilakukan pada tanaman padi yang terletak di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, dengan areal keseluruhan sawah ±7 Ha dan memiliki petak sawah yang berbeda-beda. Sebelum penelitian dilakukan langkah kerja pertama yaitu survei ke tanaman padi, penentuan petak sawah, pengukuran petak sawah dan penentuan varietas padi. Lokasi pengambilan sampel pada padi fase berbunga diambil sebanyak 4 titik dan 50 kali penyapuan sedangkan pada padi fase masak susu diambil sebanyak 4 titik dan 50 kali penyapuan. Pengambilan titik pada fase berbunga dan fase masak susu agar data lebih akurat dan biasanya walang sangit menyukai padi berbunga dan masak susu karena nutrisi banyak terkandung ada di buah padi berbunga dan masak susu.

Tanaman padi yang dijadikan titik pengambilan sampel masing-masing satu jalur. Jalur yang diambil dimulai dari tengah

(3)

sebagai perwakilan dari keseluruhan petak sawah, tiap titik pengambilan sampel tergantung dari 3 kali ayunan penyapuan.

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan jala serangga (insecnet) yang dilakukan secara beraturan pada tiap-tiap titik dengan cara 3 kali penyapuan (sweeping) yaitu sebelah kanan, kiri, dan depan. Pengambilan dilakukan secara beraturan. Untuk pekerjaan pengambilan sampel dibantu oleh tiga orang yang sebelumnya sudah diberitahu teknik sistematik random sampling.

Agar walang sangit yang masuk pada insecnet tidak keluar maka insecnet yang berisi sampel dilipat ke atas sehingga serangga berada didasar jaring. Kemudian pisahkan sampel serangga walang sangit dengan serangga lain dengan bantun lup (kaca pembesar). Selanjutnya sampel langsung dimasukkan ke dalam botol koleksi berisi alkohol 70% dan diberi kertas label.

Adapun kertas label bertuliskan petak sawah dan titik pengambilan sampel.

Hasil dan Pembahasan

Kepadatan populasi stadia nimfa pada padi berbunga sebanyak 7,44 individu per penyapuan dan stadia imago sebanyak 1,96 individu per penyapuan. Kepadatan populasi stadia nimfa pada padi masak susu sebanyak 0,82 per penyapuan dan stadia imago sebanyak 1,5 per penyapuan dan dapat dilihat pada Gambar 1. Total kepadatan populasi walang sangit yang ditemukan sebanyak 5,86 per penyapuan.

Pada Gambar 1 dan dapat dilihat populasi walang sangit lebih banyak ditemukan pada fase berbunga yaitu stadia nimfa. Tingginya populasi walang sangit pada fase berbunga diduga walang sangit stadia imago meletakkan telur pada tanaman padi yang mulai berbunga. Telur menetas dan walang sangit stadia nimfa lebih aktif pada padi fase berbunga karena belum memiliki sayap dan tidak dapat terbang seperti walang sangit stadia imago. Jarak umur padi antara berbunga dan masak susu lebih kurang 14 hari dan makanan berlimpah sehingga walang sangit tidak mencari ke tempat yang lain. Dari hasil penelitian Dewidna (2013) walang sangit paling banyak ditemukan pada padi fase berbunga

10 9

8 7,44 7

6 5

nimfa 4

3

1,5

2 1,96 imago

1 0,82

imago

0 nimfa

A B Fase Tanaman Padi

Gambar 1. Kepadatan populasi L. acuta pada tanaman padi fase berbunga dan masak susu di desa Timbang Lawan

Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. A= Fase berbunga, B= Fase masak susu .

Padatnya populasi walang sangit pada titik pengambilan pada padi berbunga di lapangan karena fase pembungaan tanaman padi dilokasi penelitian tidak serentak dan tanaman padi belum dikendalikan.

Penanaman yang tidak serentak akan memudahkan hama berpindah dari satu tanaman ketanaman yang lain. Mengacu pada Harahap dan Tjahjono (1989) penanaman padi yang tidak serentak di suatu hamparan sawah merupakan faktor pendukung kepadatan walang sangit.

Populasi walang sangit mengalami penurunan pada titik pengambilan pada padi masak susu. Terjadinya penurunan pada titik pengambilan pada padi masak susu karena tanaman yang menjadi bahan makanan sudah mulai dikendalikan oleh petani setempat, serta angin kencang.

Kepadatan populasi walang sangit pada tanaman padi di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara pada padi fase

Kepadatan populasi (individu/titik pengambilan)

(4)

berbunga didapatkan 4,7 individu per penyapuan dan pada padi fase masak susu sebanyak 1,16 individu per penyapuan. Total keseluruhan walang sangit yang didapatkan antara padi fase berbunga dan fase masak susu sebanyak 586 individu dan dirata- ratakan sebanyak 5,86 individu per penyapuan. Mengacu pada Harahap dan Tjahjono (1989) apabila terdapat dua ekor walang sangit per meter persegi (16 rumpun) sudah dikategorikan sebagai hama.

Hasil uji t kepadatan populasi walang sangit stadia nimfa dan imago pada tanaman padi fase berbunga dan fase masak susu di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tidak berbeda nyata karena t hitung lebih kecil dari t tabel. Penghitungan kepadatan populasi walang sangit pada tanaman padi fase berbunga adalah t hitung 6,6 dan t tabel 2,000, dan t hitung > dari t tabel.

Sedangkan pada tanaman padi fase masak susu t hitung 0,66 dan t tabel 2,000, dan t hitung < dari t tabel.

Hasil pengukuran unsur-unsur cuaca di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata suhu adalah 320C dan kelembaban adalah 79%. Pengukuran suhu pada pagi dan sore hari sama, sedangkan pengukuran kelembaban lebih tinggi pada pagi hari. Pengukuran suhu sama karena diduga hari panas. Sedangkan kelembaban lebih tinggi pagi hari dibandingkan sore hari karena pada malam hari sebelumnya hujan.

Kesimpulan

Kepadatan populasi walang sangit yang didapatkan pada tanaman padi di desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara lebih banyak ditemukan pada padi fase berbunga yaitu stadia nimfa. Total keseluruhan individu yang didapat adalah 586 individu dan bila dirata-ratakan sebanyak 5,86 individu per penyapuan, dalam hal ini populasi walang sangit sudah diambang batas. Hasil pengukuran unsur- unsur cuaca yang didapatkan dengan rata- rata suhu 320C dan kelembaban 79%.

Daftar Pustaka

AAK. 1990. Budidaya tanaman padi.

Kanisisus: Yogyakarta.

Anonimous. 2015. Kab. Langkat dalam angka 2015. BPS: Langkat

.

________. 2016. Uptd pertanian: Bahorok.

Baehaki. 1992. Berbagai hama serangga tanaman padi. Angkasa: Bandung.

Dewidna, S. 2013. Kepadatan populasi walang sangit (Leptocarisa acuta Thunb) (Hemiptera: Alydiae) pada tanaman padi di Kanagarian Koto Nan Tigo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan: Skripsi.

STKIP PGRI Sumatera Barat:

Padang.

Elda, E.S. 2014. Kepadatan populasi walang sangit (Leptocorisa acuta Thunb) di Kanagarian Kambang Timur Kecamatan Lenganyang Kabupaten Pesisir Selatan: Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang.

Harahap, I.S., dan B., Tjahjono. 1989.

Pengendalian hama penyakit padi.

Penebar Swadaya: Jakarta.

Pracaya. 1991. Hama dan penyakit tanaman.

Penebar Swadaya: Jakarta.

______. 2007. Hama & penyakit tanaman:

Edisi Revisi. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Purwono, dan H., Purnamawati. 2007.

Budidaya 8 jenis tanaman pangan unggul. Penebar Swadaya: Jakarta.

Tjahjadi, N. 1989. Hama dan penyakit tanaman. Kanisius: Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian efektivitas insektisida nabati dari ekstrak buah maja terhadap hama serangga walang sangit dapat disimpulkan sebagai berikut:.. Ekstrak buah maja

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ) sebagai insektisida nabati terhadap hama walang sangit

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada pengenceran 10 -5 mortalitas walang sangit cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pengenceran lainnya

Berdasarkan data (tabel 3), hasil pengamatan intensitas serangan hama walang sangit menunjukkan bahwa varietas Cimelati, Logawa dan Inpari 31 dari pengamatan 63-84 hst

Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah imago walang sangit yang terperangkap paling banyak pada pengamatan 1-3 MSPT pada perlakuan L3 (atraktan bangkai keong+bangkai

KIDAM “ Efektivitas Ekstrak Akar Tuba ( Derris Elliptica ) sebagai Pestisida Nabati Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit ( Leptocorisa acuta Thunberg ) pada Tanaman

Determinasi Pengaruh Populasi Walang Sangit ( Leptocorisa oratorius Fabricius) terhadap Hasil Gabah Padi Sawah di Desa Kimak, Kecamatan Merawang,

YULIANI, SADIAH dan WIDYA SARI Hari keenam pemasangan perangkap organik sudah terlihat perbedaan nyata dengan rata-rata tertinggi terperangkapnya hama walang sangit