P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
1387
KEPASTIAN HUKUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERSEROAN YANG MENJALANKAN KEGIATAN USAHANYA DI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN NON SUMBER DAYA ALAM
Komang Dendi Tri Karinda, Fendi Setyawan, Ayu Citra Santyaningtyas
Universitas Jember
E-mail : [email protected] Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022
Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:
Social and Environmental Responsibility, Business Activities, Company
The Limited Liability Company Law only 'limits' companies that are required to carry out Social and Environmental Responsibility, namely by mentioning 'companies that carry out their business activities in the field of and/or related to natural resources'. This phrase then, in the Explanation section of the relevant paragraph, is explained as a company whose business activities manage and utilize natural resources, and/or a company that does not manage and does not utilize natural resources, but its business activities have an impact on the capability function of natural resources. Is it thus that Article 74 paragraph (1) is not discriminatory in nature because it only requires Social and Environmental Responsibility for companies that carry out their business activities in the field of and/or related to natural resources. This means that companies whose business activities are not related to natural resources, including business entities that are not in the form of companies, namely Cooperatives, CVs, Firms and Trading Companies, are exempt from the obligation to carry out Social and Environmental Responsibility.
Abstrak Kata kunci:
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, Kegiatan Usaha, Perseroan
Undang Undang Perseroan Terbatas hanya‘membatasi’
perseroan yang diwajibkan melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu dengan menyebut
‘perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam’.
Frasa ini kemudian, dalam bagian Penjelasan dari ayat yang bersangkutan, dijelaskan sebagai perseroan yang
1388 Corresponding Author :
Komang Dendi Tri Karinda, e-
mail :
kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, dan/atau perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Apakah dengan demikian Pasal 74 ayat (1) tersebut tidak bersifat diskriminatif sebab hanya mewajibkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan kepada perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya alam saja. Artinya, perseroan yang kegiatan usahanya tidak berhubungan dengan sumber daya alam, termasuk badan usaha yang bukan berupa perseroan yaitu Koperasi, CV, Firma, dan Usaha Dagang, dibebaskan dari kewajiban melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
@Copyright 2023.
PENDAHULUAN
Berdasarkan ketentuan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memuat ketentuan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dengan mengalokasikan dana yang diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajiban. Di dalam Pasal 68 ayat (2), UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa TJSL tidak hanya diberlakukan kepada Badan Hukum tapi juga ditujukan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup, Sedangkan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mewajibkan setiap penanam modal di Indonesia melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Konteks tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal dengan CSR, dimana perusahaan yang ingin mempertahan kelangsungan usahanya, maka perusahaan harus memperhatikan selain mengejar keuntungan perusahaan juga hendaknya memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Namun demikian, meskipun pengaturan pengaturan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan sudah lama terbentuk, secara fakta pengaturan pengaturan tersebut belum dilaksanakannya secara efektif. Hal ini disebabkan dari beberapa faktor, yakni: faktor penegak hukumnya, faktor kesadaran hukum dan faktor ekonomi dari perusahaan.1
1 Maret Priyanta, Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Dalam Kerangka Pembaharuan Sistem Hukum Lingkungan dan Tata Ruang Berbasis Perubahan Iklim), Penerbit Logoz Publishing,
Bandung,hlm.63-67
1389 Di lain pihak Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan (disingkat TJSPL) adalah sebuah konsep dengan mana perusahaan memutuskan untuk berkontribusi kepada masyarakat agar kehidupannya lebih baik, dan kondisi lingkungan tetap terjaga serta tidak di rusak fungsinya. Indonesia saat ini sedang mencari konsepsi tentang nilai-nilai itu melalui adopsi berbagai pemikiran global maupun lokal untuk mendorong perusahaan mengakui prinsip tanggung jawab sosial secara terprogram dengan merujuk konsep TSP sebagai bagian dari identitas perusahaan mereka. Perusahaan dalam melakukan usahanya tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga memiliki kewajiban yang bersifat etis dan sosial.
Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh komunitas dunia usaha. Kepedulian kepada masyarakat sekitar dan lingkungan, termasuk sumber daya alam, dapat diartikan sangat luas. Namun secara singkat dapat difahami sebagai peningkatan peran serta dan penempatan organisasi perusahaan dalam sebuah komunitas sosial melalui berbagai upaya kebaikan dan kepentingan bersama bagi perusahaan, komunitas dan lingkungan.
Adanya perbedaan antara tanggung jawab sosial merupakan kewajiban di Indonesia dan tanggung jawab sosial sebagai suatu perbuatan sukarela di negara lainnya, menunjukkan bahwa kesadaran hukum perusahaan di Indonesia, memang harus didorong oleh perangkat-perangkat hukum perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut dapat berkembang pesat, karenanya fungsi negara Indonesia sebagai suatu negara kesejahteraan, peran negara danpemerintah atau masyarakat, diantaranya melalui akta perusahaan sebagai suatu dokumen dasar perusahaan.
CSR merupakan amanat dalam Undang Undang Perseroan Terbatas, sehingga seharusnya dalam akta pendirian Perseroan Terbatas dicantumkan terkait klausul Tanggung Jawab sosial dan lingkungan. Hal tersebut sebagai upaya untuk menegaskan bahwa CSR adalah merupakan tanggung jawab perusahaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu hal penting adalah dituangkannya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan dalam akta pendirian perusahaan, dimana salah satu perbuatan hukum yang diharuskan peraturan perundang-undangan untuk dituangkan ke dalam akta Notaris adalah pendirian Perseroan Terbatas (PT). Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), bahwa PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam Akta Pendirian PT, pengaturan mengenai Anggaran Dasar merupakan hal yang utama. Sebagai roh perusahaan Anggaran Dasar dibuat dan dapat mengalami perubahan dalam rangka pengembangan perusahaan agar perusahaan tersebut dapat bertahan hidup sebagaimana sebuah badan hukum. Sangat memungkinkan perusahaan mencantumkan kesadaran hukum akan ketaatan perusahaan akan fungsi sosial dan lingkungan dalam akta pendirian dan akta perubahan perusahaan yang dapat dikembangkan dalam Rapat Umum pemegang saham kearah kewajiban
1390 perusahaan dalam mewujudkan keadilan lingkungan melalui pembangunan berkelanjutan.2
Terkait dengan pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas tersebut, salah satu profesi yang tidak bisa dipisahkan adalah notaris. Keberadaan jabatan sebagai notaris sangat penting dan dibutuhkan masyarakat luas, mengingat fungsi notaris adalah sebagai Pejabat Umum yang membuat alat bukti tertulis berupa akta otentik. Notaris merupakan suatu profesi mulia (officium nobile), karena sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan. 3 Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum atas status harta benda, hak, dan kewajiban baik seseorang maupun badan hukum. Pembuatan akta oleh notaris sebagai bentuk pelaksanaan kewenangan utama notaris disamping kewenangan-kewenangan lain sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut Undang-Undang Jabatan Notaris).
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.4 Pembuatan akta otentik diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan, sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan. 5
Isu hukum utama yang akan dikaji dalam hal ini adalah masih belum adanya akta Perseroan Terbatas (PT) dalam mencantumkan kesadaran lingkungan berupa tanggung jawab sosial dan lingkungan pada akta pendirian PT dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas (PT), sehingga terkesan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan CSR sebagai bentuk pengeluaran biaya (cost center) perusahaan, karena adanya tekanan luar yakni berbagai peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah dan tekanan globalisasi yang mewajibkan hal tersebut.
Padahal klausul pendirian dan perubahan PT yang dapat menjadi agenda pada saat pendirian dan RUPS sangat memungkinkan dapat dimuat oleh Notaris melalui kewajibannya memberikan penyuluhan hukum dan keinginan perusahaan untuk menyadari bahwa kesadaran perusahaan atas lingkungan yang baik dan sehat adalah bagian yang melekat atas kehadiran perusahaan di muka bumi (kewajiban hukum dan moral).6
Berdasarkan rumusan Pasal 74 ayat (1) Undang Undang Perseroan Terbatas tampaknya pembuat undang-undang seperti bermaksud untuk ‘membatasi’
2 Elita Rahmi, Standarisasi Lingkungan (ISO 26000) Sebagai Harmonisasi Tanggung Jawab Sosisl Perusahaan dan Intrumen Hukum Indonesia, Inovatif Jurnal Ilmu Hukum, Vol 4 No.5 (2011).
3 Baharudin, Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Proses Jual Beli Tanah, Bandar Lampung : Jurnal Hukum Universitas Bandar Lampung, 2014. hlm 2
4 Tan, Thong Kie. Studi Notaris Serba-serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru van Haeve, Jakarta, 2007, hlm.72
5 Ibid, hlm.73
6https://www.researchgate.net/publication/334739160_Klausul_Tanggung_Jawab_Sosial_Dan_
Lingkungan_Dalam_Akta_Notaris_ i
1391 perseroan yang diwajibkan melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu dengan menyebut ‘perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam’. Frasa ini kemudian, dalam bagian Penjelasan dari ayat yang bersangkutan, dijelaskan sebagai perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, dan/atau perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Apakah dengan demikian Pasal 74 ayat (1) tersebut tidak bersifat diskriminatif sebab hanya mewajibkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan kepada perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya alam saja. Artinya, perseroan yang kegiatan usahanya tidak berhubungan dengan sumber daya alam, termasuk badan usaha yang bukan berupa perseroan yaitu Koperasi, CV, Firma, dan Usaha Dagang, dibebaskan dari kewajiban melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
RUMUSAN MASALAH
Apakah Ratio Legis Kewajiban Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Hanya Dikenakan Terhadap Perseroan Yang Menjalankan Kegiatan
Di Bidang Sumber Daya Alam?
METODE PENELITIAN
Guna menjaga suatu kebenaran ilmiah, maka dalam suatu penulisan harus mempergunakan metode penulisan yang tepat karena hal tersebut sangat diperlukan dan merupakan pedoman dalam rangka mengadakan analisis terhadap data hasil penelitian. Ciri dari karya ilmiah di bidang hukum adalah mengandung kesesuaian dan mengandung kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Metodologi pada hakikatnya berusaha untuk memberikan pedoman tentang tata cara seseorang ilmuwan untuk mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya. Terkait demikian penelitian adalah suatu usaha untuk menghimpun serta menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta-fakta yang diamati secara seksama. 7
Dalam melakukan suatu penelitian hukum pada prinsipnya tidak dapat terlepas dari penggunaan metode penelitian, karena pada setiap penelitian akan menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan yang diangkat.
Mengadakan suatu penelitian ilmiah mutlak menggunakan metode, karena dengan metode tersebut berarti penyelidikan yang berlangsung menurut suatu rencana tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Ratio Legis Kewajiban Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Hanya Dikenakan Terhadap Perseroan Yang Menjalankan Kegiatan Di Bidang Sumber Daya Alam
Tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) atau disebut dengan “CSR” merupakan konstribusi perusahaan
7 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Edisi Revisi, (Cetakan II, Banyumedia Publishing, Malang, 2006), hlm.294
1392 terhadap sebuah pembangunan berkelanjutan dengan cara memanajemen dampak yang ditimbulkan dari aktifitas perusahaan, yang memiliki berbagai tanggung- jawab terhadap seluruh pemangku kepentingan diantaranya konsumen dan lingkungan dalam segala aspek operasi perusahaan yang meliputi tiga aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan dimana suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus berdasarkan keputusan tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan, melainkan juga harus menimbang dalam dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusan yang diambil, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) merupakan komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kostribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersama dengan peningkatan taraf pekerja beserta keluarganya.8 Penjelasan di atas dapat dilihat satu aspek yang dalam pelaksanaan tanggung-jawabsosial perusahaan dan lingkungan (corporate social responsibility) yaitu komitmen berkelanjutan dalam mensejahterakan masyarakat khususnya sekitar daerah industri yang setiap hari baik secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak dari aktifitas perusahaan. Aktifitas perusahaan sendiri juga menentukan keberlangsungan dari dunia usaha, yaitu dunia usaha tidak akan bisa berkembang tanpa memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan sosial dimana perusahaan berada, sehingga adanya tanggung-jawab sosial perusahaan dan lingkungan (corporate social responsibility) sangat penting bagi kelangsungan bisnis sebuah perusahaan yang telah mengeksplorasi dan mengeksploitasi baik Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.
Oleh karena itu, melalui tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) perusahaan dapat mewujudkannya sebagai bentuk komitmen pertanggung-jawaban sosial atas dampak yang ditimbulkan. Komitmen yang dijalankan oleh perusahaan melalui tanggung-jawab sosial perusahaan dan lingkungan (corporate social responsibility) diharapkan pula dapat mendorong semakin luasnya tanggung-jawab sosial perusahaan agar terciptanya keseimbangan pembangunan baik bidang ekonomi, sosial maupun lingkungan.9 Hal ini juga di karenakan bahwa selain sebagai institusi ekonomi, perusahaan juga merupakan institusi sosial, dengan demikian diharapkan perusahaan dapat maju dan berkembang secara baik bersama masyarakat sekitar perusahaan.
Perusahaan dalam menjalankan tanggung-jawab sosialnya, harus memfokuskan perhatiannya kepada 3 (tiga) hal yaitu laba (profit), masyarakat (people), lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai, sebab laba merupakan pondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan aktivitas –aktivitas serta pembuatan kebijakan–kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan memperhatikan
8 Yusuf. Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. .Gresik, Fascho Publishing, 2007, h.7
9 Ibid, h.8
1393 lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang. Perusahaan, pemilik perusahaan dan pemegang saham lainnya bergantung pada masyrakat dimana perusahaan beroperasi dalam usaha memperoleh pengakuan serta keuntungan. Peran paling mendasar dari perdagangan yaitu sebagai perantara yang memenuhi kebutuhan masyarakat, kebutuhan ini termasuk produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Hal yang sama pentingnya bagi masyarakat adalah penciptaan lapangan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.10 Hal ini berhubungan dengan kesejahteraan yang diciptakan oleh perusahaan. Pemikiran investasi masa depan ini difokuskan pada pemikiran modern mengenai ikatan antara bisnis dan masyarakat. Banyak prasarana yang dibutuhkan industri, jalan, rumah sakit, sekolah, keamanan, lingkungan yang sehat dan lain-lainnya merupakan komitmen jangka panjang.
Perusahaan dalam persaingan bisnis untuk memperebutkan keuntungan yang memiliki reputasi kurang baik dihadapan masyarakat akan mendapatkan kesulitan. Menciptakan kemakmuran merupakan peran ekonomi yang utama dari bisnis, namun masyarakat mengharapkan kemakmuran dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya orang sesuai dengan system nilai yang berlaku di masyarakat.
Kewajiban melaksanakan tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) yang telah diatur melalui Undang–Undang Nomor 40 tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas jo Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, maka setiap perseroan atau penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung-jawab perusahaan yang telah dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan. Kebijakan ini juga mengatur sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban tersebut.
Perusahaan yang memiliki kewajibkan untuk memberikan tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility), sebagaimana telah diatur dalam Undang–Undang Nomor 40 tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas jo Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang menyatakan :
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
10 Essa Hossada, Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) PT Perkebunan Nusantara Persero XI (Persero) PG. Semborodi Desa Nogosari, Rambipuji, Kabupaten Jember, Jember : Legal Opinion, 2018, h.9
1394 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
diatur dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas dan Lingkungan Perseroan Terbatas lebih lanjut mengemukakan bahwa : “Setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan.” Sebelum berlakunya Undang-Undang ini banyak pelaksanaan tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) oleh perusahaan di Indonesia masih berdasarkan kedermawanan (philanthropy) atau sukarela (voluntary) oleh karena itu bentuknya menjadi sangat beragam dan tidak menyeluruh, sehingga harus dibedakan bahwa tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) merupakan kewajiban bagi perusahaan bukan merupakan bantuan sosial yang bersifat sukarela.11 Sebenarnya hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan internal perusahaan, kepentingan eksternal, kepentingan pemegang saham, yang harus diseimbangkan antara kepentingan internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Menurut Friedman, M.12 dalam bukunya yang berjudul Capitalism and Freedom, hanya ada satu tanggung-jawab sosial dari bisnis : menggunakan sumber daya dan terlibat dalam aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keuntungan sepanjang hal itu sesuai dengan aturan permainan, persaingan terbuka, dan bebas tanpa tekanan atau ketakutan. Penjabaran latar belakang di atas, sosial dan lingkungan memiliki pengaruh penting dalam kehidupan masyarakat, ditambahkannya telah diaturnya dalam bentuk Undang–
Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menggantikan undang–undang sebelumnya, membuktikan bahwa lingkungan harus di jaga kelestraiannya agar kehidupan dapat berjalan terus.
Tujuan dan latar belakang hukum adanya pelaksanaan tanggung jawab sosial : 13 1) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus, bekerja dan serta berkedudukan dalam suatu wilayah dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
Dalam menjalankan usahanya suatu perusahaan tidak boleh melupakan aspek-aspek dalam usaha, baik aspek sosial, aspek hukum, maupun agama.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang dokumen perusahaan, yang dimaksud dengan perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggarakan perseorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
11 Ibid, hlm.9
12 Freedman, M.:Capitalism and Freedom, Chicago, University of Chicago Press, 1962; Hayek, F.A., “The Corporation in a Democratic Sosiety: In Whose Interest ought it and will it be run”, dalam Ansoff, H.I.:Busimess Strategy, Harmondsworth, penguin, 1969;
13 Nasir, Mohammad & Darwin Warisi. 2008. “Penerapan Good Corporate Governance dalam Mewujudkan Corporate Social Responsibility.” Jurnal Akuntansi Keuangan dan Perpajakan. Vol. 2, No.
1, Hlm. 153-161
1395 2) Salah satu strategi untuk bertahan dalam persaingan yang ketat adalah memiliki hubungan baik dengan berbagai pihak diantaranya adalah pihak internal seperti pemegang saham, manager dan karyawan serta pihak eksternal yaitu konsumen dan kumunitas lokal antara lain pemerintah, media dan masyarakat di sekitar perusahaan. Dalam hal ini perusahaan diajak terlibat secara langsung untuk menangani permasalahan sosial yang muncul di masyarakat melalui sebuah paradigma baru mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR).
3) Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu beroperasi. Seperti melakukan sesuatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial. khususnya masyarakat yang berada disekitar perusahaan tersebut.
4) Secara umum pelaksanaan program CSR di Indonesia diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu bahwa : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang dimaksud dengan CSR tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajiban.
5) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah
6) Konsep CSR mengacu pada nilai dan standar yang berkaitan dengan beropersainya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat, artinya CSR sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal dan etis yang berkontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan pihak-pihak yang menjadi stakeholder antara lain karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
7) Pada umumnya perusahaan di Indonesia menjalankan CSR atas dasar memenuhi kewajiban kontraktual, dalam hal ini mematuhi peraturan baik yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Secara normatif, idealnya tanpa ada protes dan kewajiban kontraktual, perusahaan seharusnya berupaya memberdayakan masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan. Hal ini adalah kewajiban moral, namun motif yang didasarkan pada komitmen moral tersebut masih sebatas wacana dan belum terlihat nyata. Dalam konteks hubungan antara pemerintah dengan perusahaan, pemerintah daerah mengharapkan agar program-program CSR bisa membantu menyelesaikan permasalahan sosial, seperti masalah
1396 pengangguran, kemiskinan, masalah pendidikan, kesehatan, perumahan.
Selain itu menyelesaikan masalah lingkungan yang dihadapi pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dituntut untuk membantu pemerintah daerah untuk mendukung program pembangunan daerah.
Pemerintah daerah sebagai penanggung jawab utama dalam mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan tidak akan menanggung beban tersebut jika dilakukan sendiri, melainkan membutuhkan partisipasi, salah satunya yang paling potensial adalah dari perusahaan, agar pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang di rencanakan pemerintah daerah bisa tercapai.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa latar belakang adanya sanksi pelanggaran CSR adalah adanya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan bagi perusahaan adalah bahwa perusahaan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya. Karena itu dengan adanya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan tersebut diharapkan kesadaran perusahaan terhadap lingkungan bertambah. Sedangkan peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Corporate Social Responsibilty (CSR) adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan lingkungan tempat beroperasi. Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat.
CSR merupakan sebuah konsep atau strategi dan diterapkan dengan menitikberatkan dan mengutamakan komitmen dari perusahaan untuk bertindak etis serta tanggung jawab serta jawaban untuk kekhawatiran publik terhadap dampak perencanaan dan operasional oleh sebuah perusahaan yang berdampak pada sekitarnya, sebagaimana dibahas pada latar belakang, CSR sendiri turut berpartisipasi dalam kesadaran lingkungan yang meningkatkan kesejahteraan di ruang lingkup dimana perusahaan itu berada.
CSR yang dilakukan secara bersama-sama antara berbagai perusahaan serta pemangku kepentingan bisa memberikan kontribusi untuk pembangunan ekonomi mikro maupun makro suatu negara berkembang lewat manfaat yang berkelanjutan untuk seluruh pihak. Sedangkan dampak nasional yang optimal, kerjasama dan komunikasi harus terus digalakkan serta disosialisasikan. CSR akan memberikan
1397 dampak yang lebih positif untuk warga, hal tersebut akan sangat bergantung pada orientasi dan kapasitas lembaga serta organisasi lainnya terutama pemerintah.
Industri muncul demi memenuhi kebutuhan manusia. Selain menghasilkan maksimalisasi cara berpikir, industri juga mendatangkan keuntungan materiil bagi siapa pun yang berhasil menggerakkan dan memanfaatkannya. Tetapi, sesuatu yang tidak bisa dihindari bahwa industri juga menghasilkan dampak yang merugikan bagi alam, lingkungan, dan tentunya juga habitat manusia.Beberapa industri dan perusahaan juga kerap menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat di sekitarnya, seperti polusi dan kerusakan fisik dan psikis bagi para pegawainya dan juga masyarakat sekitar. Tanggung jawab sosial perusahaan (TSP) yang sering disebut Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) kini semakin diterima secara luas. Sebenarnya konsep ini kerap di dengar, walau definisinya sendiri masih menjadi perdebatan di antara para pebisnis maupun akademisi.Sebagai sebuah konsep yang berasal dari luar, tantangan utamanya memang adalah memberikan pemaknaan yang sesuai dengan konteks Indonesia.
Pengertian CSR menurut World Business Council for Sustainable Development sebagaimana disebutkan oleh Budimanta, yaitu : Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.14 Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu beroperasi. Seperti melakukan sesuatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial.
khususnya masyarakat yang berada disekitar perusahaan tersebut. 15
Konsep CSR mengacu pada nilai dan standar yang berkaitan dengan beropersainya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat, artinya CSR sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal dan etis yang berkontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan pihak-pihak yang menjadi stakeholder antara lain karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan.16 Pada umumnya perusahaan di Indonesia menjalankan CSR atas dasar memenuhi kewajiban kontraktual, dalam hal ini mematuhi peraturan baik yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Secara normatif, idealnya tanpa ada protes dan kewajiban kontraktual, perusahaan seharusnya berupaya memberdayakan masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan. Hal ini adalah kewajiban moral, namun motif yang didasarkan pada komitmen moral tersebut masih sebatas wacana dan belum terlihat nyata. Dalam konteks hubungan antara pemerintah dengan perusahaan,
14Arif Budimanta, Corporate Social Responsibility: Alternatif bagi Pembangunan Indonesia, Jakarta: ICSD, 2008, h.36
15 Supriatna, Dimensi Corporate Socal Responsibiliy Dalam paradigm Perubahan. Fascho Publishing, Gresik, 2002 ,h.9
16 Solichin Abdul Wahab. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, h.72
1398 pemerintah daerah mengharapkan agar program-program CSR bisa membantu menyelesaikan permasalahan sosial, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, masalah pendidikan, kesehatan, perumahan. Selain itu menyelesaikan masalah lingkungan yang dihadapi pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dituntut untuk membantu pemerintah daerah untuk mendukung program pembangunan daerah. Pemerintah daerah sebagai penanggung jawab utama dalam mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan tidak akan menanggung beban tersebut jika dilakukan sendiri, melainkan membutuhkan partisipasi, salah satunya yang paling potensial adalah dari perusahaan, agar pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang di rencanakan pemerintah daerah bisa tercapai.
Perusahaan dalam persaingan bisnis untuk memperebutkan keuntunganyang memiliki reputasi kurang baik dihadapan masyarakat akan mendapatkan kesulitan. Menciptakan kemakmuran merupakan peran ekonomi yang utama dari bisnis, namun masyarakat mengharapkan kemakmuran dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya orang sesuai dengan system nilai yang berlaku di masyarakat. Kewajiban melaksanakan tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) yang telah diatur melalui Undang–
Undang Nomor 40 tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas jo Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, maka setiap perseroan atau penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung-jawab perusahaan yang telah dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan.
Kebijakan ini juga mengatur sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban tersebut.
Sebelum berlakunya Undang-Undang ini banyak pelaksanaan tanggung- jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) oleh perusahaan di Indonesia masih berdasarkan kedermawanan (philanthropy) atau sukarela (voluntary) oleh karena itu bentuknya menjadi sangat beragam dan tidak menyeluruh, sehingga harus dibedakan bahwa tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan (corporate social responsibility) merupakan kewajiban bagi perusahaan bukan merupakan bantuan sosial yang bersifat sukarela.17 Sebenarnya hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan internal perusahaan, kepentingan eksternal, kepentingan pemegang saham, yang harus diseimbangkan antara kepentingan internal perusahaan dan eksternal perusahaan.
2. Peran Notaris dalam Pelaksanaan Kewajiban Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Pengaturan terhadap CSR sudah dilakukan diberbagai Negara, salah satunya pemerintah Indonesia yang juga telah mengambil kebijakan dengan mengatur tentang CSR dalam instrumen hukum, yakni Pasal 1 angka 3 Undang Undang Perseroan Terbatas, yang mengatur bahwa “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
17 Ibid, h.9
1399 berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.” Lebih lanjut, diatur dalam ketentuan Pasal 74 ayat (1), bahwa
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Disisi lain, pada Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Undang-Undang Penanaman Modal), mengatur bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan”. Sehubungan dengan terbentuknya Undang Undang Perseroan Terbatas, pemerintah juga menetapkan peraturan pemerintah mengenai CSR yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas mengatur bahwa “Setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dari peraturan perundang-undangan tersebut, Pemerintah Indonesia sangat mewajibkan penerapan ataupun pengimplementasian CSR bagi perusahaan yang beroperasi di wilayah Indonesia agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan disini adalah upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan zaman sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya.
Di Indonesia suatu perusahaan wajib melaksanakan kewajiban CSR, apabila suatu perusahaan tidak melaksanakan kewajiban CSR maka akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 74 ayat (3) Undang Undang Perseroan Terbatas mengatur bahwa “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Disamping itu, dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 mengatur bahwa “Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Peraturan Pemerintah tersebut juga belum mengatur sanksi hukum secara jelas terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Demikian pula pada ketentua Pasal 34 ayat (1) Undang- Undang Penanaman Modal yang mengatur bahwa badan usaha atau usaha perserorangan sebagaimana dimaksud Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditemukan dalam Pasal 15 dapat dikenakan sanksi administratif berupa: peringatan tertulis; pembatasan kegiatan usaha; pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas modal; atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Di samping itu, pada Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Penanaman Modal mengatur bahwa “Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan yang dikehendaki untuk dinyatakan dalam akta autentik. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1868 menyatakan akta autentik adalah yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
1400 undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat akta itu dibuat. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas adalah badan hukum yangmerupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnyaterbagi dalam saham. Pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyatakan bahwa Perseroan didirikan dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Tugas yang diemban notaris merupakan tugas yang seharusnya diemban pemerintah, maka notaris dianggap sebagai bagian dari pemerintahan, maka hasil pejkerjaan notaris mempunyai akibat hukum, notaris dibebani sebagian kekuaasaan negara dan memberikan aktanya mempunyai kekuatan autentik dan eksekutorial.
Notaris sebagai salah satu pejabat umum berkaitan dengan pembuatan akta autentik dan sesuai dengan kewenangannya untuk mengemban pelaksanaan hukum secara nyata terutama mengenai pelaksanaan peraturan peundang-undangan.
Dalam pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas dan membuat anggaran dasar perseroan yang merupakan aturan main bagi pihak-pihak yang tekait dalam perseroan, notaris diharapkan mampu mengimplementasikan dan mensosialisasikan serta berperan aktif untuk melaksanakan apa yang telah diatur dan dikehendaki oleh undang-undang. Sebagai salah satu pejabat umum dan penegak hukum maka notaris mempunyai kewajiban untuk menegakkan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Lebih daripada itu, notaris juga mempunyai peran sebagai penyuluh, penasihat, dan memberikan informasi dibidang hukum. Khusus didalam pendirian perseroan terbatas ini, mengenai kewajiban utuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang telah ditentukan oleh undang-undang bersifat memaksa, perlu diinformasikan kepada pendiri dan/atau para pemegang saham agar tidak melupakan kewajiban tersebut bagi perseroan yang menjalankan usahanya dibidang sumber daya alam, yaitu yang mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.18
Seorang notaris memiliki kewajiban untuk tidak hanya menjadikan akta notaris hanya sekedar seremonial belaka, tetapi seorang notaris yang profesional juga dituntut menemukan klausul-klausul yang memungkinkan suatu perusahaan bertahan hidup (survive) dalam persaingan bisnis yang sangat kompetitif yakni bersaingan tehnologi dan persaingan mutu serta care dengan alam dan lingkungan, disamping mengalami prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam membuat akta autentik. Bermunculnya standar lingkungan ISO 9000 atau ISO 260002, dan dicantumkannya kepatuhan standar tersebut dalam setiap produk membuktikan bahwa kebutuhan pasar tidak semata-mata hanya kualitas produk, tetapi bagaimana standar-standar baku mutu lingkungan dipatuhi oleh perusahan sebagai suatu kewajiban yang menyertai produk. Ditemui adanya tautan antara green legislation, dan green budgeting dalam tata kelola perusahaan yang baik. 19
18 Elita Rahmi, Standarisasi Lingkungan (ISO 26000) Sebagai Harmonisasi Tanggung Jawab Sosisl Perusahaan dan Intrumen Hukum Indonesia,Inovatif Jurnal Ilmu Hukum, Vol 4 No 5 (2011).
19 Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, I Wayan Parsa, I Gusti Ketut Ariawan, Prinsip Kehati- hatian Notaris Dalam membuat Akta Autentik, Jurnal Acta Comitas(2018)1:59-74.ISSN 2502-8960 I e- ISSN:2502-7573. hlm 59-76
1401 Hal di atas, tentu juga harus disadari oleh para perusahaan dan para notaris untuk menjadikan akta notaris baik itu akta pendirian maupun akta perubahan yang biasanya dibuat dalam rangka mengakomodasikan tuntutan perusahaan dan tuntutan dunia usaha yang semakin hari semakin mengemuka. Adanya perbedaan antara tanggung jawab sosial merupakan kewajiban di Indonesia dan tanggung jawab sosial sebagai suatu perbuatan sukarela di negara lainnya, menunjukkan bahwa kesadaran hukum perusahaan di Indonesia, memang harus didorong oleh perangkat-perangkat hukum perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut dapat berkembang pesat, karenaya fungsi negara Indonesia sebagai suatu negara kesejahteraan, peran negara dan pemerintah atau masyarakat, diantaranya melalui akta perusahaan sebagai suatu dokumen dasar perusahaan.
Salah satu perbuatan hukum yang diharuskan peraturan perundang- undangan untuk dituangkan ke dalam akta Notaris adalah pendirian Perseroan Terbatas (PT). Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam Akta Pendirian PT, pengaturan mengenai Anggaran Dasar merupakan hal yang utama. Sebagai roh perusahaan Anggaran Dasar dibuat dan dapat mengalami perubahan dalam rangka pengembangan perusahaan agar perusahaan tersebut dapat bertahan hidup sebagaimana sebuah badan hukum. Sangat memungkinkan perusahaan mencantumkan kesadaran hukum akan ketaatan perusahaan akan fungsi sosial dan lingkungan dalam akta pendirian dan akta perubahan perusahaan yang dapat dikembangkan dalam Rapat Umum pemegang saham kearah kewajiban perusahaan dalam mewujudkan keadilan lingkungan melalui pembangunan berkelanjutan..
Klausul Tanggung jawab sosial dan lingkungan sangat memungkinkan dapat dimuat dalam akta notaris baik itu akta pendirian perusahaan maupun perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perusahaan yang dapat menjadi agenda dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Peran notaris dalam memberikan pandangan kepada perusahaan akan arti penting membuat klausul tanggung jawab sosial menjadi penting dan sangat menentukan, meskipun keputusan untuk menjadikan materi muatan tersebut harus diinginkan pula oleh perusahaan. Klausul tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan adalah suatu konsep yang mencantumkan kesadaran akan lingkungan hidup yang baik dan sehat dalam salah satu klausul akta pendirian perusahaan.
Klausul tersebut menjadi bagian penting dalam akta Notaris terkait pendirian perusahaan atau perubahan Anggaran Dasar PT sebagai suatu akta autentik yang dapat menjadi dasar dalam pembuktian yang sempurna. Yang dibuat notaris atas kehendak para pihak dan masukan notaris yang berfungsi memberikan penyuluhan hukum akan tanggung jawab hukum dan etis perusahaan guna menyeimbangi kedudukan para pihak termasuk pihak lainnya dalam hal ini lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian untuk keberlangsungan perusahaan dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia serta tuntutan era 5.0 sebagai era menikmati hidup dana meretas kesenjngan social masyarakat.
Di sisi lain pemerintah daerah juga dapat mendorong pengembangan Perusahaan Terbatas (PT), yaitu suatu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka membina PT yang ada, agar dilakukan perubahan dalam Anggaran dasar dan Anggaran Rumah tangga Perusahaan, yang sebelumnya tidak mencantumkan
1402 klausul tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan maka perlu melakukan perubahan agar dalam perbaikannya telah mencantumkan klausul tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sekalipun setiap daerah telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun belum ditemukan materi muatan Perda yang mencantumkan adanya perintah untuk mencantumkan Angagaran dasar PT memuat klausul tanggung jawab sosial dan Lingkungan sebagai bagian dari perusahaan bahkan untuk Perda kota Jambi hanya fokus pada tanggung jawab sosial Perusahaan (TSP), sedangkan di Kota Malang mengguakan istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP). 20 Globalisasi menuntut peran serta perusahaan dalam menjaga dan memelihara lingkungan, dengan semakin berkembangnya standar-standar lingkungan yang didasar pada prinsip pembangunan berkelanjutan.Tata Kelola perusahaan (Good Corporetae Governance-GCG) merupakan suatu proses struktur BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan jangka panjang dengan memperhatian stakeholders lainnya. Era Globalisasi yang sekarang pouler dengan istilah era industri 4.0 bahkan era 5.0 adalah era yang menyadarkan bahwa bumi ini satu dan diantara stakeholder harus saling menjaga, memelihara agar kesenjangan social dan lingkungan menjadi kesadran hukum bersama untuk menjadikan cetak biru atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan bahwa : Ratio legis dibuatnya klausul tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada akta pendirian Perseroan Terbatas karena pada prinsipnya Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, bagi perseroan, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Sehingga diharapkan dapat menimbulkan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Peranan notaris dalam membuat klausul Tanggung Jawab dalam akta pendirian perseroan terbatas adalah sebagai bentuk penegakan sistem hukum, tujuannya adalah untuk mempermudah meminta pertanggung jawaban perseroan dalam ,pelaksanaan CSR. Mengenai persoalan mengapa ketentuan mengenai CSR harus dimasukkan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang yang berkaitan dengan sumber daya alam adalah untuk
20 Lihat Perda Nomor 1 Tahun 2016 Kota Jambi Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan XIII Bab 26 Pasal, dan Perda Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan lingkungan Perusahaan terdiri dari XI Bab 45 Pasal, tidak ditemukan Bab tentang kewajiban perusahaan untuk mencantumkan Anggaran Dasar mengenai kewajiban terhadap tanggung jawaba sosial dan lingkungan
1403 memenuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Pasal 15 ayat (1) huruf i, Pasal 70 dan Pasal 74 Undang Undang Perseroan Terbatas dan sebagai bentuk komitmen perseroan dalam berperan serta secara aktif pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Pengaturan ke depan tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan terhadap Perseroan Terbatas seharusnya tidak membedakan antara Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang Sumber Daya Alam ataupun non Sumber Daya Alam, karena tidak hanya Perseroan Terbatas yang bergerak dibidang Sumber Daya Alam saja yang berdampak pada lingkungan sekitar dimana Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang non Sumber Daya Alam juga berdampak terhadap sekitar. Contohnya, Perusahaan yang bergerak di bidang rokok atau minuman beralkohol. Konsep CSR atau TJSL memperluas kewajiban perusahaan tersebut dengan kewajiban untuk peduli terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat lokal di mana perusahaan tersebut berdomisili dan/atau menjalankan aktivitas operasionalnya. Kewajiban terakhir ini dapat dilakukan perusahaan melalui berbagai bentuk kegiatan yang idealnya cocok dengan strategi dan business core dari perusahaan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
G.H.S. Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris. Erlangga : Surabaya, 1992
Habib Adjie. Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris. Bandung : Refika Aditama, 2011
Husni Thamrin, Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris, Yogyakarta : Laksbang Pressindo, 2011
Kohar A., Notaris dalam Praktek Hukum. Bandung: Alumni, 1983
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris dalam Penegakan Hukum Pidana, Yogyakarta, PT. Bayu Indra Grafika, 1997
Liliana, Tedjosaputro, Mal Praktek Notaris Dalam Hukum Pidana, CV. Agung, Semarang, 1991
Muhammad Adam, Ilmu Pengetahuan Notariat, Bandung : Sinar Baru, 1985
Notodisoerjo, R.Soegondo. Hukum Notariat di Indonesia. Suatu Penjelasan. Jakarta : CV. Rajawali, 1982
Saifudin, Akta : Apa dan Bagaimana ?, Jakarta, Bintang Persindo, 2007
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Bandung : Mandar Maju, 2011
Tan Thong Kie. Serba-Serbi Praktek Notariat. Bandung : Alumni, 1987 Peraturan Perundang-Undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris