RINGKASAN DOKUMEN PELAYANAN KEPEMIMPINAN DAN KETAATAN (ARTIKEL 21-31)
Oleh: Hilarius Piru (Ft.4151)
“Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”
(Mat. 20:27)
Artikel 21 berbicara tentang spiritualitas kepemimpinan yang mengacu pada Kristus sendiri (Mat. 20:27) di mana Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Selanjutnya juga disinggung mengenai sikap seorang pemimpin yang mesti menonjolkan keutamaan- keutamaan dan kasih dalam melayani sesama atau umat Allah.
Hidup persaudaraan sebagai sebuah misi
Artikel 22 membeberkan soal pentingnya kasih dalam hidup persaudaraan bagi kaum hidup bakti. Hal ini didasarkan pada Yohanes 15:12 yang berbicara tentang perintah untuk saling mengasihi satu sama lain. Mengasihi satu sama lain berarti peka terhadap situasi dan keadaan orang lain. Yohanes Paulus II menandaskan bahwa kesuburan hidup religius bergantung pada kualitas hidup persaudaraan.
Dalam misi dengan seluruh keberadaan dirinya, seperti Yesus Tuhan
Artikel 23 menandaskan bahwa seluruh hidup Yesus adalah misi Bapa. Kita bekerja sama dalam misi Kristus dan membiarkan Dia sendiri menggenapi misi itu. Menjalani misi berarti diutus, dan hal itu merujuk pada siapa yang mengutus dan isi dari misi yang harus dijalankan.
Dalam misi untuk melayani
Artikel 24 menguraikan tentang misi untuk melayani Tuhan dan sesama. Berkat ketaatan, dimilikilah keyakinan bahwa mereka melayani Tuhan, menjadi ‘hamba-hamba Tuhan’ dalam karya dan penderitaan mereka. Misi menuntut komitmen dari seluruh kemampuan dan talenta manusia, yang berperan dalam keselamatan ketika semua itu dibenamkan dalam sungai kehendak Allah, di mana Allah, Sang Sukacita tanpa batas, akan menjadi semua di dalam semua (bdk.1 Kor. 15:28).
Pemimpin dan misi
Artikel 25 membeberkan fungsi seorang pemimpin sebagai koordinator berbagai kompetensi yang berkaitan dengan misi. Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan peran seorang
pemimpin dalam pelayanan, yakni: mendorong untuk menerima tanggung jawab dan menghargai tanggung jawab itu ketika sudah diterima; mengajak untuk menghadapi keragaman dalam semangat persekutuan; menjaga keseimbangan antara berbagai dimensi hidup bakti;
memiliki hati yang penuh belas kasih; memiliki rasa keadilan; dan menggerakkan kerja sama dengan awam.
Ketaatan yang sulit
Artikel 26 menandaskan tentang kesulitan menghayati ketaatan dalam pelaksanaan karya misi.
Ketaatan menjadi sulit untuk diwujudkan oleh karena faktor sudut pandang atau cara-cara tindakan kerasulan dan pelayanan yang dapat dipersepsikan secara berbeda.
Ketaatan dan keberatan hati nurani
Artikel 27 menyinggung soal ketaatan dan kaitannya dengan hati nurani. Hati yang berbalik kepada Tuhan dan cinta akan kebaikan adalah sumber penilaian-penilaian sejati dari hati nurani, dan kebebasan hati nurani tidak pernah merupakan kebebasan dari kebenaran, tetapi selalu dalam kebenaran.
Kepemimpinan yang sulit
Artikel 28 menyinggung tentang kepemimpinan yang sulit. Seorang pemimpin dapat juga jatuh dalam keputusasaan dan kekecewaan ketika berhadapan dengan penolakan dari beberapa orang atau komunitas, pula berpapasan dengan aneka problematika yang sulit diselesaikan.
Yesus sendiri menganggap hal-hal tersebut sebagai tindakan kasih kepada-Nya (“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Yoh. 21:16).
Taat sampai akhir
Artikel 29 berbicara tentang hidup yang adalah suatu pembelajaran dan kita diminta untuk mengatakan “ya” terhadap Sang Cinta.
Doa seorang pemimpin
Artikel 30 memuat doa seorang pemimpin kepada Kristus, Sang Gembala Agung.
Doa kepada Maria
Artikel 31 berisikan doa kepada Bunda Maria, teladan sejati dalam ketaatan kepada kehendak Allah dan murid Kristus yang setia.