• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN NON MUSLIM DALAM AL-QUR`AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KEPEMIMPINAN NON MUSLIM DALAM AL-QUR`AN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN NON MUSLIM DALAM AL-QUR`AN

(Studi Komparatif Tafsîr Tamsyiyât Al-Muslimîn dan Tafsir Departemen Agama RI)

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)

Oleh:

Yunia Nurhalimatussa’diyah (14210623)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

(2)

KEPEMIMPINAN NON MUSLIM DALAM AL-QUR`AN

(Studi Komparatif Tafsîr Tamsyiyât Al-Muslimîn dan Tafsir Departemen Agama RI) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana (S.Ag)

Oleh:

Yunia Nurhalimatussa’diyah (14210623)

Pembimbing:

DR. Hj. Romlah Widayati, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

(3)

xiv ABSTRAK Yunia Nurhalimatussyadiah, NIM: 14210623

Kepemimpinan Non-Muslim dalam Al-Qur`an (studi Komparatif tafsir Tamsyiyât al-Muslimîn Ahmad Sanusi dan Tafsir Departemen Agama RI).

Skripsi, Program studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta. Pembimbing: Dr. Hj Romlah Widayati, MA.

Indonesia merupakan negara multikultural, baik dari suku, agama, bahasa. Sistem pemerintahan yang dianut di Indonesia adalah Demokrasi.

Dimana sistem demokrasi ini memilih pemimpin secara langsung yang dilakukan oleh rakyat sehingga memberi peluang bagi siapa saja untuk dapat memimpin walaupun terdapat perbedaan keyakinan atau agama antara yang memimpin dengan yang dipimpin. Hal ini terjadi di beberapa daerah seorang non muslim menjadi pemimpin di daerah mayoritas muslim.

Hubungan Non muslim dan Muslim kerap diwarnai dengan isu-isu negatif.

Banyak yang berpandangan dengan salah satu aspek dalil Al-Qur`an bahwa tidak boleh Muslim bergaul dengan non-Muslim dengan berbagai alasan, apalagi mengangkat non-Muslim menjadi pemimpin Muslim.

Al-Qur`an sebagai kitab suci yang sudah dijamin keontetikanya akan tetap relevan disetiap tempat dan waktu. Maka dari itu, peneliti mengangkat tema pemimpin non-Muslim yang didasarkan pada penafsiran ayat-ayat Al-Qur`an. penafsiran yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah Tafsir Tamsyiyât al-Muslimîn karya Ahmad Sanusi dan Tafsir Departemen Agama RI edisi 2009. Kedua tafsir ini sebagai tafsir Nusantara.

Dan tafsir kontemporer yang mempunyai korelasi dengan kehidupan saat ini.

Penulis mencoba mencari perbandingan diantara kedua tafsir ini dengan merumuskan masalah bagaimana penafsiran dari kedua tafsir ini dan bagaimana perbedaanya.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research, sehingga data yang diperoleh adalah berasal dari kajian teks atau buku-buku yang relevan dengan pokok atau rumusan masalah di atas. Sifat penelitian ini adalah kualitatif. Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif-analitis juga menambahkan metode komparatif yakni membandingkan kedua tafsir tersebut. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kepemimpinan non muslim menurut Ahmad Sanusi dan Depag RI tidak diperbolehkan, akan tetapi jika untuk sekedar berteman dan bertetangga dianjurkan. Karena Rasulullah juga berteman baik dengan orang-orang Non muslim yang tidak memusuhi islam.

(4)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

ABSTRAK ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah ... 9

2. Pembatasan Masalah ... 9

3. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Metodologi Penelitian ... 14

G. Teknik dan Sistematika Penulisan ... 15

BAB II: DISKURSUS TENTANG PEMIMPINAN NON MUSLIM DALAM AL-QUR`AN A. Pengertian Pemimpin dan Ruang Lingkupnya 1. Definisi Pemimpin ... 18

2. Term Al-Qur`an Mengenai Pemimpin a. Khalȋfah... 20

b. Al-imâmah atau imam ... 22

c. Amîr (

يرمأ

) / Ûlil amri ... 24

(5)

ix

d. Auliyâ’ ... 27

e. Isti’mâr ... 27

3. Hukum Mengangkat Pemimpin ... 28

4. Kriteria Pemimpin ... 31

5. Fungsi dan Tugas Pemimpin ... 36

B. Pengertian Non-Muslim dan Ruang Lingkupnya 1. Definisi Non-Muslim ... 38

2. Term Al-Qur`an mengenai Non-Muslim ... 39

C. Pandangan Ulama tentang kepemimpin Non Muslim ... 41

BAB III: BIOGRAFI MUFASSIR DAN PROFIL KITAB A. K.H. Ahmad Sanusi Dan Tafsir Tamsyiyat Al-Muslimin 1. Biografi K.H. Ahmad Sanusi ... 47

2. Perjalanan Intelektualnya K.H.Ahmad Sanusi ... 50

3. Karya-karya K.H Ahmad Sanusi ... 54

B. Profil Kitab Tafsir Tamsyiyât Al-Muslimȋn ... 56

1. Latar Belakang Penulisan ... 58

2. Metode Penulisan ... 59

3. Sumber dan Referensi Tafsir ... 60

4. Corak penafsiran ... 61

5. Sistematika Penulisan ... 62

C. Sekilas Tentang Al-Qur`an dan Tafsirnya Departemen Agama 1. Profil Tafsir Departemen Agama RI ... 63

2. Metodologi Tafsir Departemen Agama dan Sumber Penafsirannya ... 68 BAB IV: PENAFSIRAN AYAT-AYAT KEPEMIMPINAN NON MUSLIM DALAM TAFSÎR TAMSYIYÂT AL-MUSLIMÎN DAN TAFSIR DEPARTEMEN AGAMA RI

A. Penafsiran Terhadap Ayat Kepemimpinan Non Muslim

(6)

x 1. Q.S Alî ‘Imrân 3: 28

a. Penafsiran Ahmad Sanusi ... 74 b. Penafsiran Departemen Agama RI ... 79 c. Analisis Komparatif ... 83 2. Q.S Alî ‘Imrân 3: 118

a. Penafsiran Ahmad Sanusi ... 85 b. Penafsiran Departemen Agama RI ... 87 c. Analisis Komparatif ... 90 3. Q.S An-Nisâ’ 4:139

a. Penafsiran Ahmad Sanusi ... 92 b. Penafsiran Departemen Agama RI ... 93 c. Analisis Komparatif ... 94 4. Q.S An-Nisâ’ 4: 144

a. Penafsiran Ahmad Sanusi ... 96 b. Penafsiran Departemen Agama RI ... 97 c. Analisis Komparatif ... 99 B. Analisa Penafsiran Ahmad Sanusi dalam Tafsir Tamsyiyât Al-

Muslimîn dan Tafsir Deprtemen Agama RI terhadap Ayat-

Ayat Kepemimpinan Non muslim ... 100 BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA ... 107

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Kepemimpinan Non-Muslim Dalam al-Qur`an (Studi Komparatif Tafsîr Tamsyiyât Al-Muslimîn dan Tafsir Departemen Agama RI).

Kemudian shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat islam dari kehidupan jahiliyah sampai pada kehidupan yang penuh ‘inâyah. Penulis menyadari bahwa upaya penulisan skripsi ini bukan suatu pekerjaan yang mudah, akan tetapi dengan berbekal optimis, kerja keras, ketekunan, disertai do’a dan bantuan berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan, kendati dalam bentuk yang sederhana.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis sudah berusaha dengan segala daya dan upaya serta dengan kemampuan yang dimiliki guna menyelesaikannya, namun tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak penyusunan skripsi ini sulit dapat terwujud. Oleh karena itu kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini dengan segala hormat penulis sampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaimah Tahido Yanggo, M.A. Selaku Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

3. Bapak Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A. Selaku Ketua Prodi Ilmu Al- Qur`an dan Tafsir Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

(8)

v

4. Ibu Dr. Hj Romlah Widayati, M.A. sebagai Wakil Rektor tiga dan juga sebagai Dosen Pembmbing Skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis demi terselesaikannya Skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan semangat dalam belajar sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa.

6. Dra. Rukoyah Tamimi dan Dra. Suci Rahayuningsih sebagai staf fakultas Ushuluddin juga kepada seluruh sifitas akademisi Institut Ilmu Al- Qur`an (IIQ) Jakarta. Yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Lembaga LTTQ dan Instruktur tahfîdz yang dengan sabar membimbing penulis dalam menghafal Al-Qur`an, Bapak Dr. K.H. Ahmad Fathoni, Lc, M.A., Ibu Ade Halimah, S.Th.I., Ibu Hj. Muthmainnah, M.A., dan Ibu Hj. Istiqamah, M.A.

8. Pustakawan IIQ Jakarta, pemimpin dan karyawan Pepustakaan Umum UIN Jakarta, pemimpin dan karywan Perpustakaan Iman Jama’ serta pemimpin dan karyawan Pusat Studi Al-Qur`an, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepadap penulis untuk membaca buku-buku dan melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi.

9. Kedua orang tua tercinta bapak Ukun dan Ibu Apong. Tidak ada kata yang dapat penulis sampaikan selain terimakasih yang sedalam- dalamnya atas segala kasih sayang nya do’a pengorbanan, dukugan baik berupa moril maupun materil juga bimbingan yang kalian berikan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan ini.

10. Saudara-saudara tercinta Rina Rosmawati, Wina Yuningsih, Destiana Al-Fadilah yang tak lelah memberikan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(9)

vi

11. Sahabat-sahabat tercinta Yuniawati, Sufrotul Hasanah, Salma Millaty, Nur Indah Yuliani, Sofwatun Nada, Fitria Bilqis H, Dini Khairun N. dan teman-teman angakatan 2014 fakultas Ushuluddin IAT B khususnya yang senantiasa memberikan semangat dalam menjalani empat tahun menimba ilmu di IIQ Jakarta. Terima kasih telah bersedia menjadi sahabat dan berbagi dalam kesenangan dan kesedihan. Semoga ikatan silaturahmi kita tidak pernah putus.

12. Ucapan terimakasih Kepada seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak mohon maaf tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga senantiasa Allah membalas semua kebaikan semua.

Dalam penulisan Skripsi ini berbagai upaya telah penulis lakukan untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah yang baik namun, kerana keterbatasan yang penulis miliki, maka skripsi ini tentunya msih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari para pembaca demi karya yang lebih baik lagi.

Akhirnya, semoga dengan hadirnya skripsi ini, Allah SWT.

memberikan manfaat kepada penulis juga kepada bagi siapa pun yang membacanya. Dalam khazanah kelimuan.

Jakarta, 12 Agustus 2018 Jakarta, 1 Dzulhijjah 1439

Penulis

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak zaman Rasullah saw sampai dengan saat ini permasalahan yang dihadapi oleh umat islam semakin berkembang, para ulama mencoba menyelesaikan permasalahan itu dengan mengeluarkan seluruh kemampuan ijtihadnya. Tentu saja masalah itu disikapi dengan pertimbangan terhadap ketentuan agama dan berpedoman pada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan tujuan untuk mencapai kemaslahatan.Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban tugas dan tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanat Tuhan yang sungguh besar dan berat. Oleh karena itu Salah satu persoalan yang muncul adalah masalah tugas, kewajiban, menjaga amanat, yakni dalam masalah kepemimpinan.

Di antara amanat Allah kepada manusia ialah agar memakmurkan kehidupan di bumi sebagaimana dalam QS. Hud ayat 61.1 Karena amat mulianya manusia sebagai pengemban amanat Allah, maka manusia diberi kedudukan sebagai (Khalīfatullah, wakil Allah di bumi) sebagaimana dalam QS. al-Baqarah ayat 30.2 Manusia wajib melaksanakan aturan-aturan yang telah Allah SWT. gariskan dan tetapkan. Dalam mengatur kehidupan di dunia manusia wajib menaati aturan Allah SWT. aturan rasul-Nya, dan juga menaati aturan pemimpin atau penguasan (ulil amri, khalîfah) selama tidak bertentangan dengan aturan Allah SWT.

1 M. Quraish Shihab, Al-Qur`an dan Maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), cet. 2h. 228

2 M. Quraish Shihab, Al-Qur`an dan Maknanya, h. 6

(11)

2

Keberadaan pemimpin itu diperlukan tidak hanya sekedar menjamin keselamatan jiwa dan hak milik umatnya serta terpenuhinya kebutuhan materi mereka saja, tetapi juga untuk menjamin berlakunya segala perintah dan hukum Allah SWT. Karena memandang sedemikian urgenya eksistensi seorang kepala negara.3 Namun masalah yang terjadi pada saat ini adalah mengangkat seorang pemimpin yang tidak percaya kepada Allah Swt. yakni tentang kepemimpinan non muslim.

Berkenaan dengan pemimpin non muslim kita kembali kepada pengertian pemimpin itu sendiri. Pemimpin adalah orang yang memimpin atau seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya, nalurinya, dan kepribadiannya yang mampu menciptakan keadaan sehingga orang lain yang dipimpinnya saling bekerjasama untuk mencapai tujuan.4 Pemimpin juga merupakan orang yang dipilih oleh rakyat untuk mengatur dan mengurus kepentingan bersama, dan dipercayai menjadi seorang pemimpin. Seseorang yang dinobatkan sebagai pemimpin negara mempunyai tugas dan kewajiban antara lain, yaitu, memelihara agama, ketahanan dan keamanan, menegakkan hukum, serta mengatur keuangan.5

Kepemimpinan menurut islam merupakan menyeru kepada kebaikan dan melarang berbuat kejahatan. Kepemimpinan dalam islam merupakan perwujudan dari keimanan dan amal saleh. Seorang pemimpin yang mementingkan diri sendiri, kelompok, keluarga dengan hanya bertujuan kepada kebendaan, penumpukan harta maka bukanlah kepemimpinan yang sebenarnya meskipun pemimpin tersebut beragama

3 Sjadzali, Islam Dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran , (Jakarta :UI-Press, 1993), h. 89.

4Muhammad Dhiauddin Rias, An-Nadzâriyatu As-Siyâsatu Al-Islâmiyah, terj. Abdul hayyi, dkk., (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet. 1.h 40

5 M Suryadinata, “Kepemimpinan Non Muslim Dalam Al-Qur`An: Analisis Penafsiran FPI Mengenai Ayat-Ayat Pemimpin Non Muslim”, dalam jurnal ilmu Ushuluddin, vol 2 no 3, 2015, h. 243

(12)

3 islam.6 Karena menjadi seorang pemimpin tidak hanya cakap dalam satu hal namun ada kewajiban dan syarat yang harus pemimpin laksanakan.

Salah satunya pemimpin tidak boleh fasik7 Menurut pandangan Imam Abu al-Hasan al-Mawardi (w. 450 H) jika tidak ada pilihan lain kecuali pemimpin muslim tapi fasik, itu lebih baik dibanding memilih orang kafir walau tampaknya baik hati kepada kaum muslimin.8

Kepemimpinan non muslim di Indonesia saat ini menjadi isu-isu miring hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia mayoritas muslim dan mempunyai berbagai pandangan masing-masing mengenai kepemimpinan non muslim tersebut. Dan sejak terjadinya kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama tahun 2016 lalu, masalah kepemimpinan non muslim menjadi sorotan masyarakat Indonesia terutama para Ormas, mahasiswa dan para kalangan santri.

Respon-respon ini menimbulkan perdebatan antara tidak dan bolehnya kepemimpinan non muslim di Indonesia.9 Timbulah Pertanyaan mengenai bolehkah seorang non muslim menjadi pemimpin di daerah yang mayoritas muslim?, pertanyaan ini dirasa kontekstual khususnya di Indonesia.

Respon ini bukan hanya dikeluarkan oleh masyarakat tetapi para ulama juga berbeda pendapat terhadap kepemimpinan non muslim sebagian tidak membolehkan memilih pemimpin non muslim, namun ada sebagian kelompok yang membolehkan. Pendapat yang melarang umat

6Musim Mufti, politik Islam Sejarah dan Pemikirian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), cet. 1, h. 53

7Fasik dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai: (1) tidak peduli terhadap perintah tuhan(berarti: buruk kelakuan, jahat, berdosa besar); (2) orang yang oercaya kepada Allah swt tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan mealukan dosa besar. Lihat Abdul Manan, Politik Hukum, (Jakarta, Prenadamedia Group: 2016), cet. 1, h.

88

8Abdul Manan, Politik Hukum, h. 90

9Hayi Maria Ulfah, “Kelapa Negara Non Muslim Dalam Pandangan Santri Krapyak Yogyakarta”, skripsi, (Yogyakarta: Sunan kalijaga, 2017), h. 3

(13)

4

islam memilih pemimpin non muslim berdasar pada firman Allah swt.

Surat Ali Imran 3: 28:

ا َ لّ

اِذِخَتَي ا اٱا ل ا ؤُه اَىوُيِن ٱا ل اَويِرِف ا َك ا ا و َ

أ آاَ ِلِ

اَء ا وِن اِنوُد ا اٱا ل ا ؤُه انَيِيِن ا وَنَو ا ا فَي ا لَع ا

ا َذ اَكِل ا ا يَلَف ا َس ا اَوِن اٱ اِ َللّ

اِف ا ا ا َش ا ءا آ َ لِّإ ا ن َ

أ ا اْاوُقَتَت ا ا يِن ا مُه ا ا ىَقُت ا ةا اُمُكُرِّذَحُيَو ا

ٱ اُ َللّ

ااَن ا ف اًُ َس ا ۥا ا َ لوَإِ

اٱ اِ َللّ

ٱا اُي ِصَه ل ا ٢٨

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.

Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)”(Q.S Ali Imran 3: 28)

Pada ayat tersebutterdapat kata auliyâ menurut Buya Hamka (w.

1981 M) kata auliyâ bisa bermakna pemimpin, pengurus, teman karib pelindung. Buya Hamka (w. 1981 M) memberikan penjelasan bahwa barang siapa yang mengambil Yahudi atau Nasrani menjadi pemimpinnya,tandanya dia telahtermasuk golongan mereka, artinya telah bersimpati pada mereka.10 Menurut Al-Kiya Al-Harasi (w. 1110 M), wali berarti al-muhib kekasih, as-shadiq (teman) dan al-nashir (penolong).11

Di dalam Al-Qur`an kata pemimpin diungkapkan dengan berbeda terkadang menggunakan “kholȋfah”, “ûlil amri” dll. Menurut M Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al-Qur`an bahwa Kata “kholȋfah”

digunakan oleh Al-Qur`an untuk siapa saja yang diberi kekuasaan mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. Seorang “kholȋfah”

10Hamka, “Tafsir Al-Azhar” (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1982), juz III, h. 184- 185

11Imad Ad-Din Ibn Muhammad At-Thabari Al-Ma‟ruf bi al-Kiya Al-Harasi,

“Ahkam Al-Qur`an” (Mesir : Mathba‟ah Muhammad Ali Shabih wa Al-Wadud, 1373H/1953), jilid III, h. 151

(14)

5 berpotensi, bahkan secara aktual dapat melakukan kekeliruan dan kesalahan akibat mengikuti hawa nafsu.12

Menurut Al-Jashash (w. 370 H) juga berdasarkan pada firman Allah surat Ali Imran ayat 28. Khusus terhadap ayat ini, beliau memberi catatan bahwa dalam hal apapun orang kafir tidak boleh berkuasa atas umat islam, hal ini termasuk juga terhadap ayat- ayat lain yang isinya senada. tidak boleh ada sedikit pun (kesempatan dibuka umat islam) bagi orang-orang kafir untuk berkuasa atas mereka, atau ikut campur dalam menangani sekecil apapun urusan intern umat islam.13

Selain itu menurut Ibnu Katsir bahwa pada ayat 28 surat alî „imran merupakan larangan Allah pada hambanya yang beriman, berteman akrab dengan orang-orang kafir atau menjadikannya sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang yang beriman. Sebab jelas ini merupakan perwujudan sikap cinta kasih umat islam terhadap non muslim.14

Wahbah al-Zuhaili (w. 2015 M) menyatakan bahwa Allah Swt melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpinnya. Sebab hal ini bila terjadi, niscaya segala rahasia kaum mukmin dapat diketahui oleh non muslim. Selain itu kaum mukmin pun boleh jadi akan bersikap penuh kasih sayang terhadap kaum non muslim, sehingga tidak menutup kemungkinan mereka akan mengedepankan kepentingan non muslim ketimbang sesama mukmin sendiri.15

12 M. Quraish Shihab “Membumikan Al-Qur`an” (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), cet I, h. 246

13 Mujar Ibnu Syarif, “Presiden Non Muslim” (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006), cet 1, h. 79

14 Imam Abi al-Fida Al-hafidz Ibn Katsir ad-Dimasyqi, “Tafsîr Al-Qur`an Al- Adzîm” (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), Jilid I, h. 439

15Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, terj. Abdul Hayyi Al-Kattani, dkk. (Jakarta:

Gema Insani, 2013)cet. Ke-1, jilid ke-2, h. 235

(15)

6

Adapun kelompok yang setuju dengan pemimpin non muslimadalah intelektual muslim liberal yaitu salah satuya ada Mahmoud Muhammad Thoha (w.1985 M) yang notabenenya insinyur. Menurutnya dalam sebuah negara mayoritas muslim, bahwa minoritas non muslim memiliki persamaan hak dan status sebagaimana di nikmati umat islam, (termasuk hak untuk menjadi presiden).16 Intelektual muslim lain yang pro terhadap kepemimpinan non muslim yaitu Abdullah Ahmed Al-Na‟im, Thariq Al-Bishri.

Di Indonesia sendiri terjadi perbedaan pendapat tentang pemimpin non muslim. Ketika tahun 2004 silam terjadi gonjangan saat pemilu karena ada isu Dimana orang non muslim akan mencalonkan menjadi presiden. Yaitu ketua Ruyandi Hutasoit yang beragama Kristen dan juga merupakan ketua umum Partai Damai Sejahtera (PDS)secara terbuka mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu presiden 2004.KH.Ali Yafie (W. 1926 M) dan K H. Endang Saifuddin Anshari menolak habis- habisan kandidat non muslim. Alasan penolakan itu karena UUD 1945 yang berlaku saat ini dijiwai oleh Piagam Jakarta yang meniscayakan presiden RI seorang muslim.

Alasan kedua menurut Prof Ibrahim Hoesen (w.2001 M), karena RI termasuk katagori dârul al-islam (negara Islam) sebab mayoritas masyarakatnya islam. Umat islam pun dijamin dan dilindungi hak-haknya serta diberi kebebasan menjalankan agamanya. Prof Ibrahim Hoesen juga mengakui bahwa dalam piagam Jakarta memang pernah ada persyaratan bahwa presiden RI harus orang yang beragama islam.17

Bila ketiga tokoh diatas menolak pemimpin non muslim karena ada dalam piagam Jakarta. Tetapi menurut tokoh yang lain seperti K

16 Mujar Ibnu Syarif, “Presiden Non Muslim di Negara Muslim” (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006), cet 1, h. 140

17 Mujar Ibnu Syarif, “Presiden Non Muslim di Negara Muslim”, h. 202

(16)

7 Yusril dan KH Hasyim Muzadi (w. 2017 M) menyatakan, tidak ada keharusan presiden RI harus beragama islam. Persyaratan itu memang pernah ada dalam rancangan pasal 6 UUD 1945.Akan tetapi syarat tersebut dihapus pada tanggal 18 Agustus 1945. Berarti mengenai siapa yang akan menduduki jabatan presiden RI sepenuhnya dikembalikan kepada demokrasi. Akan tetapi karena negara RI mayoritas muslim, maka suatu yang alamiyah dan wajar saja jika jabatan presidennya selalu di pangku oleh orang muslim. Dimana pun seorang pemimpin atau presiden selalu dipangku oleh kelompok yang mayoritas.18

Ketika hal ini menjadi banyaknya perbedaan pendapat, membuat masyarakat menjadi bingung akan kepemimpinan itu sendiri jika dilihat dari kenyataan yang ada di negara mayoritas muslim telah terjadi seorang non muslim dijadikan pemimpin, pada dasarnya jika dilihat dari Hak Asasi Manusia (HAM) maka tidak ada salahnya jika seorang non muslim mencalonkan menjadi pemimpin dikarenakan setiap manusia mempunyai hak untuk mencalonkan diri.Adapun halnya terkait persoalan pemimpin non muslim dalam konteks Indonesia saat ini, sebagai sebuah negara yangdemokratis, yang tidak menjadikan salah satu agama tertentu sebagai dasar pemerintahannya dan tidak mensyaratkankepemimpinan politik pada agama tertentu, persoalankepemimpinan non muslim berdasarkan al-Qur`an cukup relevanuntuk terus dikaji. Demikian juga pandangan dari para mufassir indonesia, terkait persoalan kepemimpinan non muslim layakuntuk diperhatikan.

Maka dari fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan kajian yang lebih mendalam terhadap penafsian yang dilakukan para mufassir khususnya mufassir Nusantara terhadap ayat-ayat kepmimpinan non muslim. Dalam hal ini penulis ingin mencoba untuk meneliti antara dua

18 Mujar Ibnu Syarif, “Presiden Non Muslim di Negara Muslim”, h. 208

(17)

8

kitab tafsir nusantara yakni tafsir Departemen Agama RI dan Tafsir Tamsyiat Al-Muslimin karya KH. Ahmad Sanusi.

Adapun beberapa hal yang menjadi alasan penulis memilih kedua tafsir ini adalah karena tafsir departemen agama ditulis bertujuan untuk memberikan petunjuk khusunya pada masyarakat Indonesia. Selain itu tafsir Departemen Agama disusun oleh ulama-ulama Indonesia yang mengerahkan seluruh ilmunya agar menjadi satu dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Selain itu para ulama tersebut tentunya memiliki jiwa nasionalisme dan juga termasuk negarawan karena ada yang di berkecimpung di dunia organisasi nasional seperti MUI dan beliau-beliau selalu mengamati bagaimana keadaan di Indoneisa. Kemudian alasan peneliti mengambil tafsir ini karena tafsir ini bercorak adabi ijtima‟I, yakni sosial kemasyarakatan jadi masalah kepemimpinan ini merupakan bagian dari kemasyarakatan.

Adapun memilih tafsir Tamsyiyât Al-Muslimîn karya KH. Ahmad Sanusi adalah karena beliau merupakan sosok seorang mufassir lokal yang sudah tidak asing lagi di Indonesia khususnya, terutama di kalangan pesantren-pesantren daerah sunda dan beliau juga sudah tidak diragukan lagi kapasitas keilmuannya. Kemudian, dari latar belakang KH. Ahmad Sanusi seorang ulama sunni yang gigih memperjuangkan konsep ahlu al- sunnah wa al-jamâ’ah. Ia terkenal seorang yang moderat. Penafsirannya mengedepankan kemaslahatan dan kebaikan umat Islam yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi zaman dan masyarakatnya. Pemikirannya bisa dibilang kontekstual, Kemudian akanmenjadi menarik ketika dihadapkan dengan bagaimana KH. Ahmad Sanusi menafsirkan ayat-ayat kepemimpinan non muslim.

Maka dari itu penulis akan membahas bagaimana penafsiran KH Ahmad Sanusi pada tafsir Tamsyyiât Al-Muslimîn dan tafsir Departemen

(18)

9 Agama RI terhadap ayat-ayat kepemimpinan Non Muslim. Dan penulis himpun dalam judul Kepemimpinan Non Muslim dalam Al-Qur`an (Studi Komparatif Tafsir Departemen Agama Ri Dan Tafsir Tamsyiyât Al-Muslimîn).

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Pemaparan latar belakang diatas setidaknya penulis menemukan beberapa permasalahan terkait dengan kepemimpinan non muslim menurut mufassir nusantara. Permasalahan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Terjadinya perbedaan pendapat dan pendangan dikalangan masyarakat tentang kepimimpinan Non Msulim.

b. Perbedaan pemahaman terhadap penafsiran kata Auliya‟ dalam Al-Qur‟an.

2. Pembatasan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, untuk memperjelas permasalahan dan persoalan yang akan dibahas dalam penulisan ini, maka perlu disampaikan pembatasan dan perumusan masalah. Hal ini diperlukan agar permasalahan tidak melebar kepada materi-materi yang tidak berkaitan dengan judul.

Pembatasan masalah penelitian ini adalah tentang ayat-ayat kepemimpinan non muslim. kata Auliya di dalam al-Qur`an disebutkan sebanyak 42 kali dan diterjemahkan dengan beragam sesuai konteksnya. Kata Auliya yang bermakna teman setia dan pemimpin yang dijadikan penelitian dalam skripsi ini. Yakni terdapat pada Q.S Âli Imrân 3: 28, Q.S Âli Imrân 3:118, Q.S an-Nisa 4: 144, Q.S an-Nisa 4: 139. Karena ayat-ayat kepemimpinan non muslim

(19)

10

dalam Al-Qur`an memiliki jumlah yang cukup banyak dan tafsir yang menjadi objek penelitian penulis yakni tafsir Tamsyiyât al-Muslimîn hanya terdapat 4 jilid yang terdiri dari surat al-Fatihah sampai dengan al-Maidah ayat 37 maka dari itu penulis hanya akan mengambil dan meneliti ayat-ayat yang yang telah disebutkan diatas.

3. Rumusan Masalah

Melalui latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana penafsiran Ahmad Sanusi dalam tafsir Tamsyiyât Al- muslimîn dan tafsir Departemen Agama RI tentang kepemimpan non Muslim?

b. Bagaimana perbedaan antara tafsir Tamsyiyât Al-muslimîndan tafsir Departemen Agama RI tentang hukum mengankat pemimpin non Muslim?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dilakuannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pandangan tafsir Tamsyiyât Al-muslimîndan tafsir Al-Qur`an dan Tafsirnya Departemen Agama RI tentang kepemimpan non Muslim.

2. Untuk mencari perbedaan dan persamaan antara tafsir Tamsyiyât Al-muslimîn dan tafsir Departemen Agama RI tentang kepemimpan non Muslim.

D. Kegunaan Penelitian

Selain memiliki tujuan, penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi atau manfaat, yaitu:

(20)

11 1. Secara teoriti, penelitian ini diharapkan dapat menemukan jawaban dan menambah wawasan bagaimana Al-Qur`an menjelaskan tentang kepemimpinan non muslimsehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam memahami ajaran islam dalam memilih pemimpin.

2. Secara praktis, hasil pembahasan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pemahaman bagaimana kepemimpinan non muslim menurut ahmad sanusi dalam tafsirnya Tamsyiyât Al-muslimîndan Tafsir Departmen Agama RI

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan penelitian ini dengan penelitian lain, penulis mengamati kajian-kajian yang pernah dilakukan terkait tentang kepemimpinan non muslim dalam Al-Qur`an dengan merujuk tafsir nusantara yakni Tamsyiyât Al-muslimîn dan Tafsir Departmen Agama RI. Selanjutnya, hasil pengamatan itu akan menjadi acuan penulis untuk memastikan bahwa penulis tidak melakukan plagiat dari kajian yang telah ada.

Dalam penelusuran, penulis menemukan beberapa karya tulis yang membahas tentang kepemimpinan non muslim seperti pada skripsi yang ditulis oleh Wahyu Naldi “Penafsiran Terhadap Ayat-Ayat Larangan Memilih Pemimpin Non Muslim Dalam Al-Qur`An (Studi Komparasi Antara M. Quraish Shihab Dan Sayyid Quthub)”. penelitian ini mencoba menjelaskan pandangan dua mufassir tersebut denganmemakai sebuah teori yang di gagas oleh Hanz George Gadamer. Dan mencari persamaan dan perbedaan antara keduanya.19 Skripsi ini memberi kontribusi kepada penulis karena skripsi ini menggunakan metode yang sama dengan

19 Wahyu Naldi, “Penafsiran Terhadap Ayat-Ayat Larangan Memilih Pemimpin Non Muslim Dalam Al-Qur`An (Studi Komparasi Antara M. Quraish Shihab Dan Sayyid Quthub)”, skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015), h. 147, t.d

(21)

12

penelitian yang akan dilakukan penulis. Yakni menggunakan metode komparatif.

Skripsi yang ditulis oleh Rohmat syariffudin dengan judul

“Pengangkatan Pemimpin Non Muslim Dalam Al-Qur`an (studi penafsiran M. Quraish shihab dalamtafsir Al-misbâh)”. Skripsi ini mencoba untuk menjelaskan bagaimana menurut mufassir M Qurasih Shihab tentang pengangkatan pemimpin non Muslim dan relevansinya di Indonesia.20 Penelitian ini member kontribusi untuk penulis dengan menambah wawasan tentang kepemimpinan non muslim menurut mufassir selain yang penulis teliti.

Terdapat pula dalam jurnal yang ditulis oleh M Suryadinata yaitu

“Kepemimpinan Non Muslim Dalam Al-Qur`An: Analisis Penafsiran FPI Mengenai Ayat-Ayat Pemimpin Non Muslim” dalam jurnal ini memaparkan bahwa FPI menafsirkan ayat cenderung tekstual. Pasalnya tidak memperhatikan makna lain, dan hanya percaya pada teks semata.

Penafsiran yang seperti itu justru bersifat memaksa dan tergolong ideologis yang kemudian jatuh dalam jurang otoritanianisme21 Jurnal ini menggambarkan pula yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu.22 Jurnal ini member gambaran kepada penulis bagaimana pemikiran sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi kepemimpinan non muslim.

Skripsi yang ditulis oleh M Galib Iqbal “Tinjauan Hukum Islam terhadap pemimpin Non Muslim dalam Masyarakat Islam”, dalam skripsi

20Rohmat Syariffudin, “Pengangkatan Pemimpin Non Muslim Dalam Al-Qur`an (studi penafsiran M. Quraish shihab dalamtafsir Al-misbâh).Skripsi, (Semarang: UIN Walisongo, 2016), t.d

21 Otoritarianisme berasal dari kata otoriter yang berarti berkuasa sendiri, sewenang- wenang (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

22 M Suryadinata, “Kepemimpinan Non Muslim Dalam Al-Qur`An: Analisis Penafsiran FPI Mengenai Ayat-Ayat Pemimpin Non Muslim”, dalamjurnal ilmu Ushuluddin,vol 2 no 3, 2015

(22)

13 ini menjelaskan bagaimana pendapat ulama tentang pemimpin non Muslin dan tinjauannya hukum islam terhadap permasalahan tersebut dalam masyarakat islam.23 Hasil penelitian skripsi ini mambantu penulis dalam menambah wawasan tentang kepemimpinan non muslim menurut ulama- ulama dan tinjaun hukumnya.

Abu tholib Kholik menulis sebuah jurnal yang berjudul “Pemimpin Non Muslim Perspektif Ibnu Taimiyah” dalam tulisan ini menggambarkan relevansi pemikiran “liberal” Ibnu Taimiyah tentang penyelenggaraan negara, khususnya dalam issu kepemimpinan non-muslim di tengah mayoritas umat Islam. Pandangan ini sangat relevan untuk menjawab kegamangan sebagian besar umat Islam yang saling berseteru dalam memilih seorang pemimpin sementara calon yang diajukan sama sekali tidak layak untuk menjadi pemimpin.24

Ahmad Mutaqqin menulis sebuah jurnal yang berjudul “Pemimpin Non Muslim dalam pandangan Hamka (Kajian Tafair Al-Azhar)”. Dari jurnal ini penulis mendapatkan pengetahuan bahwa Pandangan Buya Hamka yang menyimpulkan larangan Pemimpin Non Muslim, hendaklah dapat dilihat sebagai kehatia- hatian umat muslim, yang notabene, merupakan mayoritas agama yang dianut di negeri ini, sikap kehati-hatian ini bisa dilihat dari uraian Hamka, saat menafsirkan ayat-ayat tentang larangan pemimpin non muslim.25

Skripsi yang ditulis oleh Lulu Zakiyatunnufus mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta yang berjudul “konsep jihad perspektif Al-Qur`an (kajian tafsir Tamsyiat Al-Muslimin) karya KH. Ahmad Sanusi. Skripsi ini

23M Galib Iqbal “Tinjauan Hukum Islam terhadap pemimpin Non Muslim dalam Masyarakat Islam”, skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan, 2017), t.d

24Abu tholib Kholik, “Pemimpin Non Muslim Perspektif Ibnu Taimiyah”, dalam Jurnal studi keislaman, (Lampung: UIN Raden Intan, 2014), vol 14 no 1,

25Ahmad Mutaqqin, “Pemimpin Non Muslim dalam pandangan Hamka (Kajian Tafair Al-Azhar)”, dalam jurnal Al-Dzikra, vol. XI, no 1/ januari-juni 2017

(23)

14

membantu penulis untuk mengetahui lebih dalam tentang KH.Ahmad Sanusi sekaligus metodologi tafsir Tamsyiyât Al-muslimîn.26

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan metode tematik dengan jenis penelitian pustaka, yang bersifat penelitian kepustakaan (Library Research), sehingga data yang diperoleh adalah berasal dari kajian teks atau buku-buku yang relevan dengan pokok atau rumusan masalah di atas.27

2. Sumber Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan sekunder. Yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah kitab tafsir Tamsyiyât Al-muslimîn karya K.H Ahmad Sanusi dan Tafsir Departmen Agama RI sebagai sumber utama. Sedangkan yang dimaksud sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, majalah, jurnal, dan artikel yangberkaitan dengan tema yang dibahas sebagai sumber pendukung.

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan Library Research maka teknik yang penulis gunakan adalah teknik dokumentatif yakni mengumpulkan data lieratur yang berhubungan dengan objek penelitian dan pembahasan ini. Adapun teknik dalam penelitian ini adalah mencari data-data sumber primer yaitu Tamsyiyât Al-muslimîn dan Tafsir Departmen Agama RI khususnya yang berkenaan dengan kepemimpinan non muslim. Dan mengumpulkan literatur-literatur

26Lulu zakiyatun nufus, “konsep jihad perspektif Al-Qur`an (kajian tafsirTamsyiyât Al-muslimîn) karya KH. Ahmad Sanusi”, skripsi, (Jakarta: IIQ Jakarta,2017)

27 Sutrisno Hadi, “Metodologi Research,( Yogyakarta: Andi Offet, 1995), jilid I, h. 9

(24)

15 lain yang berkenaan dengan tema penelitian sebagai sumber sekunder dan sebagai penguat dari kitab-kitab tafsir yang bersangkutan.

Kemudian setelah data terkumpul sedemikian diolah dan diuraikan menjadi sistematis.

4. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul dan diolah berikutnya adalah menganalisa data tersebut. Dalam menganalisa data, penulis meggunakan metode deskriptif-analitis. Yaitu meneliti, menganalisa dan mengklarifikasi.28 Yakni menggambarkan pandangan Ahmad Sanusi pada Tamsyiyât Al- muslimîn dan Tafsir Departmen Agama RI terhadap ayat-ayat kepemimpinan Non Muslim.

Selain itu penulis juga menggunakan Content Analysist atau analisis isi. Dengan suatu pendekatan dan metode dalam penelitian kualitatif yang menjadikan teks sebagai objek kajian yang dianalisis dalam rangka menemukan makna atau isi pesan yang disampaikan.29 G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Untuk teknik penulisan dan sistem transliterasi penelitian ini penulis merujuk pada buku pedoman penulisan proposal skripsi dan skripsi IIQ (Institut Ilmu Al-Qur`an) Jakarta. Seluruh pembahasan yang tercakup pada skripsi ini, akan penulis tuangkan ke dalam beberapa bab- bab tertentu sesuai dengan tema pokoknya masing-masing.

Bab Pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Diadakannya pendahuluan sebelum masuk pada pembahasan

28Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1990), h. 139

29Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet 1, h. 117

(25)

16

karena untuk memperoleh dan menghimpun berbagai informasi tentang penelitian yang akan dilakukan. Sehingga dengan adanya pendahuluan dapat mengetahui dengan pasti sesuatu apa yang akan diteliti, dapat mengetahui bagaimana cara memperoleh data atau informasi, dapat menentukan cara yang tepat untuk menganalisis data, dapat mengetahui cara mengambil kesimpulan, serta dengan pendahuluan peneliti menjadi yakin bahwa penelitiannya perlu dilakukan dan dapat dilaksanakan.

Bab kedua, landasan teori merupakan bab pembahasan tentang pemimpin non muslim dalam Al-Qur`an, kemudian berbicara tentang pengertian pemimpin, kewajiban pemimpin, hak pemimpin, pengertian non muslim, hak-hak orang non muslim. Termasuk tinjauan umum yang mencakup pandangan ulama atau para mufassir terhadap kepemimpinan non muslim.

Bab ketiga, merupakan penjelasan mengenai objek yang diteliti yaitu pengenalan secara umum tehadap biografi mufassir serta kitab-kitab tafsir yang menjadi sumber rujukan primer dari penelitian ini yaitu biografi K.H Ahmad sanusi dan tim penyusun kitab tafsir Departemen Agama RI, dilanjukan dengan stimulasi yang digunakan dalam kitab, yakni mencakup metode, corak, sumber, sistematika dalam menafsirkan Al-Qur`an. serta penafsiran keduanya terhadap ayat-ayat kepemimpinan non muslim.

Bab keempat ini, bab ini merupakan analisa perbandingan tafsir yang menjadi sumber rujukan utama yaitu tafsir Tamsyiyât Al-muslimîn dan Tafsir Departmen Agama RI.bab ini merupakan pokok pembahasan utama dari kajian iini, tujuannya untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kedua tafisr tersebut dalam memahami ayat kepemimpinan non muslim.

(26)

17 Bab lima, dalam bab ini berisi penutup yang memuat beberapa kesimpulan dari keseluruhan penelitian skripsi ini dan berisi tentang hasil penelitian dan juga berisi saran sebagai pijakan sementara untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan objek masalah yang dikaji.

(27)

108 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Para ulama berbeda pendapat mengenai kebolehan pemimpin non- Muslim. Pertama yang memperbolehkan untuk memilih pemimpin non muslim karena melihat kepada Hak Asasi Manusia. Non muslim yang tinggal di negara mayoritas muslim juga berhak mencalonkan diri sebagai pemimpin di negara tersebut. Kedua melarang karena kata Auliyâ’ yang terdapat dalam al-Qur`an diartikan sebagai pemimpin. Dan Allah melarang untuk memilih atau menjadikan orang non Muslim sebagai pemimpin.

2. Dalam perspektif tafsir Tamsyiyât Al-muslimîn karya Ahmad Sanusi dan tafsir Departemen Agama RI dalam menafsirkan ayat-ayat pemimpin non Muslim cenderung sama. Yakni melarang adanya hubungan dengan non muslim karena menurutnya jika hal tersebut terjadi akan mendatangkan kerugian-kerugian bagi umat islam.

Tetapi Ahmad Sanusi dalam menafsirkan ayat-ayat di atas tidak mengkhususkan untuk masalah kepemimpinan saja, ayat tersebut juga berlaku dalam masalah pergaulan hidup.

3. kepemimpinan Non muslim dalam dua tafsir ini melarang secara jelas. Tetapi untuk berhubungan bertetangga atau saling menolong yang tidak merugikan dan mendatangkan manfaat untuk umat islam diperbolehkan. Kelonggaran yang dijelaskan dalam kedua tafsir ini nampaknya tidak berlaku pada masalah pemimpin. Karena melihat pada penafsirannya masing-masing mengatakan bahwa Allah telah

(28)

109

memperingatkan dengan jelas untuk tidak mengambil non muslim sebagai pemimpin dan Allah tidak akan memberikan pertolongan kepada siapa pun mereka yang telah memilih dengan meninggalkam orang mukmin.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang bersifat membangun dan konstruktif disampaikan kepada yang terkait sebagai berikut :

1. Mengingat negara Indonesia mayaoritas bergama Islam, diharapkan kepada pemangku kepentingan di negara ini agar memperhatikan aspirasi umat Islam yaitu agar yang mencalonkan sebagai pemimpin pada masyarakat Islam adalah yang memiliki aqidah dan keyakinan yang sama, hal ini bertujuan untuk menghindari gesekan dan perselesihan pada masyarakat.

2. Mengingat mekanisme pemilihan pemimpin yang dianut di Negara kita melalui pemilihan secara langsung yang memberikan kesempatan kepada semua pihak termasuk non muslim untuk mencalonkan menjadi pemimpin pada masyarakat muslim, maka diharapkan kepada masyarakat agar berpegang kepada samangat Al-Quran yang secara umum melarang memilih pemimpin non muslim khususnya pada masyarakat Islam.

3. Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk mengkaji tafsir Tamsyiyât al-muslimîn dari sisi hukum fiqihnya karena Ahmad Sanusi menafsirkan tentang fiqih sangatlah rinci maka dari itu tafsir ini bisa dikatagorikan sebagai tafsir yang bercorak fiqih.

(29)

107

DAFTAR PUSTAKA

Al-Harâsi, „Imâd Ad-Dîn Ibn Muhammad At-Thabari Al-Ma‟ruf bi al-Kiyâ,

“Ahkâm Al-Qur`an” Mesir : Mathba‟ah Muhammad Ali Shabih wa Al-Wadud, 1373H/1953.

Al-Ja‟fâ, Muhammad bin Ismâil Abu „Abdullah Al-Bukhâri, Shahȋh Al- Bukharȋ Dar at-Tuq An-najah, 1499.

Al-Mubârakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Misbâhul munȋr fȋ Tafsȋri Ibn Katsȋr (shahih Tafsȋr Ibn Katsȋr), terj. Abu Ihsan al-Atsari, Bogor:

Pustaka Ibnu Katsȋr,2006

Al-Qardhawi, Yusuf, Fiqh Al-Jihad, terj. Masturi Irham, dkk., Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2011

Ambary, Hasan Muarif, dkk, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Amir, Mafri, literatur Tafsir Indonesia, Banten: Madzhab Ciputat,2013 Anshori, Tafsir Bi al-ra‟yi Menafsirkan Al-Qur`an dengan Ijtihad. Jakarta:

Gaung Persada Press, 2010

Ar-Rifa‟I, Muhammad Nasib, Taisȋr Al-alȋy Qadȋr Lȋ Ikhtishâri Tafsȋr Ibnu Katsir, terj. Syihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1999

As-Siddieqy, Hasbi, Ilmu kenegaraan dalam fiqih Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1971

Asy-Syaukani, Al-Imam Muhammad Bin Ali bin Muhammad, Tafsir Fath al- Qadȋr, terj. Amir Hamzah Fachruddin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

At-Thabari, Jami‟ al-bayan an ta‟wil ayi al-Qur`an, terj. Ahsan Askan, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Az-Zuhaili, Wahbah Tafsir al-Munir, terj. Abdul Hayyi Al-Kattani, dkk.

Jakarta: Gema Insani, 2013

(30)

108

Baidan, Nasrudin, Metode Penafsiran Al-Qur`an, Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2002

Departemen Agama RI Al-Qur`an dan Tafsirnya ( edisi yang disempurnakan) , Jakarta: DEPAG, 2009

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya : Mukadimah, (edisi yang disempurnakan) Jakarta: Lentera Abadi, 2010

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia; Pusat Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Fawaid, Jazilul Bahasa Politik Al-Qur‟an, Depok: Azza Media, 2012

Hadi, Sutrisno, “Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offet, 1995.

Surakhmad Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung:

Tarsito, 1990

Hamka, “Tafsir Al-Azhâr” Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1982.

Haryono , M. Yudhi R, Bahasa Politik Al-Qur`an, Bekasi: Gugus Press, 2002 Ibn Katsir, Imam Abi al-Fida Al-hafidz Ad-Dimasyqi, “Tafsir Al-Qur`an Al-

Adzim” Beirut: Dar al-Fikr, 1992

Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015.

Imam al-Mawardi, Al- Ahkâm As-Sulthâniyyah fi Al-Wilâyah Ad-Dȋniyah, terj. Fadli Bhari, Jakarta: Darul Falah, 2006.

Imam Ibnu Mandzur, lisânul „Arab, Dar al-Ma‟ârif, 1119.

Iqbal, M Galib, “Tinjauan Hukum Islam terhadap pemimpin Non Muslim dalam Masyarakat Islam”, skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan, 2017), t.d

Iskandar, Muhammad, Para pengemban Amanah, Yogyakarta: Matabangsa, 2001.

Manan, Abdul, Politik Hukum, Jakarta, Prenadamedia Group: 2016

(31)

109 Muhammad Indra Nazaruddin, Kajian Tafsir Indonesia, Analisis Terhadap Tamsyiyât Al-Muslimîn fî Tafsîri Kalâmi Rabb Al-„âlamîn, Skripsi , Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Tidak diterbitkan.

Muhammad, Thariq As-Suwaidan, Sukses Menjadi Pemimpin Islami Jakarta:

Maghfirah Pustaka, 2005

Munawir, Ahmat Warson Kamus al-Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif 1997.

Musim Mufti, politik Islam Sejarah dan Pemikirian, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.

Naldi, Wahyu “Penafsiran Terhadap Ayat-Ayat Larangan Memilih Pemimpin Non Muslim Dalam Al-Qur`An (Studi Komparasi Antara M.

Quraish Shihab Dan Sayyid Quthub)”, skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015. Tidak diterbitkan.

Nufus, Lulu Zakiyatun, “konsep jihad perspektif Al-Qur`an (kajian tafsir Tamsyiat Al-Muslimin) karya KH. Ahmad Sanusi”, skripsi, Jakarta:

IIQ Jakarta,2017. Tidak diterbitkan.

Purwanto, Ngalim, dkk., Administrasi Pendidikan, Jakarta: Mutiara, 1984.

Quthb, Syahid Sayyid Tafsȋr Fȋ dzilâl Al-Qur`ân, terj. As‟ad Yasin, dkk.

Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Raharjo, Dawam, Ensiklopedi al-Qur`an tafsir Sosial Berdasarkan Konsep- Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002.

Rias, Muhammad Dhiauddin, An-Nadzâriyatu As-Siyâsatu Al-Islâmiyah, terj.

Abdul hayyi, dkk., Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Rosidi, Ajip Ensiklopedi Sunda: Alam Manusia dan Budaya, Jakarta: Pustaka Jaya, 2000

Saefuddin, Ijtihad Politik Cendikiawan Muslim, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Saksono, Widji, Mengislamkan Tanah Jawa, Bandung: Mizan, 1995.

(32)

110

Salim, Abdul Mu‟I, konsep kekuasaan politik dalam Al-Qur`an, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995

Sanusi Ahmad, Tamsyiyât Al-Muslimîn fî Tafsîri Kalâmi Rabb Al-„âlamîn, 1 oktober 1934

Shihab, M. Quraish, Sahabuddin, dkk, et.al, Ensiklopedi Al-Qur`an: Kajian Kosa Kata, Jakarta: Lentera Hati, 2007

( ) “Membumikan Al-Qur`an” Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013.

( ), Tafsīr Al-Misbāh; Pesan, Kesan,dan Keserasian Al- Qur`an, Jakarta Lentera Hati, 2002

Sholeh, Munandi, “K.H Ahmad sanusi pemikira dan perjuangannya dalam pergolakan Nasional.” Tangerang: Jelajah Nusa, 2016

Sjadzali, Islam Dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran , Jakarta :UI Press, 1993.

Sulasman, K.H. Ahmad Sanusi: Berjuang dari Pesantren Hingga Parlemen Bandung: PW PUI Jawa Barat, 2007

Sutikno, Sobry, Pemimpin dan Kepemimpinan, Lombok: Holistica, 2014.

Syaikh imam Al-Qurthubi, al-jami‟ li ahkam al-Qur‟an (Tafsir Al-Qurthubi), terj. Ahmad khatib, Jakarta : Pustaka Azzam, 2008

Syarif, Mujar Ibnu, “Presiden Non Muslim” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006.

Syariffudin, Rohmat “Pengangkatan Pemimpin Non Muslim Dalam Al- Qur`an (studi penafsiran M. Quraish shihab dalamtafsir Al- misbâh).Skripsi, (Semarang: UIN Walisongo, 2016), t.d

Tim penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:

Djambatan, 1992.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

(33)

111 Ulfah, Hayi Maria. “Kelapa Negara Non Muslim Dalam Pandangan Santri Krapyak Yogyakarta”, skripsi, Yogyakarta: Sunan kalijaga, 2017.

Tidak diterbitkan

Gusmian, Islah, Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia: Sejarah dan Dinamika, dalam jurnal Nun, Vol. 1, No. 1, 2015.

jurnal ilmu Ushuluddin, vol 2 no 3, 2015.

Kholik, Abu Tholib “Pemimpin Non Muslim Perspektif Ibnu Taimiyah”, dalam Jurnal studi keislaman, (Lampung: UIN Raden Intan, 2014), vol 14 no 1,

Mutaqqin, Ahmad, “Pemimpin Non Muslim dalam pandangan Hamka (Kajian Tafair Al-Azhar)”, dalam jurnal Al-Dzikra, vol. XI, no 1/

januari-juni 2017

Referensi

Dokumen terkait

1) Bila akan melakukan perjalanan berkelompok, pilihlah salah seorang diantara kamu untuk menjadi pemimpin. Hadits ini menegaskan betapa pentingnya seorang pemimpin

Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali

Pemimpin hanya melakukan hal-hal yang memang sudah menjadi tugas dan kewajiban seorang pemimpin pada umumnya seperti kedatanganya ditempat kerja yang selalu tepat

( tidak ada teks yang terbebas dari konteks historis. Sebagai teks, al-Qur‘an pun tidak terkecuali, karena itu ia selalu menjadi subjek interpretasi. Sehingga,

Lalu ayah menemuiku, dan ketika beliau masih dirumah, datang lagi seorang dari keluarga, sedang saya ketika itu masih dalam keadaan semula (bersiap-siap bertemu seseorang), maka

Lebih dari itu pemimpin harus mempunyai jiwa kepemimpinan untuk menegakkan keadilan dan kemaslahatan serta pemimpin juga harus bisa menjadi pengaruh yang baik

Di antara dasar-dasar yang dapat penulis kumpulkan yaitu: Q.S al-Baqarah [2]: 256 tentang tidak ada seorang pun yang berhak memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam; Q.S Yunus

Jadi subyek pendidik yang dimaksud ayat ini adalah menjadi seorang pendidik harus tegas dalam mengarhkan anak didik untuk terus menuntut ilmu serta menambah