PENDIDIKAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL- QUR AN
Teks penuh
(2) PENDIDIKAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM ALQUR’AN. Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd). Oleh: Faiq Ulul Fahmi NIM. 11150110000139. Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi. Drs. Abdul Haris, M. Ag NIP. 19660901995031001. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M. i.
(3) ii.
(4) iii.
(5) iv.
(6) ABSTRAK. Faiq Ulul Fahmi (11150110000139) “Pendidikan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Al-Qur’an” Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apa saja dasar-dasar toleransi antar umat beragama dalam al-Qur’an, untuk mengetahui bagaimana toleransi antar umat beragama yang terkandung dalam QS. al-Baqarah: 256, QS. Yunus: 99 dan 100, QS. al-Mumtahanah: 8, dan QS. al-Kafirun: 6, serta untuk mengetahui bagaimana penerapan pendidikan toleransi antar umat beragama berdasarkan hasil analisis penulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode tafsir Maudhu’i dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) melalui kajian kepustakaan (library research). Sumber-sumber dalam penelitian ini yaitu al-Qur’an dan kitab-kitab Tafsir, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan pendidikan toleransi. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) dalam toleransi antar umat beragama terdapat: Adanya hak kebebasan dalam menganut suatu agama (tidak memaksa orang lain untuk mengikuti agama yang dianutnya); Baik dan Adil Terhadap Semua Golongan; dan Menghormati Ajaran Agama Lain Sekaligus Bertanggung Jawab Terhadap Akidah/Agama Yang Dianut. 2) Penerapannya dalam pendidikan adalah sebagai berikut: Pembiasaan untuk tidak mencampuri urusan penganut ajaran agama lain; Pembiasaan untuk saling tolong menolong; Saling berbagi kepada siapapun; Senantiasa bergabung dalam kebahagiaan ataupun dalam kesedihan; dan Saling mengingatkan namun tidak boleh ikut dalam ritual peribadatan agama lain.. Kata kunci: Pendidikan Toleransi, Toleransi Antar Umat Beragama. v.
(7) ABSTRACT. Faiq Ulul Fahmi (11150110000139) “Inter-Religious Tolerance Education in the Qur'an” The purpose of this research is to find out what are the basics of interreligious tolerance in the Qur'an; to find out how inter-religious tolerance is contained in the QS. al-Baqarah: 256, QS. Jonah: 99 and 100, QS. al-Mumtahanah: 8, and QS. al-Kafirun: 6; as well as to find out how the application of inter-religious tolerance education based on the results of the author's analysis. In this research, the author uses a type of qualitative research by using the method of tafsir Maudhu'i, by using content analysis techniques through library research. The sources in this study are the Qur'an and the books of Tafsir, and literature related to tolerance education. The results of this research are as follows: 1) in tolerance between religious communities there are: The right to freedom in professing a religion (not forcing others to follow their religion); Good and Fair to all Religious communities; and respecting the teachings of other religions while being responsible for the creed/religion adhered to. 2) Its application in education is as follows: The habit of not interfering in the affairs of adherents of other religions; The habit of helping each other; Share with anyone; Always join in happiness or in sorrow; and remind each other but may not participate in the rituals of worship of other religions.. Keywords: Tolerance Education, Inter-Religious Tolerance. vi.
(8) KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, tiada sanjungan dan pujian yang berhak diucapkan, selain hanya kepada Allah Swt., Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah mencurahkan nikmat dan kasih sayang kepada seluruh hamba-Nya. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada junjungan kita, kekasih kita, suri tauladan kita Nabi Muhammad Saw. sang penunjuk jalan, pembawa cahaya terang, mengeluarkan bani Adam dari jalan syirik menuju jalan ketakwaan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.. Orang tua tercinta, yaitu: Ibu Sa’idah dan Bapak Syamsuddin yang telah mendidik putra-putrinya dengan tulus dan ikhlas, memenuhi kebutuhan moril dan materiil, membimbing, memotivasi serta selalu mendo’akan putraputrinya, sungguh semua itu merupakan pengorbanan yang tak terhitung dan tak ternilai. Semoga Allah selalu memberi perlindungan, keridhoan dan keberkahan serta kebahagiaan.. 2.. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. 3.. Bapak Drs. Abdul Haris, M. Ag. selaku Ketua Program Studi dan dosen pembimbing skripsi, dan Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. 4.. Bapak Aminuddin Yakub, MA. selaku dosen Penasehat Akademik yang telah melayani dan memberikan arahan konsultasi perkuliahan kepada penulis. vii.
(9) 5.. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang tak ternilai.. 6.. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah yang telah menyediakan berbagai referensi untuk penulisan skripsi ini.. 7.. Teman-teman seperjuangan PAI D angkatan 2015 telah memotivasi dan melakukan canda tawa selama proses perkuliahan sehingga memberikan pengalaman baru bagi penulis.. 8.. Teman yang selalu mendukung terselesaikannya skripsi ini yaitu: Rahma Nur Istiqomah yang terus bawel memberikan motivasi, dukungan, dan masukan penuh kepada penulis, serta Wahyudin Shidiq dan Alvin Permana yang turut memberikan dukungan dan masukannya.. 9.. Teman-teman KKN 48 4G LTE yang telah memberikan pengalaman hidup di tengah masyarakat.. 10. DKM As-Salam yang telah menyediakan tempat kepada penulis selama mengerjakan penulisan skripsi ini. Serta Mas Novan yang membantu menggantikan tugas saya ketika sedang ada keperluan di luar dalam rangka menyusun skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah ikhlas memberikan bantuan, dukungan, dan hiburan, sehingga penyusunan tulisan ini dapat diselesaikan. penulis mengucapkan terimakasih dan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan. Aamiin.... Selasa, 10 Agustus 2021. Faiq Ulul Fahmi. viii.
(10) DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH .................................. iii LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .......................................... iv ABSTRAK ...................................................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 9 C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 9 D. Rumusan Masalah .............................................................................. 10 E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10 F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10. BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 12 A. Pendidikan Toleransi ......................................................................... 12 1.. Pendidikan .................................................................................. 12. 2.. Toleransi ..................................................................................... 15. 3.. Pendidikan Toleransi .................................................................. 21. B. Agama ................................................................................................ 24 C. Toleransi Antar Umat Beragama ....................................................... 26 D. Al-Qur’an ........................................................................................... 27 E. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 29. ix.
(11) x. BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31 A. Objek dan Waktu Penelitian .............................................................. 31 B. Jenis Penelitian................................................................................... 31 C. Sumber Data....................................................................................... 32 D. Metode Penelitian .............................................................................. 33 E. Teknik Analisis .................................................................................. 34 F. Teknik Penulisan ................................................................................ 34. BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 35 A. Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Toleransi Antar Umat Beragam ............................................................................................................ 35 B. Analisis Pendidikan Toleransi antar Umat Beragama Yang Terkandung dalam QS. al-Baqarah: 256, QS. Yunus: 99-100, QS. alMumtahanah: 8, dan QS. al-Kafirun: 6 .............................................. 41. BAB V PENUTUP .......................................................................................... 58 A. Kesimpulan ........................................................................................ 58 B. Saran .................................................................................................. 59. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60 LEMBAR UJI REFERENSI ......................................................................... 64.
(12) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, kita semua pasti hidup di tengah masyarakat yang beragam. Ragam sukunya, ragam warna kulitnya, ragam kultur budayanya, ragam bahasanya, dan juga ragam agamanya. Keragaman tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita hindari di muka bumi ini, dan tidak bisa kita tolak kehadirannya dalam hidup ini, karena keragaman adalah bagian dari sunnatullah. Dalam sejarahnya agama Islam sangat erat dengan warna-warni perbedaan. Islam mengajarkan umatnya agar semua perbedaan yang ada disikapi secara damai, bukan secara konfliktual, yakni dengan membangun kehidupan berlandaskan semangat kebersamaan dan saling menghormati satu sama lain. Misalnya soal perbedaan agama, Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak memaksakan orang lain yang berbeda agama dengan kita agar mereka mau memeluk agama yang sama dengan kita yaitu agama Islam. Seperti dalam FirmanNya QS. al-Baqarah: 256:. ...ۖ. ۖ. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat... (QS. Al-Baqarah: 256) Berbicara mengenai keragaman, Indonesia adalah salah satu negara yang tidak dapat terlepas dari adanya berbagai keragaman. Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, adat, budaya dan agama yang beragam, yang tersebar di seluruh penjuru nusantara yang terpisah-pisahkan oleh luasnya samudera. Meski terpisah dalam pulau-pulau yang berbeda namun Indonesia tetap satu. Betapa indahnya keragaman bangsa Indonesia dengan dianugerahkannya Bhineka Tunggal Ika oleh Tuhan Yang Maha Esa.. 1.
(13) 2. Sebagai pewaris dan generasi penerus bangsa hendaknya kita selalu senantiasa bersama-sama merawat dan menjaga kebhinekaan yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada kita demi keutuhan bangsa. Agar bangsa ini menjadi bangsa yang Baldatun ţayyibatun wa Rabbun ģafûr. Apa itu Baldatun ţayyibatun wa Rabbun ģafûr? Istilah ini berasal dari QS. Saba’: 15:. ۚ (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. (QS. Saba’: 15) Setelah hijrahnya Rasulullah Saw., peradaban negeri Madinah mengalami beberapa perubahan yang signifikan dalam berbagai hal. Dari beberapa perubahan itu menjadikan negeri Madinah disebut sebagai negeri yang Baldatun ţayyibatun wa Rabbun ģafûr. Lalu apa saja yang mendasari bahwa negeri Madinah adalah negeri yang Baldatun ţayyibatun wa Rabbun ģafûr? Sabdo, dalam jurnalnya memberikan penjelasan bagaimana negeri yang Baldatun ţayyibatun wa Rabbun ģafûr itu, di antaranya sebagai berikut: 1.. Negeri yang bersaudara Setelah hijrahnya Rasulullah Saw., Rasulullah Saw. menerapkan. beberapa terapan pada negeri Madinah. Salah satunya yaitu mempersaudarakan umat Islam dari Muhajirin dan Anshar. Maka dari itu konsep persaudaraan adalah konsep mendasar dalam peradaban Islam. Persaudaraan di sini bukan sekedar persaudaraan dalam garis keturunan melainkan persaudaraan iman juga. Dengan kebijakan tersebut maka akan menghancurkan batas teritorial, paham, golongan ataupun yang lainya. Sehingga umat Islam ketika itu satu sama lain sangat kuat, rela dan ikhlas dalam membantu saudaranya. 2.. Negeri dengan konstitusi yang damai Madinah adalah contoh negeri dengan konstitusi yang damai.. Konstitusi yang diterapkan negeri Madinah dapat mendamaikan beberapa konflik dan sengketa baik para qabilah yang ada ketika itu ataupun hubungan.
(14) 3. umat Islam dengan umat non Islam. Konstitusi itu menetapkan prinsip negara modern, seperti kebebasan beragama, kebebasan menyatakan pendapat, perlindungan terhadap harta dan jiwa anggota masyarakat. Dengan konstitusi inilah Madinah dan sekitarnya telah benar-benar menjadi negeri yang damai bagi seluruh penduduknya. 3.. Negeri yang memberikan kesetaraan bagi semua warganya Negeri Madinah adalah negeri yang memberikan jaminan keamanan. kepada kelompok minoritas (Zimmi). Tidak ada perbedaan status hak dan kewajiban antara orang Arab dan orang Ajam, antara pendatang dan penduduk asli Madinah. Semua diperlakukan sama di depan hukum dan sebagai warga negara dengan hak dan kewajiban masing-masing. 1 Dari beberapa poin di atas dapat diketahui bahwa negeri Madinah adalah negeri yang dipenuhi berbagai perbedaan. Namun dengan banyaknya perbedaan itu negeri Madinah dapat mendamaikan, mempersaudarakan, dan memberikan kesetaraan bagi semua warganya. Sama seperti negeri Madinah, Indonesia juga dipenuhi dengan berbagai perbedaan suku dan agama. Agar Indonesia dapat menjadi negeri yang damai maka kita perlu untuk mencontoh seperti apa yang dicontohkan negeri Madinah, yaitu menjaga persaudaraan, mendamaikan antar kelompok, dan meyakini bahwa semua warga memiliki status, hak dan kewajiban yang setara. Apabila manusia mau belajar dan memahami arti sebuah perbedaan, niscaya manusia akan mengetahui bahwa perbedaan adalah kehendak Allah yang keberadaannya menjadi rahmat dan anugerah. Allah Swt. melalui Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan kepada kita, tentang bagaimana cara kita menyikapi keragaman yang ada. Dalam Islam keberadaan masyarakat yang beragam tersebut bertujuan agar manusia mau saling kenal mengenal dan saling menghargai antara komunitas masyarakat yang satu dengan komunitas masyarakat lainnya. Dalam konteks keragaman agama misalnya, umat Islam yang menghargai keragaman Sabdo, Konsep “Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur” Sebagai Tujuan Akhir Proses Transformasi Sosial Islam, Ath-Thariq jurnal Dakwah dan Komunikasi, 2018, h. 3. 1.
(15) 4. berarti telah memberikan rasa aman dan rasa keselamatan bagi komunitas yang berbeda agama dengannya. Akhir-akhir ini, masyarakat sering kali diperlihatkan di berbagai media bahwa di sebagian daerah masih sering terjadi sebuah konflik antar kelompok. Mereka yang berbeda pandangan sering kali terpicu untuk saling bermusuhan di antara keduanya. Perbedaan dijadikan sumber konflik oleh mereka yang tidak mampu mengambil ibrah dari ketetapan Allah, yaitu realitas kehidupan yang tidak mungkin bisa berjalan tanpa adanya kebinekaan. Hal yang demikian sering terjadi karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya toleransi terhadap berbagai macam perbedaan yang ada. Padahal perbedaan adalah sunnatullah agar manusia saling menghargai dan menyayangi. Dalam beberapa waktu terakhir, penulis sering kali menemukan berita tentang permusuhan antar kelompok. Salah satunya yaitu seperti yang penulis lansir dari CNN Indonesia, bahwa Imparsial, yang merupakan lembaga LSM yang bergerak di bidang pengawasan dan penyelidikan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia, menemukan sebanyak puluhan kasus pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) atau intoleransi di Indonesia dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Dilansir dari CNN Indonesia: Koordinator Program Imparsial, Ardimanto Adiputra mengatakan, “Pelanggaran terhadap hak KBB terjadi dalam pelbagai bentuk. Setidaknya terdapat 31 kasus yang kami monitoring lewat media-media pelanggaran hak terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan,” kata Ardimanto kepada tim redaksi CNN Indonesia di Kantornya, Jakarta, Minggu (17/11/2019). 2 Pelanggaran hak KBB yang disebutkan oleh Ardimanto. yaitu di. antaranya: Pelarangan terhadap ritual, pengajian, ceramah atau pelaksanaan kepercayaan agama yang terjadi sebanyak 12 kasus. Sedangkan urutan berikutnya adalah pelarangan pendirian rumah atau tempat ibadah dengan 11 kasus, perusakan terhadap rumah ibadah, baik gedung ataupun properti dengan. 2. Ryan Hadi Suhendra, Imparsial Temukan 31 Kasus Intoleransi selama Setahun, 2019, (https://www.cnnindonesia.com/). Diakses pada 15 Juli 2020 pukul 20.45..
(16) 5. 3 kasus, dan pelarangan terkait kebudayaan etnis tertentu dalam hal ini Cap Gomeh dengan 2 kasus. Kemudian selanjutnya ada pengaturan tentang tata cara berpakaian berkaitan dengan agama atau keyakinan tertentu ada 1 kasus. Pelanggaran berikutnya adalah perihal imbauan atau edaran tentang aliran agama tertentu dengan 1 kasus. Poin terakhir adalah terkait penolakan untuk bertetangga dengan orang yang tidak seagama, ini juga terjadi sebanyak 1 kasus, tandasnya kepada tim redaksi CNN. 3. Selain itu masih banyak lagi kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia. Seperti yang penulis lansir dari kanal berita Suara.com, bahwa Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menyebut kondisi bangsa kekinian adalah masyarakat kurang bersatu. Kasus intoleransi antar umat beragama menjadi salah satu faktor yang dapat disebut sebagai gangguan berbangsa. Ia pun menyebutkan bahwa, Belum lama ini terjadi penolakan pembangunan Gereja Katolik Paroki Santo Joseph, kota Tanjungbalai, Karimun, Kepulauan Riau dan perusakan musala di Perumahan Agape, Tumaluntung, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. 4 Dilansir dari Suara.com: Kepada tim redaksi Suara di Balai Purnomo Prawiro, Universitas Indonesia, Senin (17/2/2020), Mahfud mengatakan, “Saat ini, gangguan kita adalah kekurang bersatuan kita. Misalnya muncul gejala intoleransi, di mana orang yang berbeda dianggap musuh. Kalau di dalam bahasa agama itu, menganggap orang yang berbeda adalah musuh adalah sikap taksiri”. 5 Melihat masih banyaknya masyarakat yang bertindak demikian, ini berarti masih banyak masyarakat yang belum mempunyai kesadaran atau pengetahuan tentang arti pentingnya rasa toleransi kepada sesama. Negara dan agama mengajarkan kita untuk saling bertenggang rasa antara satu golongan dengan golongan yang lain, dengan cara saling menghargai dan menghormati terhadap perbedaan yang ada. Dengan demikian, maka kita dapat bersatu untuk saling bekerja sama, saling melengkapi, saling bahu membahu membangun negeri,. 3. Ibid. Diakses pada 15 Juli 2020 pukul 20.49. Pebriansyah Ariefana, Ada Intoleransi, Mahfud MD Salahkan Orang Indonesia Kurang Bersatu, 2020, (https://www.suara.com/). Diakses pada 15 Juli 2020 pukul 21.27. 5 Ibid. Diakses pada 15 Juli 2020 pukul 21.31. 4.
(17) 6. menuju negeri yang makmur damai dan sejahtera. Maka dari itu sangat penting untuk menumbuhkan sikap tenggang rasa antara satu sama lain. Membahas mengenai toleransi, tentu kurang lengkap rasanya apabila belum membahas mengenai pendidikan, karena keduanya saling berkaitan dan berhubungan. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Pendidikan adalah tempat di mana peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Dengan demikian Pendidikan merupakan tempat untuk membentuk pola pikir masyarakat sejak dini. Maka dari itu, pendidikan adalah hal yang paling mendasar untuk membentuk kepribadian seseorang. Dalam kasus ini, pendidikan merupakan garda terdepan untuk menumbuhkan sikap toleransi masyarakat sejak dini. Adanya kesalahan pendidikan di Indonesia maka akan berdampak kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya sikap tenggang rasa kepada sesama. Seperti kasus yang penulis lansir dari Kompasiana, bahwa terdapat surat edaran di Sekolah Dasar Negeri 3 Karang Tengah, Gunung Kidul, Yogyakarta yang menimbulkan kontroversi karena mewajibkan siswanya mengenakan seragam Muslim. Masih di kota yang sama, intoleransi juga sempat terjadi di SMAN 8 Yogyakarta karena kepala sekolahnya mewajibkan siswanya untuk mengikuti kemah sekolah pada hari Paskah. Padahal hari itu sebagian murid kristiani merayakan hari besar. Protes yang dilakukan sebelumnya oleh guru agama Katolik.
(18) 7. dan Kristen tidak ditanggapi oleh kepala sekolah yang pada akhirnya mengubah tanggal perkemahan setelah ada desakan dari pihak luar. 6 Di lain daerah ada juga kasus yang mirip-mirip, seperti kasus yang penulis lansir dari kanal media berita Kumparan, yaitu: pada tahun 2014 ditemukan kasus pelarangan penggunaan jilbab di beberapa sekolah seperti SMPN 1 Singaraja dan SMAN 2 Denpasar, Bali. Ini berarti sebagian guru, termasuk kepala sekolah, cenderung lebih memprioritaskan kegiatan ataupun nilai-nilai agama mayoritas saja. Sebagian guru juga dinilai tidak dapat membedakan antara keyakinan pribadinya dengan nilai dasar toleransi yang seharusnya ia ajarkan ke muridnya. 7 Selain kasus perihal peraturan sekolah, ada juga kasus lain yang berpotensi menimbulkan sikap intoleransi, yaitu seperti kasus di mana terdapat buku ajar agama Islam yang mengandung muatan intoleransi dan bernuansa kekerasan. Seperti yang dimuat dalam buku “Intoleransi dalam Buku Pendidikan Islam” yang merupakan hasil penelitian terhadap buku ajar PAI. Buku ini menyajikan topik pokok terkait masalah munculnya muatan radikal dan intoleran dalam buku ajar PAI. Dalam buku yang berjudul “Intoleransi dalam Buku Pendidikan Islam” itu ditemukan bahwa, terdapat materi yang menjadi kontroversi dalam buku ajar PAIPB terbitan Kemendikbud maupun KLKPD. Yaitu materi tentang pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahhab, terutama pada poin-poin a, c, dan d. Poin-poin tersebut memuat pernyataan dibolehkannya membunuh orang musyrik; dan menyatakan bahwa penyebutan nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa disebut sebagai kemusyrikan; juga menyebut permintaan syafaat selain kepada Allah Swt. adalah sebagai perbuatan syirik. 8. 6. Eva Nurmala, Pendidikan dan Toleransi, 2019, (https://www.kompasiana.com/). Diakses pada 16 Juli 2020 pukul 06.13. 7 Langkan, Tidak Hanya di Padang, KPAI Catat Ada 5 Kasus Intoleransi di Indonesia, 2021, (https://kumparan.com/). Diakses pada 19 Februari 2021 pukul 10.32. 8 Hamid Nasuhi, dkk., Intoleransi dalam Buku Pendidikan Islam?: Telaah Atas Isi dan Kebijakan Produksi, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 49..
(19) 8. Selain itu ditemukan juga buku ajar untuk anak TK berjudul “Anak Islam Suka Membaca” yang di dalamnya memuat kata dan kalimat yang mengajarkan ujaran kebencian dan nada kekerasan. Di antaranya adalah seperti “Cara Laga Ala Gaza”, “Berani Mati Bela Agama”, “Bom”, “Kafir”, “Selesai-Raih-Bantai-Kiai”, Dll. Buku itu akhirnya ditarik karena dinilai berbahaya sebab dengan sengaja menanam sikap intoleran dan mengajarkan kekerasan kepada anak didik. 9 Apa yang diberikan sekolah kepada anak didik adalah bekal untuk kehidupannya kelak di masyarakat. Apabila sekolah tidak mengajarkan pentingnya sikap toleransi, maka dikhawatirkan nanti akan semakin banyak lagi kasus-kasus intoleransi yang akan terjadi berikutnya. Seperti yang sudah terjadi belakangan ini. Padahal sudah jelas negara dan agama memerintahkan untuk saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan di antara kita. Namun masih banyak masyarakat yang tidak mau untuk membuka diri dan memahami bahwa perbedaan di antara kita adalah sebuah keindahan dan rahmat dari Allah Swt.. Di dalam al-Qur’an Allah Swt. menegaskan bahwa penciptaan manusia dan semua makhluk dengan segala perbedaannya bukanlah hal yang sia-sia, melainkan ada hikmah yang luhur bagi manusia yang berpikir. Perbedaan penciptaan juga tidak dimaksudkan untuk menjadi sumber konflik bagi manusia. Allah menciptakan seluruh makhluknya berbeda-beda agar manusia saling mengenal dan merenungi makna indahnya perdamaian dalam perbedaan. Seperti dalam Firman-Nya, QS. al-Hujurat: 13:. ۚ ۚ Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-. 9. Ibid., h. 62..
(20) 9. suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat: 13).. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka sangat penting adanya kajian tentang pentingnya sikap toleransi di antara masyarakat. Dengan demikian penulis terdorong untuk menyusun pengkajian tentang pendidikan toleransi dalam penelitiannya yang berjudul “Pendidikan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Al-Qur’an”.. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yaitu sebagai berikut: 1.. Masih sering terjadi kasus intoleransi antar umat beragama di kalangan masyarakat. 2.. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya sikap toleransi. 3.. Urgensi atau pentingnya pendidikan toleransi antar umat beragama bagi kehidupan bermasyarakat. 4.. Perlunya penguatan terhadap pendidikan toleransi yang diberikan kepada anak. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang teridentifikasi dari pembahasan yang ada dalam latar belakang di atas, maka untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, maka penulis memberi batasan masalah terhadap penelitian ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai pendidikan toleransi antar umat beragama dalam al-Qur’an berdasarkan hasil analisis penulis terhadap ayat-ayat tentang toleransi dalam kitab-kitab Tafsir al-Qur’an..
(21) 10. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis dapat memaparkan rumusan masalah sebagai berikut: 1.. Apa dasar-dasar toleransi antar umat beragama dalam al-Qur’an?. 2.. Bagaimana toleransi antar umat beragama yang terkandung dalam QS. alBaqarah: 256, QS. Yunus: 99 dan 100, QS. al-Mumtahanah: 8, dan QS. al-Kafirun: 6?. 3.. Bagaimana penerapan pendidikan toleransi antar umat beragama?. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apa saja dasar-dasar toleransi antar umat beragama dalam alQur’an, untuk mengetahui bagaimana toleransi antar umat beragama yang terkandung dalam QS. al-Baqarah: 256, QS. Yunus: 99 dan 100, QS. alMumtahanah: 8, dan QS. al-Kafirun: 6, serta untuk mengetahui bagaimana penerapan pendidikan toleransi antar umat beragama.. F. Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat kepada pembaca, manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut: Teoritis: Penelitian ini secara umum memberikan informasi tentang pendidikan toleransi dalam perspektif al-Qur’an. Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan kajian pustaka atau khazanah keilmuan tentang pendidikan toleransi dalam perspektif al-Qur’an..
(22) 11. Praktis : 1.. Bagi lembaga Sekolah, dapat menjadi sebuah masukan agar pendidikan pada sekolah tersebut selain menekankan sisi pengetahuan anak didik namun juga memperhatikan sisi sikap yaitu terkait dengan sikap toleransi anak didik. 2.. Bagi Pendidik, dapat digunakan sebagai sumber informasi sehingga mengetahui bagaimana konsep pendidikan toleransi menurut perspektif alQur’an. 3.. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi berkaitan dengan penelitian dengan tema yang sama. 4.. Bagi masyarakat umum, menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan toleransi sebagai alat pengembangan diri. 5.. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi..
(23) BAB II KAJIAN TEORI. A. Pendidikan Toleransi Pada poin pertama kajian teori, penulis akan membahas terlebih dahulu apa dan bagaimana itu pendidikan, toleransi, dan pendidikan toleransi, yaitu sebagai berikut: 1.. Pendidikan a.. Pengertian Pendidikan Apakah yang dimaksud dengan pendidikan itu? Untuk dapat. memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan, lebih dahulu hendaklah kita pahami arti pendidikan secara etimologi di samping definisi secara terminologi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata didik yang artinya pelihara dan latih, sedangkan pendidikan sendiri memiliki pengertian proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang, dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 10 Definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli atau suatu bangsa tergantung dari sudut pandang yang digunakan dalam memberi arti, sehingga definisi pendidikan ini berbeda antara satu dengan yang lain. Pendidikan menurut John Dewey seperti yang dikutip Syafril dan Zelhendri Zen dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, dikatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kecakapan-. 10. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 352.. 12.
(24) 13. kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. 11 Bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, mendefinisikan pendidikan sebagai usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagian manusia, berkebudayaan, berasas peradaban, memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan. 12 Pengertian pendidikan, seperti yang disebutkan dalam buku karya Syafril dan Zelhendri Zen adalah: Sebagai proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. 13 Adapun pengertian pendidikan menurut UU RI. No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab 1, pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” 14 Jadi. pendidikan. adalah. usaha. sadar. seseorang. untuk. mengembangkan potensi dirinya agar menjadi individu yang lebih baik yang memiliki spiritual keagamaan, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya juga masyarakat.. 11. Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h. 28. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 5. 13 Syafril dan Zelhendri Zen, Op.cit., h. 31. 14 UU Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Indonesia: Bidang DIKBUD KBRI Tokyo, 2003), h. 1. 12.
(25) 14. b.. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Setiap negara memiliki titik tekan sendiri dalam tujuan. pendidikan yang ingin dicapai. Antara negara satu dengan negara lain mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda, begitu juga antara daerah kota dengan daerah desa. Namun tidak berarti tidak ada unsur yang sama dalam tujuan pendidikan di setiap negara atau daerah di muka bumi ini. Hal yang mempengaruhi perbedaan tujuan pendidikan adalah faktor sosial budaya, sistem politik dan potensi dari masing-masing daerah atau negara. Rulam Ahmadi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan, disebutkan bahwa pendidikan memiliki beberapa tujuan di antaranya: a) Mengoptimalisasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa, b) Mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi untuk menghindari sebisa mungkin anakanak tercabut dari akar budaya dan kehidupan berbangsa dan bernegara, c) Mengembangkan daya adaptabilitas siswa untuk menghadapi situasi masa depan yang terus berubah, d) Meningkatkan tanggung jawab moral siswa, berupa kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, e) mengembangkan tanggung jawab terhadap kehidupan pribadi dan sosialnya, dan f) membantu siswa memahami hubungan yang seimbang antara hukum dan kebebasan pribadi dan sosial. 15 Jadi dengan adanya perbedaan sosial budaya, sistem politik dan potensi dari masing-masing daerah itu maka akan mempengaruhi pula beberapa perbedaan tujuan pendidikan di tiap-tiap daerah. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya dan potensi daerah, agar dapat terus dilestarikan dari generasi ke generasi dan juga mampu mencetak sumber daya manusia yang berkompeten untuk mengembangkan potensi daerah yang ada. Namun secara garis besar tujuan pendidikan itu sama.. 15. Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2016), Cet. 2, h. 45..
(26) 15. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 disebutkan sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.16 Jadi berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi pendidikan yaitu untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, berilmu dan berkompeten untuk mengembangkan potensi daerahnya, serta membentuk peradaban bangsa yang bermartabat.. 2.. Toleransi Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup. sendiri. Setiap orang pasti membutuhkan orang lain, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan bersama. Untuk kelancaran dan ketenteraman dalam melakukan interaksi antar manusia, Islam memberikan aturan yang lengkap tentang bagaimana seorang muslim harus bersikap dan berperilaku sehari-hari. Salah satu karakter penting yang harus ditanamkan dalam diri setiap muslim adalah sikap menghormati dan menghargai orang lain. Menghormati dan menghargai orang lain merupakan salah satu upaya untuk menghormati dan menghargai diri sendiri. Islam memberikan aturan umum dalam melakukan penghormatan dan penghargaan kepada orang lain. Menghargai dan menghormati orang lain adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan dalam batas-batas tertentu.. 17. Sikap tersebut sering kita sebut sebagai sikap. 16 Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 8. 17 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2015), h. 131..
(27) 16. toleran atau dalam Islam disebut sebagai sikap tasamuh. Lalu apa yang dimaksud dengan toleransi/tasamuh itu sendiri?. a.. Pengertian Toleransi Dalam bahasa inggris, istilah toleransi dikenal dengan sebutan. tolerance yang memiliki arti toleransi, kesabaran, kelapangan dada, tahan terhadap, dan dapat menerima. 18 Adapun dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut sebagai tasamuh yang berarti kelapangan dada, kemurahan hati, memaklumi, membiarkan, mengizinkan dan saling memudahkan.. 19. Tasamuh juga. mempunyai arti bermurah hati yaitu sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh ajaran Islam. 20 Sedangkan menurut istilah, toleransi yaitu sifat atau sikap menenggang rasa, menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan juga yang bertentangan dengan pendiriannya. 21 Menurut UNESCO seperti yang dikutip Zuhairi Miswari dalam bukunya yang berjudul Al-Qur’an Kitab Toleransi, mendefinisikan toleransi sebagai sikap saling menghormati, saling menerima dan saling menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia. Toleransi juga berarti sebuah sikap positif dengan cara menghargai hak orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan asasinya sebagai manusia. 22. 18. Achmad Fanani, Kamus Populer: Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Yogyakarta: Literindo, 2015), h. 411. 19 A. Thoha Husein, Kamus Akbar Bahasa Arab: Indonesia-Arab, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 1445. 20 Halimatussa’diyah, Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural, (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020), h. 70. 21 Dwi Ananta Devi, Toleransi Beragama, (Semarang: Alprin, 2020), h. 2. 22 Zuhairi Miswari, Al-Quran Kitab Toleransi, (Jakarta: Pustaka Oasis, 2017), h. 162..
(28) 17. Dari pengertian di atas, toleransi dapat diartikan sebagai sikap menenggang, membiarkan, dan membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan, maupun kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain, toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain. Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Sebaliknya, dalam toleransi tercermin sikap yang kuat atau istiqomah untuk memegang keyakinan atau pendapat sendiri.. b.. Hakikat Toleransi Zuhairi Miswari, dalam bukunya “Al-Qur’an Kitab Toleransi”. menyebutkan setidaknya terdapat lima hal yang dimungkinkan menjadi substansi atau hakikat toleransi, yaitu: 1) Menerima perbedaan untuk hidup damai. 2) Menjadikan keseragaman menuju perbedaan, artinya membiarkan segala kelompok berbeda dan eksis dalam dunia, tidak perlu adanya penyeragaman. 3) Membangun moral stoisisme, yaitu menerima bahwa orang lain mempunyai hak. 4) Mengekspresikan keterbukaan terhadap orang lain, ingin tahu, menghargai, ingin mendengarkan dan belajar dari orang lain. 5) Dukungan antusias terhadap perbedaan serta menekankan aspek otonomi. 23 Toleransi merupakan ajaran semua agama. Toleransi merupakan kehendak seluruh makhluk Tuhan untuk hidup damai dan saling menghargai. Misalnya dalam agama Kristen, seperti yang disebutkan dalam jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, di situ dijelaskan bahwa Tuhan mereka Yesus dalam teladan hidup dan pengajarannya mewariskan nilai toleransi yang terdokumentasi dengan baik dalam kitab suci Alkitab, yang merupakan tuntunan wajib bagi orang yang percaya untuk berpikir dan bertindak. Ajaran tentang toleransi begitu tegas, lugas. 23. Zuhairi Miswari, Op.cit., h. 162..
(29) 18. dan jelas sehingga mudah diterima. Karena itu tanpa ragu gereja seharusnya bebas dari aksi intoleransi apabila standar berpikir dan bertindak sesuai Alkitab. 24 Dalam hal ini harus dipahami dengan baik, bahwa hakikat dari toleransi adalah hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai di antara keragaman. Toleransi menjadi hak setiap warga negara untuk diperlakukan setara tanpa memperhitungkan lagi latar belakang agama, etnisitas, ataupun sifat-sifat spesifik yang dimiliki seseorang. Yang memberikan jaminan terwujudnya toleransi bukan lagi orang per orang atau kelompok tertentu terhadap yang lain, melainkan institusi negara.. c.. Toleransi dalam Islam Al-Qur’an sebagai sebuah kitab petunjuk yang universal,. memuat ayat-ayat yang berisi pedoman dan pokok-pokok peraturan yang sangat dibutuhkan manusia untuk mengatur kehidupannya. Dari sekian banyak petunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan yang seharusnya menjadi pedoman bagi umat manusia terhadap upaya menjaga kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan yang multikultural. 25. 1) Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia diciptakan dari asal yang sama, dan dijadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Rikardo Dayanto Butar-Butar, dkk., “Pengajaran Tuhan Yesus Mengenai Toleransi Dan Implementasinya Di tengah Masyarakat Majemuk”, Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, Vol. 4, 2019, h. 93. 25 Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural: Suatu upaya penguatan jati diri Bangsa, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 332. 24.
(30) 19. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13) Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia dari asal yang sama sebagai keturunan Adam dan Hawa yang tercipta dari tanah. Semua manusia sama di hadapan Allah. Manusia menjadi mulia bukan karena suku, warna kulit, ataupun jenis kelamin, melainkan karena ketakwaannya. Kemudian, manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuan penciptaan semacam itu bukan untuk saling menjatuhkan, menghujat, dan bersombong, melainkan agar saling mengenal untuk menumbuhkan rasa saling menghormati dan semangat saling menolong. Ayat ini dapat dipahami bahwa agama Islam secara normatif telah menguraikan tentang kesetaraan dalam bermasyarakat yang tidak mendiskriminasikan kelompok lain. 26. 2) Al-Qur’an mengajarkan untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. ۖ. ۖ. ۖ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256). 26. Ibid., h. 333..
(31) 20. Pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk memasuki agama Islam tidak boleh ada paksaan dari manapun, karena apabila seseorang masuk Islam karena suatu paksaan, maka akan terjadi ketidak nyamanan dalam jiwanya. Maka yang dikehendaki adalah iman yang tulus tanpa adanya paksaan. Apabila seseorang mau untuk mempelajari dan mengetahui tentang Islam maka akan mengetahui mana jalan yang lurus dan mana jalan yang salah.. Nabi Muhammad Saw. memberikan contoh nyata bagaimana sikap toleran itu dipraktikkan. Beliau sangat toleran dengan siapapun, termasuk dengan orang-orang yang tidak seiman, kecuali jika mereka memusuhi Islam. 27. 1) Hadis Nabi Muhammad Saw. menyatakan semua hamba Allah Swt. bersaudara.. Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. beliau bersabda: “Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari) Pada hadis ini Nabi Saw. memerintahkan umatnya agar menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh di antara hamba-hambanya saling mendengki, saling membenci satu sama lain.. 27. Marzuki, Op.cit., h. 148..
(32) 21. 2) Hadis Nabi Muhammad Saw. menyatakan bahwa agama yang dicintai Allah Swt. adalah agama yang lurus dan toleran.. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah ditanya: “Agama manakah yang paling dicintai Allah?” Rasulullah menjawab: “yang lurus lagi toleran.” (HR. Bukhari) Jadi dari hadis ini dapat diketahui bahwa Rasulullah sangat menyukai muslim yang toleran. Dan secara tidak langsung Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya agar selalu senantiasa bersikap toleran terhadap suatu perbedaan. Karena agama yang dicintai Allah adalah agama yang lurus dan juga toleran. 3.. Pendidikan Toleransi Sikap toleran harus dimiliki oleh setiap muslim sebagai modal untuk. bisa menjalin harmoni dalam keberagaman. Sikap toleran itu merupakan hasil yang diakibatkan oleh sikap moderat dalam beragama. Moderasi adalah proses, toleransi adalah hasilnya. Seorang yang moderat bisa jadi tidak setuju atas suatu tafsir ajaran agama, tapi ia tidak akan menyalah-nyalahkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya. Begitu juga seorang yang moderat niscaya punya keberpihakan atas suatu tafsir agama, tapi ia tidak akan memaksakannya berlaku untuk orang lain. 28 Jadi sikap toleran itu sangat penting, tanpa sikap toleran akan sulit dicapai ketentraman dalam kehidupan bersama yang diwarnai oleh berbagai macam keberagaman. Sikap toleran itu harus ditanamkan kepada anak sejak ia mulai eksis dalam keluarganya. Orang tua harus menjadi teladan bagi anakanaknya dalam penerapan sikap toleran di tengah-tengah keluarga. Demikian. 28. Kementerian Agama RI, Tanya Jawab Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019), h. 17..
(33) 22. pula, sekolah harus memperhatikan semua peserta didiknya untuk selalu bersikap toleran agar dapat hidup secara damai dan terbebas dari benih-benih permusuhan di sekolah khususnya dan di masyarakat pada umumnya. 29 Satu hal yang sangat penting bagi anak didik di sekolah agar memiliki sikap saling menghormati dan menghargai adalah dengan ditanamkannya pendidikan toleransi. Apa itu pendidikan toleransi?. a.. Hakikat Pendidikan Toleransi Masalah toleransi sebaiknya sudah ditanamkan sejak pendidikan. dasar. Anak-anak jangan terjebak dalam pendidikan yang eksklusif yang menutup mata akan kenyataan dunia luar. Anak-anak justru harus segera mengetahui bahwa di luar agama yang dianutnya, ada juga kebenaran. Semua agama mengajarkan budi baik, toleransi, perdamaian, dan hal-hal positif lainnya. Semua itu disebut nilai-nilai bersama. Jadi yang ditonjolkan adalah persamaannya, bukan perbedaannya. Pola didik seperti ini akan sangat berbekas pada jiwa anak, dan pada gilirannya akan membentuk pribadi anak untuk bisa menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi hak-hak orang atas pihak lain, termasuk dari agama yang berbeda. Toleransi dapat muncul apabila pengetahuan agamanya semakin berkualitas. Peningkatan kualitas pendidikan agama itu penting untuk meredam semangat fanatisme agama yang berlebihan. Karena tanpa pengetahuan agama yang memadai, orang cenderung curiga terhadap agama-agama lain, takut berkomunikasi, sehingga bersikap eksklusif, dan mudah menyulut konflik. 30 Dengan demikian, sekolah perlu adanya pendidikan yang dapat mendidik siswa untuk menjadi manusia yang toleran saling menghargai. 29. Marzuki, Op.cit., h. 152. Choirul Fuad Yusuf, Pendidikan Agama berwawasan Kerukunan, (Jakarta: PT Pena Citasatria, 2008), h. 31. 30.
(34) 23. dan menghormati. Konsep pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan toleransi. Pendidikan toleransi merupakan bagian dari konsep pendidikan multikultural. Apa itu pendidikan toleransi/ pendidikan multikultural? Pendidikan toleransi/pendidikan multikultural menurut Azra seperti yang dikutip Yaya Suryana dan Rusdiana dalam bukunya Pendidikan Multikultural: Suatu upaya penguatan jati diri Bangsa, dikatakan bahwa pendidikan toleransi merupakan bentuk pendidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan sikap peduli, mau mengerti dan adanya politik pengakuan terhadap kebudayaan kelompok manusia, seperti toleransi, perbedaan etno-kultural dan agama, diskriminasi, HAM, demokrasi dan pluralitas, kemanusiaan universal serta subjek lain yang relevan. 31. b.. Langkah mendidik toleransi pada anak Ada tiga langkah penting dalam pendidikan yang dapat ditempuh. untuk menumbuhkan sikap toleransi. Berikut ini adalah tiga langkah yang penulis kutip dari buku karya Marzuki, yaitu: 1) Mencontohkan dan menumbuhkan toleransi. Ada enam cara mendidik anak menjadi toleran, yaitu a) Perangi prasangka buruk Anda, b) tekadkan untuk mendidik anak yang toleran, c) jangan dengarkan komentar bernada diskriminasi, d) beri kesan positif tentang semua suku, e) doronglah anak agar banyak terlibat dengan keragaman, dan f) contohkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menumbuhkan apresiasi terhadap perbedaan. a) menerima perbedaan sejak dini, b) kenalkan anak terhadap keragaman, c) beri jawaban tegas dan sederhana terhadap pertanyaan tentang perbedaan, dan d) bantu anak melihat persamaan. 3) Menantang stereotip dan tidak berprasangka. a) tunjukkan prasangka dan stereotip, b) lakukan “cek percakapan” untuk menghentikan ungkapan percakapan bermuatan stereotip, c). 31. Yaya Suryana dan Rusdiana, Op.cit., h. 197..
(35) 24. jangan biarkan anak terbiasa mendiskriminasikan, dan d) tetapkan aturan. 32. c.. Karakteristik Pendidikan Toleransi Menurut Halimatussa’diyah pendidikan toleransi memiliki. beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut: 1) Pendidikan toleransi berprinsip pada demokrasi, kesetaraan, dan keadilan. 2) Pendidikan. toleransi. berorientasi. pada. kemanusiaan,. kebersamaan, dan kedamaian. 3) Pendidikan. toleransi. mengembangkan. sikap. mengakui,. menerima, dan menghargai keragaman. 33. B. Agama Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata agama memiliki arti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungannya. 34 Sebagian kalangan mendefinisikan agama sebagai seperangkat aturan yang meliputi hubungan manusia dengan dunia ghaib khususnya dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan lingkungan. Agama adalah ajaran tentang kewajiban dan kepatuhan terhadap aturan, petunjuk perintah yang diberikan Tuhan kepada manusia lewat utusanutusan-Nya yang diajarkan kepada manusia melalui pendidikan dan teladan. 35 Harun. Nasution. memberi. definisi. agama. lebih. terperinci.. Ia. mengemukakan, inti sari yang terkandung dalam istilah agama ialah “ikatan”.. 32. Marzuki, Op.cit., h. 59. Halimatussa’diyah, Op.cit., h. 32. 34 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Op.cit., h. 15. 35 Alamsyah M. Dja’far, dkk., Hak atas Kebebasan Beragama atau berkeyakinan di Indonesia, (Jakarta: Wahid Foundation, 2016), h. 112. 33.
(36) 25. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia seharihari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindra. Oleh karena itu agama diberi definisi-definisi sebagai berikut: 1.. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2.. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. 3.. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 4.. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 5.. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan gaib. 6.. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib. 7.. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 8.. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul. 36. Jadi agama adalah suatu ajaran yang di dalamnya berisi seperangkat sistem yang mengatur kehidupan manusia, yaitu bagaimana manusia beriman dan beribadah kepada Tuhan, bagaimana hubungan yang baik antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan, serta berisi pedoman hidup bagi manusia agar menjadi manusia yang berakhlak mulia.. 36. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979), h. 11..
(37) 26. C. Toleransi Antar Umat Beragama Toleransi antar umat beragama adalah sikap menghargai, menghormati, dan memberi kebebasan terhadap penganut ajaran agama lain. Itu tidak berarti bahwa seseorang harus mengorbankan keyakinannya, akan tetapi harus mencerminkan sikap yang kuat untuk memegang kepercayaannya. Toleransi antar umat beragama dapat terwujud apabila menerapkan prinsip sebagai berikut: 1.. Tidak boleh ada paksaan dalam beragama baik paksaan itu dilakukan secara halus ataupun dilakukan secara kasar.. 2.. Manusia berhak untuk memilih dan memeluk agama yang diyakininya dan beribadat menurut keyakinan itu.. 3.. Tidak akan berguna memaksa seseorang agar mengikuti suatu keyakinan tertentu.. 4.. Tuhan Yang Maha Esa tidak melarang hidup bermasyarakat dengan yang tidak sepaham atau seagama, dengan harapan menghindari sikap saling bermusuhan. 37. Jadi untuk dapat mewujudkan toleransi antar umat beragama, maka harus diterapkan suatu prinsip dalam masyarakat bahwa tidak boleh ada paksaan dalam menganut agama dan tidak boleh saling bermusuhan oleh sebab perbedaan kepercayaan. Membahas mengenai toleransi antar umat beragama, Kementerian Agama RI juga mempunyai konsep yang serupa yaitu moderasi beragama. Apa itu moderasi beragama? Dalam buku saku terbitan Kementerian Agama RI yang berjudul Tanya Jawab Moderasi Beragama, dijelaskan bahwa moderasi beragama yaitu cara beragama dengan jalan tengah. Dengan moderasi beragama, seseorang. 37 Jauhar Fuad, Pembelajaran Toleransi (Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Paham Radikal di Sekolah), 2nd Proceedings Annual Conference for Muslim Scholars, 2018, h. 566..
(38) 27. tidak ekstrem dan tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya. Orang yang mempraktikkannya disebut moderat. 38 Kementerian Agama RI juga menjelaskan bagaimana prinsip beragama yang moderat itu? Dijelaskan bahwa moderasi beragama prinsipnya ada dua yaitu adil dan berimbang. Bersikap adil berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya seraya melaksanakannya secara baik dan secepat mungkin. Sedangkan sikap berimbang berarti selalu berada di tengah di antara dua kutub. Dalam hal ibadah misalnya, seorang moderat yakin bahwa beragama adalah melakukan pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk menjalankan ajaran-Nya yang berorientasi pada upaya untuk memuliakan manusia. Sedangkan orang yang ekstrem sering terjebak dalam praktik beragama atas nama Tuhan hanya untuk membela keagungan-Nya saja seraya mengesampingkan aspek kemanusiaan. Orang beragama dengan cara ini rela membunuh sesama manusia “atas nama Tuhan” padahal menjaga kemanusiaan itu sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama. 39. D. Al-Qur’an Ketika membahas seputar Ulumul Qur’an, beberapa pakar selalu mengawalinya dengan menjelaskan mengenai bentuk penulisan kata (lafaz) AlQur’an serta menjelaskan makna Al-Qur’an secara etimologi (asal kata). Secara garis besar, terdapat dua perbedaan pendapat mengenai asal kata Al-Qur’an, yang pertama asal kata al-Qur’an tidak berhamzah, dan yang kedua adalah dengan hamzah. Yang pertama yaitu, asal kata al-Qur’an tidak berhamzah. Menurut Imam al-Syafi’i seperti yang dikutip Amroeni Drajat dikatakan bahwa lafaz al-Qur’an yang terkenal itu bukan musytaq dan bukan pula berhamzah. Lafaz itu sudah lazim digunakan untuk pengertian Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Jadi, bukan berasal dari akar kata qa-ra-a. Sebab jika demikian,. 38 39. Kementerian Agama RI, Op.cit., h. 2. Ibid., h. 7..
(39) 28. tentu semua yang dibaca dapat dinamai al-Qur’an. Nama itu khusus bagi al-Qur’an seperti halnya Taurat dan Injil. 40 Adapun yang kedua yaitu, asal kata al-Qur’an disertai dengan hamzah. Menurut al-Lihyani seperti yang dikutip Amroeni Drajat dikatakan bahwa lafaz alQur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata ghufran dan merupakan pecahan kata dari kata qa-ra-a yang berarti tala atau “membaca”. Lafaz al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek, dalam bentuk mashdar. Pendekatan ini lebih akurat dan lebih tepat, karena di dalam bahasa Arab lafaz al-Qur’an adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan kata qira’ah, yakni “bacaan”. 41 Namun dari kedua perbedaan pendapat itu, nama yang paling populer adalah al-Qur’an, yang merupakan bentuk kata mashdar dari qa-ra-a, sehingga kata al-Qur’an dimengerti oleh setiap orang sebagai nama Kitab Suci yang mulia. 42. Adapun, definisi al-Qur’an secara terminologi seperti yang dikutip dari buku karya Ali Romdhoni yang berjudul Al-Qur’an dan Literasi: Sejarah Rancang-Bangun Ilmu-ilmu Keislaman, al-Qur’an adalah kata (kalam Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang kata-katanya bermu’jizat, membacanya adalah ibadah, disampaikan secara mutawatir, dan ditulis dalam mushaf-mushaf dari awal surat al-Fatihah hingga surat an-Nas. 43 Adapun pengertian al-Qur’an yang dikutip dari buku karya Abuddin Nata, al-Quran adalah firman Allah Swt. yang diturunkan melalui Malaikat Jibril (Ruh al-Amin) kepada hati Rasulullah Muhammad Saw. dengan menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah (dalil) bagi Muhammad Saw. sebagai Rasul, undang-undang bagi kehidupan manusia serta hidayah bagi orang yang berpedoman kepadanya, menjadi sarana pendekatan diri kepada Allah dengan. Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 27. 41 Ibid., h. 28. 42 Ibid., h. 27. 43 Ali Romdhoni, Al-Qur’an dan Literasi: Sejarah Rancang-Bangun Ilmu-ilmu Keislaman, (Depok: Literatur Nusantara, 2013), h. 56. 40.
(40) 29. cara membacanya. Ia tersusun di antara dua mushaf yang dimulai dengan surat alFatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik dari segi tulisan maupun ucapannya, dari satu generasi ke generasi lain, terpelihara dari berbagai perubahan dan pergantian. 44 Jadi al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. melalui perantara malaikat Jibril, yang di dalamnya berisi undang-undang bagi kehidupan manusia serta hidayah bagi orang yang berpedoman kepadanya, serta menjadi sarana pendekatan diri kepada Allah dengan cara membacanya, yang ditulis dalam mushaf-mushaf yang dimulai dari surat alFatihah hingga surat al-Nas.. E. Penelitian yang Relevan Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian penulis yaitu di antaranya: 1.. Skripsi Nur Lu’lu’il Maknunah yang berjudul “Konsep Toleransi Beragama Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif atas Tafsir Al-Azhar dan Tafsir An-Nur)” yang diajukan kepada Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Dalam skripsi ini saudari Nur Lu’lu’il Maknunah menjelaskan tentang konsep toleransi beragama dalam al-Qur’an yang dikemukakan oleh dua tokoh mufasir Indonesia yaitu Buya Hamka dengan tafsirnya al-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddiqie dengan tafsirnya an-Nur. Dalam skripsi ini membahas bagaimana seharusnya konsep toleransi beragama. 45. 2.. Skripsi Abdul Chalim yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam al-Qur’an Surah Yunus Ayat 40-41 Dan Al-Baqarah Ayat 256”. 44. Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 1. 45 Nur Lu’lu’il Maknunah, “Konsep Toleransi Beragama Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif atas Tafsir Al-Azhar dan Tafsir An-Nur”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016, tidak dipublikasikan..
(41) 30. yang ditujukan kepada Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Skripsi ini membahas mengenai bagaimana pendidikan toleransi dalam alQur’an. Hasil temuan saudara Abdul Chalim dalam penelitian ini adalah manusia diperintahkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai perintah dalam al-Qur’an yang melarang manusia untuk memaksakan kehendak orang lain sesuai dengan kehendaknya sendiri. Menghargai orang lain dalam menjalankan aktivitas dan ibadahnya selagi tidak mengganggu norma yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu, toleransi juga akan menimbulkan nilai persaudaraan yang tinggi sehingga kan menimbulkan rasa cinta kasih dan juga dapat memperkuat nilai persatuan antar anak bangsa. Sehingga akan terhindar dari perpecahan dan permusuhan. 46. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang disebutkan di atas adalah sama-sama meneliti tentang toleransi yang terkandung dalam al-Quran. Adapun perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang telah disebutkan di atas yaitu, dalam penelitian penulis, penelitian difokuskan pada pendidikan toleransi antar umat beragama dalam al-Qur’an. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh saudari Nur Lu’lu’il Maknunah yaitu mengenai konsep toleransi beragama dalam al-Qur’an. Adapun perbedaan dengan penelitian saudara Abdul Chalim yaitu, penelitian penulis lebih terfokus ke pendidikan toleransi antar umat beragama, sedangkan penelitian saudara Abdul Chalim membahas pendidikan toleransi secara umum dalam al-Qur’an.. 46 Abdul Chalim, “Nilai-nilai Pendidikan Toleransi Dalam al-Qur’an Surah Yunus Ayat 4041 Dan Al-Baqarah Ayat 256”, Skripsi pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga, 2018, tidak dipublikasikan..
(42) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian 1.. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah mengenai kajian tafsir al-Qur’an. yang terfokus pada ayat-ayat tentang pendidikan toleransi, yaitu di antaranya: a.. Q.S al-Baqarah [2]: 256 tentang tidak ada seorang pun yang berhak memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam. b.. Q.S Yunus [10]: 99 dan 100 tentang Allah tidak menghendaki agar semua orang yang ada di bumi ini beriman karena hikmah tertentu.. c.. Q.S al-Mumtahanah [60]: 8 tentang Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan menjalin hubungan dengan orang-orang kafir yang tidak memerangi dan mengusir kalian dari negeri kalian.. d.. Q.S al-Kafirun [109]: 6 tentang tanggung jawab agama masingmasing tanpa adanya pencampuran.. 2.. Waktu Penelitian Adapun pengaturan waktu penelitian penulis dimulai dari bulan Juli. tahun 2020 yang dilakukan di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan di tempat tinggal penulis.. B. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode tafsir Maudhu’i dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) melalui kajian kepustakaan (library research). Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang ingin menghasilkan data. 31.
(43) 32. bersifat deskriptif, yaitu berupa hasil ucapan, tulisan, dan perilaku individu atau kelompok yang dapat diamati berdasarkan subyek itu sendiri. 47 Melalui pendekatan kualitatif peneliti berusaha mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, peneliti juga berusaha melihat fenomena di lingkungan penelitian, dan berusaha memahami dan memberi makna terhadap rangkaian peristiwa yang dilihat dan didengarnya. Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi realitas sosial yang bersifat unik, kompleks, dan ganda. Artinya penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang tepat untuk mengungkapkan fenomena di suatu lingkungan (sekolah, perguruan tinggi, masyarakat, atau kantor). Dalam penelitian kualitatif dapat dipelajari dan dieksplorasi serta dipahami pengalaman manusia atau kelompok seperti kepercayaan, frustasi, keindahan, pengharapan, dan cita-cita yang telah terbentuk dan dialami oleh individu-individu atau kelompok-kelompok tertentu. 48. C. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini adalah literatur-literatur yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini, sumber-sumber tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu al-Qur’an dan kitab-kitab Tafsir yaitu mengenai ayat-ayat yang menjelaskan tentang toleransi antar umat beragama. Adapun sumber data sekunder, yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer. Adapun data sekunder dalam penulisan skripsi ini yaitu literatur-literatur yang berkaitan dengan pendidikan toleransi, misalnya seperti jurnal yang berjudul Pembelajaran Toleransi oleh Jauhar Fuad, Mengembangkan Sikap Toleransi dan Kebersamaan di Kalangan Siswa oleh Busri Endang, Strategi Penanaman Toleransi Beragama Anak Usia Dini oleh Anwar Zain, dan literatur-literatur yang lain. 47. Sugiyono, Metodologi Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.. 9. 48. Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2019), h. 45..
(44) 33. D. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode tafsir maudhu’i atau tafsir tematik. Tafsir Maudhu’i menurut Abdul Mustaqim dalam bukunya epistemologi tafsir kontemporer, dikatakan bahwa metode tafsir maudhu’i ini adalah upaya untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan memfokuskan pada tema yang telah ditetapkan dengan mengkaji secara serius tentang ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut. Topik inilah yang menjadi ciri utama dari metode tematik (maudhu’i). 49 Adapun pembahasan yang penulis fokuskan yaitu mengenai pendidikan toleransi antar umat beragama. Al-Farmawi dalam kitabnya Al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu’i, seperti yang dikutip oleh Abdul Mustaqim, merumuskan beberapa langkah metodis dalam penafsiran tematik, di antaranya sebagai berikut: 1.. Menetapkan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini penulis ingin membahas mengenai pendidikan toleransi antar umat beragama.. 2.. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Adapun ayat-ayat yang penulis himpun yaitu: Q.S al-Baqarah [2]: 256, Q.S Yunus [10]: 99 dan 100, Q.S al-Mumtahanah [60]: 8, dan Q.S al-Kafirun [109]: 6.. 3.. Menyusun runtutan ayat yang telah dihimpun.. 4.. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.. 5.. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.. 6.. Melengkapi dengan hadits-hadits yang relevan.. 7.. Mempelajari ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian sama. 50. 49. Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LkiS Group, 2012), h.. 50. Ibid, h. 168.. 167..
(45) 34. E. Teknik Analisis Teknik analisis yang peneliti gunakan yaitu metode content analysis (analisis isi) Teknik analisis ini merupakan kesimpulan yang benar dari sebuah buku atau dokumen. Teknik ini juga digunakan untuk menemukan karakteristik dari sebuah pesan yang penggarapannya dilakukan secara objektif dan sistematis. Analisis data dimulai dengan pengolahan data mentah. Mengolah data berarti membuat data ringkasan berdasarkan data mentah hasil pengumpulan data. Pada penelitian kualitatif, analisis data dimulai dari reduksi data, kategorisasi data, sintesis, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai penelitian. 51 Dalam melakukan penelitian ini, pertama peneliti mengumpulkan data terlebih dahulu melalui observasi kepustakaan. Selanjutnya proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian. Adapun langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi.. F. Teknik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.. 51. Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2019), h. 52..
(46) BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Toleransi dalam Tafsir Al-Misbah 1.. Surah Al-Baqarah Ayat 256. ۖ. ۖ ۖ. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256) M. Quraish Shihab, melalui tafsirnya menjelaskan, setelah jelas bagi setiap orang melalui ayat yang lain, siapa Allah dan kewajaran-Nya untuk disembah, serta keharusan mengikuti agama yang ditetapkan-Nya, serta jelas pula bahwa Dia memiliki kekuasaan yang tidak terbendung, maka bisa jadi ada yang menduga bahwa hal tersebut dapat menjadi alasan bagi Allah untuk memaksa makhluk menganut agama-Nya, apalagi dengan kekuasaan-Nya yang tidak terkalahkan itu. Untuk menampik dugaan ini, datanglah ayat 256 ini. “Tidak ada paksaan dalam menganut agama”. Mengapa ada paksaan, padahal Dia tidak membutuhkan sesuatu; mengapa ada paksaan, padahal sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja (QS. al-Ma’idah: 48), yaitu dengan jalan menyatukan secara naluriah pendapat. 35.
(47) 36. kamu serta tidak menganugerahkan kamu kemampuan memilih, tetapi Dia, Allah tidak menghendaki itu. Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Agama-Nya dinamai Islam, yakni damai. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak damai, karena itu tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam. Mengapa ada paksaan, padahal telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Jika demikian, sangatlah wajar setiap pejalan memilih jalan yang benar, dan tidak terbawa ke jalan yang sesat. Sangatlah wajar semua masuk agama ini. Pasti ada sesuatu yang keliru dalam jiwa seseorang yang enggan menelusuri jalan yang lurus setelah jalan itu terbentang di hadapannya. Tidak ada paksaan dalam menganut agama, karena telah jelas jalan yang lurus. Itu sebabnya, sehingga orang gila dan yang belum dewasa atau yang tidak mengetahui tuntunan agama, tidak berdosa jika melanggar atau tidak menganutnya, karena bagi dia jalan yang jelas itu belum diketahuinya. Tetapi jangan tidak tahu menahu padahal kita mempunyai potensi untuk mengetahui, tetapi potensi itu tidak digunakan. Di sini kita dituntut untuk tidak menyia-nyiakan potensi itu.. 2.. Surah Yunus Ayat 99-100. ۖ Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (QS. Yunus: 99). ۖ Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS. Yunus: 99).
(48) 37. Dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab disebutkan bahwa ayat ini telah mengisyaratkan bahwa manusia diberi kebebasan percaya atau tidak. Kaum Yunus tadinya enggan beriman, kasih sayang-Nyalah yang mengantar Allah Swt. memperingatkan dan mengancam mereka. Nah, kaum Yunus yang takdirnya membangkang atas kehendak mereka sendiri, kini atas kehendak sendiri pun mereka sadar dan beriman, sehingga Allah Swt. tidak menjatuhkan siksa-Nya. Demikian Allah memberi kebebasan kepada manusia. Tapi jangan mengira bahwa kebebasan itu bersumber dari kekuatan manusia. Tidak! Itu adalah kehendak dan anugerah Allah, karena jikalau Tuhan Pemelihara dan Pembimbingmu menghendaki, tentulah beriman secara bersinambung tanpa diselingi sedikit keraguan pun semua manusia yang berada di muka bumi seluruhnya. Ini dapat dilakukan-Nya antara lain dengan mencabut kemampuan manusia memilah dan memilih dan dengan menghiasi jiwa mereka hanya dengan potensi positif saja, tanpa nafsu dan dorongan negatif sebagaimana halnya malaikat. Tetapi itu tidak dikehendaki-Nya, karena Dia bermaksud menguji manusia dan memberi mereka kebebasan beragama dan bertindak. Dia menganugerahkan manusia potensi akal agar mereka menggunakannya untuk memilah dan memilih. Maka, jika demikian, apakah engkau wahai Muhammad, engkau hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya yang benar-benar mantap imannya? Allah tidak merestui engkau melakukan yang demikian, bahkan jika seandainya engkau berusaha ke arah sana, engkau tidak dapat berhasil. Dan kalaupun engkau berhasil, Aku tidak akan menerimanya – karena yang demikian adalah iman paksaan, sedang yang Aku kehendaki adalah iman yang tulus, tanpa pamrih dan tanpa paksaan. Tetapi bagaimana engkau dapat memaksa orang beriman dengan tulus padahal tidak ada satu pun jiwa yang akan dapat beriman di satu saat pun kecuali dengan izin Allah. Memang ada di antara manusia yang beriman sehingga Allah menganugerahkan kepada mereka ketenangan batin dan kebahagiaan dan ada juga yang enggan sehingga Allah menimpakan kekotoran jiwa, yakni.
Garis besar
Dokumen terkait
Menurut Yule (2014:60) prinsip kerja sama merupakan suatu kerja sama sederhana yang mana pembicara pada umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan,
Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika
Berdasarkan pengertian masing-masing dari kata tugas pokok dan fungsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) tersebut adalah
Pada daerah Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ) , terjadi difusi atomik yang disebabkan oleh kombinasi antara deformasi plastik yang kuat dengan suhu tinggi.. Untuk daerah
By reading this The Prelude: Or Growth Of A Poet's Mind By William Wordsworth, you could greater than exactly what you obtain from other publication The Prelude: Or Growth Of A
Sistem pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten Pulau Morotai belum tertata / dikelolah dengan benar, pengelolaan limbah rumah tangga black water masih dilakukan
Untuk pelorodan lilin batik yang diterapkan pada IKM batik direkomendasi menggunakan natrium silika sebesar 2 g/l, mengingat pengaruhnya terhadap penurunan kekuatan kain sutera