• Tidak ada hasil yang ditemukan

kepemimpinan transformasional adalah untuk meningkatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "kepemimpinan transformasional adalah untuk meningkatkan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

104

kepemimpinan transformasional adalah untuk meningkatkan kinerja guru demi menghasilkan pendidikan yang bermutu dengan melibatkan guru dalam program pendidikan dan pelatihan guru, seminar, workshop, kelompok kerja guru, serta musyawarah guru mata pelajaran. Selain itu, untuk siswa adalah guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik sehingga terjadi perubahan perilaku, program leterasi 10 (sepuluh) menit untuk siswa sehingga siswa lebih banyak mendapat pengetahuan, pembuatan resume setelah selasai proses belajar mengajar, dengan demikian guru dan siswa mampu mengembangkan inovasi serta kreasi yang dimilikinya. Mengacu pada penjelasan yang ada, maka alasan diterapkannya model kepemimpinan transformasional adalah karena mampu membawa perubahan melalui implementasi karakteristik yang ada yaitu memberikan motivasi bagi guru, dapat memberikan stimulus bagi guru dan siswa berprestasi, memiliki visi yang jauh kedepan, memiliki pertimbangan individu yang rasional, meningkatkan disiplin kerja guru, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru serta menghasilkan mutu pendidikan yang mampu berdaya saing.

Tujuan diterapkannya model kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah untuk meningkatkan kinerja guru, meningkatkan semangat belajar siswa sehingga dalam implementasinya dapat meningkatkan mutu pendidikan pada SMP YPK Kaimana. Dengan demikian, maka relevansinya

(2)

105

adalah mampu menjawab setiap tantangan serta tuntutan pendidikan yang berkembang pesat saat ini.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut diatas, maka evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari latar belakang diterapkannya model kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan transformasional sangat penting apabila di implementasikan dalam visi misi sekolah, program-program, kegiatan sekolah karena memiliki pandangan yang jauh kedepan dalam meningkatkan kinerja guru melalui pelatihan, workshop, seminar, KKG, MGMP, dapat mengembangkan efektivitas siswa melalui program literasi sepuluh menit, pembuatan resume setiap akhir pembelajaran secara maksimal sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hendrawati et al., (2015), “menjelaskan bahwa, untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka kepala sekolah dan guru berkewajiban: (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan yang sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Artinya guru berkewajiban bekerja dengan kinerja dan motivasi kerja yang tinggi untuk mencapai prestasi. Wujud dari kinerja dan motivasi kerja tinggi adalah guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna, menyenangkan,

(3)

106

kreatif, dinamis dan dialogis dengan siswa. Guru juga harus memilik komitmen untuk meningkatkan profesionalisme yang diyakini mampu memotivasi siswa untuk mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan. Disamping itu guru juga harus mampu memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka didukung dengan hasil wawancara bersama kepala sekolah sebagai berikut :

“dasar pelaksanaan model kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP YPK Kaimana, adalah kami menerapkan karakteristik kepemimpinan transformasional yaitu motivasi guru, visioner, stimulasi dan pertimbangan indivudu sehingga adanya komunikasi bersama kepala sekolah dan dewan guru serta stakeholder yang ada untuk meningkatkan kinerja mengajar guru melalui pendidikan dan pelatihan, workshop, seminar, KKG, MGMP serta program literasi sepuluh menit untuk siswa agar selama berada di sekolah sehingga siswa lebih banyak fokus untuk mendapatkan pengetahuan yang efektif, peserta didik diharuskan membuat resume pada setiap akhir pembelajaran sehingga mereka dapat memahami kembali setiap materi yang telah diterima, prinsip kesejahteraan memberikan tambahan biaya bagi guru dan siswa berprestasi sebagai bagian dari karakteristik kepemimpinan transformasional, stimulasi, selain itu kami memberikan rasa arahan bagi guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah serta memiliki fasilitas dan lingkungan belajar yang nyaman”. (wawancara dengan kepala sekolah, 02 Agustus 2022).

Dengan demikian, maka tujuan penerapan kepemimpinan tranformasional dalam pengelolaan sekolah adalah agar kepala sekolah mampu meningkatkan kinerja guru melalui membangun visi sekolah yang bermutu, memberikan motivasi, memiliki nilai-

(4)

107

nilai Kristianitas melalui kejujuran, memberdayakan guru, membangun rasa memiliki terhadap sekolah, meningkatkan kreativitas dan inovasi guru melalui pelatihan-pelatihan.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas senada dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahkam et al., (2020), mengatakan bahwa kesejahteraan guru dan siswa di sekolah dapat dilihat dari kualitas hidup di sekolah yaitu siswa dapat menunjukkan prestasi selama di sekolah, sekolah memiliki peraturan dan fasilitas sekolah yang baik, siswa memiliki komunikasi yang intens dengan teman sebayanya, antara guru dengan siswa, dan memiliki metode pengajaran yang berkualitas dari dewan guru di sekolah dan kurikulum serta tugas yang diberikan harus wajar.

Dari hasil riset peneliti saat ini, terdapat gap dengan peneliti terdahulu. Adapun gapnya terlihat pada metode pengajaran yang belum maksimal dilakukan oleh guru saat ini sehingga belum nampak kualitas guru dalam proses pembelajaran karena itu sangat berdampak pada rendahnya mutu pendidikan. Dengan demikian, maka model kepemimpinan transformasional kepala sekolah saat ini menjadi faktor penting dan penentu dalam meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai mutu pendidikan yang berkualitas pada SMP YPK Kaimana. Selain itu, pelaksanaan model kepemimpinan transformasional dimulai dengan perencanaan, penerapan, serta penilaian seluruhnya perlu dibuat untuk meningkatkan kinerja guru.

(5)

108

Penjelasan tersebut diatas diperkuat oleh peneliti terdahulu Faruq et al., (2020) yang menjelaskan bahwa peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin selalu berupaya untuk memastikan kinerja guru dan kualitas siswanya sehingga selalu memberikan motivasi untuk mempengaruhi (guru, siswa dan staf organisasi sekolah) untuk mencapai tujuan yang ditentukan, mengingat pentingnya meningkatkan standar pendidikan sehingga kepemimpinan transformasional kepala sekolah lebih menekankan pada peningkatan kualitas tenaga pendidik dan juga kualitas lulusan siswa. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin transformasional selalu melakukan upaya-upaya konkrit dalam meningkatkan keterampilan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus, memuat visi dan misi untuk jangka panjang, tepat sasaran pada keinginan siswa sehingga prestasi siswa tidak hanya meningkat tetapi juga standar dan kualitas profesi guru menjadi profesional”.

2. Evaluasi Input

Penerapan model kepemimpinan transformasional kepala sekolah dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya kinerja guru, rendahnya semangat belajar siswa, lingkungan organisasi sekolah yang tidak mendukung proses pembelajaran serta terjadinya gap antara guru yang satu dengan yang lainnya sehingga melalui penerapan kepemimpinan transformasional permasalahan tersebut dapat teratasi.

(6)

109

Hasil penelitian saat ini menunjukan bahwa pada bidang SDM, kepala sekolah selalu memberikan kesempatan bagi guru dalam mengikuti pelatihan pembelajaran, worshop, seminar serta bimbingan rohani melalui doa bersama, memotivasi guru dalam mengembangkan disiplin kerja dengan stimulus, memberikan pujuan bagi guru dan siswa berprestasi. Selanjutnya pada bidang sarana dan prasarana, pembiayaan, kurikulum dan pembelajaran dilakukan berdasarkan karakteristik kepemimpinan transformasional yaitu pembelanjaan alat peraga untuk meningkatkan pembelajan di kelas, membangun ruang kelas, memperbaiki kerusakan ruang kelas serta adanya transparansi terhadap setiap penerimaan maupun pengeluaran, pembuatan laporan keuangan setiap triwulan yang diawasi langsung oleh kepala sekolah, pada bidang kurikulum, adanya permbuatan RPP, supervisi kepala sekolah pada saat pelaksanaan pembelajaran serta melakukan evaluasi kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian saat ini dapat didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan Tinus et al., ( 2019) melakukan analisis kebutuhan dan analisis jabatan, serta memotivasi guru dalam mengikuti forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), lokakarya, seminar, pendidikan dan latihan, maka dalam menerapkan strategi pengendalian mutu guru dapat dilakukan evaluasi di bawah supervisi pendidikan berdasarkan penilaian kinerja guru melalui DP3. Sebagai perbandingan, maka

(7)

110

aspek yang disupervisi adalah kehadiran guru, prestasi perkembangan siswa, dan perangkat pembelajaran.

Dengan kajian penelitian yang hampir sama dilakukan oleh Wiyono (2016), menyatakan bahawa ciri pertama seorang pemimpin transformasional adalah memiliki visi.

Transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistik tentang bagaimana organisasi di masa depan ketika semua tujuan dan sasarannya telah tercapai. Hal inilah menegaskan bahwa seorang pemimpin transformasional adalah seorang pemimpin yang mendasarkan dirinya pada cita-cita masa depan, terlepas dari apakah visinya visioner dalam arti diakui oleh setiap orang sebagai visi yang besar dan mendasar. Seorang pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi sebagai nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh staf agar staf memiliki rasa kepemilikan dan komitmen dalam melaksanakannya.

Selanjutnya didukung oleh peneliti terdahulu Prasetia (2021), menjelaskan bahwa guru yang berprestasi baik akan diberikan tugas tambahan seperti menjadi pembina ekstrakurikuler yang disertai penugasan. Selain itu, adanya honorarium yang dapat menambah penghasilan guru selain dari gaji pokok. memberikan kebebasan kepada guru untuk menginspirasi dan berkolaborasi dalam menyampaikan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa dengan menggunakan metode dan gaya mengajar

(8)

111

yang berbeda atau gaya baru serta memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi diri dengan mengirimkan perwakilan guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan sehingga dapat meningkatkan keterampilannya dalam mentransfer ilmu kepada siswa dengan metode dan situasi baru yang inovatif dan kreatif yang dapat mendukung siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Melalui data yang diperoleh peneliti saat ini, serta hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa terdapat persamaan terhadap kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin transformasional dalam merancang program kerja tahunan dalam meningkatkan kinerja guru sehingga terdapat program-program serta sasaran kerja selama setahun berjalan. Tetapi juga terdapat perbedaan yang cukup signifikan dimana kegiatan-kegiatan yang telah disiapkan bahkan telah disetujui dewan guru, komite dan stakeholder yang ada melalui kegiatan pendidikan dan latihan, pembuatan resume oleh siswa pada akhir pembelajaran, kegiatan literasi kesiswaan, alat peraga, rehabilitasi bangunan sekolah yang rusak, pendanaan, hubungan masyarakat, pelaksanaan pengawasan. Pada penelitian saat ini belum berjalan secara maksimal karena berbagai faktor seperti kurangnya dana dalam pengadaan sarpras, lingkungan yang kurang nyaman, faktor organisasi yang kurang mendukung, kurangnya pemberian motivasi terhadap kinerja guru, kinerja mengajar guru yang masih

(9)

112

rendah, praktik pembelajaran yang kurang maksimal sehingga hasil pembelajaran siswa kurang berkualitas.

Hasil validasi data yang ada diperkuat oleh Kuswaeri (2016), menjelaskan bahwa kepala sekolah yang sejak dahulu terbiasa bersikap pasif, selalu menunggu arahan dan petunjuk dari atasan (birokrat pendidikan) untuk mengambil sebuah keputusan atau melakukan tindakan kebijakan. Semenjak desentralisasi pendidikan diterapkan, kepala sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan kebijakan sendiri menyangkut pengelolaan pembiayaan, pengelolaan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, maupun pengelolaan sarana prasarana. Dengan otonomi sekolah, kepala sekolah dituntut untuk lebih memiliki inisiatif, kreativitas dan kemandirian untuk kemajuan sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu ketika dibandingkan dengan penelitian saat ini, peneliti menemukan secara jelas inisiatif dan kreativitas kepala sekolah dalam mengisi kekosongan tenaga guru dalam upaya kemandirian dan kemajuan sekolah yang outputnya mampu berdaya saing.

3. Evaluasi Process

Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan program-program kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka program yang telah disiapkan diantaranya pertemuan personal maupun kelompok bersama kepala sekolah,

(10)

113

supervisi, pelatihan guru, webinar, workshop, seminar, ibadah pagi bersama dalam memberikan motivasi bagi guru sebelum pelaksanaan tugas pembelajaran, pengembangan sarpras, pengembangan media pembelajaran, pengawasan dalam pembuatan laporan keuangan secara transparan dan akuntabel, semuanya telah berjalan berdasarkan karakteristik kepemimpinan transformasional yaitu motivasi, inspirasi, stimulus dan pertimangan individual sesuai dengan jadwal yang ada.

Disadari bahwa untuk menjawab semua program yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik karena kepala sekolah dapat menerapkan karakteristik kepemimpinan trasformasional dengan memberikan motivasi bagi guru, stimulan berupa biaya tambahan bagi guru berprestasi, menginspirasi guru, memberikan pertimbangan individual. Walaupun demikia, semuanya membutuhkan biaya yang sangat besar karena itu, hambatan yang dialami adalah terbatasnya biaya sehingga ada beberapa hal yang berkaitan dengan sarpras seperti program pembangunan ruang kelas tidak dapat terlaksana.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka penelitian relevan yang yang dilakukan oleh Kudus et al., (2021), menjelaskan bahwa pendidikan dan pelatihan dilakukan sebagai penguatan kapasitas kepala sekolah dan kinerja guru yang bertujuan agar kepala sekolah mampu memimpin dan mengelolah sekolah, menguasai seluruh kompetensi dalam melaksanakan tugasnya, mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dasar di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri masuk dalam kategori

Hasil penelitian yang ditemukan adalah: (1) kesadaran situasi berpengaruh langsung positif terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dasar Kota Medan,

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Kota Sibolga.. Kepemimpinan Transformasional

Oleh karena itu, kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional agar organisasi sekolah yang dipimpinnya dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan profesionalisme guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama

Pemahaman terhadap aspek-aspek kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam mengelola budaya organisasi dapat memberikan informasi tentang pengaruhnya terhadap

Agar kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dan karyawan di MTs Muhammadiyah berjalan dengan baik, maka kepala sekolah diharapkan

Kemudian Pada hasil uji normalitas penyebaran data dengan α = 0,05 diperoleh hasil sebagai berikut Kinerja guru 0,126 normal, kepemimpinan transformasional kepala sekolah 0,078 normal,