• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENDUDUKAN INDONESIA - ADOC.PUB

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KEPENDUDUKAN INDONESIA - ADOC.PUB"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

The incidence of open unemployment has been more pronounced among women, more educated and in urban areas. The increase in the rate of open unemployment in the years 1998-1999 was mainly due to the impact of the crisis, the worst impacts of which are occurring in the mentioned years. 16• The gap in the proportion of informal workers varies significantly between regions in Indonesia and by gender inequality.

The increase in the rate of underemployment in the post-crisis period appears to be strongly related to the development of the informal sector that widens poverty. In the year the definition of open unemployment experienced an expanded concept based on the answer "the main reason for not looking for work".

Figure  1.  Trends  of employment  and  open  unemployment  in  Indonesia  1996- 2004  (in  thousa nds)
Figure 1. Trends of employment and open unemployment in Indonesia 1996- 2004 (in thousa nds)

PENANAMAN MODAL ASING DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SEKTOR INDUSTRI

Untuk itu, sektor industri yang mampu menyerap tenaga kerja sangat penting untuk membantu peningkatan lapangan kerja. Industri tekstil merupakan industri strategis yang mampu menyerap tenaga kerja di Indonesia karena sifatnya yang padat karya. Bahkan berdasarkan angka efisiensi, dibutuhkan investasi yang relatif tinggi untuk menyerap tenaga kerja di industri yang diincar investor asing.

Grafik 1.  Persentase penanaman modal  asing (PMA)  dan penanaman modal  dalam negeri  (PMDN) di Indonesia
Grafik 1. Persentase penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Indonesia

AKSES PENDIDIKAN DASAR

Faktor Pendukung .1 Kemampuan Finansial

  • Kualitas Pendidikan
  • Faktor Budaya

Selain itu, tabel tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran untuk pendidikan di perkotaan lebih besar dibandingkan di perdesaan. Selain itu, jarak rumah dan sekolah di pedesaan umumnya lebih jauh dibandingkan di perkotaan, dengan implikasi siswa yang tinggal di pedesaan akan lebih banyak mengeluarkan biaya transportasi, terutama untuk jenjang SMP dan seterusnya. Sebuah studi yang dilakukan di pedesaan Jawa menemukan bahwa rumah tangga miskin cenderung membayar biaya sekolah yang lebih murah (di berbagai jenjang sekolah) dibandingkan rumah tangga kaya.

Hal ini terutama terjadi di daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya melakukan kegiatan pertanian sebagai pekerjaan utama mereka. Pelayanan pendidikan pada jenjang SMP umumnya berada di perkotaan yang jaraknya cukup jauh dari lokasi penduduk di pedesaan. Upaya ini ditujukan untuk menjangkau anak-anak usia 13-15 tahun yang tinggal di daerah terpencil dan jauh dari lokasi SMP, minimal lebih dari 6 km.

Ketimpangan penempatan guru antara daerah perkotaan dan daerah terpencil semakin terlihat di sekolah menengah yaitu 81% sekolah menengah di perkotaan mengalami surplus guru, sedangkan sekolah menengah menengah di daerah terpencil kekurangan guru sebesar 13%. Kekurangan guru ini umumnya disebabkan oleh keengganan guru untuk tinggal di daerah terpencil yang minim fasilitas dan jauh dari teman dan kerabat. Oleh karena itu, perlu adanya sistem insentif bagi guru yang bekerja di daerah terpencil, tidak hanya dalam hal remunerasi, tetapi juga dukungan untuk kesempatan mengikuti kegiatan pelatihan dalam jabatan untuk pengembangan keprofesian.

Dengan demikian, pengetahuan guru yang bekerja di daerah terpencil selalu up-to-date dan tidak ketinggalan dengan rekan-rekannya yang bekerja di perkotaan.

Tabel S.  Rata-rata Nasional Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan Menurut Lokasi  Desa Kota  dan  Tingkat Pendidikan, Juli- Desember 2002
Tabel S. Rata-rata Nasional Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan Menurut Lokasi Desa Kota dan Tingkat Pendidikan, Juli- Desember 2002

Mengatasi Kendala Ekonomi dan Biaya Tidak Langsung (Oppo':tunity Cost)

Temuan ini menyiratkan bahwa upaya untuk mengurangi biaya langsung bersekolah di SMP akan mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya, sehingga meningkatkan angka partisipasi sekolah bagi keluarga miskin. Subsidi yang diberikan kepada SD dan SMP dimaksudkan untuk membantu biaya operasional sekolah (tidak termasuk investasi), sehingga mengharuskan sekolah untuk mengurangi biaya yang dipungut dari orang tua dan bahkan meniadakan SPP bagi keluarga miskin. Meskipun sekolah telah menerima dana BOŠ, sekolah masih memungkinkan untuk memungut iuran sekolah, karena di beberapa sekolah jumlah dana BOŠ yang diterima sekolah tidak mencukupi untuk biaya operasional sekolah, sehingga orang tua masih terbebani biaya sekolah.

Namun, mulai tahun 2009 pemerintah akan memperbaharui kebijakan program BOS yang ditujukan untuk meringankan beban biaya pendidikan masyarakat dalam rangka wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. 66 Jurnal Kependudukan Indonesia. pada tingkat pendidikan dasar; b) penghapusan semua siswa SD dan SMP negeri untuk biaya operasional sekolah; Apabila sekolah masih mengalami kekurangan biaya operasional, maka kekurangan biaya operasional tersebut harus ditanggung oleh pemerintah kabupaten/kota melalui dana APBD.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pembentukan badan independen untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program BOS. Badan ini dapat dibentuk oleh pemerintah bersama dengan lembaga donor dan memiliki struktur organisasi yang independen dari penyelenggara program BOŠ. Jika orang tua berpendapat bahwa tingkat pengembalian sekolah rendah, dapat dipahami bahwa orang tua enggan menyekolahkan anaknya.

Pemberian keringanan biaya sekolah yang disertai dengan penggantian biaya tidak langsung serta penyuluhan tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya akan membantu orang tua dalam mengambil keputusan untuk menyekolahkan anaknya.

Peningkatan Motu Layanan Pendidikan Dasar

Program peningkatan mutu guru ini harus diikuti dengan pengawasan dan peningkatan akuntabilitas untuk memastikan bahwa program peningkatan mutu dan insentif guru dapat menjelma menjadi proses belajar mengajar yang lebih baik untuk menghasilkan lulusan yang baik. Selain program peningkatan mutu guru, perbaikan infrastruktur sekolah juga perlu mendapat perhatian, antara lain penyediaan sarana air bersih dan sanitasi yang sangat diperlukan untuk kebersihan diri dan lingkungan sekolah. Dengan demikian, hanya seperempat sekolah yang disurvei yang memiliki sarana air bersih yang berfungsi.

Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi praktik higiene perorangan serta kurangnya pemeliharaan jamban dan lingkungan sekolah. Survei juga menemukan bahwa kurang dari separuh sekolah yang disurvei memiliki fasilitas toilet yang berfungsi. Kondisi ini akan memaksa siswa meninggalkan halaman sekolah untuk mencari air bersih dan jamban, dan hal ini jelas akan membuang waktu belajar dan mengurangi kenyamanan pergi ke sekolah.

Ruang kelas yang berventilasi baik, cukup penerangan dan tidak bocor saat hujan sangat diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang nyaman dan berkualitas, yang akan memberikan hasil yang baik. Fakta masih beredarnya berita runtuhnya ruang kelas menunjukkan betapa minimnya perhatian para tenaga kependidikan terhadap kebutuhan sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak hanya berdampak pada mutu proses belajar mengajar, tetapi juga akan mendorong orang tua untuk tetap menyekolahkan anaknya, karena yakin anaknya yang menyekolahkan di sekolah bermutu akan menghasilkan lulusan yang baik dan akan menjadi kemungkinan untuk mata pencaharian nantinya.

Persepsi orang tua terhadap sekolah berkualitas salah satunya ditunjukkan dengan tersedianya infrastruktur sekolah yang baik, seperti gedung sekolah yang bersih dan terawat, fasilitas air bersih dan toilet yang berfungsi, serta ruang kelas yang nyaman.

PERKEMBANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA

Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Perkembangan Kasus HIV &AIDS

Seperti yang dilihat oleh banyak orang, pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama akan memudahkan mereka tertular infeksi HIV-AIDS. Selain berisiko tertular HIV AIDS melalui hubungan seksual, ABG ini juga sangat rentan terhadap penularan HIV AIDS melalui jarum suntik. Dikhawatirkan penggunaan jarum suntik dalam mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut akan cepat menyebabkan mereka tertular HIV/AIDS.

Perilaku seksual gay cenderung rentan terhadap paparan virus HIV-AIDS karena hubungan seks mereka biasanya dilakukan melalui anus. Letak geografis Indonesia yang strategis baik untuk perdagangan maupun pariwisata menjadi faktor yang turut mempercepat peningkatan jumlah penderita HIV-AIDS. Dalam beberapa kasus, meningkatnya wisatawan atau pekerja asing yang masuk ke Indonesia membuat penduduk sangat rentan terhadap infeksi HIV-AIDS.

Dari studi yang dilakukan oleh PPK-LIPI di Surabaya dan Bali terlihat adanya hubungan antara mobilitas penduduk dengan penyebaran infeksi HIV-AIDS. Data yang diperoleh dari Kanwil Depkes Jawa Timur menunjukkan peningkatan kasus HIV-AIDS di kalangan TKI dari tahun ke tahun (Purwaningsih, dkk, 1999). Setelah dipekerjakan sebagai pekerja seks, anak perempuan sangat rentan terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS.

Kondisi tersebut tentunya menjadi faktor penting meningkatnya kasus PMS termasuk infeksi HIV-AIDS di masyarakat.

Kesimpulan

Oleh karena itu, perilaku seksual remaja tersebut perlu mendapat perhatian melalui kegiatan sero-survey, agar kasus perubahan status dari sero-negatif menjadi HIV-positif di kalangan remaja dapat terdeteksi sesegera mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan menyebarkan selebaran dalam bahasa komunikasi di tempat-tempat ABG tinggal atau bahkan di sekolah dan universitas. Program pemutusan mata rantai penularan HIV-AIDS harus memperhatikan kelompok umur penduduk dan disesuaikan dengan jenis intervensinya.

Program penyuluhan yang terkait dengan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran perilaku seksual yang positif harus diikuti dengan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk pelayanan KB dan pencegahan PMS. Hal ini perlu ditekankan pada kelompok remaja, karena di satu sisi kelompok remaja ini rentan terhadap penularan penyakit, dan di sisi lain pelayanan terhadap kelompok ini kurang terstruktur, karena pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kegiatan seksual dan reproduksi kurang baik. umumnya ditujukan untuk menikah dan kelompok orang dewasa. Perlunya menghilangkan prasangka terhadap remaja yang mencari pertolongan dalam bidang kesehatan reproduksi di institusi kesehatan masyarakat, agar remaja tersebut tidak merasa sungkan dan malu untuk datang berkonsultasi atau berobat.

Jika hal itu dilakukan, diperlukan kesiapan alat kesehatan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada kelompok remaja. Sosialisasi pencegahan penularan HIV-AIDS melalui formula 'ABCD' (Pantang, Setia, Pakai Kondom dan Tanpa Narkoba) harus dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Sebab, penggunaan narkoba, terutama melalui jarum suntik, merupakan media utama penularan HIV/AIDS kepada masyarakat.

Hal itu juga harus didukung oleh komitmen (kemauan politik) pemerintah untuk secara serius memberantas peredaran narkoba di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Makalah dipresentasikan pada seminar Jubilee ke-30, Jurnal Antropologi Indonesia, Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok. 34: Strategi intervensi untuk pencegahan PMS dan IDV/AIDS dalam praktik Gigolo di kalangan pekerja muda setempat di bidang pariwisata di Lovin~.

KONSUMSI SAYUR DAN BUAH DI MASYARAKAT DALAM KONTEKS PEMENUHAN GIZI SEIMBANG

Secara umum terdapat perbedaan pola konsumsi sayur dan buah antara penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan. Konsumsi sayur dan buah per penduduk per hari per provinsi, kota-desa (kcal/caplday). Sebaliknya di Provinsi NTT konsumsi sayur dan buah penduduk relatif tinggi yaitu 80% dari jumlah yang dianjurkan.

Sebaliknya, konsumsi sayur dan buah tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara, meskipun produksinya relatif kecil. Fenomena ini menunjukkan bahwa jumlah konsumsi sayur dan buah tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Proporsi pengeluaran untuk sayur dan buah jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelompok ''makan dan minum:z''.

Provinsi Maluku Utara khususnya memiliki konsumsi buah dan sayur tertinggi pada tahun 2007. Sebaliknya Gorontalo juga termasuk dalam 5 provinsi dengan konsumsi buah dan sayur terendah pada tahun 2007 (lihat tabel 2). Pengetahuan tentang persepsi masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi buah dan sayur diperlukan untuk mengembangkan strategi untuk meningkatkan konsumsi.

Memperluas wilayah sasaran penyuluhan/promosi konsumsi buah dan sayur (tidak hanya di posyandu ibu balita), misalnya di sekolah dan kegiatan sosial lainnya seperti perayaan hari besar nasional (perayaan hari kemerdekaan).

Tabel 2.  Konsumsi Sayur-sayuran dan Buah-buahan per kapita per hari  Menurut Provinsi,  Kota-Desa  (kkal/kaplhari)
Tabel 2. Konsumsi Sayur-sayuran dan Buah-buahan per kapita per hari Menurut Provinsi, Kota-Desa (kkal/kaplhari)

JURNAL KEPENDUDUKAN INDONESIA Ketentuan untuk penulis

Notes for Contributors

KEPENDUDUKAN INDONESIA

Gambar

Figure  1.  Trends  of employment  and  open  unemployment  in  Indonesia  1996- 2004  (in  thousa nds)
Figure 2. Trends of open unemployment by sex In Jndonesia  1 996-2004 (in thousands)  The difference  between male and female  in  employment can also be identified  from a degree of comparison between male and female underemployment (Appendi x  I)
Figure 3. Trends of youth open unemployment  (  15- 24  years) by sex  in Indonesia  1996-2004  ( in  thousands)
Figure 4.  Trends of  educated unemployment  (SMTA and over) by sex in Indonesia 1 996-2004  (in  thousands)
+7

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH SAYUR-SAYURAN, KULIT BUAH-BUAHAN DAN BIOAKTIVATOR EM4 Disusun Sebagai Salah