PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat
- Manfaat Bagi Penulis
- Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
- Manfaat Bagi RSUD Dr Achmad Mochtar
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian ADHF
Anatomi Fisiologi Jantung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau lepas pada area mata, tidak teraba adanya benjolan disekitar mata. Pemeriksaan : telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada pendarahan, tidak ada bengkak, dan pendengaran masih baik. Palpasi : tidak teraba benjolan pada daun telinga, tidak nyeri saat menyentuh telinga, tidak ada pendarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada pendarahan dari hidung. e) Mulut dan tenggorokan. Inspeksi: Dada tampak simetris, tidak terdapat lesi pada dada, tidak ada otot tambahan yang digunakan untuk bernapas, dan tidak terdapat perdarahan pada dada. Pemeriksaan : Perut tampak rata, tidak ada pembesaran, tidak terdapat bekas luka operasi, dan tidak terdapat lesi pada perut.
Palpasi : tidak teraba massa/bengkak, liver dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan atau kelonggaran pada daerah perut. i) Alat Kelamin. Mendemonstrasikan suara batuk dan nafas bersih yang efektif, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan dahak, dapat bernapas lega, tidak mengerucutkan bibir) 2. Mendemonstrasikan batuk efektif dan bunyi napas bersih, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan dahak, mampu bernapas lega, bibir tidak mengerucut) 4. Tanda-tanda vital dalam jangkauan.
Pada saat pemeriksaan, tidak ditemukan luka lecet atau luka pada lengan dan kaki pasien. Pemeriksaan : simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada pembengkakan pada telinga, pendengaran masih baik. Palpasi : tidak terdeteksi adanya indurasi pada daun telinga, tidak nyeri saat menyentuh daun telinga dan tidak adanya perdarahan pada telinga bagian dalam dan luar.
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pendarahan, tidak ada lubang hidung saat bernafas, sesak nafas, terpasang kanul hidung O2 4 L/m. Menunjukkan batuk efektif dan suara nafas jernih, tidak sianosis dan sesak nafas (mampu mengeluarkan dahak, dapat bernafas lega, tidak mengerucutkan bibir)4.
Faktor Resiko Tinggi Tejadinya ADHF
Etiologi
Beban tekanan yang berlebihan, kelebihan beban sistolik, beban kapasitas ventrikel yang berlebihan menyebabkan pengosongan ventrikel terhambat. Preload berlebihan yang melebihi kapasitas ventrikel (kelebihan beban diastolik) akan menyebabkan volume dan tekanan akhir diastolik dalam ventrikel meningkat. Obstruksi pengisian ventrikel akibat gangguan aliran masuk ventrikel akan menyebabkan berkurangnya keluaran ventrikel sehingga menyebabkan penurunan curah jantung.
Klasifikasi Gagal Jantung
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Jika curah jantung menurun, tubuh akan melepaskan mekanisme yang melibatkan sistem adrenalin, renin, angiotensin, dan aldosteron, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah akibat vasokonstriksi arteriol serta retensi natrium dan air. Kelainan pada otot jantung karena berbagai sebab dapat menurunkan kontraktilitas otot jantung sehingga menurunkan volume sekuncup dan kekuatan kontraksi otot jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Jika hal ini terjadi terus menerus, lama kelamaan jantung tidak akan melakukan kompensasi sehingga menyebabkan penurunan curah jantung.
Hal ini akan mengakibatkan penurunan volume darah yang berakibat pada penurunan curah jantung. Penurunan kontraktilitas miokardium pada ventrikel kiri (jika terjadi infark pada ventrikel kiri) akan menyebabkan peningkatan beban pada ventrikel kiri. Tekanan ini menyebabkan peningkatan tekanan pada vena pulmonalis sehingga menyebabkan cairan mengalir dari kapiler menuju alveoli dan menyebabkan edema paru.
Woc Gagal Jantung
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Komplikasi
Efusi perikardial dan tamponade jantung, dimana cairan masuk ke perikardium jantung, cairan tersebut dapat meregangkan perikardium hingga ukuran maksimalnya.
Fisiologi Pernafasan
Saturasi Oksigen
- Pengertian Saturasi Oksigen
Fisiologi Peningkatan Saturasi Oksigen Dengan Pemberian
- Pengertian Deep Diafragmatic Breathing
- Tujuan Deep Diafragmatic Breathing
- Manfaat Deep Diafragmatic Breathing
- Indikasi Dan Kontaindikasi Deep Diafragmatic Breathing
- Fisiologi Pemberian Deep Diafragmatic Breathing Terhadap
- Teknik Deep Diafragmatic Breathing
Penilaian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS 15, pupil isokore, tidak muntah, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada gangguan menelan. Pemeriksaan : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada mata, reaksi pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemia, sklera tidak. ikterik, mata tidak bengkak, tidak memakai kacamata. Pemeriksaan : hidung simetris, tidak ada kelainan pada hidung, tidak ada pendarahan, lubang hidung, dipasang oksigen.
Pemeriksaan: mulut tampak bersih, gigi lengkap atau tidak tergantung umur, selaput lendir lembab/kering, tidak ada stomatitis, dan tidak ada kesulitan menelan. f) Dada. Ekstremitas atas : dipasang infus pada salah satu ekstremitas atas, tidak ada kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak ada kelainan, akral terasa hangat, tidak ada edema, tidak ada patah tulang pada kedua tangan. Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan pada kedua tungkai, tampak edema pada kedua tungkai dengan pitting edema > 2 detik, jenis derajat edema, tidak terdapat varises pada tungkai, akral teraba hangat.
Pantau respons pasien terhadap efek terapi antiaritmia 8. Jadwalkan periode olahraga dan istirahat untuk menghindari kelelahan 9. Pantau toleransi aktivitas pasien. Jalan napas tidak efektif, pasien tampak sesak napas, pasien batuk-batuk, terdapat sekret pada saluran napas pasien, dan tidak terdapat trauma pada saluran napas pasien. Pemeriksaan: mulut tampak bersih, gigi geraham bawah goyang, mukosa labial kering, tidak ada stomatitis, dan tidak ada kesulitan menelan.
Inspeksi : dada tampak simetris, tidak terdapat lesi pada dada, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, ritme pernafasan teratur dan pola pernafasan cepat dan dangkal. Palpasi : tidak teraba massa/bengkak, liver dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan atau kelonggaran pada daerah perut. J. Pantau respons kardiovaskular terhadap aktivitas 6. Pantau pola tidur dan durasi tidur/istirahat pada pasien Terapi Aktivitas.
Konsep ICU (Intensive Care Unit)
- Pengertian
- Jenis Pasien ICU
- Klasifikasi Pelayanan ICU
Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi Keperawatan
- Implementasi
- Evaluasi
Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan nafas, adanya benda asing, dan adanya suara nafas tambahan. Frekuensi pernafasan, terlihat apakah penggunaan otot bantu untuk pernafasan, kemunduran dinding dada, kesulitan pernafasan, pemuaian paru kanan dan kiri dapat dirasakan dengan palpasi, dapat dinilai suara pernafasan tambahan. Semua klien gagal jantung akan mengalami sesak nafas sehingga hal ini dapat mengganggu tidur klien.
Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan antara faktor fisik (misalnya: sleep apnea, penyumbatan saluran napas, nyeri atau ketidaknyamanan, dan sering buang air kecil).
TINJAUAN KASUS
Identitas Klien
Pengkajian Primary Survey
Dari lima permasalahan keperawatan diatas penulis mencantumkan pernafasan diafragma dalam untuk meningkatkan saturasi oksigen pada permasalahan keperawatan gangguan pertukaran gas pada Tn. S dengan ADHF. Pemberian pernapasan diafragma dalam untuk meningkatkan saturasi oksigen ditunjukkan dalam penelitian Sepdiant et al. 2013) mengenai peningkatan saturasi oksigen dengan latihan pernapasan diafragma dalam pada pasien gagal jantung. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata saturasi oksigen sebelum dan sesudah latihan pernapasan diafragma dalam (p=0,000, α<0,05) dengan peningkatan saturasi oksigen sebesar 0,8%. Sesuai asumsi penulis mengenai intervensi pernapasan diafragma dalam untuk meningkatkan saturasi oksigen pada penderita ADHF (gagal jantung), tindakan ini sangat efektif dalam meningkatkan saturasi oksigen.
Tindakan ini dapat melatih pernapasan diafragma untuk masalah ventilasi, dapat mencapai ventilasi yang baik, terkontrol, efisien, dapat menurunkan kerja pernapasan, mengendurkan otot, membantu mengurangi sekret, meningkatkan saturasi oksigen dan meningkatkan kapasitas aktivitas pada pasien gagal jantung. Disfungsi paru pada gagal jantung seringkali disebabkan oleh edema paru dan mengakibatkan penurunan saturasi oksigen. Peningkatan saturasi oksigen dengan memberikan Deep Diaphragmatic Breathing disebabkan ketika seseorang melakukan latihan pernafasan dalam untuk meningkatkan saturasi oksigen maka aktivitas tubuh pada sistem saraf parasimpatis dan sensitivitas baroreseptor akan meningkat.
Hal ini menyebabkan kontrol pernafasan meningkatkan volume tidal, menurunkan kapasitas sisa fungsional, dan meningkatkan pengambilan oksigen secara optimal, sehingga saturasi oksigen meningkat pada pasien dengan penyakit gagal. Saturasi oksigen yang cukup akan memudahkan perfusi jaringan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Sepdianto, 2013). Menurut jurnal Sepdianto, 2013 tentang peningkatan saturasi oksigen melalui latihan pernapasan diafragma dalam pada pasien gagal jantung, yang mana dari jurnal ini dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi gagal jantung, baik berupa terapi mandiri maupun terapi tambahan dengan obat anti gagal jantung.
Hasil implementasi inovasi pemberian nafas dalam dengan diafragma perut untuk meningkatkan saturasi oksigen dilakukan selama 15 menit sebanyak 3 kali sehari dengan istirahat 2 detik setiap pengulangannya. Klien mengatakan setelah melakukan latihan pernafasan dalam ini, sesak nafasnya perlahan berkurang, dan dari monitor terlihat saturasi oksigen klien meningkat. Menurut penelitian Sepdianta (2013) yang melakukan latihan pernafasan diafragma dalam dengan frekuensi latihan 3 kali sehari, hasilnya menunjukkan peningkatan saturasi oksigen sebesar 0,8%, penurunan dispnea, penurunan tekanan darah, penurunan denyut jantung sebesar 2 0,98 kali. per menit dan frekuensi pernafasan juga mengalami penurunan sebesar 4,76 kali per menit pada fase normal.
Pernafasan diafragma dalam merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan saturasi oksigen dalam diagnosis gangguan pertukaran gas. Anita Yulia, (2019) Pengaruh pernafasan dalam dan posisi terhadap saturasi oksigen dan laju pernafasan pada penderita asma, Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan, Kemenkes, Bengkulu, Indonesia.
Pengkajian Sekunder
Kebutuhan Pasien di Rumah dan Rumah Sakit
Genogram
Pemeriksaan Fisik
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu teraba sama pada kiri dan kanan. Perkusi : nyaring seluruh lapang paru.
Data Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Pengobatan
Data Fokus
Analisa Data
Intervensi Keperawatan
05.25 S : Pasien merasa tidak puas dengan tidurnya, durasi tidur 5-6 jam, pasien mengatakan terbangun pada malam hari karena batuk. 17.57 S : Pasien kurang puas dengan tidurnya, tidurnya 1-2 jam, pasien mengatakan terbangun saat tidur karena batuk. Pada penderita gagal jantung dengan gejala sesak nafas dan batuk berdahak disertai dahak banyak berbusa dan bercak darah sehingga menimbulkan edema paru.
Latihan otot pernafasan dimana fungsi otot pernafasan meningkat, beratnya gangguan pernafasan menurun, toleransi beraktivitas meningkat, dan gejala dispnea berkurang, sehingga terjadi perfusi dan perbaikan kinerja alveoli, difusi oksigen meningkat dan efektif, serta meningkat. Kadar O2- di paru-paru dan saturasi oksigen meningkat (Susanto, M et al 2015). Jika saturasi oksigen dalam darah di bawah 95%, maka terjadi kekurangan oksigen dalam darah yang ditandai dengan sesak napas, detak jantung cepat, sianosis, dan sakit kepala. Gagal jantung sering menimbulkan gejala klinis berupa dispnea, ortopnea, dan dispnea nokturnal proksismal yang disebabkan oleh kegagalan fungsi paru.
Pasien gagal jantung sering mengalami masalah keperawatan berupa penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, dan intoleransi olahraga. Salah satu intervensi yang dilakukan pada pasien gagal jantung untuk memaksimalkan ventilasi paru adalah latihan pernapasan diafragma dalam, yang meliputi penghirupan udara secara maksimal melalui hidung dan pengurangan kerja otot pernapasan, sehingga meningkatkan perfusi dan meningkatkan kinerja alveoli sehingga oksigen. Difusi efektif yang akan meningkatkan kadar O2 di paru-paru dan meningkatkan saturasi oksigen (Mayuni dkk, 2015). Berdasarkan asumsi penulis hal ini menunjukkan bahwa pemberian latihan pernafasan diafragma dalam yang merupakan terapi non farmakologi dapat meningkatkan saturasi oksigen pada pasien yang telah terpasang monitor. Saturasi oksigen yang rendah dapat ditandai dengan sesak nafas, sianosis (biru) , sakit kepala, dan latihan ini juga bisa dilakukan di rumah untuk mengatur pernapasan tanpa efek samping apa pun.
Implementasi
PEMBAHASAN
Analisis Intervensi Inovasi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait.74
PENUTUP
Saran