• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

N/A
N/A
AZWAR AGUS

Academic year: 2023

Membagikan "KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa waktu terakhir, disharmoni antar umat beragama telah mengakibatkan berbagai disharmoni dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Perbedaan agama sama sekali tidak menjadi hambatan dalam menjalin kerjasama, bahkan Kur. 'an menggunakan ungkapan lita'arofu, untuk saling mengenal, yang sering diberi konotasi "saling membantu". Hal ini tidak hanya merugikan secara fisik umat beriman, namun yang paling parah, mereka telah melanggar nilai-nilai luhur agama yaitu etika. 11 Jika nilai-nilai luhur agama dilanggar, lalu dimana perannya. agama yang mengajarkan keharmonisan dalam hidup? Di sini diperlukan peran dari seluruh lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat bawah, menengah, maupun atas, serta kelompok masyarakat yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. masyarakat yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan masyarakat, agar masyarakat mempunyai sikap toleran terhadap perbedaan agama, karena sebagai makhluk sosial masyarakat selalu menginginkan hubungan yang baik dalam masyarakat dan menginginkan hidup berdampingan secara damai.

Hal inilah pula yang mendorong penulis untuk mengetahui ruang lingkup pandangan para mufasir dalam memaknai makna kerukunan antar umat beragama. Untuk mempermudah penulisan penelitian ini, penulis membatasi permasalahan hanya merujuk pada kitab Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia saja yang berkaitan dengan isu kerukunan antar umat beragama. dan buku-buku lain yang berkaitan dengan topik penelitian sebagai referensi sekunder. Apa tafsir Kementerian Agama RI terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan kerukunan antaragama?

Sikap kerukunan antar umat beragama bisa dimulai dengan hidup bertetangga, baik yang seagama maupun tidak. Sejak tahun 1970an, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mengenai masalah kerukunan umat beragama di Indonesia. Dalam memajukan, menegakkan dan memajukan kerukunan umat beragama, pemerintah melalui Kementerian Agama menempati posisi yang penting dan sangat menentukan.

Pembahasan

Penafsiran Departemen Agama RI Terhadap Ayat-ayat yang Berkaitan Dengan Kerukunan

Begitu juga dengan asas agama yang menjadi misi utama para Rasul ialah beribadah kepada Allah dan bukannya menyekutukan-Nya. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam semata-mata, tidak ada perselisihan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang ilmu kepada mereka, disebabkan kerusakan (yang ada) di antara mereka. Dalam ayat pertama dijelaskan bahawa satu-satunya agama yang diketahui oleh Allah ialah Islam, agama tauhid, agama yang menyembah Allah.

Setelah ayat pertama menjelaskan bahwa satu-satunya agama yang diridhai Allah adalah Islam, maka pada ayat kedua Allah menyatakan bahwa barangsiapa mencari agama selain Islam dan tidak mau tunduk pada ketentuan Allah, maka imannya tidak akan ada. diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh takut kepada orang-orang yang tidak beriman, melainkan hanya bertakwa kepada Allah saja, karena Allah telah menyempurnakan agama Islam dan melimpahkan manfaatnya serta meridhoi Islam menjadi agama umat manusia. Hampir semua orang mengetahui bahwa Islam adalah agama yang toleran terhadap pemeluk agama dan keyakinan lain.

Selaras dengan penolakan tegas terhadap pendirian eksklusivisme ini, al-Quran mengiktiraf kewujudan orang-orang soleh di kalangan Yahudi, Nasrani dan Shabi'in, sebagaimana ia mengiktiraf kewujudan orang-orang yang beriman dalam Islam. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, sesiapa di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhirat dan mengerjakan amal yang saleh, mereka akan mendapat pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan mereka tidak akan bersedihlah. 33" (QS. Al-Baqarah, [2]: 62). Orang-orang yang beriman" dalam ayat ini adalah orang-orang yang mengaku beriman kepada Muhammad, Rasul Allah, dan menerima segala yang diajarkannya sebagai kebenaran dari Allah.

Maka sesiapa sahaja daripada tiga golongan yang disebutkan di atas iaitu; Yahudi, Nasrani dan Saber yang hidup pada zaman mereka iaitu sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Jika kita tafsirkan ayat di atas sebagai mengesahkan semua agama (syurga) yang ada sekarang, kita akan berhadapan dengan prinsip logik yang paling penting, iaitu; prinsip percanggahan. Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami.

Menyeru manusia dengan jalan kebijaksanaan dan kebijaksanaan dan membincangkannya dengan cara yang baik adalah dilakukan kepada orang yang tidak melakukan kesalahan. Adapun orang yang berbuat zalim, iaitu mereka yang hatinya telah terkunci mati, yang tidak mahu lagi menerima kebenaran dan yang cuba menghapuskan Islam dan umatnya, tidak boleh berhadapan dengan dialog yang baik. Malah Islam melarang umatnya mencela tuhan dalam mana-mana agama.Bukankah ada kisah Nabi Muhammad SAW diajak oleh orang-orang kafir untuk mengikuti apa yang mereka sembah dan menyembah apa yang disembah oleh Nabi, tetapi Nabi menolak mentah-mentah.

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyatakan kepada orang-orang kafir bahwa “Tuhan” yang mereka sembah bukanlah “Tuhan” yang disembahnya, karena mereka menyembah “Tuhan”.

Pembinaan Kerukunan Antarumat Beragama

Mengingat keyakinan penganut satu agama berbeda-beda, maka persoalan beda keyakinan tidak bisa dibicarakan dan didamaikan. Menganggap dirinya sebagai makhluk yang paling agung di antara manusia, mereka meninggikan dirinya pada orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan, menganggap dirinya sebagai wakil Tuhan yang sah yang akan memerintah dunia ini berdasarkan penafsiran monolitik mereka terhadap kitab-kitab suci. Peristiwa seperti ini tidak hanya terjadi atas dasar perbedaan agama, namun juga terjadi antar orang atau kelompok yang satu agama.

Jadi kerukunan yang ingin dibangun bukan hanya kerukunan antar umat beragama tetapi juga kerukunan antar umat atau kelompok dalam satu agama.50. Dalam banyak kasus, intoleransi antar umat beragama dan kekerasan terhadap sesamanya selalu dikaitkan dengan keinginan untuk memaksakan pemikiran, ideologi, agama, tindakan dan sebagainya. Dan keempat, belum terwujudnya harmonisasi kehidupan beragama dalam masyarakat Indonesia akibat munculnya ketegangan-ketegangan sosial yang seringkali menimbulkan konflik internal dan antar umat beragama.52.

Babak baru dalam hubungan antaragama adalah dialog yang bertujuan untuk meningkatkan saling pengertian, toleransi dan perdamaian antar agama. Dialog antaragama yang bertujuan untuk menciptakan kerukunan umat beragama yang nyata dan berkelanjutan merupakan tantangan mendesak di Indonesia saat ini. Sebab perkembangan dan perubahan yang terjadi di negeri ini telah menimbulkan gangguan yang serius terhadap kerukunan umat beragama.54.

Dalam rapat parlemen tersebut, ratusan peserta fokus pada perumusan konsep dan program aksi untuk menciptakan dan mengembangkan kerja sama yang lebih baik antar kelompok agama, sekaligus mendorong perdamaian antar umat beragama. Dialog ini berguna untuk menyelesaikan permasalahan mendesak yang dihadapi umat berbeda agama, serta untuk menciptakan dan mengembangkan komunikasi. Kelima, dialog spiritual. Dialog tersebut bertujuan untuk menyuburkan dan memperdalam kehidupan spiritual antar agama yang berbeda.

Dialog antar pemeluk agama yang berbeda agama tidak bertujuan untuk membangun keharmonisan semu, melainkan untuk hidup berdampingan secara lebih dinamis. Walaupun berbeda-beda, namun mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencapai kebahagiaan hidup dalam rangka persaudaraan antar umat, sesama warga desa dan sesama warga serta sesama warga. Kata kunci persaudaraan dan kebahagiaan hidup adalah kerukunan antar sesama warga. tanpa memandang perbedaan latar belakang suku dan agama serta golongan karena Sunnantullah Kerukunan adalah perjanjian yang dilandasi cinta kasih Kerukunan mencerminkan persatuan dan persaudaraan antar sesama umat manusia.

Tafsir Eksklusivisme dan Inklusivisme terhadap Kerukunan dalam tafsir Departemen Agama

Dalam konteks agama dan masyarakat, kelompok ini cenderung memandang non-Muslim sebagai “musuh” dan berperilaku curiga. Ideologi eksklusif ini beranggapan bahwa umat Islam hanya boleh berinteraksi, peduli dan berteman dengan umat Islam, tidak boleh berteman dan menyayangi, bekerjasama dalam bentuk apapun dengan non-Muslim, kecuali jika mereka ingin memberi contoh yang baik dan jika ada. membutuhkan. Harapannya, kebaikan yang dimilikinya tidak terkontaminasi dengan keburukan yang melekat pada non-Muslim.

Berangkat dari pernyataan lain tersebut yaitu ideologi Islam inklusif yang artinya Islam yang “terbuka” dan juga pluralistik dalam batas-batas tertentu. Inklusivitas memaknai ayat Al-Qur’an dengan menyatakan bahwa kata kunci persaudaraan dan kebahagiaan hidup adalah keharmonisan antar sesama warga negara tanpa memandang perbedaan latar belakang suku, agama, dan golongan, sebab hal tersebut adalah Sunnantullah. Harmoni adalah kesepakatan yang didasari cinta. Harmoni mencerminkan persatuan dan persaudaraan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasrani, dan Shabiin, barang siapa di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah Hari Akhir dan mengerjakan amal shaleh, maka mereka akan mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada kekhawatiran bagi mereka, dan (tidak pula ) membuat mereka sedih.

Dalam Al-Quran dan Tafsirnya, Kementerian Agama menafsirkan hal tersebut antara lain dengan menyatakan bahwa; Muslim, Yahudi, Nasrani, dan Sabian yang benar-benar beriman sesuai agamanya, dengan sepenuh hati meneguhkan keberadaan Allah dan hari kiamat, mengamalkan segala syarat syariat agamanya sesuai dengan keabsahan syariat, masing-masing memperoleh pahala dan pahala. kebahagiaan. Artinya, mereka bukanlah orang-orang yang beriman, melainkan kafir, dan agama mereka tidak akan diterima, dan mereka termasuk orang-orang yang merugi. Ayat ini dijelaskan tafsir Kementerian Agama antara lain mereka (yakni Yahudi dan Nasrani) tidak menghendaki ada orang yang masuk Islam.

Kelompok eksklusif, di satu sisi, mempercayai ayat-ayat tersebut, menafsirkannya dengan sikap dominan, menempatkannya sebagai kelas dan karakter utama. 63 Shihab, Quraish M, Menabur Pesan Ilahi; Al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006). Jadi jika kita mulai dari sisi logika, logika eksklusif sangat sesuai dengan prinsip rasionalitas. Jika terdapat dua proposisi, maka tidak ada satupun yang dapat dinyatakan benar atau kedua-duanya dapat ditolak karena benar. Salah satu proposisi ini pasti benar dan yang lainnya salah. Dalam kerangka ini, logika mayoritas menjadi lemah.

64Ulya', Sikap puritan dan moderat terhadap ayat-ayat Al-Quran mengenai pluralitas agama dan implikasinya, (perspektif pemikiran Khaled Abou el-Fadl), (Hermeneutika, Jurnal, Volume 4, Nomor 2, Juli, 2009). Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama, (Bandung: PT Melawan Rosdakarya, 2009) Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi Penyempurnaan),.

Referensi

Dokumen terkait

Thaher, Tarmizi, 1998/1999, “Kerukunan Hidup Umat Beragama dan Studi Agama- Agama di Indonesia” dalam Mursyid Ali (ed.), Studi Agama-Agama di Perguruan Tinggi,

Tidak Memaksa Seseorang Untuk Memelukj Agama.

Dalam kaitanya dengan kerukunan hidup umat beragama, maka yang terwujud diantara umat atau penganut agama yang berlaianan itu tidak memunculkan atau menonjolkan identitas

Kewargaan Dalam Islam tafsir baru tentang konsep umat, Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat, 2004.. Ghafur,

Hasil penelitian dapat memberikan informasi untuk masyarakat tentang perspektif pemuka agama terhadap Rancangan Undang-Undang Kerukunan Umat Beragama dalam sebauh forum

Hasil penelitian dapat memberikan informasi untuk masyarakat tentang perspektif pemuka agama terhadap Rancangan Undang-Undang Kerukunan Umat Beragama dalam sebauh forum

Pokok ajaran Islam dalam kerukunan antar umat beragama adalah membangun komunikasi atau dialog secara arif dengan agama lain, toleran dengan keyakinan yang lain

19 Mengatakan agama Islam yang paling diridhai oleh Allah bagi pemeluk agama Islam itu sendiri merupakan sikap seseorang mempunyai keyakinan yang kuat, dan tidak