• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Bermain Drama - Spada UNS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Keterampilan Bermain Drama - Spada UNS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Keterampilan Bermain Drama

Dr. Dewi Indrapangastuti, M.Pd.

(2)

Pengertian Drama

• Drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku,

bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, beraksi, atau action (Waluyo, 2001:2).

• Menurut Ferdinant Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.

• Menurut Belthazar Vertagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak (Harymawan, 1993:1-2).

• Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas (Waluyo, 2001: 1).

• Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa drama adalah sebuah rangkaian cerita yang berisi konflik manusia, berbentuk dialog, yang diekspresikan melalui pentas dpertunjukan dengan menggunakan percakapan dan action

dihadapan para penonton.

(3)

Klasifikasi Drama

a. Tragedi (Drama Duka atau Duka Cerita) Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung.

Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar.

Dengan kisah tentang bencana ini, penulis naskah mengharapkan agar penontonnya memandang kehidupan secara optimis. Pengarang secara

bervariasi ingin melukiskan keyakinannya tentang ketidaksempurnaan manusia. Cerita yang dilukiskan romantis atau idealistis, sebab itu lakon yang

dilukiskan seringkali mengungkapkan kekecewaan hidup karena pengarang mengharapkan sesuatu yang sempurna.

b. Melodrama

Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Alur dan penokohan seringkali dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan

penonton.

c. Komedi (Drama Ria)

Komedi adalah drama ringan yang sifatnya

menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir

dengan kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan

kelucuan atau tawa riang.

d. Dagelan (Farce)

Dagelan disebut juga banyolan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, tidak berdasarkan

perkembangan struktur dramatik dan

perkembangan cerita sang tokoh. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Alurnya longgar dan struktur dramatiknya bersifat lemah.

(4)

Drama sebagai Sastra (Naskah Drama)

• Seni sastra (naskah drama) akan menjadi seni drama (tontonan

drama) jika naskah tersebut dimainkan. Tontonan drama amat unik, karena bukan hanya melibatkan aktor saja, melainkan melibatkan

berbagai seniman. Sedangkan gedung pementasan drama sebenarnya tempat berkumpulnya para seniman: sastrawan, aktor, komponis,

pelukis, dan lain-lain (Wiyanto 2005:129).

• Para seniman itu bekerjasama sesuai dengan bidangnya masing- masing untuk mewujudkan seni drama yang akan dinikmati

keindahanya oleh penonton. Selain melibatkan banyak seniman,

tontonan drama juga mengandung banyak unsurunsur yang tidak

dapat dipisahkan dari keutuhan pementasan drama.

(5)

Unsur-unsur Pembangun Drama Pentas

a. Tata Pentas dan Dekorasi

Tata pentas atau dekorasi dalarn pertunjukkan drama biasanya disesuaikan dengan kebutuhan penonton dan lakonya untuk memberikan

kenyamanan penonton dan juga dapat membantu memudahkan pengimajinasian seorang aktor sekalipun.

b. Lakon atau Cerita

Lakon atau cerita merupakan unsur yang

esensial dalam sebuah drama. Berangkat dari lakon/cerita inilah para pelaku menampilkan diri di depan penonton, baik dengan geraknya

(acting) maupun wawankatanya (dialog).

c. Pemain

Pemain atau pemeran adalah orang-orang yang harus menerjemahkan dan sekaligus

menghidupkan setiap kata dari sebuah naskah drama. Pemain berfungsi sebagai alat

pernyataan watak dan penunjang tumbuhnya alur cerita. Dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pemain adalah setiap orang yang terlibat dalam sebuah pagelaran, misalnya sutradara, aktor/ aktris, dan staf artistik (Suharianto 2005:61).

d. Tempat

Yang dimaksud tempat dalam drama adalah gedung, lapangan, atau arena lain yang

dipergunakan sebagai tempat pertunjukan.

(6)

e. Penonton atau Publik

Penonton atau publik adalah merupakan bagian yang sempurna, lengkap di dalam sebuah

pagelaran drama pertunjukan dengan lakon itu sendiri. Sebab, tanpa adanya penonton tidak pernah akan ada drama dalam arti yang

sesungguhnya. Banyak sedikitnya penonton menjadi sebuah ukuran keberhasilan

pertunjukan drama.

f. Tata Rias dan Busana

Untuk menciptakan peran sesuai dengan

tuntutan lakon yang akan dibawakan, tata rias atau seni menggunakan kosmetik sangatlah diperlukan. Adapun fungsi pokok rias adalah untuk membantu seorang tokoh dalam

mengubah watak baik dari segi fisik, psikis, dan sosial. Tujuan utama fungsi bantuan rias adalah untuk memberikan tekanan terhadap peran yang akan dibawakan oleh seorang aktor.

g. Tata Lampu

Tata lampu bertujuan untuk memberikan

pengaruh psikoiogis seorang aktor dan sekaligus berfungsi sebagai ilustrasi (hiasan) serta sebagai penunjuk waktu suasana pentas yang

berlansung.

h. Ilustrasi Musik dan Tata Suara

Ilustrasi musik dalam sebuah pertunjukkan dapat juga menjadi bagian dari lakon, akan tetapi yang paling banyak adalah sebagai

ilustrasi atau sebagai pembuka. Sedangkan tata suara berfungsi untuk memberikan efek suara yang akan membantu seorang aktor untuk menguatkan penghayatan peran. Suara yang jelas dalam pengucapan dialog akan membuat penonton dapat menangkap jalan cerita drama yang dipertunjukkan.

(7)

Hakikat Bermain drama

• Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan peserta didik terlebih dahulu harus

mempersiapkan naskah atau skenario, pelaku, dan perlengkapan pementasan.

• Melalui dramatisasi, peserta didik dilatih untuk mengekspresikan perasaannya dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan. Hamzah (2011:28) menyatakan bahwa bermain drama merupakan suatu kemampuan untuk mengenal perasaanya sendiri dan perasaan orang lain agar memperoleh cara berperilaku baru untuk

mengatasi/memecahkan masalah.

• Menurut Boleslavsky (dalam Harymawan 1988:30), bermain drama adalah memberi bentuk lahir pada watak dan emosi aktor, baik dengan laku atau ucapan. Menciptakan sebuah peranan berarti menciptakan keseluruhan hidup sukma manusia di atas pentas, baik fisik, mental, maupun emosional.

• Bermain drama berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti

perasaan, sikap, dan nilai yang mendasarinya. Hal ini diungkapkan Rahmanto (1988:89) bahwa

dengan menghayati berbagai macam peran, peserta didik akan memiliki wawasan yang lebih luas tentang hidup dan kehidupan yang

dihadapinya.

(8)

Pembelajaran Drama

• Seni drama (sandiwara) adalah bagian dari pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia yang mempunyai nilai-nilai pendidikan yang meliputi nilai

kewarganegaraan, kebangsaan,

kebudayaan dan kemasyarakatan, dan segi pemahaman dan pemakaian

Bahasa Indonesia (Purwanto 1968:142).

• Melalui pengajaran drama, manfaat pengajaran drama bagi peserta didik di antaranya adalah dapat

mengantarkan peserta didik menuju kekedewasaan yang dilakukan dengan mengajak peserta didik berlatih

mengalami berbagai macam

pengalaman hidup dalam naskah yang dibawakan.

• Dalam pembelajaran drama, peserta didik tidak cukup jika hanya diberi pengetahuan tentang drama, tetapi mereka harus mampu untuk

mengapresiasi (unsur yang termasuk

afektif), dan mementaskan (psikomotor) (Waluyo, 2007:167).

• Jadi dalam pembelajaran, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapat

diperoleh secara merata oleh peserta didik. Dalam setiap pengajaran,

termasuk pengajaran drama, tujuan harus dapat diketahui secara jelas. Hal ini agar proses pembelajaran lebih

terfokus, sehingga apa yang menjadi

tujuan dari pembelajaran tersebut

dapat tercapai.

(9)

Tujuan Pembelajaran Bermain Drama

• Tujuan pembelajaran bermain

drama di sekolah dimaksudkan agar peserta didik lebih meningkatkan kemampuan mengapresiasi karya sastra (drama) yang dapat

mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, rnenikmati clan

memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti,

menghargai sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia, serta

meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa (BSNP 2006).

• Dalam pembelajaran drama, pementasan drama memasuki

kawasan psikomotorik, akan tetapi dijiwai oleh aspek kognitif dan afektif.

Ketiga hal tersebut menyatu dalam diri aktor yang bermain drama.

Keseimbangan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik akan

melahirkan suatu acting yang baik.

(10)

Keterampilan Bermain Drama

• Keterampilan bermain drama adalah keterampilan seseorang dalam

memerankan suatu peran atau karakter tokoh yang ada di dalam drama.

• Kemampuan memerankan karakter tokoh dalam bermain drama tidak terlepas dari dialog dan gerakan,

karena inti dari sebuah drama adalah pada kedua aspek tersebut.

Harymawan (1993:45) menyatakan bahwa ada tiga hal yang harus

diperhatikan oleh seorang aktor ketika memerankan sebuah karakter tokoh.

Ketiga hal tersebut adalah:

a. Mimik. Mimik adalah pernyataan atau perubahan muka: mata, mulut,

bibir,hidung, kening. Mimik juga dapat diartikan sebagai ekspresi wajah.

b. Gestur. Gestur atau plastik merupakan cara bersikap dan gerakan-gerakan

anggota badan.

c. Diksi. Yang dimaksud diksi di sini

merupakan cara penggunaan suara atau

ucapan.

(11)

Teknik Bermain Drama

• Yang dimaksud dengan teknik bermain drama adalah cara atau metode yang digunakan agar pemeran dapat menyatukan dan

mendayagunakan secara professional segala peralatan ekspresi yang dimiliki oleh pemeran (Achmad 1990:61).

• Menurut Rendra (1976:8) bahwa dalam bermain drama ada dua hal yang mendasarinya, yaitu teknik dan bakat. Bermain drama tanpa teknik hanya akan menjadi gairah yang asyik tapi tidak komunikatif, sedangkan bermain drama tanpa bakat tidak akan menjadi suatu

permainan yang memiliki keindahan. Oleh karena itu, teknik dan bakat haruslah dimiliki oleh seorang aktor agar permainan menjadi

komunikatif.

(12)

Teknik dasar yang perlu dipelajari dalam bermain drama (Rendra 1976:12-78):

1) teknik muncul,

2) teknik memberi isi,

3) teknik pengembangan,

4) teknik membina puncak-puncak, 5) teknik timing,

6) teknik penonjolan,

7) keseimbangan peran,

8) pengaturan tempo permainan, 9) latihan sikap badan dan gerak yakin,

10) teknik ucapan, dan

11) latihan menanggapi atau

mendengarkan.

(13)

Boleslavky mengemukakan bahwa kemampuan yang harus dipelajari seorang aktor ketika bermain drama adalah sebagai berikut:

a. Konsentrasi, adalah pemusatan perhatian

pada berbagai aspek dalam mendukung

kegiatan seni perannya. Pemusatan perhatian ini amat perlu dilakukan, karena jika tidak, pemain akan tetap hadir sebagai dirinya sendiri dan

bukan sebagai tokoh yang diperankannya.

b. Kemampuan mendayagunakan kemampuan emosional

, yaitu kemampuan seorang pemain untuk menumbuhkan bermacam-macam bentuk emosional dengan kemampuan dan kualitas

yang sama baiknya, di dalam berbagai situasi.

c. Kemampuan laku dramatik

, yaitu

kesanggupan pemain di dalam melakukan sikap, tindakan, serta perilaku yang merupakan

ekspresi dari tuntutan emosi.

d. Kemampuan membangun karakter

, yaitu kesanggupan pemain drama untuk lebur ke dalam suatu pribadi lain dan keluar dari dirinya sendiri selama bermain drama.

e. Kemampuan melakukan observasi, yaitu

kesanggupan pemain drama untuk melakukan pengamatan terhadap sikap aktivitas manusia di dalam kehidupan sehari-hari.

f. Kemampuan menguasai irama

, yaitu

kesanggupan pemain untuk menguasai tempo permainan, sehingga pementasan

memberikan suspence kepada penonton

(dalam Hasanuddin, 1996:175-179).

(14)

Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain drama yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:

a. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.

b. Memilih partisipan/peran. Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru

mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.

c. Menyusun tahap-tahap peran. Menyusun tahap- tahap baru, pada tahap ini para pemeran

menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan.

d. Menyiapkan pengamat. Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat ini dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan

menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.

e. Pemeranan. Tahap pemeranan, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing.

Merka berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.

f. Diskusi dan evaluasi. Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam

bermain drama, baik secara emosional maupun secara intelektual.

g. Pemeranan ulang. Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternative pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut.

h. Diskusi dan evaluasi tahap dua. Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.

i. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan. Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan, tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama

bermain drama ialah membantu para peserta didik untuk memperoleh pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional dengan temannya.

(15)

Rendra (1976:69-72) mengemukakan teori acting (bermain drama), yang disebut dengan teori jembatan keledai, yang meliputi 11 langkah, yang

disebutnya sebagai teknik menciptakan peran:

a. Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang peran dalam drama itu.

b. Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus dikerjaknnya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan tersebut.

c. Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu harus ditonjolkan.

d. Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar.

e. Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.

f. Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu dengan sempurna, agar gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan.

g. Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan ucapan, serta penekanannya, pada watak-watak sang peran itu.

h. Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak-watak itu, disajikan dalam

tangga menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula.

i. Mengusahakan supaya perencanaan tersebut tidak

berbenturan dengan rencana atau konsep penyutradaraan.

j. Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapal agar menjadi

kebiasaan oleh sang peran.

k. Menghayati dan menghidupkan perannya dengan imajinasi melalui jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan. Proses ini, boleh dikatakan proses

meleburkan diri, encounter, di mana terjadi penjiwaan mantap (Rendra 1976:69-72).

(16)

Menurut Djajakusumah (dalam Tarigan 1985:98) langkah-langkah bermain drama secara umum

memiliki tiga tahapan yaitu:

(1) tahap persiapan, (2) tahap latihan,

(3) malam perdana.

(17)

Tahap Persiapan

1) Memilih Cerita

Pada langkah ini merupakan kegiatan memilih cerita yang nantinya dipentaskan sesuai dengan maksud pementasan.

Pemilihan naskah cerita juga harus memenuhi baik tidaknya tema, plot, struktur, dan lain-lain. Kesemuanya ini harus sudah

ditentukan dengan sebaik-baiknya.

2) Mendapatkan ijin tertulis dari pengarang

Mendapatkan ijin dari pengarang suatu cerita itu sangatlah

penting. Pengarang memiliki hak atas karyanya secara penuh dan kita tidak akan melanggar hak pengarang dan menyalahi aturan hukum.

3) Memilih Sutradara

Sutradara bertugas untuk mengatur jalannya pertunjukkan. Tugas seorang sutradara sangatlah berat. Oleh karena itu, haruslah dipilih orang yang tepat untuk menghasilkan karya yang menaik dan kreatif.

4) Sutradara memilih Pendamping

Pendamping di sini bukanlah pendamping hidup, melainkan orang yang membantu sutradara di balik layar. Orang-orang yang dipilih juga harus orang-orang yang mengerti bidang yang akan diisi. Tugas mereka yaitu mengatur setiap detil pertunjukkan mulai dari tata lampu, dekorasi panggung, kostum pelaku, dan tata rias untuk pelaku.

5) Mempelajari Naskah

Setiap pemain wajib untuk mempelajari naskah tersebut.

Naskah ada yang mudah untuk dipahami namun ada pula yang membutuhkan kajian lebih dalam.

6) Menyusun Buku Kerja

Buku kerja juga merupakan tanggung jawab sutradara. Dari buku kerja tersebut sutradara bisa memberikan catatan- catatan dalam mnegatur pertunjukkan, dan kelak akan berguna untuk dokumentasi.

7) Sutradara memilih Pelaku

Pemain haruslah dipilih dari orang yang dapat memegang roll atau peranan yang dapat mengekspresikan tokoh yang nantinya akan dimainkan olehnya. Pemilihan pemain dapat juga dengan melalui casting.

(18)

Tahap Latihan

1) Latihan Membaca

Tujuan dalam membaca menurut Rivers (dalam Ahmadi 1990:

23) ada beberapa tujuan dalam membaca salah satunya menunjukkan bahwa pembaca memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan sesuatu atau ingin melaksanakan

aktivitas menyenangkan seperti bermain drama.

2) Latihan Blocking

Latihan ini bertujuan untuk menentukan bloking setiap

pemain, yakni gerak dan pengelompokan pemain. Sedangkan setiap gerak, mimik, haruslah mempunyai arti dalam

pengekspresian lakon yang dibawakan pemain dengan wajar dan mempunyai alasan yang tepat.

3) Latihan Karya

Pelaku harus sudah mampu menghafal dialog di luar kepala.

Pada tahap ini pelaku harus bisa mengembangkan

interpretasi dan gerak laku disinkronisasikan, gerak-gerak kecil harus mampu menggambarkan watak tokoh.

4) Latihan Pelicin

Latihan ini juga bisa disebut dengan latihan lengkap atau running merupakan latihan secara keseluruhan, mulai dari dialog dan pengaturan pentas tanpa adanya selingan atau interupsi. Banyaknya latihan ditentukan panjang atau

sulitnya naskah dan kemampuan serta kerjasama antara para pendukung lakon tersebut (Taylor 1984 : 22).

5) Latihan Umum

Latihan ini sangat diperlukan sebelum melakukan

pementasan. Di sini tugas sutradara telah selesai. Sekarang giliran para pendamping sutradara yang akan bertugas. Dan pada latihan ini pelaku dan pendamping sutradara

dibiasakan untuk menghadapai layaknya pertunjukkan yang sebenarnya.

(19)

Malam Perdana/Pementasan

Malam perdana adalah malam yang peling dinantikan. Setelah bekerja keras selama ini, hasilnya akan ditentukan pada malam ini. Klimaks dari jerih payah selama berhari-hari, dan penonton pun mengharapkan pertunjukkan yang memuaskan dan berhasil dengan baik.

Pementasan atau malam perdana merupakan klimaks dari hasil latihan yaing telah ditempuh selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan mungkin sampai mencapai berbulan-bulan lamanya untuk mementaskan hasil karya berupa gerak akting/berpura-pura yang berupa pementasan drama.

Pada saat bermain drama, imajinasi bagi aktor merupakan hal yang sangat penting karena aktor harus pura-pura menjadi orang lain. Dalam berpura-pura itu seorang aktor harus dapat menampilkan pengimajinasian yang wajar, artinya seorang aktor tidak menampilkan

pengimajinasian yang berlebihan. Dalam situasi yang demikian, aktor membutuhkan ingatan visual (imajinasi). sehingga kepura-puraannya tidak diketahui oleh penonton. Aktor juga

harus dapat meyakini bahwa yang main di panggung adalah kenyataan.

(20)

Pasca-pementasan

• Dalam pasca-pementasan, pementasan yang sudah berlangsung diadakan penilaian-penilaian terhadap unsur-unsur yang terdapat

dalam drama seperti; kinesik (gerak tubuh), penggunaan lafal pemain, penggunaan tekanan, bahasa, intonasi dan mimik.

• Terdapat juga saran dan kritikan terhadap pementasan yang sudah berlangsung dengan tujuan mengerti kekurangan-kekurangan

pementasan guna refleksi terhadap pementasan selanjutnya.

• Pada tahap tindak lanjut yang harus dilakukan adalah dengan

menindak lanjuti kekurangan-kekurangan yang telah disimpulkan

pada saat evaluasi pascapementasan, dengan cara memperbaiki,

melakukan latihan-latihan, agar saat pementasan selanjutnya lebih

maksimal dan terarah.

(21)

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain Drama

a. Penghayatan

Menghayati berarti memahami secara penuh isi drama (Doyin 2008:73). Sedangkan menurut Wirajaya

(2008:72) penghayatan adalah kedalaman pemaknaan terhadap isi dialog, karakter tokoh, dan karakter

keadaan/situasi (susah, senang, dan lain-lain).

b. Mimik

Mimik diartikan sebagai ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain (Wiyanto 2002:14). Wirajaya (2008:72) menambahkan, mimik adalah ekspresi raut muka yang menampakkan karakter atau watak tokoh yang diperankan.

c. Gesture

Gesture adalah gerak-gerak besar yang dilakukan, yaitu gerakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain (Wiyanto 2002:14). Gerak ini adalah gerak yang dilakukan secara sadar.

d. Lafal/Artikulasi

Lafal adalah kejelasan ucapan (Doyin 2008:81).

Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/

penonton dapat mengerti pada kata kata yang diucapkan

e. Intonasi

Intonasi berkaitan dengan dialog terhadap kata- kata yang dianggap penting dan pembedaan nada untuk bentuk dialog tanya, seruan, perintah,

permohonan, dan sebagainya (Wirajaya 2008:72).

f. Volume Suara

Volume suara yang baik adalah yang dapat terdengar sampai jauh.

(22)

Keterampilan Dasar Peran

a. Kesadaran indra

Kesadaran indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Kesadaran ini diperlukan untuk menciptakan alasan bagi laku yang dilakukan pemeran di atas pentas.

b. Ekspresi

Ekspresi berkaitan dengan keterampilan pemeran mengekspresikan perasaan dan emosi manusia, baik emosinya sendiri maupun emosi orang lain. Seorang pemeran diharapkan mempunyai koleksi emosi agar dengan mudah berimprovisasi ketika memerankan

seorang tokoh. Ekspresi ini diwujudkan dalam bentuk laku (gerak) dan vokal (suara).

c. Improvisasi

Improvisasi mencakup tiga pengertian, yaitu 1) menciptakan, merangkai, memainkan, menyajikan,

sesuatu tanpa persiapan; 2) menampilkan sesuatu dengan mendadak; 3) melakukan sesuatu begitu saja secara

spontan dan apa adanya.

d. Pernapasan

Pernapasan berkaitan erat dengan sikap rileks. Ketegangan urat leher dan bahu harus dihindari. Penguasaan pernapasan akan menghasilkan dua hal: 1) menjaga stabilnya suara, sekaligus

memberikan kemungkinan kepada pemeran untuk membuat vokal menjadi lentur sesuai dengan tuntutan peran; 2) menciptakan akting yang wajar dan memikat.

e. Vokal

Untuk menjadi seorang pemeran yang baik, maka pemeran mernpunyai dasar vokal yang baik pula. Baik di sini diartikan sebagai: 1) dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang), 2) jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat), dan 3) tidak monoton.

f. Karakterisasi

Karakterisasi berkaitan dengan bagaimana seorang pemeran memposisikan dirinya pada seorang tokoh. Untuk itu, seorang pemeran harus mengetahui keseluruhan diri tokoh yang akan diperankan, meliputi ciri fisik, ciri sosial, ciri psikologis, dan ciri moral.

Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan.

(23)

Aspek Penilaian dalam Bermain Drama

a. Pelafalan

Menurut KBBI (2002:623) lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa saat mengucapkan bunyi bahasa. Didalam pelafalan mencakup poin-poin yang mendukung dalam bermain drama yaitu artikulasi (kejelasan pengucapan), jeda dan intonasi (yang berfungsi sebagai pemenggalan kata atau kalimat sehingga menjadi intonasi pengucapan yang sesuai dengan konteks pembicaraan).

b. Intonasi

Intonasi adalah naik-turunnya lagu kalimat. Seorang tokoh atau pemain drama dalam melakukan dialog harus

menggunakan intonasi agar permainan drama yang dipentaskan tidak terasa monoton, datar, dan

membosankan. Ada tiga macam tatanan intonasi, yaitu: (1) tekanan dinamik (keras-lemah); (2) tekanan nada (tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata); dan (3) tekanan

tempo (memperlambat atau mempercepat pengucapan).

c. Ekspresi

Menurut KBBI (2002:291) ekspresi adalah (1) pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu

memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb); (2) pandangan air muka yang

memperlihatkan perasaan seseorang. Ekspresi keluar secara alamiah, baik itu berbentuk perasaan atau ide

secara khas. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya.

d. Improvisasi

Improvisasi adalah (1) menciptakan, merangkai,

memainkan, menyajikan, sesuatu tanpa persiapan; (2) menampilkan sesuatu dengan mendadak; (3) melakukan begitu saja. Improvisasi juga dapat diartikan menciptakan plot yang sangat singkat dan mewujudkan dengan dialog yang tidak direncanakan dan dilatih sebelumnya.

Improvisasi melibatkan dua atau lebih aktor terlibat didalamnya. Teknik ini digunakan sebagai eksperimen dengan suara, karakter, adaptasi dengan lingkungan yang berbeda, emosi serta variasi gerakan tubuh.

(24)

• Usia peserta didik SD merupakan usia yang efektif dalam pembentukan watak dan emosi. Dengan model pembelajaran bermain drama dapat membantu peserta didik untuk membentuk watak dan pola pikir yang maju.

• Selain itu, pembelajaran drama dapat membantu peserta didik untuk dapat bekerjasama dengan peserta didik lain.

• Tredapat berapa kendala dalam pembelajaran drama yang bersumer pada guru, peserta didik dan sarana dan perasarana pendidikan. Secara umum, kendala itu meliputi: ( 1) belum dimanfaatkannya bahan

pengajaran drama secara maksimal, (2) aspek afektif peserta didik yang cenderung diabaikan dalam pembelajaran apresiasi drama, (3)

pembelajaran apresiasi drama lebih mementingkan hasil sebagai produk

daripada proses, (4) peserta didik selalu merasa bosan dan jenuh dalam

belajar apresiasi drama, dan (5) terbatasnya pemahaman guru bahasa

dan sastra Indonesia dalam apresiasi drama.

Referensi

Dokumen terkait

Ind raw ati, N anik. V ictory International Futures Kantor Cabang Malang). Kata Kunci : Manajemen Risiko, Forex, Investasi. Sehingga d ip erlu kan strategi atau p ertim

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi