• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERKAITAN DESA-KOTA: SEBAGAI ALTERNATIF PEMBANGUNAN PERDESAAN

N/A
N/A
Lydia Irianti

Academic year: 2024

Membagikan "KETERKAITAN DESA-KOTA: SEBAGAI ALTERNATIF PEMBANGUNAN PERDESAAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KETERKAITAN DESA-KOTA: SEBAGAI ALTERNATIF PEMBANGUNAN PERDESAAN

Oleh:

Suparmlni

J u rusa n Pen d idikan Geografi, FISE UNY

Abstrak

Masa/ah yang dihadapi masyarakat perdesaan adalah rendahnya kualitas hidup, tingginya pengangguran serta sistem produks i dan diversivikasi ya ng belum berkembang. Akibatnya terjadi kesenjangan keseja hteraan masyarakat perdesaan dibanding dengan masya rakat kota.Oieh karena itu per/u adanya upaya dan pemikiran untuk memperkecil kes enjangan tersebut.

Program Pembangunan dengan menguta makan keterkaitan desa ­ kota, program pembangunan ini didasarkan pada teori pembangunan pusat-repi (core periphery) dari Friedman, teori po/a risasl ekonomi dari Hirschman, serta teori ekonomi dari Myrda l. Ketiganya sepakat bahwa hubungan pusat-tepi dapa t men umbuhkan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Untuk memperbesar spread effects dan memperkecil pengaruh backwash effects, Myrda/ memandang per/u a danya intervensi pemerintah.

Sedangkan Hirschman yakin bahwa perbedaan ekonomi keruanga n desa­

kota bersifat s ementara saja , karena dengan pembangunan ya ng m< �rupakan intervensi pemerintah aka n mempercepat menghi/angkan ketimpangan keruangan tersebut. Keberhas ilan pendekatan pembangunan perdesaan ya ng merupakan proses pen ingkatan kemampuan masya rakat dan penguatan keterkaitan desa- kota tergan tung pada keterlibatan pemerintah, masyarakat sendiri, swasta serta /embaga masya rakat.

Kata kunci: desa, kota, pembangunan perdesaan

Pendahuluan

Dewasa i n i sekitar 70 persen penduduk I ndonesia bertempat tinggal di perdesaa n . Oleh karena itu agar pembangu n a n dapat berhasil dengan ba i k d a n seka l igus dapat meningkatkan penghidupan masyarakat

(2)

I I

Keterkaitan Desa-Kota: Scbagai Altematif Pmnbangunan Perdcsaan

perdesa a n , maka partisipasi masyarakat perdesaa n .dalam pembangu nan sa ngat d i perluka n.

Untuk itu berbagai u paya pembangunan telah di!akukan oleh pemerintah u ntuk memba ngun perdesaan. Hal tersebut dimaksudkan u ntuk (1) mengemba ngka n warga perdesaan aga r setara denga n wa rga kota; (2) meningkatkan pengh idupan warga perdesaa n ; (3) aga r warga perdesaan lebih kreatif, dinamis d a n fleksibe l d a l a m menghada p i berbaga i kesulitan sehin gga dapat meningkatkan semangat pembangu n a n . Sudah selayaknya intervensi pemerintah dalam mengemba ngka n masyarakat perdesaan akan menghasilka n dam pak yang setara d il ih at d a ri ukuran kesejahteraan , mengingat bahwa setiap warga negara d a l a m suatu negara mendapat hak kesejahteraa n yang adil melalui pera n a n pemerintah.

Permasalahannya adalah bahwa walaupun telah ba nyak i ntE;rve nsi oleh pemerinta h u ntu k pengemba ngan perdesaan, ternyata masih terdapat jurang kesenja ngan (gap) tingkat keseja hteraan masyarakat perdesaan dan perkotaan. Oleh karena itu perlu ada nya pemikiran untuk men gembangkan kebijaksanaan, agar kesejahteraan masyarakat perdesaan setara dengan masya rakat perkotaan.

Ciri-Ciri Daerah Perdesaan dan Perkotaan

Secara u m u m daera h perdesaan d itandai oleh stru ktur kegiatan penduduk berbasis agraris ata u perta nian, kepadatan penduduk lebih rendah d ibanding kepadata n penduduk perkotaan, ca ra h i d u p ata upun pola budaya yang dekat dengan pemanfaatan sumber d aya alam, tempat tinggal pend u d u k berkelompok d a n tersebar, potensi tenaga kerja dengan pendidikan bai k agak langka, sistem organisasi sederhana berbasis kegiatan subsisten atau pri mer, d a n sebaga inya.

Sebaliknya ciri masyarakat perkotaan d itandai oleh struktur masya rakat berbasis perdagan gan dan jass, kepadata n pend uduk ra pat, tempat tinggal pend uduk berkelompok, tenaga berpendidikan relatif tinggi, sistem orga nisasi kerja ya ng kompleks berbasis kegiatan forma l. Kawasan perkotaan juga dianggap sebagai tempat terjadi nya proses pem usatan kekuasaa n d a n peruba h a n budaya, pusat kreativitas yang menyebabkan terjadi nya pola perkemba nga n kehidupa n masyarakat dan lingkun gan fisiknya sa ngat berbeda dengan kawasa n perdesaan yang biasa disebut pinggiran .

Ba nyak ahli ya kin, walaupun ciri d a n kegiatan ked ua masyarakat itu berbeda, tid a k bera rti bahwa tingkat keseja hteraan h arus berbeda. Terlebih lagi seharusnya tid a k ada perbedaan perlakuan dali'lm memberikan

1 94

(3)

Geomedia, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2007

I I

pelaya nan a ntara masyara kat perdesaa n dan perkotaan, misalnya terhad a p sta n d a r pelayanan kebutuha n dasar, standar pelayanan prasara na, standar pelayanan teknologi dasar. Kesim pulan sementara ini terhadap terjadi nya kesenjangan secara u m u m d isebabka n oleh ketidakseimbc: ngan kem a m pu a n dan kesempatan yang d i pero!ah anta ra masyarakat perdesaa n d a n perkotaan.

Terdapat d ugaan bahwa masyarakat perdesaa n d i I ndonesia mempunyai posisi yang kurang d iuntungkan dari ada nya berbaga i kebijaksanaan pemerintah, yang kurang mem ihak, yang menyeba bkan proses p rod u ksi dan ka pital isasi tidak berkembang secepat ya ng terjadi d i perkotaan. D isam ping itu d i perdesaan j uga sering terjadi m igrasi sumberdaya m a n usia ke daerah lain yang lebih maju. Aki batnya secara keselu ruh:m respons terhad a p proses pembangunan tidak o ptimal, walaupun in put kesem patan yang diberikan kepada masya rakat m u ngkin sama denga n kesem pata n yang diberikan terhadap masyarakat di daerah perkotaa n .

Kecenderunga n i n i da pat d iu bah jika alokasi sum berdaya pembangunan d a n proses manajemen nya da pat d iarahkan secara seim bang kepada masya rakat perdesaan aga r tingkat kesenjangan kesejahteraa n masyarakat perdesaan dan perkotaan berku rang. Salah satu hi potesis yang diaju kan adalah jika prod u ksi dan p rodu ktivitas d i perdesaan lebih berke mbang, akan terjadi d iversifikasi ya ng selanj utnya akan diikuti dengan peningkata n penda patan dan tabungan di masyarakat, s-:Jhingga terjadi akumulasi modal dan peningkatan teknologi di rnasyarakat.

Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan timbulnya percepata n peningkatan produ ksi d a n produ ktivitas yang mendorong perluasan kesem pata n kerja, peni ngkatan pendapatan dan tabungan, serta kapitalisasi di masyarakat perdesaan adalah jika terjadi keterkaitan ekono m i yang erat dengan a rus perdaga ngan denga n piha :, luar ( H i roshi Kakazu, 1994: 10 - 16).

Hal i n i da pat d i a rtikan bahwa peni ngkatan dan perubahan struktur ekonomi !Jerdesaan d a pat terjadi bila terd a pat kem a m puan masyarakat u ntuk menjual prod uk d a n jasa ke pasa ra n luar kawasa n, terjadi tra nsaksi ekonomi antar prorl usen dan pembeli, anta r sektor usaha, a ntar daerah, bahka n dengan negara lain ( Evans H.E: 1994}. Proses rekayasa keterkaitan inilah yang dictuga sebagai landasan u paya meningkatkan dan mengubah kehidu pan masy::�rakat perdesaan menjadi lebih berkem bang, karena kegiatan prod uksi dapat mem perbesar penda patan masyara kat, mengubah

(4)

I I

Keterkaitan Dcsa-Kota: Scbagai Alternatif Pembangunan Perdesaan

pola pendapatan d a n pengeluara n keluarga yang makin setara denga n masya rakat kota , atau dikatakan sebagai kehidupan yan g modern .

Pemahaman tersebut didasarkan pada pemikiran dasar bahwa pada dasarnya masyarakat perdesaan p u n bersifat dinamis u ntuk dapat mengalami proses modernisasi, ji ka terjadi perubahan struktur ekonomi sosial. Modern isasi merupakan wujud nyata proses urba nisasi, dimana urbanisasi merupakan proses ya ng digerakkan oleh perubahan struktura l dalam masyarakat, seh ingga daerah yang d u l u nya merupakan perdesaan lambat l a u n menjadi perkotaan atau masya rakat berubah mempunyai ciri seperti keh i d u pa n kota (P.J.M. Nas, 1979: 42).

Pengertian tersebut dapat memu n c u l ka n pertanyaan-pe rta nya a n (a) apakah perubahan struktura l masyarakat perdesaa n menjadi berciril\a n seperti masyarakat perkotaan dapat berla ngsung d i kawasan perdesaan nam u n masih sesuai denga n ciri dasar pem bagian kerja di perdesa a n ya ng berbasis ekonomi pertania n ; (b) a pakah nilai kesetaran kehi ::fupan masyarakat perdesaa n dengan keh i d u pa n masyarakat perkotaan memp u nyai n ilai yang sama, mengi ngat masing-masing mempunyal ciri yang berbeda.

Secara u m u m nilai keseta raa n dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan m asya rakat, yang d i u kur dari keseta ra n mendapatkan lapa ngan kerja, d a n pendapatan . N ilai pendapata n itu harus dapat dinikmati u ntuk dapat memberikan daya atau kem a m puan mencukupi bai k kebutuhan primer seperti kebutuhan pangan, papan, pendidikan d a n kesehatan, m a u p u n kebutu han sekunder u nt u k kenya m a n a n h i d u p d a n kual itas kehidupan yang setara a ntara masyarakat perdesaan dan perkotaa n .

Issue Kebijaksanaan Pengem bangan Masyarakat Perdesaan

Pada u m um nya masal a h-masalah ya ng di hadapi dalam pembangunan perdesaan berkisar pada masalah kemiskinan, kualitas hidup, kura n gnya prasarana dan sarana pembangunan, d a n sebaga inya yang saling berkaitan dan merupakan masalah yang kom pleks. Dengan demikian usaha untuk mengatasi masalah tersebut diarahkan u ntuk menanggul angi masalah-masalah tersebut. Berikut i n i d i kemukakan beberapa konsep dan pendekata n pembangunan perdesaan ya ng per11ah dilaksanakan sebagai beri kut:

1. Penge m ba ngan masya rakat (Community Development)

Pengembanga n masyarakat didefi nisikan sebagai proses, metoda, program , kelembagaan d a n gerakan. Usaha yang d i l a ku kan

196

(5)

Geomedia, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2007

I I

menca kup: (a) pa rtisipasi masyarakat sebaga i basis menanggulangi masalah y<mg d ihadapi; (b) mendidik dan melatih masyarakat dalam proses demokrasi u ntuk mengatasi masalah secara bersa ma; (c) mengal,tifkan kelembagaan atau menyediakan fasil itas untuk alih teknologi.

Konsep dan pendekata n ini mulai bergeser ketika d i m u lainya revC'Iusi h ijau pada awal tah u n 1960an dan menjelang tahun 1970an, berubah dengan konsep dan pendekatan "Integrated R u ral Development".

2. Pem bukaan d aerah baru dan mendorong m igrasi penduduk serta pengelompokan permukiman kecil.

Di beberara negara yang penyebaran pend ud u k nya tidak meratc:� dan tersed ia sumberdaya alam ya ng bel u m d i m anfaatkan, program ini m erupakan program utama.

3. Pem t,a ngunan pertanian

Bagi negara-negara yang sedang berkembang, ya ng sum berdaya l a h a nnya terb:3tas u ntuk pembukaan perm ukiman, pertanian, atau sering mengalami kekura ngan pangan, memilih strategi pembangunan pertan a i n yang padat modal untuk meni ngkatka n produksi dan pendapatan m asyarakat perdesaan. Walau pun strategi ini tela h berhasil meni ngkatkan prod uksi dan prod uktivitas perdesaan, tetapi timbul masalah lain seperti adanya polarisasi faktor produksi. Revol usi hijau p u n ta m pa knya tidak berhasil mengurangi u rban isasi serta segala dampaknya di perkotaa n , tidak dapat menjangkau petan i kec i l dan buruh tani, dan ada nya wi layah-wilaya h yang teta p tidak dapat berkem ba n g karena tidak memiliki sarana i rigasi .

Pem ikira n sel a nj utnya berkem bang strategi ( a ) d iversivikasi e konomi perdesaan; (b) redistribusi lahan dan sumberdaya lai n nya secara adil d a n merata; (c) menyelenggarakan fasilitas penu njang bagi peserta p rogram landreform dan (d) penyediaan fasilitas pelayanan sosial d i kota-kota kecil dan permukiman penduduk perdesaan.

4. l ndustri perdesaa n

Beberapa negara termasu k Indonesia menge m ba ngkan program idustri perdesaan mel a l u i promosi ind ustri rumah ta ngga dan industri l'ecil serta desentral isasi pengemba nga n i n d ustri. Ta m pa k nya pela ksa nasn program 1 n1pun tidak berkembang seperti ya ng diharapkan. D i beberapa daerah terjadi pertumbuhan kota metropolitan dan kota-kota menenga h lainnya menyerap semua kegiatan i n i, d i

(6)

I I

Ketcrl<aitnn Desn-Kota: Sebagai Altcrnatif Pembangunan Perdesaan

sa m ping ketidakmampuan sektor industri kecil u ntuk bersa ing dan mengorganisasi d i ri.

Akibat tidak ada nya kaitan ya ng jelas dan nyata dia ntara ind ustri kecil d a n industri besar, maka manfaat bagi kedua belah pihak kecil sekali. Mereka lebih tampak bersaing dalam hal prod uksi, teknologi, pemasaran dan sebaga inya.

5. Kebutuhan d asar manusia

Konsep dasarnya adalah: (a) secara mendasa r pem bangu11an h a rus diara hka n untuk mengatasi kem iskinan; (b) perencanaan konsu msi ha rus diutamakan, sehi ngga produksi diara hkan untu k pemenuhan kebutu han dasa r; (c) masalah produksi dan distribusi harus diselenggarakan bersama-sama; (d) kesem pata n kerja merupakan hal pokok yang ha rus dicipta kan.

Ba nyak negara berkembang tertarik pada kebija ksanaan pem bangu nan ini, yaitu dalam hal penyelenggaraa n pendidi!'\an dasar, pengadaan fasi lita kesehatan , penyediaan air bersih , jalan-ja lan perdesaan, pengadaan d a n pemuga ra n ruma h-ru mah di perdesaa n , listrik perdesaan, dan sebaga inya. Da lam banyak hal strategi i n i telah mem beri d a m pak perbaikan kualitas hidup masyarakat perdesaan, tetapi belum dapat mena nggulangi masalah kem iski nan secara mendasar d a n l uas.

6. Pem ba ngun a n desa terpad u (PDT)

PDT merupakan pendekatan yang kom p rehensif, strategi ini bertujuan untuk meningkatkan p roduksi, kualitas h i d u p dan men ingkatkan swad aya masya rakat serta pembangunan secara m a n diri.

Unsur-u nsur pokok dalam program ini adalah: (a) pemba ngunan perta n ian yang padat tenaga kerja; (b) menci ptakan kesempatan kerja mel a l u i pekerjaan u m u m skala kecil; (c) pengembangan ind ustri kecil yang padat karya; (d) swadaya masyarakat secara lokal dan pera n serta masyara kat dalam penga m bilan keputusan; (e) pengembangan h iera rkhi perkotaan yang men u njang pembangu nan perdesaan; (f) pengembangan tatanan kelembagaan ya ng memadai u ntuk koordinasi proyek m u lti sektor d a n l intas sektor.

7 . Pusat pertu m buhan d a n wilaya h pengemba ngan

U nsur pokok dalam konsep dan strategi PDT adalah tatu ruang ata u wilayah. Berdasa rka n struktur dan orga nisasi tc:ta ruang wilaya h , m a k a terda pat suatu pusat dan wilayah pengaruhnya ya ng sa ling berga ntu ng secara fungsional. Pusat-pusat tersebut tersusu n dalam

1 98

(7)

Gcomcdia, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2007

I I

sutu h iera rkhi, dan berdasarkan besaran skala, fungsi d a n wilayah pengaruhnya, maka hubungan anta r wilayah berlangsung melalui jalur hubunga n a ntar pusat·pusat tersebut. Bagi pembangunan wilayah perdesaan , peranan pusat-pusat kec i l tersebut selain berfungsi sebagai pasar, pusat pelaya nan dan perm ukiman pend uduk, juga dapat di lihat sebagai u nsur strategis bagi pelaksanaan pembangunan perdesaan. Di Indonesia keberadaan ibu kota kecamatan dan kota kecil lainnya dalam kaita n dengan pembangunar. perdesaan perl u mendapat perhatia n . 8. Pe ndekatan agropol ita n

9. Progra m pemekara n desa, pengelompokkan desa, pemukiman kemba l i penduduk, d a n pembukaan isolasi.

Sem ua pihak sependapat bahwa pem ba ngu nan msyarakat perdesa a n harus terus ditingkatkan dengan sasa ran makin berku ra ngnya tingkat kesenja ngan sosial ekonomi antara masyarakat perdesaa n dan perkotaan. Secara khusus pemerinta h pun telah melaksa nakan berbagai kebijaksa naan dan program yang bertujuan untuk meni ngkatkan kapasitas produksi dan produktivitas masyarakat perdesaan. Namun berbagai upaya tersebut t:dak akan optim a l bila penyelesa ian masa l a h ya ng bersu m ber dar· faktor internal masya rakat perdesaa n dan juga fa kto r eksterna l ya ng berpengaruh terhadap proses pengembanga n ekonomi tidak d i lakukan dengan pendekata n holistik. Oleh karena itu pem ikiran pendekatan masalah dia rahkan melalui pendekatan interna l , yaitu pengemba ngan kemampuan masyarakat perdesaan, dan pendekata n eksternal yaitu penguatan keterkaita n ekonomi antara perdesaan dan perkotaan.

Pende kata n pembangunan seperti itu merupakan bagi a n dari konsep pemba nguna n sosial ekonomi yang didasa rka n pada jalan pem ik i ran ba hwa peningkatan kemampuan masyarakat merupa ka n energi sosial yang perlu d ibangu n d i dalam d i ri masyarakat. Seda ngka n penguatan keterkaitan ekonomi perdesaan dan perkota a n merupakan energi ekonomi yang da pat meningkatkan permintaan dan tra nsaksi barang dan jasa ya ng diprod u ks i oleh masya rakat perdesaan.

Ked uanya merupakan bagian dari upaya pem berdayaan masya rakat yang saling mend ukung u nt u k mem percepat proses peru bahan struktura l masyarakat perdesaan u ntuk mewujudkan kesejahteraannya . Model kebijaksa naan tersebut menganut pada prinsip pengga bu ngan pendekatan pertu m buhan dan pemerataan (Mahbub u l Haq, 1995). Pemerataa n tidak datang denga n sendirinya, proses pemerataan sering tidak memenuh i harapan masyarakat yang kem a m puannya lemah. Ketidakmerata a n kem a m puar selalu a d a , sehingga d i perlu kan pendel�atan sosia l yang

(8)

I I

Keterkaitan Desa-Kota: Sebagai Alternatif Pembangunan Perdcsaan

memu ngki nkan agar proses pembagian dapat berla ngs u ng sejalan dengan perkembanga n ekonomi ada melalui proses pengemba ngan sosial masyarakat.

Model kebijaksanaan tersebut dilandasi pula oleh berbagai perkem ba nga n baru tentang konsep pembangunan yang bertumpu pada masyara kat. Pembangunan adalah u ntuk mengem bangkan keh idupa n m asyarakat dan harus da pat di!akukan dari, oleh dan u ntuk masyarakat.

Namun d e m i ki a n bantuan dari l uar tetap diperlukan untuk mengatasi masalah kema m puan masyarakat yang berbeda-beda. Dalam masyarakat dengan kehidupan ekonomi ya ng makin terbu ka dengan dunia luar dan kegiatan ekonomi berorientasi pada pasar, peluang-pe l ua ng yang ada bel u m tentu dapat dimanfaatka n oleh masyarakat denga n ke m a m puan lemah. Dalam hal ini diperlukan pem i hakan u ntuk meningkatkan kemampuan m asyarakat untuk pemanfaatan kesem patan dan merespon bantuan yang d i berikan sebagai energi sosial dalam rangka m engadakan peruba han struktur ekonomi nya .

Peningkatan Kemampuan Masyarakat Perdesaan

Berbagai kondisi yang tam pa k pada m asyarakat perdesaan adalah rendahnya kualitas kehidupan sebagian besar masyarakat perdesaan bila d i ba n d i ng denga n masyarakat perkotaan. Hal ini ditunj ukkan dengan besarnya jumlah penduduk miskin di desa yang lebih tinggi daripada uaerah perkotaan. Hal tersebut d isebabkan oleh tingkat pengangguran di desa meningkat, sementara itu di kota menurun. Distribusi pendapatan penduduk perdesaa n walaupun makin merata d i banding di perkotaan, namun n i l a i nomina l nya kecil.

Tingkat pengangguran yang tinggi disebabkan oleh tidak berkembangnya kesempatan kerja d i daerah perdesaan, bahkan sebagian masyarakat tidak m e mperoleh asset produ ksi. Masalah i n i a ka n semakin berta m ba h bila pertu m buhan sektor pertanian lambat, sedang angkatan kerja terus bertambah.

Disamping itu sistem produ ksi dan diversifikasi ya ng dapat meningkatkan pendapatan tidak berkembang. Rendahnya pendapatan j uga d isebabkan oleh u pah yang rendah, produktivitas yang rendah, efisiensi yang rendah. Oleh karena itu surplus hasil usaha masyarakat desa kecil , akumu lasi modal tidak terjadi, d ita mbah lagi dengan rendahnya n ilai tukar dibanding dengan produ k daerah perkotaan. Akibatnya kesenjangan pendapatan a ntara penduduk pedesaan dan perkota a n menjadi semakin besar.

200

(9)

Geomedla, Volume 5, N o mor 2, Oktober 2007

I I

Permasalahan u ntuk mengurangi kesenja ngan pendapatan erat k 3 itannya dengan rendah nya kapasitas prod u ksi dan prod u ktivitas a ntara lain disebabkan oleh:

1. Sum berdaya manusia yang masih lemah dari segi kemampuan a l i h teknologi d a n managerial .

2 . Akses sarana modal dan p rasara na yang dapat disal u rkan terbatas.

3. Adopsi teknologi masyarakat berja lan l a m bat sehingga produktivitas rendah, diversifikasi usaha tidak berkembang, perta m bahan n ilai teroatas. Akibatnya penda patan dan surplus yang d i nikmati masyarakat perdesaan tetap kecil.

Lingkaran setan ini perlu d i pecahkan dengan bantuan pihak luar, yaitu pamer1ntah, masyarakat yang m a m pu serta berbagai pihak yang da pat melakukan i-<erjasama u ntuk mem bantu meningkatka n kemam puan masyarakat yang posisinya lemah, Proses pemberdayaan masyarakat menga nd u ng tiga tindakan utama di dalam nya yaitu:

1. Menciptaka n iklim yang memungkinkan potensi pihak ya ng kuat dari luar da pat dima nfaAtkan masyarakat.

2. Mem perkuat potensi dari dalam yang dimiliki m asyarakat untuk dapat dimanfaatkan pihak yang kuat.

3. Mel i n d ungi dan m encegah terjadi nya persai ngan yang tidak sei m bang serta mencegah e ksploitasi yang kuat atas yang lemah. (Ginanjar Kartasasmita, 1997).

Masyarakat denga n produktivitas tinggi lebih cepat berke m bang dan yang lemah akan tertinggal. U ntuk itu maka pemerintah dituntut men ingkatl<an pemeratan kesempatan disa m ping u paya pemberdayaan.

Jadi proses peningkatan kemampuan masya rakat dapc.t lebih o ptimal bila d ilakukan u paya pemeratan kesem patan sehingga pen i ngkc.tan pendapatan dan kualitas h i d u p masyarakat perdesaan dapat m a ksimal. Dalam konteks keruangan pemeratan kesem pata 1 bagi masyarakat perd esaa n itu d itransformasikan ke dalam bentuk per guatan keterkai�an desa-kota. Keterkaitan e konomi desa- kota meru pakar u paya penting u ntuk memperbesar pemanfaatan kemampuan dan kese n patan yang terbu ka bagi masyarakat dalam pengembanga n eKonomi perdesaan dengan melihat potensi pertumbuhan d i daerah perkotaan.

Pembangunan Perdesaan dengan Pendekatan Keterkaitan Desa dan Kota Secara geografis, pendekatan rn1 didasarkan pada teori pembangun a n Pusat - P inggiran (Core - Periphery). Konsep i n i memandang daerah pusat (kota) dan tepi (desa) sebagai s uatu sistem keruangan.

(10)

I I

Keterkaitan Desa-Kota: Sebagai Altcrnatif Pembangumm Perdesaan

Paradigma Friedman membahas ada nya suatu sistem kerua ngan ya ng lengkap yang melihat daerah pusat dan tepi, w ilayah pusat diartikan sebagai teritorial tertentu dengan subsistem masyarakat teratur yang memiliki kapasitas tinggi memacu pembaruan dan menyerap peru bah3n inovatif.

Daera h tepi merupakan subsistem yang ja l u r perkem ba nga nnya dipengaruhi oleh lem baga ya ng ada di pusat, seh ;ngga daerah i n i mempunyai ketergantunga n susbtansia l. Dengan kondisi tersebut da pat dili hat bahwa ada jalinan yang beru pa interaksi antara wilayah r:- usat dan daerah tep i ( Raldi H. Koestoer, 2001).

Men urut G. Myrdal, "core regions" adalah sebagai magnit ya ng da pat memperk uat pertu m bu han ekonomi dengan sendiri nya , karena adanya seba b-sebab k u m ulatif ke arah perkembanga n (cumulative u pward ca usation); seperti a rus buruh dari P ke C, tenaga tera m pil, m odal d<1n barang perdaga ngan yang secara sponta n berkembang d i dalam ekonomi pasar bebas u ntuk menunjang pertu mbuhan di lokasi tertentu ata u wilayah tertentu . Dengan demikian a kan terjadi pertu mbuhan ya ng makin lama makin pesat (polarization of growth). " Polarization of growth" i n i d a pat menimbulkan "backwash effects" atau akibat-aki bat yan g da pat mengham bat pertu mbuhan wilayah lain darimana tenaga tera m pil, mod a l d a n barang perdaga ngan d itarik k e situ. Daerah yang terkena " backwash effects i n i yang d isebut daerah "periphery". Apabila "spreads effects" d a ri C ke P lebih k uat, maka "backwash effects" dapat diatasi. Oleh karena itu untuk mem perbesa r "spread effects " Myrda l mengem ukakan perlu ada nya ca mpur tanga n d a ri pemeri ntah, misa lnya dengan pengendalian migrasi, pem bangunan " periphery", program pembangunan perdesaa n (Myrdal dalam J. Hinderink, 1988). Senada dengan Myrda l, A. H i rshchman · menge m u ka k a n , ba hwa penanaman modal d i "core regions" a kan mem percepat pertu mbuhan d i C, dan efek pola risasi pemba ngunan akan diga ntikan oleh "trickl ing down effects" pembangunan. "Trickling down" ini d iseba bkan oleh peru bahan kumulatif di daerah pusat (core regions). Jadi trickli ng down effects sama denga n spread effects. Hirschman juga S"pendapat denga n Myrdal, ba hwa dalam hubungan antara C d a n P dalam a rti pola risasi ekonomi perl u ada nya campur ta ngan pemerinta h dalam pem bangunan. Campur tangan pemerintah ini beru pa kebijaksa naan pem bangunan yang m engacu pada pendekatan pemerata a n kesempatan dan keterka itan desa kota.

Proses pemerata a n a kses kesempatan bagi m asyarakat perdesaa n merupal�a n bagian d a ri upaya untuk mem perkuat kemampuan mayarakat

202

(11)

Geomedia, Volume 5, N omor 2, Oktober 2007

I I

melibatkan diri dalam proses kegiatan dan memanfaatkan hasil pemba.1gunan ( Ma h bub ul Haq, 1995). Pendekatan ini merupakan strategi pengem ba ngan masyarakat perdesa an, aga r kesenjangan makin berkurang a ntar3 m asyara kat d esa denga n kota.

N a m u n demikian p roses keterka itan e konomi desa kota tidak dapat berjalan denga n optimal jika tidak dijalanka n upaya la ngsung ya ng menjangkau kelompok sasaran masyarakat berupa a kses kesempatan berprod u ksi secara efektif dan menguntungkan . Sehubu nga n dengan strategi u ntuk men ingkatkan pemerataan a kses kesempatan da pat dilaku ka n melalui:

1. Peme rataan a kses ke penguasaan aset prod uksi lahan, kapital dan teknologi.

2. Pemerataan akses ke pelaya n a n kesehatan dan pendidikan.

3. Pemerataan akses pemasaran dan i nformasi kegiatan usaha prod uktif.

4. Pemerataa n a kses ke bantuan teknis dan kerjasama kem itraan dengan usaha ekonomi kuat.

Di Indonesia pembangunan perdesaa n denga n pendekatan keterkaitan desa kota telah dilaksanakan studi PARU L { Poverty Alle\/ation Through R ural U rban Linkages):

1. Melakukan kajian beberapa keterka ita n desa kota di dalam kegiatan ekono m i lokal dan kebutu han i ntervensi pemerintah u ntuk mempE:rkuat pengelolaan di tiga propi nsi (Sulut, Sulsel, I rian Jaya-Sorong).

2. Membentu k konsensus dalam perencanaan dan pengetolaan keterkaita n desa kota dilihat dari aspek mata rantai prod uksi di 'J ngkat kabupaten .

3. Mengeval uasi program ya ng ada untuk mendukung pelaksa naan pengelolaan keterkaita n desa kota.

Pendekatan pengelolaan selalu bertum p u pada in isiatif dan partisi pasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, swasta serta aparat birokrasi lokc. l. Namun demikian penge m bangan ekonomi ini perlu mernpertim ba ngka n penge m ba ngan komoditas, mata ra ntai keterkaitan ind ustrl l o ka l dan global ( perdagangan, tenaga kerja, kapltal, tra nsportasl , kawasan desa kota}, kemitraan ekonomi lemah dan ekono m i kuat, serta keterpaduan program serta kegiatan yang dilaksa naka n para pihak yang berkepentin ga n .

Dengan program mengaitkan kegiata n desa kota, diharapkan hasil nya adalah sebagai berikut:

1. Tercipta nya prod uksi komoditas kompetitif.

(12)

I I

Keterl<aitan Desa-Kota: Sebagai Altcmatif l'embangtman Pcrdcsaan

2. Terciptanya l apanga n kerja yang produ ktif, masyarakat ya ng berpend id ikan tinggi, berjiwa kewiraswastaan.

3. Tersedia nya sarana dan prasa rana ekonomi produ ktif.

4. Tersedianya akumulasi kapita l untu k prod uksi.

5. Terbentuknya j aringa n kerja produksi, pengolahan produk, pemasara n d a n perdaganga n.

6. Kuatnya kapasitas kelem bagaan masyarakat dan pemerintah dalam penge!olaan pengemba ngan ekonomi loka l.

Seh ubu ngan den gan pola pelaksa naannya, terda pat beberapa pem ikiran yang dapat d ikembangkan sebagai dasar pelaksanaan, yaitu dengan delin iasi wilaya h . Delin iasi wilayah dapat dilaku kan berdasa rka n konsep perwilayahan, ya itu konsep homogenitas, noda l itas dan unit progra m. Berd asarkan konsep i n i untuk mengefektifkan pemeratc;;an kesempatan , m aka sasaran pengembanga n dapat d ikategorikan menjad i empat kel o m pok sasaran:

1. Tipe 1, kel o m pok sasaran masyarakat yang tinggal di desa-desa dengan kegiatan subsisten dan terisolasi.

2. Tipe 2, masyara kat dengan potensi ekonom i dan keterkaitan desa kota lemah.

3. Tipe 3, masyarakat desa yang potensi sudah berkemba ng, belum terjadi diversifikasi, dan keterkaitan sudah berkem bang

4. Tipe 4, d esa yang sudah berkembang dan sudah terjadi d iversifikasi ekonomi, keterkaitan desa kota kuat.

Bagi desa tipe 1, in put program ya ng dapat diber:kan untuk memen u h i kebutuh a n dasar, dalam bentuk bantua n materi la ngs u ng dan bantuan p rogram sosia l secara kelompok, serta mengi kutsertakan mereka dalam usaha penanganan khusus.

Bagi desa tipe 2 dan 3, input program yang diberikan beru pa upaya pen ingkatan pendapata n melal u i peningkatan kemampuan produksi, ba ntuan teknis terpad u . U ntuk meningkatka n keterka itan desa kota dan meningkatkan akses pemasara n d isediakan prasara na transportasi.

Bagi desa tipe 4, i nput program yang di berikan untuk meningkatka n basis intensifi kasi dan d iversifikasi kegiatan agribisnis, di samping bantuan teknis yang diberikan seperti kepada tipe 2 dan 3. dalam konteks pem bangun a n wi laya h, u ntuk memfasi l itasi proses produksi d a n pemasaran perlu d i kembangkan lokasi pusat industri pengolahan d a n jasa pada lokasi potensial ya ng berfungsi sebagai sentra pengembangan, yang da pat memperkuat keterkaitan desa kota.

204

(13)

Geomedia, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2007

I I

Tantangan pelaksanaan

Tantangan pelaksanaan proses pem bangu n a n m asya rakat perdesaan dengan keterkaitan desa kota adalah baga imana menyiapka n masyara kat u ntuk terli bat memanfaatkan bantua n d a n proses pelaksanaan program yang. d isediakan pemerinta h . Disa m ping itu d a l a m hal pemenuhan prasarana, perlu keseim ba ngan dan keterpaduan dana pemeri ntah yang dialokasikan untuk memenu h i kebutuhan antara desa dan kota.

Kesimpulan

Da lam rangka pengembanga n masyarakat perdesaan, bai k melalui pendekatan peni ngkatan kema mpu a n masyarakat dan keterkaitan desa kota, bebera pa h a l yang perlu diperhatikan adalah bahwa su ksesnya pelaksa naan pendekatan i n i tergantu ng pada keterlibata n berbagai pihak d i tingkat pemeri ntah, swasta, lem baga masya ra kat dan kelompok masyarakat sasaran sen di ri. Pengemba ngan kelembaga a n ya ng efektif sangat diperlukan, bai k di ti ngkat pemerintah dan di masyarakat, dana tersedia dan m udah diakses, penyiapan masya rakat dan petunjuk teknis harus efektif. Proses peningkatan kemam puan masyarakat dan penguata n keterkaitan d esa kota memerlukan proses desentral isasi d a n otonomi kepada daera h dan partisi pasi masyarakat.

Daftar Pustaka

Evans, H, Ermy. 1994. Rural Urban Linkages : Operational Implications for Self Sustained Development. Pratical Research For Planning. In c.

Hinderi n k, J. 1988. Regional and Rural Development Planning Series.

Indonesia: Fac ulty of Geography, Gadjah Mada University, Yogya �arta.

Kakazu, H i �osh i . 1994. S ustainable Development of Small Island Economic . San Fransisco: Westview Press.

Kartasasm ita , G i na njar. 199 7 . Konsep dan Model Perencanaan Pembangunan di Indonesia dalam Sugija nto Sugijoko "Perencanaan Pembangunan di Indonesia". I ndonesia: Penerbit PT G ramedia.

Koestoer H, Raldi, dkk. 2001. Dimensl Keruangan Kota: Teori dan Kasus.

Indonesia: U l Press.

(14)

I I Keterkaitan Desa-Kota: Sebagai Alternatif Pembangunan Perdesaan

Nas, P.J . M .. 1979. Kota di Ounia Ketiga. Jakarta: Bh rata ra Ka rya a ksara.

U l Haq, M a h b u b. 1995. Tirai Kemiskinan: Tantangan Untuk Ounia Ke Tiga.

Edisi Ked ua. Ja karta: Penerbit Yayasan Obor:

206

Referensi

Dokumen terkait