• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI STRATEGIS KETERKAITAN KOTA-DESA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOORDINASI STRATEGIS KETERKAITAN KOTA-DESA TAHUN 2016"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN

KOORDINASI STRATEGIS KETERKAITAN KOTA-DESA

TAHUN 2016

DIREKTORAT DAERAH TERTINGGAL, TRANSMIGRASI, DAN PERDESAAN

BAPPENAS

2016

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(2)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa yang telah dilaksanakan pada Tahun 2016.

Kegiatan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa ini berfungsi untuk mendukung pemenuhan salah satu sasaran RPJMN 2015 - 2019 yakni percepatan peningkatan keterkaitan kota-desa. Berdasarkan hal tersebut disusunlah laporan akhir pelaksanaan koordinasi strategis keterkaitan kota-desa. Kegiatan ini menjadi katalisator untuk pengembangan keterkaitan kota-desa tahun 2016.

Laporan ini terdiri dari 5 (tiga) bab. Laporan dimulai dengan BAB 1 Pendahuluan, BAB 2 Arah Kebijakan dan Strategi Keterkaitan Kota-Desa; BAB 3 Pendekatan dalam Pencapaian Sasaran Kebijakan Keterkaitan Kota-Desa; BAB 4 Pelaksanaan Kerja Tim Koordinasi Keterkaitan Kota-Desa, dan BAB 5 Kesimpulan dan Rekomendasi.

Penyusunan laporan ini telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan masukan yang membangun sangat kami butuhkan demi penyempurnaan laporan.

Jakarta, Desember 2016

Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan

(3)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 ii

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 LATAR BELAKANG ... 1 1.2 TUJUAN ... 2 1.3 SASARAN ... 2 1.4 RUANG LINGKUP ... 3 1.4.1 Persiapan ... 3

1.4.2 Rapat Forum Stakeholder Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa ... 3

1.4.3 Pemantauan Bersama dan Focus Group Discussion (FGD) Tim Koordinasi Keterkaitan Kota-Desa di 6 Kabupaten/ Kota pada 6 Provinsi ... 3

1.4.4 Koordinasi dengan Lembaga Internasional ... 4

1.4.5 Seminar / Workshop ... 4 1.4.6 Penyusunan Laporan ... 4 1.5 KELUARAN ... 4 1.6 MANFAAT ... 4 1.7 METODE PELAKSANAAN ... 4 1.8 PELAKSANA KEGIATAN ... 5 1.9 JADWAL KEGIATAN ... 5 1.10 PEMBIAYAAN ... 6

BAB II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETERKAITAN KOTA-DESA ... 7

2.1 ARAH KEBIJAKAN KETERKAITAN KOTA-DESA ... 7

2.2 STRATEGI KETERKAITAN KOTA-DESA ... 9

2.3 SASARAN KEBIJAKAN KETERKAITAN KOTA-DESA ... 18

BAB III. PENDEKATAN DALAM PENCAPAIAN SASARAN KEBIJAKAN KETERKAITAN KOTA-DESA ... 20

3.1 KETERKAITAN ANTAR KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH ... 20

3.2 ARAH INTERVENSI PADA PUSAT PERTUMBUHAN KETERKAITAN KOTA-DESA ... 21

3.3 FORUM STAKEHOLDER PUSAT KOORDINASI STRATEGIS KETERKAITAN KOTA-DESA 22 BAB IV. PELAKSANAAN KERJA TIM KOORDINASI KETERKAITAN KOTA-DESA ... 25

4.1. PERSIAPAN ... 25

4.2. RAPAT FORUM STAKEHOLDER KOORDINASI STRATEGIS KETERKAITAN KOTA-DESA 26 4.3. PEMANTAUAN BERSAMA TIM KOORDINASI KETERKAITAN KOTA-DESA ... 31

4.4. KERJASAMA DENGAN LEMBAGA DONOR INTERNASIONAL ... 38

4.5. PENYEMPURNAAN INDEKS KETERKAITAN KOTA-DESA ... 42

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 44

5.1. KESIMPULAN ... 44

(4)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Kegiatan ... 6

Tabel 2. Rincian Pusat Pertumbuhan Keterkaitan Kota-Desa 2015-2019 ... 19

Tabel 3. Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 ... 25

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Potret Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan ... 7

Gambar 2. Peta Sebaran Desa Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014 ... 8

Gambar 3. Persandingan Visi Misi dan Nawa Cita ... 9

Gambar 4. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Kepulauan Maluku ... 10

Gambar 5. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Nusa Tenggara ... 11

Gambar 6. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Sulawesi ... 13

Gambar 7. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Kalimantan ... 14

Gambar 8. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Kalimantan ... 16

Gambar 9. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Sumatera ... 17

Gambar 10. Keterkaitan Antar Kawasan ... 20

Gambar 11. Keterpaduan Lintas Sektor dalam Kebijakan Keterkaitan Kota-Desa ... 21

Gambar 12. Lingkup Intervensi pada Pusat Pertumbuhan KKD ... 22

Gambar 13. Peran Strategis Tim Koordinasi KKD ... 23

(5)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan nasional periode 2015-2019 yang tertuang dalam arah kebijakan pembangunan tahap tiga RPJPN 2005-2025, ditujukan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas, serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut, telah dirumuskan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019), yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong. Saat ini pelaksanaan RPJMN 2015-2019 telah memasuki tahun kedua dan dilaksanakan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 dan RKP 2016.

Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 168, Direktorat Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan (Direktorat DTTP) memiliki tugas melaksanakan pengoordinasian, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta pemantauan, evaluasi, dan pengendalian perencanaan pembangunan nasional di bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, rawan bencana, transmigrasi, dan perdesaan. Adapun mitra kerja Direktorat DTTP diantaranya adalah Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes DTT), Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kemen KKP), Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPera), dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Kemen ATR).

Merujuk pada tahapan pembangunan dalam RPJPN 2005-2025, pembangunan jangka menengah di tahap yang ke-3 diarahkan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan kepada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK. Dalam Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan dokumen RPJMN 2015-2019, peningkatan keterkaitan kota-desa merupakan salah satu fokus pembangunan yang juga merupakan amanat dari sub agenda Nawacita Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Terutama di Kawasan Timur Indonesia.

Kebijakan keterkaitan kota-desa pada hakekatnya ditujukan dalam rangka pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah, yang salah satunya antar wilayah perkotaan dan perdesaan. Kebijakan nasional yang direncanakan diharapkan dapat menghasilkan pembangunan yang adil dan sama-sama menguntungkan, baik bagi kota sebagai pusat pertumbuhan dan desa sebagai kawasan produksinya, hal ini karena selama ini ada banyak pendapat yang menyatakan desa terlalu banyak dieksploitasi untuk kebutuhan kota, karena segala proses pengolahan yang bernilai tambah dilakukan di kota-kota besar. Kebijakan keterkaitan kota-kota-desa diharapkan dapat menghasilkan pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat luas untuk mendapatkan akses pelayanan dasar yang lebih baik dan lebih dekat, serta dapat dijadikan tempat industri

(6)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 2

pengolahan skala kecil sehingga dapat membawa dampak ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan arah kebijakan yang tercantum di dalam dokumen RPJMN 2015-2019, kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa dilakukan untuk mendorong keterpaduan program prioritas lintas sektor, khususnya melalui 4 (empat) program pengembangan kawasan utama, yaitu program pengembangan kawasan berbasis pertanian (agropolitan), program pengembangan kawasan berbasis kelautan dan perikanan (minapolitan), program pengembangan kawasan ketransmigrasian termasuk Kawasan Perkotaan Baru (KPB), dan program pengembangan kawasan berbasis pariwisata. Dalam upaya sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program-program pembangunan yang terkait dengan pengembangan keterkaitan kota-desa, Bappenas bekerjasama dengan beberapa kementerian/lembaga, diantaranya: Kemenko PMK, khususnya Asisten Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kawasan Perdesaan sebagai koordinator pelaksana; Kemendes DTT, khususnya yang menangani ketransmigrasian; Kementan, khususnya yang menangani kawasan agropolitan; Kemen KKP, khususnya yang menangani kawasan minapolitan; Kemenpar, khususnya yang menangani kawasan pariwisata; Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kemen PUPera; Kemen ATR; dan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (PKP) Kemendes DTT, khususnya yang menangani fasilitasi penyusunan masterplan kawasan. Selain dengan kementerian/ lembaga, pengembangan KKD juga dilakukan oleh dunia usaha, masyarakat, dan lembaga donor internasional.

Banyaknya pihak yang berinisiatif untuk melakukan peningkatan KKD, mendorong adanya upaya sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program-program pembangunan yang terkait dengan pengembangan keterkaitan kota-desa. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan koordinasi strategis peningkatan keterkaitan kota-desa.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari kegiatan koordinasi strategis peningkatan keterkaitan kota-desa adalah:

1. Meningkatkan koordinasi perencanaan pembangunan nasional di bidang peningkatan

keterkaitan kota-desa dengan berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, serta lembaga internasional;

2. Meningkatkan sinkronisasi program dan kegiatan, serta lokasi-lokasi prioritas

penguatan pusat pertumbuhan keterkaitan kota-desa baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;

3. Meningkatkan komitmen dan inisiatif daerah dan juga kementerian/lembaga di

tingkat pusat dalam mewujudkan fasilitasi peningkatan keterkaitan kota-desa dalam rangka mempercepat tercapainya target sebagaimana yang tertuang dalam dokumen RPJMN 2015-2019;

4. Menyempurnakan penyusunan indikator keterkaitan kota-desa yang akan digunakan

dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan di bidang keterkaitan kota-desa.

1.3 SASARAN

Adapun sasaran dari kegiatan koordinasi strategis peningkatan keterkaitan kota-desa adalah:

(7)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 3

1. Terlaksananya koordinasi perencanaan pembangunan nasional di bidang peningkatan keterkaitan kota-desa dengan berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, serta lembaga internasional;

2. Tersusunnya hasil sinkronisasi program dan kegiatan, serta lokasi-lokasi prioritas penguatan pusat pertumbuhan keterkaitan kota-desa baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;

3. Terlaksananya fasilitasi oleh Forum Stakeholder Koordinasi Strategis KKD bersama mitra lain seperti lembaga internasional kepada daerah-daerah yang memiliki lokasi prioritas KKD;

4. Penyempurnaan penyusunan indikator keterkaitan kota-desa yang akan digunakan dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan di bidang keterkaitan kota-desa;

5. Tersusunnya informasi pusat-pusat pertumbuhan peningkatan keterkaitan kota-desa dalam bentuk draft masterplan kawasan perdesaan prioritas nasional yang difasilitasi penyusunannya hingga akhir tahun 2016;

6. Terlaksananya kegiatan pemantauan dan evaluasi bersama pelaksanaan pembangunan di bidang peningkatan keterkaitan kota-desa khususnya pada lokasi-lokasi pilot yang telah disepakati bersama.

1.4 RUANG LINGKUP 1.4.1 Persiapan

Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilaksanakan diantaranya adalah: (1) pembentukan tim pelaksana; dan (2) penyusunan Rencana Kerja Awal, termasuk di

dalamnya rencana pelaksanaan Pemantauan Bersama, Kick-Off Meeting dan

Seminar/Workshop.

1.4.2 Rapat Forum Stakeholder Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa

Rapat Forum Stakeholder Koordinasi Strategis KKD dilaksanakan untuk sosialisasi kebijakan dan strategi keterkaitan kota-desa dalam RPJMN 2015-2019 sebagai upaya pengurangan kesenjangan wilayah baik di pusat dan di daerah dan sinkronisasi perencanaan lintas sektor, lintas pelaku, serta pusat-daerah dalam pengembangan keterkaitan kota-desa dalam rangka pencapaian sasaran 39 (tiga puluh sembilan) lokasi prioritas nasional dalam

RPJMN 2015-2019. Pelaksanaan kegiatan ini mengikutsertakan perwakilan

kementerian/lembaga lain yang merupakan anggota dari forum stakeholder dan beberapa narasumber yang diperlukan.

1.4.3 Pemantauan Bersama dan Focus Group Discussion (FGD) Tim Koordinasi Keterkaitan Kota-Desa di 6 Kabupaten/ Kota pada 6 Provinsi

Kegiatan Pemantauan Bersama Tim Koordinasi KKD dilakukan melalui Kunjungan

Lapangan dan Focus Group Discussion (FGD) di 6 kabupaten/kota pada 6 provinsi dalam

rangka pengembangan lokasi-lokasi prioritas KKD. Kabupaten/kota yang dikunjungi meliputi Kota Bandung (Provinsi Jawa Barat), Kota Gorontalo (Provinsi Gorontalo), Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Mojokerto), Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado), Kota Pontianak (Provinsi Kalimantan Barat), dan Kota Banda Aceh (Provinsi Aceh). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk sosialisasi kebijakan KKD, FGD sinkronisasi program dan kegiatan terkait KKD,

(8)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 4

pengumpulan data dan informasi terkait KKD, dan kunjungan ke lokasi-lokasi pengembangan kawasan di sekitar pusat pertumbuhan KKD.

1.4.4 Koordinasi dengan Lembaga Internasional

Dalam rangka pelaksanaan fasilitasi KKD, baik di pusat dan daerah, juga dilakukan

kerjasama dengan lembaga internasional, yaitu (1) GIZ melalui Sustainable Regional

Economic Growth & Investment Programme (SREGIP) dan (2) Global Affairs Canada (GAC)

melalui Program National Support for Local Investment Climate (NSLIC)/ National Support

for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSELRED).

1.4.5 Seminar / Workshop

Kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 1 kali

yang dilaksanakan menjelang akhir tahun dengan bentuk pelaksanaan fullboard. Namun

demikian, karena adanya kebijakan pemotongan anggaran pada Kementerian PPN/Bappenas, kegiatan seminar ini tidak jadi dilaksanakan.

1.4.6 Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan terdiri dari 3 buah laporan, yaitu: (1) Laporan Pelaksanaan Koordinasi Strategis KKD; (2) Laporan Pemantauan Bersama fasilitasi peningkatan keterkaitan kota-desa yang dilaksanakan di 6 kabupaten/ kota pada 6 provinsi dalam upaya peningkatan keterkaitan kota-desa; dan (3) Laporan Penyempurnaan Indeks KKD Tahun 2016.

1.5 KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah (1) tersosialisasikannya mekanisme fasilitasi yang akan dilaksanakan oleh Forum Stakeholder Koordinasi Strategis KKD dalam rangka pelaksanaan failitasi kepada daerah, termasuk mekanisme pemantauan bersama setiap tahunnya; (2) teridentifikasinya kebutuhan program dan kegiatan dalam pengembangan keterkaitan kota-desa; dan (3) tersusunnya profil lokasi prioritas KKD dalam bentuk masterplan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional Tahun 2016 yang akan terus diupdate secara berkala setiap tahunnya.

1.6 MANFAAT

Manfaat dari Kegiatan koordinasi strategis KKD adalah sebagai berikut: (1) Sebagai wadah untuk melakukan koordinasi strategis lintas Kementerian/ Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan para pemangku kepentingan lainnya dalam upaya mendorong percepatan peningkatan keterkaitan kota-desa melalui pembentukan Tim Koordinasi KKD; (2) Sebagai rujukan seluruh stakeholder dalam melaksanaan program dan kegiatan berdasarkan hasil sinkronisasi perencanaan lintas sektor, lintas pelaku, serta pusat-daerah dalam pengembangan keterkaitan kota-desa dalam rangka pencapaian sasaran 39 (tiga puluh sembilan) lokasi prioritas nasional RPJMN 2015-2019; dan (3) Sebagai sarana dalam melakukan pemantauan bersama terhadap pelaksanaan program-program pembangunan masing-masing K/L terkait serta pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota secara terpadu.

(9)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 5

Metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: (1) pengumpulan data sekunder dari K/L teknis terkait, baik di pusat, maupun di daerah tentang lokasi prioritas KKD dan jenis intervensi yang direncanakan selama 5 tahun ke depan; (2) rapat/konsinyiring/FGD di tingkat pusat dan daerah dalam rangka sinkronisasi lokasi dan intervensi; dan (3) pengumpulan data primer melalui kunjungan lapangan ke pusat-pusat lokasi KKD untuk melihat gambaran kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan yang sudah dilakukan.

1.8 PELAKSANA KEGIATAN

Adapun penanggungjawab kegiatan (UKE II) koordinasi strategis pembangunan keterkaitan kota-desa adalah Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara semi-swakelola, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

Unsur Organik

Unsur organik merupakan tim yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: (1) 1 orang penanggung jawab kegiatan, yang memiliki jabatan minimal Eselon-I, tugasnya adalah bertanggung jawab atas berlangsungnya keseluruhan kegiatan, dan juga memberikan masukan dan saran untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan ini; (2) 1 orang ketua tim pelaksana, yang memiliki jabatan minimal Eselon-II, tugasnya adalah melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi terhadap keseluruhan kegiatan ini; (3) 1 orang sekretaris tim pelaksana, yang memiliki jabatan minimal Eselon-III, tugasnya adalah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh ketua tim pelaksana dan juga melakukan monitoring dan evaluasi jalannya kegiatan sehari-hari; (4) 25 orang anggota tim pelaksana, yang minimal memiliki pangkat/golongan III/a, tugasnya adalah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh ketua tim pelaksana; (5) 5 orang tenaga pendukung, yang minimal memiliki pangkat/golongan II/a, tugasnya adalah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh penanggung jawab kegiatan dan juga tim pelaksana.

Unsur Non-Organik

Unsur non-organik merupakan tim yang berasal dari non-PNS atau merupakan tenaga ahli pusat (TA). Dalam hal ini TA yang dibutuhkan adalah sebanyak 2 orang, yaitu TA Senior yang dikontrak selama 8 bulan dan TA Junior yang akan dikontrak selama 12 bulan, yang akan berdomisili di provinsi DKI Jakarta. Adapun kualifikasi 2 TA tersebut harus memiliki keahlian dalam bidang pengembangan ekonomi lokal/perencanaan wilayah/ekonomi pembangunan, atau ekonomi statistik dengan latar belakang pendidikan minimal S-1 serta memiliki pengalaman di bidangnya minimal 2 tahun. Adapun tugas utamanya adalah membantu tugas-tugas yang diberikan oleh tim pelaksana, sedangkan tugas rincinya akan diuraikan di dalam Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) tersendiri.

1.9 JADWAL KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan, terhitung dari bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2016 dengan jadwal sebagai berikut:

(10)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 6

Tabel 1. Jadwal Kegiatan

NO. KEGIATAN 1 2 3 BULAN KE- DI TAHUN 2016 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2

1. Persiapan

2. Workshop Kick-Off

Meeting

3. Rapat Rutin Tim

Koordinasi

3. Kunjungan

Lapangan

4. Rapat lintas sektor

termasuk dengan donor 5. FGD dengan para ahli 6. Penyusunan Laporan 1.10 PEMBIAYAAN

Pembiayaan pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibebankan kepada RKA-KL Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tahun anggaran 2016, dengan total biaya yang direncanakan sebesar Rp. 1.100.000.000,- (satu milyar seratus juta rupiah).

(11)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 7

BAB II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

KETERKAITAN KOTA-DESA

2.1 ARAH KEBIJAKAN KETERKAITAN KOTA-DESA

Kesenjangan antar wilayah perkotaan dan perdesaan ditunjukkan melalui laju urbanisasi mencapai angka 2,18 persen pertahun, yang merupakan di atas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional yaitu sebesar 1 persen. Dengan luas wilayah perkotaan yang tidak mencapai 10 persen dari luas wilayah nasional, kota-kota di Indonesia mampu menyumbang 40 persen dari total pendapatan nasional. Di samping itu, desa semakin tidak berdaya tarik. Sebanyak 26 persen desa berada pada kategori desa tertinggal yang menghadapi masalah kemiskinan dan kerentanan ekonomi, keterbatasan pelayanan dasar minimum, serta belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup di perdesaan.

Berdasarkan gambar berikut, 52 persen penduduk tinggal di wilayah perkotaan, dengan 80 persennya tersebar di wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI), kesenjangan wilayah terjadi dimana 26 persen wilayah Indonesia merupakan desa tertinggal yang sebagian besar tersebar di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Gambar 1. Potret Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan

Apabila dilihat dari sebaran lokasi desa di seluruh wilayah Indonesia, tampak terlihat adanya kesenjangan antar wilayah-wilayah KBI dan KTI, dimana sebagian besar KTI memiliki desa-desa tertinggal yang sangat banyak dibandingkan dengan wilayah KBI. Hal ini terlihat dari peta gambar di bawah ini.

(12)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 8

Gambar 2. Peta Sebaran Desa Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014

Indeks Pembangunan Desa (IPD) tahun 2014, mengklasifikasikan desa menjadi 3 kategori, yaitu :

1. Desa Tertinggal, yaitu desa yang belum terpenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) pada aspek kebutuhan sosial, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan;

2. Desa Berkembang, yaitu desa yang telah terpenuhi SPM-nya, tetapi secara pengelolaan belum menunjukkan keberlanjutan;

3. Desa Mandiri, yaitu desa yang telah terpenuhi SPM-nya dan secara kelembagaan telah memiliki keberlanjutan.

Berdasarkan data menurut IPD tersebut, wilayah Papua dan Maluku masih didominasi oleh desa-desa tertinggal, sedangkan wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Nusa Tenggara juga didominasi oleh desa-desa tertinggal dan berkembang serta persentase Desa Mandiri terbesar berada di wilayah Jawa-Bali.

Tujuan pembangunan perkotaan dan perdesaan pada hakekatnya adalah mengurangi kesenjangan antar wilayah pembangunan perkotaan dan perdesaan, dimana tujuan ini dicapai melalui pemerataan pembangunan namun juga tetap menjaga momentum pertumbuhan. Berdasarkan tahapan pembangunan dalam RPJPN 2005-2025, pembangunan jangka menengah di tahap yang ke-3 diarahkan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan kepada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK. Dalam Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan dokumen RPJMN 2015-2019, peningkatan keterkaitan kota-desa merupakan salah satu fokus pembangunan yang juga merupakan amanat dari sub agenda Nawacita Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Terutama di Kawasan Timur Indonesia, sebagaimana terlihat dari gambar di bawah ini.

(13)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 9

Gambar 3. Persandingan Visi Misi dan Nawa Cita

2.2 STRATEGI KETERKAITAN KOTA-DESA

Sasaran peningkatan keterkaitan desa-kota berdasarkan RPJMN 2015-2019 adalah terwujudnya 39 pusat pertumbuhan baru, mencakup: 27 pusat tersebar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan 12 pusat tersebar di Kawasan Barat Indonesia (KBI). Arah Kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa adalah menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, yang dilakukan melalui strategi:

1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau dengan: (a) mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; (b) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; (c) mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri;

2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi yang dilakukan melalui: (a) meningkatkan hasil pertanian dan perikanan, serta mengembangkan industri pengolahannya yang berbasis koperasi dan usaha kecil dan menengah; (b) menyediakan sarana dan prasarana yang menunjangkegiatan agribisnis di sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta pengembangan kawasan pariwisata; (c) mengembangkan lembaga keuangan di daerah untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha khususnya di sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta sektor lain yang mendukung; (d) menerapkan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa;

(14)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 10

Gambar 4. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Kepulauan Maluku

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan kota-desa dengan: (a) mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien; (b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; (c) mengembangkan kerjasama antardaerah khususnya di luar Jawa-Bali dan kerjasama pemerintah-swasta; (d) mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; (e) mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal.

Peningkatan keterkaitan kota-desa, dilakukan melalui penguatan terhadap pusat-pusat pertumbuhan baru sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) pada 39 Pusat Pertumbuhan Baru yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan melalui pengembangan kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata dan transmigrasi.

Arah Kebijakan Per Pulau

Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa di Wilayah Kepulauan Maluku

Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Maluku diarahkan dengan memperkuat sedikitnya 3 pusat pertumbuhan, yaitu kawasan Morotai dan

sekitarnya (Provinsi Maluku

Utara), Maba dan sekitarnya (Provinsi Maluku Utara), serta Bula dan sekitarnya (Provinsi Maluku). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi,

kawasan agropolitan dan

minapolitan, serta kawasan

pariwisata. Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Maluku adalah sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar pulau, melalui:

a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi terpadu antar gugus-gugus pulau untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal.

b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Kepulauan Maluku, pelabuhan Subaim, serta angkutan penyebrangan yang melayani antar gugus pulau Maluku;

c. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah;

d. Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, dengan prioritas pengembangan PLTMG Seram.

2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir Desa-Kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi, melalui:

(15)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 11

Gambar 5. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Nusa Tenggara

a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Maba dan Bula, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan/kelautan di Kawasan Daruba;

b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata bahari dan kepulauan di Kawasan Pariwisata

Morotai dan sekitarnya melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi perbaikan dermaga dan akses jalur darat, laut, dan antar pulau menuju obyek wisata, peningkatan kualitas homestay dan rumah makan, serta fasilitas umum wisata bahari;

d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan;

e. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan/kelautan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah;

b. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan

penyelenggaraan kerjasama antar daerah dalam tata kelola ekonomi lokal;

c. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan/ kelautan;

d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian laut dan pesisir serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pesisir Daruba, Maba, dan Bula.

Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Nusa Tenggara

Peningkatan keterkaitan

desa-kota di Wilayah Nusa

Tenggara diarahkan dengan

memperkuat sedikitnya 5 pusat

pertumbuhan sebagai Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu Kawasan Praya dan sekitarnya (Provinsi NTB), Sumbawa Besar dan sekitarnya (Provinsi NTB), Raba dan sekitarnya (Provinsi

NTB), Labuhan Bajo dan

sekitarnya (Provinsi NTT), serta Kawasan Ende dan sekitarnya (Provinsi NTT). Kawasan-kawasan

ini mencakup kawasan

transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata. Arah kebijakan dan

strategi peningkatan keterkaitan desa kota di Wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar pulau, melalui:

(16)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 12

a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi terpadu antar gugus-gugus pulau untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal.

b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Nusa Tenggara, pelabuhan yang melayani Kawasan Lombok Timur, Sumbawa Besar, Labuhan Bajo, dan Ende, bandara internasional

c. Lombok (Praya), bandara Komodo serta angkutan penyeberangan yang melayani kepulauan Nusa Tenggara untuk mendorong poros maritim;

d. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah;

e. Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, dengan prioritas pada pengembangan PLTU Lombok Timur.

2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir Desa-Kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi, melalui:

a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Praya, Sumbawa Besar, Raba, dan Ende, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan/ kelautan di Kawasan Praya dan Sumbawa Besar;

b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata Taman Nasional dan sejarah di Kawasan

Pariwisata Rinjani melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi perbaikan akses menuju obyek wisata, peningkatan kualitas hotel, rumah makan, dan fasilitas umum.

d. Meningkatkan daya tarik wisata Taman Nasional dan bahari di Kawasan Pariwisata Komodo melalui peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan menuju ke Bajo dan Ruteng, pengembangan dan peningkatan kapasitas, rute, dan fasilitas pelayaran dan jalur darat menuju destinasi wisata, peningkatan fasilitas pendukung wisata trekking dan hiking, wisata pantai dan bahari, serta wisata pedesaan.

e. Mengembangkan daya tarik wisata Taman Nasional dan bahari di Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu melalui peningkatan ketersediaan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayaran dan jalur darat menuju destinasi wisata, pengembangan akomodasi wisata ecolodge, toko souvernir, restauran dan rumah makan tradisional. f. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap

modal usaha di sektor pertanian dan perikanan; dan

g. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang

mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien;

b. Mengembangkan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah;

c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan

penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal;

d. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan;

e. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian laut dan pesisir serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pesisir Praya, Sumbawa, Raba, dan Ende;

(17)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 13

Gambar 6. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Sulawesi

Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sulawesi

Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Sulawesi diarahkan dengan memperkuat sedikitnya 9 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu Kwandang dan sekitarnya (Kab. Prov. Gorontalo), Buol dan sekitarnya (Prov. Sulteng), Poso dan sekitarnya (Prov. Sulteng), Kolonedale dan sekitarnya (Prov. Sulteng dan Prov Sulsel), Mamuju dan sekitarnya (Prov. Sulbar), Pinrang dan sekitarnya (Prov. Sulsel), Barru dan sekitarnya (Prov. Sulsel), Raha dan sekitarnya (Prov. Sultra), serta Wangi-Wangi dan sekitarnya (Prov. Sultra). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata. Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Sulawesi adalah sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas

antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar pulau, melalui:

a. Mempercepat

pembangunan sistem

transportasi yang

terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk

memperlancar arus

barang, jasa, penduduk, dan modal;

b. Meningkatkan kapasitas

dan kualitas jaringan

jalan Lintas Sulawesi,

pelabuhan pelabuhan

Garongkong (Kab. Barru), Raha, dan Matohara (Kab. Wakatobi), bandar udara

Jalaludin (Kab. Gorontalo) dan Morowali, serta angkutan penyeberangan yang melayani Kawasan Poso, Mamuju, Barru, Raha, dan Wakatobi;

c. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; dan

d. Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, meliputi pengembangan PLTG/PLTMG dan PLTA.

2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir Desa-Kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi, melalui:

a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Kwandang, Buol, Poso, Kolonedale, Mamuju, Pinrang, Barru, dan Raha, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan dan/atau kelautan di Kawasan Kwandang, Kolonedale, Mamuju, Pinrang, dan Raha;

b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata bahari di Kawasan Pariwisata Wakatobi, Kepulauan Togean, dan sekitarnya melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan

(18)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 14

Gambar 7. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Kalimantan

menuju ke Kendari-Wakatobi, peningkatan kualitas jalan menuju tempat wisata, pembangunan dermaga kapal pesiar, pengembangan “Green Resort” di kawasan Tanjung Kelayang, serta peningkatan kualitas dan ketersediaan jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih, dan energi ramah lingkungan;

d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan; dan

e. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien;

b. Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah;

c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan

penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal;

d. Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama;

e. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan;

f. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan kawasan ekonomi khusus dan kawasan ekonomi terpadu, serta kerjasama di wilayah-wilayah perbatasan; dan

g. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian laut dan pesisir serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Pawonsari, Kwandang, Kolonedale, Mamuju, Suppa, Pinrang, Barru, Raha, Muna Wakatobi, dan Togean.

Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Kalimantan

Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Kalimantan diarahkan dengan memperkuat 7

pusat pertumbuhan, yaitu

kawasan Sambas dan sekitarnya (Prov. Kalbar), Rasau Jaya dan

sekitarnya (Prov. Kalbar),

Gerbang Kayong dan sekitarnya (Prov. Kalbar), Pangkalan Bun dan sekitarnya (Prov. Kalteng), Marabahan dan sekitarnya (Prov. Kalsel), Sangata dan sekitarnya (Prov. Kaltim), serta Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya (Prov. Kaltim). Kawasan-kawasan

ini mencakup kawasan

transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata. Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Kalimantan adalah sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar pulau, melalui:

(19)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 15

a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal;

b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Kalimantan, pelabuhan Sintete Lintas (Sambas), Kumai, dan Pangkalan Bun, Pelabuhan Internasional Maloy, bandar udara yang melayani Tanjung Redeb, serta angkutan penyeberangan yang melayani Tanjung Redeb;

c. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah;

d. Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, dengan prioritas pada pengembangan PLTU Kalimantan Barat.

2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir Desa-Kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi, melalui:

a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Sambas, Rasau Jaya, Sukadana, Pangkalan Bun, Marabahan, Sangata, dan Tanjung Redeb, serta serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan dan/atau kelautan di Kawasan Sambas, Sukadana, Pangkalan Bun, dan Marabahan.

b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata Taman Nasional dan bahari di Kawasan

Pariwisata Tanjung Puting dan sekitarnya, melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan menuju ke Palangka Raya-Tanjung Puting, peningkatan akses jalur laut dan perbaikan jalur darat menuju destinasi wisata, serta pengembangan resort di sekitar kawasan.

d. Mengembangkan daya tarik wisata bahari di Kawasan Pariwisata Derawan dan sekitarnya melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan menuju ke Derawan-Kayan Mentarang, pengembangan fasilitas wisata kapal yacht, hotel, resort dan rumah makan, serta pengembangan produk kerajinan lokal;

e. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan;

f. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien;

b. Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah;

c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan

penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal;

d. Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama;

e. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan;

f. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian sungai, laut dan pesisir, tanah dan hutan, serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pesisir Sambas, Rasau Jaya, Sukadana, Pangkalan Bun, Marabahan, Sangatta, dan Tanjung Redeb.

(20)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 16

Gambar 8. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Kalimantan

Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Jawa-Bali

Peningkatan keterkaitan

desa-kota di Wilayah Jawa-Bali diarahkan dengan memperkuat sedikitnya 4 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan Cibaliung dan Sekitarnya (Prov. Banten), Pamekasan dan sekitarnya (Prov. Jawa Timur), Banyuwangi dan sekitarnya (Prov. Jawa Timur), serta Tabanan dan sekitarnya (Prov. Bali). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata.

Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa kota di Wilayah Jawa-Bali adalah sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar pulau, melalui:

a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal;

b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa, Jalan Lintas Pulau Madura, Jalan Lintas Pulau Bali, jalan bebas hambatan dan jaringan kereta api di Pulau Jawa, Pelabuhan Regional Banyuwangi, Bandara Banten Selatan dan Banyuwangi, serta angkutan penyebrangan yang melayani Pulau Madura dan Pulau Bali;

c. Meningkatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah.

2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir Desa-Kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi, melalui:

a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Cibaliung, Pamekasan, dan Tabanan-Bali, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan dan kelautan di Kawasan Banyuwangi;

b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasaran produksi; c. Mengembangkan Pengembangan daya tarik wisata bahari dan sejarah di Kawasan

Pariwisata Kuta-Sanur-Nusa Dua melalui peningkatan ketersediaan infrastruktur penunjang;

d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan;

e. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.

(21)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 17

Gambar 9. Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Wilayah Sumatera

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien;

b. Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah;

c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaandan penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal;

d. Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama;

e. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan;

f. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian daerah resapan serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Cibaliung, Pamekasan, Banyuwangi, dan Tabanan.

Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sumatera

Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Sumatera diarahkan dengan memperkuat 8

pusat pertumbuhan, yaitu

Kawasan Peureulak dan

sekitarnya (Provinsi Aceh),

Sidikalang dan sekitarnya

(Provinsi Sumatera Utara), Tapan

dan sekitarnya (Provinsi

Sumatera Barat), Batik Nau dan sekitarnya (Provinsi Bengkulu), Baturaja dan sekitarnya (Provinsi Sumatera Selatan), Mesuji dan sekitarnya (Provinsi Lampung), Tanjung Siapi-api dan sekitarnya (Provinsi Sumatera Selatan), serta Toboali dan sekitarnya

(Provinsi Bangka Belitung). Kawasan kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata. Kebijakan untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan perdesaan menjadi pusat pertumbuhan baru terutama di desa-desa mandiri. Adapun prioritas strategi yang dilaksanakan sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar pulau, melalui:

a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal;

b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Sumatera, Pelabuhan Tanjung Siapi-Api dan Tanjung Pandan, bandar udara Tanjung Pandan, serta angkutan penyebrangan yang melayani Kawasan Batik Nau dan Bangka Belitung; c. Meningkatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi

perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah;

d. Meningkatkan kualitas suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, dengan prioritas pada pengembangan PLTU dan PLTG/MG di Bangka Belitung.

(22)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 18

2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir Desa-Kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi, melalui:

a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di di Kawasan Peureulak, Sidikalang, Tapan, Batik Nau, Baturaja, Mesuji, Tanjung Siapi-api, dan Batu Betumpang sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan di Kawasan Peureulak, Tapan, Tanjung Siapi-Api, dan Tanjung Pandan;

b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasaran produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata alam dan sejarah di Kawasan Pariwisata Danau

Toba melalui peningkatan promosi, perbaikan dermaga wisata, perbaikan jalur darat dan peningkatan signage menuju destinasi wisata, pengembangan wisata air dan wisata budaya suku batak, peningkatan kualitas penginapan, rumah makan, dan cafe outdoor;

d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan;

e. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang

mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien;

b. Mengembangkan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah;

c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan

penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal;

d. Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama;

e. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan;

f. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian daerah resapan, pesisir, serta mitigasi bencana, terutama Kawasan Perdesaan Pesisir Peureulak, Tappan, Tanjung Siapi-Api, dan Toboali.

2.3 SASARAN KEBIJAKAN KETERKAITAN KOTA-DESA

Berdasarkan dokumen RPJMN Tahun 2015-2019, kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa memiliki sasaran untuk memperkuat pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan target 39 kawasan yang direncanakan selama kurun waktu 5 tahun ke depan. Apabila dikaitkan dengan target sasaran RPJMN 2015-2019 bidang pembangunan perdesaan, maka diharapkan terdapat sejumlah desa di dalam kawasan peningkatan keterkaitan kota-desa yang juga merupakan target pencapaian penurunan desa tertinggal sampai dengan 5000 desa dan peningkatan desa berkembang menjadi desa mandiri sebanyak 2000 desa. Berdasarkan data yang ada saat ini terdapat 357 Desa tertinggal dan 90 desa berkembang yang telah ditetapkan sebagai bagian target pencapaian keterkaitan kota dan desa yang juga merupakan target pembangunan perdesaan. Adapun rincian lokasi pusat pertumbuhan KKD adalah sebagai berikut.

(23)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 19

Tabel 2. Rincian Pusat Pertumbuhan Keterkaitan Kota-Desa 2015-2019 No Wilayah

Pulau Jumlah Lokasi Prioritas Rincian Kelompok Kawasan

1. Papua 4 1 KPB, 5 Kws. Transmigrasi, 6 Kws. Agropolitan, 7

Kws. Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata

2. Maluku 3 1 KPB, 3 Kws. Transmigrasi, 3 Kws. Agropolitan, 1

Kws. Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata

3. Sulawesi 9 6 KPB, 8 Kws. Transmigrasi, 9 Kws. Agropolitan, 6

Kws. Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata

4. Kalimantan 7 5 KPB, 10 Kws. Transmigrasi, 5 Kws. Agropolitan, 4

Kws. Minapolitan, 3 Kws. Pariwisata

5. Nusa

Tenggara 4 5 Kws. Transmigrasi, 5 Kws. Agropolitan, 3 Kws. Minapolitan, 2 Kws. Pariwisata

6. Jawa-Bali 4 6 Kws. Agropolitan, 1 Kws. Minapolitan, 1 Kws.

Pariwisata

7. Sumatera 8 7 KPB, 8 Kws. Transmigrasi, 14 Kws. Agropolitan, 2

Kws. Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata

Jumlah 39 Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa-Kota dengan

Memperkuat Pusat Pertumbuhan untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota

Adapun kawasan-kawasan yang merupakan pusat pertumbuhan peningkatan keterkaitan kota-desa adalah sebagai berikut: (1) Barru; (2) Arso; (3) Batik Nau; (4) Banyuwangi; (5) Labuan Bajo; (6) Baturaja; (7) Daruba; (8) Misool; (9) Buol; (10) Kolonedale; (11) Sidikalang; (12) Ende; (13) Kwandang; (14) Tanjung Redep; (15) Mamuju; (16) Wangi-wangi; (17) Maba; (18) Pangkalan Bun; (19) Manokwari; (20) Peureulak;(21) Merauke; (22) Pinrang; (23) Mesuji; (24) Raha; (25) Pamekasan; (26) Praya; (27) Sambas; (28) Sukadana; (29) Rasau Jaya; (30) Sumbawa Besar; (31) Tanjung Pandan; (32) Raba; (33) Sangata; (34) Tabanan; (35) Tanjung Siapi-api; (36) Bula; (37) Cibaliung; (38) Marabahan; (39) Poso; (40) Tapan.

(24)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 20 Pusat Pertu mbuh an Bar u

BAB III. PENDEKATAN DALAM PENCAPAIAN SASARAN

KEBIJAKAN KETERKAITAN KOTA-DESA

3.1 KETERKAITAN ANTAR KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Keterkaitan antar kawasan dalam pengembangan wilayah, khususnya dalam konteks kawasan perkotaan dan perdesaan memiliki hubungan yang sangat kuat, dimana desa dan kawasan perdesaan dipandang sebagai wilayah produksi yang menyuplai barang-barang primer bagi kota dan kawasan perkotaan yang terkait secara fungsi dengan desa tersebut. Keterkaitan antar kawasan tersebut dapat digambarkan melalui ilustrasi di bawah ini.

Gambar 10. Keterkaitan Antar Kawasan

Kebijakan keterkaitan kota-desa pada hakekatnya ditujukan dalam rangka pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah, yang salah satunya antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Kebijakan nasional yang direncanakan diharapkan dapat menghasilkan pembangunan yang adil dan sama-sama menguntungkan, baik bagi kota sebagai pusat pertumbuhan dan desa sebagai kawasan produksinya. Hal ini disebabkan karena selama ini ada banyak pendapat yang menyatakan desa terlalu banyak dieksploitasi untuk kebutuhan kota, sehingga segala proses pengolahan yang bernilai tambah dilakukan di kota-kota besar. Kebijakan keterkaitan kota-desa diharapkan dapat menghasilkan pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat luas untuk mendapatkan akses pelayanan dasar yang lebih baik dan lebih dekat, serta dapat dijadikan tempat industri pengolahan skala kecil sehingga dapat membawa dampak ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan arah kebijakan yang tercantum di dalam dokumen RPJMN 2015-2019, kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa dilakukan untuk mendorong keterpaduan program prioritas lintas sektor, khususnya melalui 4 (empat) program pengembangan

(25)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 21

kawasan utama, yaitu program pengembangan kawasan berbasis pertanian (agropolitan), program pengembangan kawasan berbasis kelautan dan perikanan (minapolitan), program pengembangan kawasan ketransmigrasian termasuk Kawasan Perkotaan Baru (KPB), dan program pengembangan kawasan berbasis pariwisata.

Gambar 11. Keterpaduan Lintas Sektor dalam Kebijakan Keterkaitan Kota-Desa

Berdasarkan gambar di atas, keterpaduan program lintas sektor tersebut dilakukan pada suatu pusat pertumbuhan yang telah terpilih, di mana paling tidak terdapat sedikitnya

2 (dua) pengembangan kawasan pada lokasi yang berdekatan atau masih dalam covered

area pada pusat pertumbuhan tersebut.

3.2 ARAH INTERVENSI PADA PUSAT PERTUMBUHAN KETERKAITAN KOTA-DESA

Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahwa pendekatan dalam pelaksanaan kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa dilakukan melalui penguatan pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki program-program pengembangan kawasan berbasis pertanian, perikanan dan kelautan, pariwisata, dan transmigrasi. Di dalam kawasan-kawasan yang akan dikembangkan tersebut terdapat desa-desa dengan tingkat pembangunan yang berbeda-beda, baik itu desa tertinggal, desa berkembang, atau desa mandiri, sebagaimana terlihat pada gambar berikut. Desa-desa tersebut tersebar di dalam masing-masing kawasan, ataupun di luar kawasan, tetapi masih di dalam covered area pusat pertumbuhan. Pada saat terdapat desa tertinggal atau berkembang di dalam suatu kawasan, maka intervensi pada desa-desa tersebut dapat digunakan untuk mencapai target penguatan pusat pertumbuhan pengembangan keterkaitan kota-desa dan sekaligus mencapai target pembangunan perdesaan untuk penurunan 5000 desa tertinggal dan peningkatan 2000 desa mandiri. Arah intervensi program dan kegiatan pembangunan dalam rangka penguatan pusat pertumbuhan untuk meningkatkan keterkaitan kota-desa dapat digambarkan sebagai berikut.

(26)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 22

Gambar 12. Lingkup Intervensi pada Pusat Pertumbuhan KKD

Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan target pembangunan bidang perdesaan, maka kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa juga memiliki kontribusi untuk pengentasan desa tertinggal sejumlah 357 desa tertinggal untuk menjadi desa berkembang, dan pencapaian 90 desa berkembang menjadi desa mandiri.

Seiring dengan berkembangnya waktu, melalui serangkaian rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kemenko PMK, istilah pusat pertumbuhan peningkatan keterkaitan kota-desa berubah menjadi Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Hingga tahun 2016 ini diharapkan dapat diselesaikan 14 masterplan pengembangan kawasan. Masterplan tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan kementerian/lembaga terkait di tingkat pusat, pemerintah daerah, maupun non-pemerintah untuk melakukan intervensi pada kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai lokasi prioritas dalam RPJMN 2015-2019.

3.3 FORUM STAKEHOLDER PUSAT KOORDINASI STRATEGIS KETERKAITAN KOTA-DESA

Dalam rangka mendorong kinerja pengembangan keterkaitan kota-desa yang merupakan sinergi dan kerja sama lintas sektor, lintas pelaku, dan pusat-daerah, diperlukan upaya sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program-program pembangunan yang terkait dengan pengembangan keterkaitan kota-desa.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian PPN/Bappenas telah menginisiasi pembentukan forum stakeholder pusat terkait dengan pengembangan ekonomi daerah dalam bentuk Tim Koordinasi Pengembangan Ekonomi Daerah (TKPED) sejak tahun 2010 dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri PPN/ Kepala Bappenas setiap tahunnya hingga tahun 2014. Dengan adanya RPJMN 2015-2019, TKPED mengalami perubahan pendekatan, yang sebelumnya fokus pada pengembangan komoditas unggulan, berkembang menjadi

(27)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 23

lebih fokus pada pengembangan ekonomi kawasan melalui peningkatan keterkaitan kota-desa. Oleh karena itu, sejak tahun 2015 Tim Koordinasi Keterkaitan Kota-Desa dibentuk.

Tim Koordinasi Keterkaitan Kota-Desa (KKD) yang diinisiasi Bappenas ini memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka pelaksanaan proram-program pembangunan untuk mencapai sasaran yang diamanatkan di dalam RPJMN 2015-2019. Adapun peran strategis yang diharapkan dapat dijalankan Tim Koordinasi KKD adalah membangun sinergi dan kerjasama lintas sektor dalam rangka sinkronisasi lokasi-lokasi prioritas dan intervensi program pembangunan sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar 13. Peran Strategis Tim Koordinasi KKD

Sejak tahun 2016, koordinator pelaksana untuk mencapai 39 pusat pertumbuhan keterkaitan kota-desa dilakukan oleh Kemenko PMK dengan target lokasi pada Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Untuk memperkuat kelembagaan di tingkat pusat, atas inisiasi Kemenko PMK, selanjutnya akan diterbitkan Peraturan Presiden Tentang Tim Koordinasi Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Peraturan Preseiden tersebut akan menjelaskan bahwa tim koordinasi dapat membentuk Kelompok Kerja yang salah satunya adalah Kelompok Kerja Pemantauan dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan.

Dalam pemetaan stakeholder yang lebih luas, tentunya terdapat sejumlah kementerian/lembaga dan SKPD daerah, serta stakeholder lain seperti Perguruan Tinggi, Perbankan, Sektor Swasta, NGOs, maupun lembaga donor internasional yang dapat menyediakan berbagai sumber daya yang diperlukan. Tantangannya adalah bagaimana mengoptimalkan berbagai sumber daya ini agar dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam suatu konsep pembangunan kewilayahan secara utuh yang saling bersinergi dan mendukung, khususnya dalam mencapai sasaran pembangunan RPJMN 2015-2019. Hingga saat ini terdapat beberapa lembaga internasional yang mendukung pelaksanaan kebijakan KKD, diantaranya adalah GIZ –Jerman dengan program SREGIP, dan GAC-Canada dengan program NSLIC/NSELRED. Adapun pemetaan stakeholder yang lebih lengkap dapat dilihat dari gambar berikut.

(28)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 24

Gambar 14. Stakeholder Mapping Pelaksana Kebijakan Keterkaitan Kota-Desa

Forum Stakeholder Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa diharapkan memiliki rencana kerja bersama dalam hal:

1. Melakukan fasilitasi penyusunan masterplan kawasan perdesaan prioritas nasional untuk kemudian ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

2. Menyusun Rencana Tindak (Action Plan) bersama untuk masing-masing

kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah (Provinsi/Kab/Kota) berdasarkan masterplan kawasan perdesaan prioritas nasional.

3. Melaksanakan Intervensi Program Pembangunan, baik berupa fisik, maupun non-fisik (fasilitasi, pendampingan, dan lain-lain) kepada lokasi-lokasi prioritas KKD.

4. Melaksanakan Pemantauan dan Evaluasi Bersama pada setiap lokasi pusat pertumbuhan untuk melihat kemajuan pelaksanaan pembangunan dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan lain untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

(29)

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 25

BAB IV. PELAKSANAAN KERJA TIM KOORDINASI

KETERKAITAN KOTA-DESA

4.1. PERSIAPAN

Tahap persiapan pelaksanaan kerja Tim Koordinasi KKD dilaksanakan dengan identifikasi anggota tim pelaksana koordinasi keterkaitan kota dan desa, serta penyusunan rencana kerja awal. Berdasarkan hasil identifikasi awal, tim koordinasi KKD beranggotakan perwakilan dari (1) Direktorat Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan, Bappenas, (2) Asisten Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kawasan Perdesaan, Kemenko PMK; (3) Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, KemendesDTT; (4) Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, KemenPUPera; dan (5) Direktur Penataan Kawasan, Direktorat Jenderal Tata Ruang, KemATR. Untuk tahun 2016, direncanakan akan disusun masterplan pengembangan kawasan dalam mendukung keterkaitan kota-desa di 14 kawasan. Rincian lokasi 14 kawasan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 No Wilayah

Pulau Kawasan Rincian Lokasi Komoditi Unggulan

1 Papua Merauke Kab. Merauke (Prov.

Papua) Padi, Kelapa Sawit

2 Papua Misool Kab. Raja Ampat (Prov.

Papua Barat)

Ikan Kerapu, Rumput Laut, Wisata Taman Nasional Laut, Wisata Bahari

3 Maluku Daruba Kab. Pulau Morotai

(Prov. Maluku Utara) Perikanan Tangkap, Wisata Bahari Kepulauan

4 Maluku Maba Kab. Halmahera Timur

(Prov. Maluku Utara) Padi, Jagung, Sagu

5 Maluku Bula Kab. Maluku Tengah

dan Kab. Seram Bagian Timur (Prov. Maluku)

Cengkeh, Palawija, Kakao

6 Sulawesi Pinrang Kab. Pinrang (Prov.

Sulawesi Selatan) Udang, Padi

7 Sulawesi Poso Kab. Poso (Prov.

Sulawesi Tengah)

Jagung, Cengkeh, Padi, Kakao, Kepala Dalam,

Rumput Laut, Udang, Wisata Bahari, Perikanan Tangkap

8 Kalimantan Rasau Jaya Kab. Kubu Raya dan

Kab. Mempawah (Prov. Kalimantan Barat)

Padi, Kelapa

9 Sumatera Sidikalang Kab. Pakpak Bharat

dan Kab. Toba Samosir (Prov. Sumatera Utara)

Padi, Karet, Kopi, Wisata Bentang Alam, Wisata Budaya

10 Sumatera Tanjung

Gambar

Tabel 1. Jadwal Kegiatan
Gambar 1. Potret Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan
Gambar 2. Peta Sebaran Desa Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa Tahun  2014
Gambar 3. Persandingan Visi Misi dan Nawa Cita
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsultansi Satuan Kerja Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mengundang Saudara/i

Konsultansi Satuan Kerja Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mengundang Saudara/i

menegaskan kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan, secara khusus pemerintah juga mengesahkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun

Adapun pengembangan Wilayah Jawa-Bali tahun 2010-2014 diarahkan untuk: (1) percepatan pembangunan wilayah perdesaan, (2) penguatan keterkaitan desa kota; (3)

Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pendaftaran, Pendataan dan Pemeringkatan, Pembinaan dan Pengembangan

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun Anggaran 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun

Dokumen ini berisi panduan untuk memfasilitasi konvergensi percepatan penurunan stunting di desa, yang diamanatkan kepada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan