• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA DENGAN LEMBAGA DONOR INTERNASIONAL

BAB III. PENDEKATAN DALAM PENCAPAIAN SASARAN KEBIJAKAN KETERKAITAN KOTA-

4.4. KERJASAMA DENGAN LEMBAGA DONOR INTERNASIONAL

(TIK) untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi, dan (4) penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing, termasuk peningkatan iklim investasi.

Di tingkat nasional, proyek SREGIP bekerjasama dengan Bappenas. Selain itu, pada implementasinya, proyek ini juga melibatkan kementerian/lembaga lain, antara lain Kementerian Pariwisata, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dan lain-lain. Sedangkan, di tingkat daerah, beberapa pihak yang aktif terlibat antara lain Bappeda Provinsi, Bappeda Kabupaten/Kota, SKPD terkait, Balai Latihan Kerja (BLK), Universitas, Lembaga Penelitian, Pelaku Usaha, dan lain-lain.

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran RPJMN 2015-2019 untuk meningkatkan keterkaitan kota dan desa, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat bersama-sama dengan Tim dari Proyek SREGIP GIZ melakukan workshop untuk menjembatani sektor publik dan swasta dalam rantai nilai lada. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghubungkan kelompok tani lada dengan potensi mitra sektor swasta. Selain itu, tujuan lain dari workshop fasilitasi pemasaran lada ini adalah penyemapian beberapa informasi pasar dan situasi terkini pasar lada di pasar internasional.

Acara ini membahas beberapa isu penting dan mendesak dalam rangka menjaga keberlanjutan rantai nilai lada di provinsi Kalimantan Barat. Isu-isu tersebut diantaranya adalah (1) perlunya dukungan keberpihakan pemerintah dalam rangka menjaga rantai nilai komoditas lada, dan (2) perlunya dukungan pemerintah untuk meningkatkan promosi lada di pasar-pasar internasional.

4.4. KERJASAMA DENGAN LEMBAGA DONOR INTERNASIONAL

Kegiatan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga donor internasional, yaitu

GIZ melalui program Sustainable Regional Economic Growth and Investment Programme

(SREGIP) dan Department of Foregin Affairs, Trade and Development of Canadian Government melalui program National Support for Local Investment Climate (NSLIC)/ National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSELRED). Program-program tersebut dilaksanakan untuk fasilitasi pelaksanaan kebijakan terkait Kota-Desa dalam RPJMN 2015-2019.

4.4.1. Proyek Sustainable Regional Economic Growth and Investment Programme (SREGIP)

Gambaran Umum

Proyek Sustainable Regional Economic Growth and Investment Programme (SREGIP)

merupakan proyek kelanjutan dari Proyek Regional Economic Development (RED) dengan

nilai sebesar 4,4 juta Euro dan berdurasi selama 2,5 tahun dimulai sejak tahun 2015 dan akan berakhir pada bulan Juni 2017. Tujuan utama dari Proyek SREGIP adalah untuk meningkatkan daya saing daerah, khususnya daerah pilot, melalui peningkatan nilai tambha, pemerataan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut,

terdapat dua outcomes utama yang diharapkan yaitu (1) meningkatnya iklim dunia usaha,

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 39

Proyek ini dilaksanakan melalui dua program yaitu (1) sustainable agribusiness, dan

(2) sustainable tourism. Program sustainable agribusiness dilaksanakan di Provinsi

Kalimantan Barat dengan fokus pada pengembangan komoditas lada dan karet. Sedangkan,

program sustainable tourism dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan fokus

pada pengembangan pariwisata, khusunya untuk pengembangan local supply chains,

lingkungan bersih, dan pengembangan sumber daya manusia.

Beberapa komponen proyek SREGIP yaitu (1) fasilitasi dan bantuan teknis dalam penyusunan kerangka kebijakan untuk peningkatan investasi daerah, (2) fasilitasi untuk UMKM dan koperasi di daerah percontohan, (3) kerjasama antardaerah dan kerjasama antarstakeholder, (4) penerapan inovasi dan teknologi untuk peningkatan nilai tambah produk unggulan daerah, (5) fasilitasi dalam penyusunan regulasi yang mendukung penguatan iklim dunia usaha, baik di pusat, maupun daerah, dan (6) dukungan untuk pengembangan lembaga fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan daerah. Dukungan pengembangan lembaga fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan daerah termasuk dukungan terhadap sekretariat Tim Koordinasi Pengembangan Ekonomi Daerah yang sudah diinisiasi sejak tahun 2010 yang kemudian dilanjutkan dengan sekretariat Tim Koordinasi Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa (KKD) pada tahun 2015.

Komponen-komponen proyek tersebut sesuai dengan beberapa strategi RPJMN 2015-2019 dalam upaya pengembangan ekonomi kawasan untuk mendorong pengembangan pusat pertumbuhan dan keterkaitan kota-desa, yaitu (1) pengembangan kerjasama antardesa, antardaerah, Badan Usaha Milik Antar Desa, dan kerjasama pemerintah-swasta, (2) pengembangan lembaga keuangan mikro di daerah, (3) penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi, dan (4) penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing, termasuk peningkatan iklim investasi.

Di tingkat nasional, proyek SREGIP bekerjasama dengan Bappenas. Selain itu, pada implementasinya, proyek ini juga melibatkan kementerian/lembaga lain, antara lain Kementerian Pariwisata, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dan lain-lain. Sedangkan, di tingkat daerah, beberapa pihak yang aktif terlibat antara lain Bappeda Provinsi, Bappeda Kabupaten/Kota, SKPD terkait, Balai Latihan Kerja (BLK), Universitas, Lembaga Penelitian, Pelaku Usaha, dan lain-lain.

Kemajuan Pelaksanaan

Dalam konteks kebijakan nasional, SREGIP bertujuan untuk mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 melalui upaya pengurangan desa-desa tertinggal dan peningkatan keterkaitan Desa-Kota. Selain itu, dalam pemilihan lokasi proyek mengikuti target dalam RPJMN. Sasaran utama di tingkat petani atau pelaku usaha sebagai penerima manfaat dengan adanya program SREGIP adalah: 1) Petani/pelaku usaha dapat menghasilkan lebih banyak output dengan kualitas yang tinggi, 2) Petani/pelaku usaha mendapatkan nilai tambah, 3) Penciptaan lapangan kerja baru, 4) Peningkatan pendapatan, 5) Pengurangan kemiskinan. Oleh sebab itu penyusunan standarisasi menjadi sangat penting dalam pencapaian sasaran tersebut. Beberapa progres pelaksanaan proyek diantaranya:

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 40

1. Fasilitasi Sustainable Agriculture di Provinsi Kalimantan Barat

Beberapa kegiatan yang menjadi fokus utama dalam fasilitasi sustainable agriculture di Provinsi Kalimantan Barat adalah (1) peningkatan kapasistas petani melalui berbagai pelatihan, (2) penguatan forum dialog antara sektor publik dan privat, dan (3) peningkatan dan penguatan kelompok petani, UPPB dan Koperasi.

Pada tahun 2015, SREGIP sudah melaksanakan berbagai pelatihan untuk 800 orang petani karet dan 700 petani lada, sehingga diperkirakan pada tahun 2017 akan mencapai target 3500 petani karet dan 1500 petani lada. Semua pelatihan dilaksanakan bekerjasama dengan mitra di pemerintahan dan swasta sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Terdapat 9 modul pelatihan yang sudah distandarisasi, dikembangkan dan diuji, yang berfokus pada (1) peningkatan kualitas dan produktiitas pada level petani, dan (2) fasilitasi pengembangan kelompok tani agar dapat terhubung dengan pasar.

Pada tahun 2016, kegiatan ini ditingkatkan di 12 lokasi terpilih di 6 Kabupaten di

Kalimantan Barat dengan menggunakan Champion Area Development Approach (CADA).

The Champion Area Development Approach (CADA) dilaksanakan dalam 2 tahap denagn output tersusunnya modul-modul pelatihan. Tahapan CADA tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fase Pertama (Mei-September 2016): Technical Training and Organisational

Development:

1) Dimulai di 4 Champion Area 2) Technical Farmer Training

3) Pengembangan organisasi kelompok petani

4) Inisiasi dan proses awal pengembangan kerjasama antara petani dan industri pengolahan

b. Fase Kedua (Oktober 2016-Maret 2017): Expansion and Replication 1) Dimulai di 12 Champion Area

2) Replikasi Technical Farmer Training

3) Replikasi pengembangan kerjasama antara petani dan industri pengolahan

2. Fasilitasi Sustainable Tourism di Nusa Provinsi Tenggara Barat

Pariwisata yang berkelanjutan memberikan penambahan nilai kepada pengusaha kecil dan menengah serta petani kecil di sektor pariwisata dan juga untuk meningkatkan inklusivitas serta keberlanjutan lingkungan. Beberapa pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini diantaranya: Bappenas, Kementerian Pariwisata, Kementerian KKUKM, Bappeda Provinsi NTB, Disbudpar Prov. NTB, Dinas Koperasi Prov. NTB, Bank NTB, OJK, PHRI BPPD, UNRAM, LHA, AHM, Dinas Pertanian, BKPM, PHRI, LHA, Destination Management Organization (DMO) Rinjani, dan ASITA. Dalam pelaksanaan program SREGIP di Provinsi NTB, terdapat 10 bidang kegiatan yang menjadi fokus utama dengan output antara lain tersusunnya SMPT,

tersusunnya Rencana Indusk Pariwisata Daerah (RIPARDA), tersusunnya guideline Desa

Wisata Hijau, dan tersusunnya modul-modul pelatihan. 10 bidang kegiatan yang menjadi fokus utama tersebut yaitu:

a. Penyusunan Rencana Induk Pariwisata yang berkelanjutan/Sustainable Tourism Masterplan (STMP) melalui perbaikan, penyelesaian akhir dari naskah STMP, dan sosialisasi Dasar Hukum STMP (Peraturan Gubernur), penyusunan Rencana Aksi berdasarkan keperluan/permintaan untuk tahun 2016 dengan mempertimbangkan rekomendasi dari hasil kajian dasar pariwisata yang berkelanjutan di Pulau Lombok NTB sebagai bahan pertimbangan dan juga sebagai persyaratan penganggaran, dan Upscaling pada tingkat nasional.

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 41

c. Pemasaran dan Promosi melalui riset potensi pasar pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di NTB (domestik dan internasional), Regional marketing dan branding, pengembangan website pariwisata (e-marketing platform), partisipasi dalam pameran pariwisata internasional, roadshows, survei kepuasan wisatawan.

d. Penyusunan Regulasi yang kondusif melalui pembentukan Forum Pariwisata Daerah. Forum beroperasi di bawah payung Pengembangan Ekonomi Daerah (PEL).

e. Linkage farmers/hotels dengan mempromosikan pemasok lokal dengan menghubungkan

petani dengan hotel.

f. Desa Wisata Hijau (DWH) melalui dukungan pengembangan produk pariwisata, Pengenalan produk hijau, seperti solar panel, bio gas, pertanian organik, pengelolaan sampah, bank sampah, dll.

g. Standar Berkelanjutan melalui Standardisasi/sertifikasi untuk daerah tujuan pariwisata yang berkelanjutan atau operator pariwisata (misalnya: akomodasi, diving, trekking, wisata desa, dll), mengembangkan konsep skema eco-label Indonesia, memperkenalkan skema sertifikasi pariwisata yang berkelanjutan di Lombok, dan dukungan bagi pengembangan standar GSTC nasional. Terkait dengan hal itu, saat ini Kementerian Pariwisata sudah menetapkan Peraturan Menteri terkait standarisasi pariwisata yang juga sudah diakui secara internasional.

h. Program Efisiensi Sumber Daya melalui pengenalan program efisiensi energi, energi terbarukan dan pengelolaan sampah pada hotel dan masyarakat lokal, penyelenggaraan workshop tentang efisiensi energi dan energi terbarukan serta identifikasi kebutuhan pelatihan pada hotel Implementasi beberapa percontohan efisiensi energi dan energi terbarukan pada hotel dan masyarakat lokal, pengelolaan sampah, termasuk daur ulang sampah kertas menjadi produk yang bernilai.

i. Kapasitas Inovasi melalui pengembangan program dukungan bagi komunitas lokal, dengan tujuan sosialisasi untuk memulai inisiatif yang berkelanjutan, model bisnis dan kesempatan kerja, dukungan kepada perusahaan individu, peningkatan kapasitas bagi DMO, pengembangan kapasitas bagi asosiasi sektor swasta dan jaringannya (industri pariwisata hijau), pelatihan dan kampanye kesadaran lainnya untuk masyarakat lokal, memberdayakan masyarakat untuk dapat menghadapi dampak negatif dari pengembangan pariwisata.

j. Penyusunan Exit Strategy melalui pembentukkan sebuah jaringan Inisiatif Pariwisata

Berkelanjutan di Indonesia dan penyiapan Lombok sebagai UNWTO Global Observatory

on Sustainable Tourism (GOST).

4.4.2. Proyek National Support for Local Investment Climate (NSLIC)/ National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSELRED)

Gambaran Umum

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran RPJMN 2015-2019 untuk mempercepat pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di daerah dan meningkatkan keterkaitan kota dan desa, Pemerintah Indonesia melalui BAPPENAS bekerjasama dengan

Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada (GAC) untuk melaksanakan Proyek

National Support for Local Investment Climate (NSLIC)/ National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSELRED) selama enam tahun dengan nilai hibah sebesar 17,3 juta CND. Tujuan proyek adalah peningkatan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan, melalui pengembangan iklim usaha dan pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 2 (dua) outcomes utama yang diharapkan yaitu

Laporan Akhir Pelaksanaan Koordinasi Strategis Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2016 42

berkelanjutan dan berdaya saing. Proyek ini dapat mendukung upaya-upaya untuk (a) mengatasi hambatan peraturan/ perizinan terkait Koperasi dan UMKM; (b) promosi kerjasama antar daerah dan kerjasama pemerintah dan swasta; (c) memperkuat dukungan nasional dalam pengembangan ekonomi di daerah; dan (d) peningkatan akses pelayanan bagi pengembangan koperasi dan UMKM.

Proyek NSLIC/NSELRED diharapkan dapat mempercepat pengembangan ekonomi kawasan untuk mendorong keterkaitan kota-desa. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Proyek NSLIC/NSELRED sesuai dengan beberapa strategi RPJMN 2015-2019 dalam peningkatan keterkaitan kota-desa, yaitu (1) pengembangan kerjasama antardesa, antardaerah, Badan Usaha Milik Antar Desa, dan kerjasama pemerintah-swasta, (2) pengembangan lembaga keuangan mikro di daerah, (3) penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi, dan (4) penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing, termasuk peningkatan iklim investasi.

Proyek NSLIC/NSELERD dilaksanakan di tingkat pusat dan tingkat daerah. Di tingkat pusat, proyek NSLIC diharapkan dapat mendukung penguatan iklim investasi dan pengembangan forum stakeholder tingkat nasional. Sedangkan, di tingkat daerah, proyek NSLIC diharapkan dapat mendukung penguatan iklim investasi daerah, promosi kerjasama antardaerah dan kerjasama pemerintah-swasta, serta peningkatan akses pelayanan bagi pengembangan koperasi dan UMKM.

Kemajuan Pelaksanaan

Proyek NSLIC/NSELERD dilaksanakan di tingkat pusat dan daerah. Berdasarkan hasil seleksi daerah pelaksana Proyek NSLIC/NSELRED, daerah percontohan terpilih untuk melaksanakan proyek ini adalah (1) Provinsi Sulawesi Tenggara, meliputi Kota Kendari, Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Bombana, dan (2) Provinsi Gorontalo, meliputi Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwatu. Beberapa kabupaten/kota percontohan tersebut telah mendapatkan fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan daerah sejak tahun 2011 yaitu (1) Kota Kendari dengan produk unggulan pengolahan perikanan, (2) Kabupaten Wakatobi dengan produk unggulan rumput laut, dan (3) Kabupaten Boalemo dengan produk unggulan jagung.

Pada tanggal 15 November 2016, Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Deputi Pengembangan Regional, Bappenas dan Pemerintah Kanada yang diwakili oleh

Director/Counselor (Development) Indonesia and ASEAN, Global Affairs Canada (GAC) telah

menyetujui Rencana Pelaksanaan Proyek (Project Implementation Plan – PIP) dan Rencana Kerja Tahunan Proyek (Annual Work Plan – AWP). Selanjutnya pada tanggal 8 Desember 2016 telah dilaksanakan peluncuran proyek NSLIC/NSELRED di Provinsi Gorontalo dan tanggal 15 Desember 2016 telah dilaksanakan peluncuran proyek NSLIC/NSELRED di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dokumen terkait