• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERKAITAN ETIKA ILMU DENGAN PERSOALAN EKSISTENSI

N/A
N/A
Irsa Novia

Academic year: 2025

Membagikan "KETERKAITAN ETIKA ILMU DENGAN PERSOALAN EKSISTENSI"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

KETERKAITAN ETIKA ILMU DENGAN PERSOALAN EKSISTENSI Etika ilmu pengetahuan merupakan aspek fundamental yang menentukan bagaimana ilmu digunakan dalam kehidupan manusia. Dalam konteks eksistensial, ilmu pengetahuan tidak hanya menjawab persoalan “apa” dan “bagaimana”, tetapi juga “mengapa” dan “untuk siapa” ilmu itu dikembangkan. Etika menjadi pengarah moralitas dalam menjawab dampak sosial, budaya, dan spiritual dari kemajuan ilmu pengetahuan.

1. Etika Ilmu sebagai Pilar Eksistensi Akademik

Etika dalam ilmu pengetahuan tidak hanya berfungsi sebagai seperangkat aturan normatif, tetapi juga sebagai fondasi yang membentuk eksistensi ilmuwan sebagai makhluk berakal dan bermoral. Dalam konteks ini, pelanggaran etika seperti plagiarisme dan manipulasi data tidak hanya mencederai integritas ilmiah, tetapi juga merusak nilai-nilai kemanusiaan yang mendasari pencarian kebenaran.

Sebagaimana diungkapkan oleh Muktapa (2023), filsafat ilmu berperan penting dalam mengarahkan penggunaan teknologi agar tidak hanya berfokus pada efisiensi, tetapi juga memastikan kesejahteraan sosial yang inklusif dan adil(Marina et al., 2024).

2. Tantangan Etika di Era Society 5.0

Era Society 5.0 ditandai dengan integrasi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan dan big data dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, kemajuan ini juga membawa tantangan etis, seperti dehumanisasi interaksi pembelajaran dan ketimpangan akses teknologi. Manik et al. (2024) menyoroti pentingnya eksistensi etika profesi keguruan dalam menghadapi krisis pendidikan di era ini, dengan menekankan perlunya pelatihan berkelanjutan dan integrasi nilai moral dalam pembelajaran(Manik et al., 2024)

3. Eksistensi Manusia dalam Perspektif Filsafat Teknologi

Teknologi metaverse dan realitas virtual menghadirkan tantangan baru terhadap eksistensi manusia. Agistiani dan Azna (2023) mengingatkan bahwa dalam setiap relasi manusia dengan teknologi, keputusan dalam menginterpretasikan dunia tetap

(2)

berada pada subjek itu sendiri. Oleh karena itu, keberadaan eksistensi manusia dapat dibentuk dari keputusan individu dalam mengontrol penggunaan teknologi demi menjaga keberlangsungan eksistensinya(Tabuk & Banjar, 2023)

4. Integrasi Etika dan Spiritualitas dalam Ilmu Pengetahuan

Dalam konteks keilmuan Islam, etika tidak hanya berpijak pada rasionalitas, tetapi juga spiritualitas. Takdir (2021) menegaskan bahwa dalam perspektif Islam, ilmu seharusnya membawa manfaat, menebarkan rahmat, dan tidak menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu, etika keilmuan dalam Islam tidak terlepas dari tanggung jawab moral kepada Tuhan dan sesama manusia. (Hitung et al., 2016) Etika sains yang berspiritualitas ini sangat relevan dalam menjawab problem eksistensi manusia di tengah kemajuan teknologi yang bersifat impersonal.

5. Eksistensialisme dan Kesadaran Ilmiah

Eksistensialisme menekankan pentingnya kesadaran subjektif dalam menentukan makna hidup, di mana manusia bukan sekadar objek dalam jagat semesta, melainkan subjek aktif yang terus-menerus membentuk eksistensinya melalui pilihan, tindakan, dan refleksi. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan tidak cukup hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui realitas luar, tetapi harus pula menjadi jalan bagi manusia untuk memahami kedalaman dirinya sendiri dan tanggung jawab moral yang menyertainya. Ilmu pengetahuan yang dibingkai oleh etika eksistensial mendorong manusia untuk mengembangkan kesadaran akan konsekuensi dari apa yang ia ketahui dan lakukan. Dengan kata lain, pengetahuan tidak boleh dilepaskan dari nilai dan pertanggungjawaban. Ilmuwan tidak hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga sadar secara etis atas implikasi sosial, ekologis, dan spiritual dari ilmunya. Sebagaimana dikemukakan oleh Juhansar (2022), manusia tidak hanya terdiri dari jasmani, tetapi juga memiliki esensi rohani yang membedakannya dari makhluk lain, dan kesadaran akan eksistensi ini menjadi inti dari perenungan filosofis. Kesadaran ilmiah yang bersifat eksistensial ini penting dalam membangun ilmu pengetahuan yang bukan hanya akurat secara metodologis, tetapi juga luhur secara moral(Juhansar, 2022).

(3)

REFERENSI

Hitung, I., Pada, B., Berhitung, P., Warga, K., Fungsional, K., Mulia, B., Desa, D.

I., & Barabai, B. K. (2016). Jurnal Studi Islam dan Humaniora. Studi Islam Dan Humaniora, XIV(Khazanah), 234.

Juhansar, J. (2022). Manusia dalam Filsafat Eksistensi Karl Theodor Jaspers.

Fikrah, 10(2), 223. https://doi.org/10.21043/fikrah.v10i2.14225

Manik, W., Siregar, K. N., Salsabila, Z., Maysarah, Y., Zahrah, A., & Nasution, S.

A. (2024). Eksistensi Etika Profesi Keguruan Dalam Menghadapi Krisis Pendidikan Era. 3, 212–220.

Marina, E. H., Izzah, I. N., & Asih, D. B. (2024). Transformasi Ilmu Pengetahuan di Era 5 . 0 : Peran Filsafat Ilmu dalam Perkembangan Teknologi Berbasis AI. 45, 149–158.

Tabuk, S., & Banjar, K. (2023). 3 1,2,3. 2, 349–365.

Referensi

Dokumen terkait