KETIMPANGAN EKONOMI Dosen Pengampu : Eka, S. HI., ME
Oleh
Nur Rahmi 2131710042
M. Hadit Fitriandi 2331710013
Wafi Febriyana 2331710016
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS (UINSI) SAMARINDA
Tahun 2024/2025
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rezeki berupa kesehatan, keberkahan dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Perekonomian Islam Indonesia dengan baik. Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Perekonomian Islam Indonesia dengan tema “Sistem Ekonomi Islam Sebagai Solusi atas Ketimpangan Ekonomi”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka, S. HI., ME. selaku dosen pengampu mata kuliah Perekonomian Islam Indonesia yang telah memberikan arahan dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini. Atas kesempatan yang telah diberikan, kami mampu mencari tahu banyak hal dan mendapatkan ilmu baru yang berkaitan dengan sistem ekonomi islam sebagai solusi atas ketimpangan ekonomi. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi pemahaman dan pengetahuan bagi pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan-kesalahan saat proses pengerjaan sehingga memengaruhi hasil akhir dari makalah ini. Oleh karena itu, kami sebagai penulis memohon maaf atas kesalahan dalam penulisan serta penyusunan dalam makalah ini. Kami berlapang dada menerima segala kritik, saran dan masukan dari pembaca sehingga kami mampu memperbaiki dan memperhatikan penugasan di kesempatan berikutnya.
Samarinda, 25 April 2025
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penulisan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Ekonomi Konvensional VS Ekonomi Islam ... 3
B. Metodologi Ekonomi Islam untuk Memecahkan Masalah Ekonomi ... 8
C. Dampak dari Implementasi Sistem Ekonomi Islam ... 18
BAB III PENUTUP ... 21
A. Kesimpulan ... 21
B. Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA... 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ketimpangan ekonomi merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi negara baik itu negara maju maupun negara berkembangan. Tantangan ini ditandai dengan kesenjangan distribusi pendapatan dan kekayaan, yang dapat menyebabkan jurang antara kelompok masyarakat yang kaya dan miskin. Ketimpangan ini tidak hanya memberikan dampak terhadap sosial, misalnya kemiskinan dan kriminalitas, tetapi juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Adapun sistem ekonomi konvensional yang didominasi oleh prinsip kapitalisme dan sosialis, seringkali mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhatikan distribusi yang berkeadilan. Hal ini menyebabkan penumpukan kekayaan pada kelompok elite, sementara kelompok bawah semakin terpinggirkan. Maka dengan kondisi tersebut timbullah sistem ekonomi Islam sebagai alternatif yang berdasarkan nilai- nilai keadilan, keseimbangan, dan juga keberkahan.
Ekonomi Islam menekankan adanya distribusi kekayaan yang adil melalu mekanisme seperti zakat, infak, sedekah, tentunya ini akan mendorong pengelolaan kekayaan yang bertanggung jawab dan adil, selain itu adanya larangan riba dalam transaksi, dan lain sebagainya, yang dimana dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bersama dan mencegah terjadinya konsentrasi kekayaan pada sebagian orang saja. Namun disamping itu implementasi ekonomi Islam memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai prinsip- prinsipnya. Pada makalah ini akan kita bahas mengenai bagaimana sistem ekonomi Islam bila kita sandingkan dengan ekonomi konvensional. Selain itu juga akan dibahas bagaimana metodologi ekonomi Islam untuk memecahkan masalah ekonomi serta bagaimana dampak jika kita mengimplementasikan sistem ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan ulasan tersebut, maka ada beberapa pokok rumusan masalah yang berkaitan dengan tema sistem ekonomi Islam sebagai solusi atas ketimpangan ekonomi, yaitu :
1. Bagaimana sistem ekonomi konvensional VS ekonomi Islam?
2. Bagaimana peran metodologi ekonomi Islam untuk memecahkan masalah ekonomi?
3. Bagaimana dampak dari implementasi sistem ekonomi Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ekonomi konvensional VS ekonomi Islam
2. Untuk mengetahui peran metodologi ekonomi Islam dalam memecahkan masalah ekonomi
3. Untuk mengetahui dampak dari implementasi sistem ekonomi Islam
BAB II PEMBAHASAN A. Ekonomi Konvensional VS Ekonomi Islam
1. Ekonomi Konvensional
Sistem ekonomi konvensional merupakan sistem yang banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam ekonomi konvensional, dikenal dua arus utama dalam perekonomiannya yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis yang berorientasi pada kepentingan material. Ekonomi konvensional adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang dalam menjalankan kegiatan perekonomian seperti produksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya.
Sistem ini menyatakan bahwa pemerintah dapat turut ambil bagian untuk memastikan bahwa perekonomian berjalan dengan lancar atau pemerintah bisa juga tidak ikut campur dalam perekonomian1.
Ekonomi konvensional menyatakan bahwa setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan yang mereka inginkan dan kemampuannya. Dalam hal ini berarti semua orang bebas bersaing dalam suatu bisnis untuk memperoleh keuntungan yang sebesar- besarnya, selain itu juga melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara yang dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya sekelompok orang kaya dan sekelompok orang miskin, yang dimana ini menandakan bahwa yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Ekonomi konvensional selalu menyatakan bahwa sumber permasalahan dalam ekonomi adalah karena adanya sumber daya yang terbatas (langka) untuk memenuhi berbagai keinginan manusia, atau dengan kata lainnya
1 Iskandar, et.al., Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Syari’ah, (Banda Aceh: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam-Iain Lhokseumawe, 2022), h. 2-5.
adanya keinginan manusia yang tidak ada batasnya sedangkan sumber daya terbatas.
a. Sistem Ekonomi Sosialis
Sosialis adalah suatu sistem ekonomi yang memberikan kebebasan yang besar kepada setiap orang untuk menjalankan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah.
Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur segala tatanan perekonomian suatu negara sekaligus jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak, misalnya seperti air, listrik, telekomunikasi, gas dan lain sebagainya dibawah kekuasaan negara. Sistem ekonomi sosialis merupakan suatu sistem ekonomi yang mempunyai pandangan bahwa kemakmuran individu hanya mungkin tercapai bila berfondasikan kemakmuran bersama.
Adapun ciri-ciri dari ekonomi sosialis antara lain:
1) Kepemilikan harga dibawah kekuasaan negara
2) Setiap individu mempunyai peluang yang sama untuk beraktivitas ekonomi
3) Memiliki sistem politik yang tegas, disiplin, dan keras
4) Kebutuhan pokok setiap warga negara dipenuhi oleh pemerintah 5) Segala proyek pembangunan dilaksanakan oleh negara
6) Adanya keterbatasan tawar-menawar antara individu b. Sistem Ekonomi Kapitalisme
Sistem ekonomi kapitalisme merupakan sistem perekonomian yang memberikan sebuah kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan segala kegiatan perekonomiannya. Dalam sistem ini pemerintah dapat ikut campur dalam memastikan kelancaran perekonomian atau sebaliknya.
Dalam sistem ini setiap orang memiliki hak untuk dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, selain
itu semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya.2
Sistem ini pada dasarnya juga memiliki kelebihan misal, karena adanya dorongan untuk bersaing dan terus berinovasi yang dimana hal ini membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya, dan masih banyak juga yang lainnya. Disisi lain sistem ini tentunya juga memberikan dampak negatif misalnya dapat menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi, ketidakstabilan ekonomi dan eksploitasi tenaga kerja dan bahkan kerusakan lingkungan. Adapun ciri-cirinya antara lain:
1) Pengakuan yang luas atas hak-hak individu atau pribadi 2) Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
3) Paham individualisme didasarkan oleh materialisme
4) Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu mengejar keuntungan atau kepentingan sendiri.3
2. Sistem Ekonomi Islam
Ekonomi Islam menurut bahasa Arab diistilahkan sebagai Al- Iqtishad Al-Islami. Al-Iqtishad yang berarti juga Al-Qashdu mempunyai arti yaitu, pertengahan atau berkeadilan, dijelaskan dalam Al-Qur’an:
ْو َ ْن ِم ا ْو ُ ل َو
ل َ ك َ
ا َ
ل ْم ِهِ ب َّر ْن ِ م ْم ِهْي َ ل ِا َ
ل ِز ْنُا ٓاَمَو َلْي ِج ْ ن ِا ْ
لا َو َةى ٰر ْوَّتلا او ُما ق َ َ ا ْم ُه ن َّ َ
ا ن ْو َ ُ
ل َم ْعَي ا َم َءۤا َس ْم ُهْن ِ م ٌرْيِث َ
كَو ْۗ ٌة َد ِصَت ق ُّم ٌة َّم ْ ُ
ا ْم ُهْن ِم ْْۗم ِهِل ُج ْر َ
ا ِت ْح َت ْنِمَو ْم ِهِقْوَف ࣖ ٦٦ /ةدئۤاملا ( : 5
) 66
2 Azhar, ”Antara Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional”, dalam Jurnal Islamika, edisi No. 1, Vol. 17, 2017, h. 5
3 Azharsyah Ibrahim, et.al., PENGANTAR EKONOMI ISLAM, (Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, 2021), h. 171
Artianya: “Seandainya mereka menegakkan (hukum) Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada umat yang menempuh jalan yang lurus. Sementara itu, banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.” (Al-Ma'idah/5:66)
Ekonomi Islam didefinisikan sebagai pengetahuan tentang aturan-aturan yang berkaitan dengan produksi kekayaan, mendistribusikan, dan mengonsumsinya.4 Adapun secara umum ekonomi dapat diartikan sebagai suatu kajian mengenai perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang semakin kompleks dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.5 Dalam hal ini dapat diartikan bahwa ekonomi Islam adalah aturan yang mengaturan kegiatan manusia yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang berpegang dalam prinsip ilahiyah, harta yang ada pada manusia pada hakekatnya bukan miliknya, melainkan hanya sekedar titipan Allah SWT. agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya guna memenuhi kepentingan umat manusia yang nanti pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT. untuk dipertanggung jawabkan.6
Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa sistem ekonomi Islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang berdasarkan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, dan merupakan tatanan perekonomian yang didirikan atas landasan dasar-dasar tersebut dan tentu saja sesuai dengan kondisi lingkungan dan waktu.7 Ekonomi Islam memiliki prinsip dasar yaitu tauhid, syariah,dan akhlak. Pengamalan syariah dann akhlak sendiri merupakan refleksi dari tauhid. Syariah akan
4 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Depok: PT
RajaGrafindo Persada, 2017), h. 2.
5 Rahmatullah et.al., Konsep Dasar Ekonomi: Pendekatan Nilai-Nilai Eco-Culture, (Makassar: CV. Nur Lina, 2018), h. 4.
6 Itang, Teori Ekonomi Islam, (Jakarta: Laksita Indonesia, 2015), h. 5.
7 Umar Sagaf, et.al., “Analisis Perbandingan Sistem Ekonomi Islam Dan Sistim Ekonomi Kapitalis”, dalam Jurnal Ekonomi Syariah, edisi No. 1, Vol. 7, 2024, h. 85.
mengarahkan aktivitas ekonomi sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah dalam Islam. Sedangkan akhlak akan membawa aktivitas ekonomi manusia untuk senantiasa mengedepankan etika dan moral untuk mencapai tujuan dalam berekonomi. Prinsip-prinsip dasar ini memunculkan prinsip-prinsip umum antara lain:
a. Hakikatnya harta adalah milik Allah SWT. Manusia hanya sebagai khalifah (pengelola)
b. Kekayaan di dunia digunakan sebagai modal untuk akhirat c. Adanya keseimbangan antara kehidupan di dunia dan di akhirat d. Berlaku adil terhadap sesama
e. Tidak boleh membuat kerusakan f. Menjunjung kebebasan individu
g. Mengakui hak individu atas harta yang dimiliki h. Adanya jaminan sosial terhadap masyarakat i. Distribusi kekayaan
j. Larangan menumpuk kekayaan
k. Larangan melakukan transaksi yang terlarang l. Kesejahteraan individu dan masyarakat
3. Perbandingan Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam
Perbedaan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam dapat lebih dibedakan sebagai berikut:
a. Tujuan, ekonomi konvensional bertujuan memaksimalkan keuntungan, dimana ekonomi ini sering kali berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan profit semata, sedangkan ekonomi Islam memiliki tujuan mencapai kesejahteraan kolektif dengan tetap berlandaskan nilai tauhid. Pada sistem ekonomi Islam pertumbuhan harus diimbangi dengan distribusi kekayaan yang adil dan perlindungan terhadap lingkungan.8
8 Baskoro Wijayanto, ”ISLAMIC WORLD VIEW : PERBANDINGAN EKONOMI
ISLAM DAN EKONOMI KONVENSIONAL”, dalam Multidisciplinary journal of Islamic Studies, edisi No. 2, Vol. 3, 2023, h. 122-123.
b. Praktik keuangan, ekonomi Islam melaramg adanya praktik riba (bunga), gharar (ketidakpastian), maysir (spekulasi), sementara ekonomi konvensional mengakomodasi praktik tersebut, misalnya berbasis pada bunga. Selain itu ekonomi Islam mendorong sistem bagi hasil melalui instrumen seperti mudharabah dan musyarakah.9 c. Distribusi kekayaan, sistem ekonomi Islam menekankan adanya
distribusi kakayaan melalui zakat, infak, dan wakaf, yang memiliki tujuan mengurangi kesenjangan sosial.
B. Metodologi Ekonomi Islam untuk Memecahkan Masalah Ekonomi 1. Ketimpangan Ekonomi
Ketimpangan merupakan salah satu masalah universal yang dihadapi oleh semua sistem ekonomi saat ini. Dalam hal ini ketidakadilan ekonomi serta adanya ketimpangan pendapatan dan kekayaan menjadi penyebab utama munculnya masalah kemiskinan.
Adanya konsep keadilan distribusi dalam ekonomi Islam salah satunya yaitu dimotivasi oleh fakta bahwa teori-teori ekonomi yang lainnya pada dasarnya tidak mampu mengatasi masalah kemiskinan, serta ketimpangan pendapatan dan kekayaan. Ketimpangan ekonomi mengacu pada kesenjangan dalam distribusi pendapatan, kekayaan, dan juga pada akses terhadap sumber daya ekonomi yan terdapat di suatu masyarakat maupun negara. Beberapa aspek yang dapat dilihat dari ketimpangan ini misalnya kesenjangan pendapatan, pendidikan, kesehatan serta kesenjangan dalam kekayaan dan hak kepemilikan.10
Kesenjangan pendapatan merupakan salah satu jenis ketimpangan yang sering diperhatikan, masalah ini mengacu pada perbedaan yang sangat terlihat antara pendapatan tinggi dengan yang rendah dimasyarakat. Selain itu ada juga kesenjangan pendidikan dan
9 Mutmainnah, EKONOMI MAKRO ISLAM: Solusi Islam Untuk Tantangan Ekonomi Global, (Bandung: CV MEDIA SAINS INDONESIA, 2020) h. 10
10 Aditama Dewantara, ”ETIKA DISTRIBUSI EKONOMI ISLAM (Perbandingan Sistem Distribusi Kapitalisme Dengan Sistem Distribusi Islam)”, dalam Jurnal Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, edisi No. 1,Vol. 4, 2020, h. 20-36.
kesehatan. Ketimpangan pendidikan terjadi ketika masyarakat tidak memiki akses yang setara ke fasilitas pendidikan yang berkualitas, hal ini tentu saja disebabkan oleh adanya ketidakmampuan finansial, atau adanya diskriminasi. Begitu juga dengan ketimpangan akses kesehatan yang mencakup kesenjangan dalam akses dan mutu layanan kesehatan yang disediakan oleh negara, yang di mana hal ini dapat menyebabkan kesenjangan kesehatan di antara kelompok-kelompok masyarakat.11
Kesenjangan kekayaan merupakan salah satu bentuk utama dari sebuah ketimpangan ekonomi. Hal ini tercermin dalam perbedaan kepemilikan harta, aset, dan sumber daya di antara berbagai kelompok sosial. Ketimpangan dalam kepemilikan tersebut sering kali berhubungan erat dengan adanya perbedaan pendapatan, di mana kelompok yang berpenghasilan tinggi biasanya memiliki akses dan peluang lebih besar untuk mengumpulkan kekayaan dan begitu sebaliknya. Akibatnya, ketimpangan ini dapat membatasi dinamika sosial dan mengurangi kesempatan ekonomi bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Ketimpangan eonomi juga dapat dilihat dari sudut pandang wilayah dan geografi. Sering kali terdapat perbedaan ekonomi antara perkotaan dan pedesaan, di mana misalnya wilayah perkotaan biasanya menawarkan lebih banyak kesempatan kerja dan potensi pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pedesaan.
Perbedaan ini umumnya dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dalam hal investasi serta akses terhadap infrastruktur di kedua wilayah tersebut.
Ketimpangan ekonomi tentu saja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Kondisi ini tidak hanya menghambat lajunya pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh, tetapi juga mengancam kestabilan sosial. Masyarakat yang mengalami tingkat ketimpangan cenderung akan menghadapi tantangan seperti meningkatnya angka kejahatan, ketidakpuasan sosial, dan pengangguran yang bersifat
11 A. Jajang W. Mahri, et.al., EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM, (Jakarta:
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, 2021), h. 46-48.
struktual.12 Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi ini, diperlukan upaya dari pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut dapat berupa pembuatan kebijakan dan program yang mendukung pemerataan ekonomi, misalnya menciptakan peluang kerja yang lebih adil dan lain sebagainya. Semua hal tersebut tentu saja harus dibarengi dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keadilan sosial dan perlu konstribusi aktif dalam mengatasi ketimpangan tersebut.13 2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam dalam Mengatasi Ketimpangan
Ekonomi
Ekonomi Islam menjadi salah satu topik yang sangat relevan dalam konteks global saat ini. Dalam menghadapi ketimpangan ekonomi yang sekarang semakin meningkat, prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat memberikan solusi yang berkelanjutan dan adil. Prinsip- prinsip Ekonomi Islam pada dasarnya sangat berfokus pada keadilan sosial, kesejahteraan bersama, dan distribusi kekayaan yang merata.
Berikut ini prinsip-prinsip ekonomi Islam dan hubungannya dengan keadilan ekonomi:
a. Halal
Segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam bentuk apapun jika ada sebuah larangan untuk melakukannya, maka ketika dilakukan hukumnya menjadi haram. Ekonomi Islam menuntut umat muslim agar senantiasa memakan atau menggunakan barang atau lainnya yang halal, bukan yang haram atau yang bathil.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nisa Ayat 29 yaitu :
12 M Dwi Nurrohim,et.al, “Analisis Dinamika Ketimpangan Ekonomi terhadap Era Globalisasi di Indonesia”, dalam Journal of Regional Economics and Development, edisi No. 3, Vol.
1, 2024, h. 4-5.
13 Delia Desvianti, et.al., ”Peran Ekonomi Islam Dalam Mengatasi Ketimpangan Ekonomi dan Mewujudkan Pembangunan di Negara Indonesia”, dalam Jurnal Al-Fadilah: Islamic Economics Journal, edisi No. 1, Vol. 2, 2024, h. 4-6.
ًة َرا َج ِت ن ْو َ ُ كَت ن ْ َ
ا ٓا َّ
ل ِا ِل ِطاَب ْ لاِب ْم ُ
كَنْيَب ْم ُ ك َ
لا َو ْم َ ا آ ْو ُ
ل ُ ك ْ
أَت ا َ ل ا ْوُن َم ٰ
ا َنْي ِذ َّ
لا اَهُّي َ آٰي
َ نا َ
ك َ للّٰا ه َّ
ن ِا ْۗ ْم ُ ك َس فْن ُ َ
ا آ ْو ُ لُت قَت ا ْ َ
ل َو ْۗ ْم ُ
كْن ِ م ٍ ضا َرَت ْن َع اًمْي ِح َر ْم ُ
كِب ٢٩
/ءۤاسنلا ( : 4
) 29
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (An-Nisa'/4:29)
Menurut ulama tafsir, larangan memakan harta orang lain pada ayat ini mengandung arti yang luas, yaitu antara lain:
1.) Islam mengakui adanya hak milik pribadi yang dimana tidak dapat diganggu gugat serta berhak mendapat perlindungan.
2.) Ketika hak milik pribadi telah memenuhi nisabnya, maka wajib mengeluarkan zakatnya, dan kewajiban lainnya untuk agama negera dan sebagainya, yang dimana hal ini tentu saja dapat mencegah ketimpangan ekonomi.
3.) Walaupun seseorang tersebut memiliki banyak harta dan banyak juga orang lain yang membutuhkannya yaitu dari golongan- golongan penerima zakat, maka juga tidak boleh mengambil harta orang tersebut tanpa seizing pemiliknya atau harus sesuai dengan prosedur yang sah.14
b. Pemerataan
Pemerataan adalah salah satu prinsip ekonomi yang mempunyai arti yaitu tidak hanya terfokus atau beredar pada kalangan tertentu atau orang-orang tertentu saja. Dengan artian lain
14 Syaakir Sofyan, “Nilai Keadilan Dalam Ekonomi Syariah” dalam Jurnal Bilancia, edisi
No. 2, Vol. 13, 2019, h. 375-377.
lain ekonomi Islam menentang adanya monopoli . Quraish Shihab mengatakan bahwa prinsip keseimbangan atau pemerataan dalam ekonomi akan mencegah adanya monopoli serta pemusatan ekonomi pada satu tangan atau satu kelompok saja. Hal ini juga telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Q.S. Al-Hasyr Ayat 7:
هِل ْو ُس َر ى ٰ
لَع ُ للّٰا َءۤا ه ف َ َ ا ٓا َم
ىٰب ْر ق ُ ْ
لا ى ِذِل َو ِل ْو ُس َّرلِل َو ِ ه ِ َ فَلِل ى ٰر ق ُ ْ
لا ِل ْهَا ْنِم ْْۗم ُ
كْن ِم ِءۤاَيِن ْ غ َ
ا ْ
لا َنْيَب ۢ ة ً َ ل ْو ُد ن ْو َ ُ
كَي ا َ ل ْي َ
ك ِۙ ِلْيِب َّسلا ِنْباَو ِنْي ِك ٰسَم ْ
لا َو ى ٰمٰتَي ْ لا َو َو ۚا ْو ُهَتْنا ف ُهْن َع ْم َ ُ
كى ٰهَن ا َم َو ُه ْو ُ ذ خ ُ ف َ ُ
ل ْو ُس َّرلا ُم ُ كىٰت ٰ
ا ٓا َم َو َ للّٰا ه َّ
ن ِاْۗ َ للّٰا او ه قَّتا ُ
ِۘ ِبا َ ق ِع ْ
لا ُدْي ِد َش ٧
/رشحلا ( : 59
) 7
Artinya : “Apa saja (harta yang diperoleh tanpa peperangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Al- Hasyr/59:7)
Perlu diketahui bahwa pertumbuhan dan pemerataan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan karena pertumbuhan harus seiring dengan pemerataan. Di dalam Islam telah ditekankan bahwa agar manusia tidak menumpuk harta pada golongan tertentu agar dapat tercapainya distribusi yang adil. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap masyarakat agar mendapatkan harta, dan menuntut masyarakat yang memiliki harta lebih untuk mengeluarkan zakatnya. Dari konsep distribusi
Aristoteles secara hakiki manusia akan mendapatkan harta sesuai dengan pekerjaan dan pengorbanan yang dilakukan, pendapatan itu merupakan hak atas kewajiban yang telah tertunaikan. Namun Islam mengajarkan untuk dapat menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk orang yang telah ditetapkan, penyisihan tersebut dapat dilakukan melalui salah satu instrument yaitu misalnya zakat.15
c. Kemakmuran yang berkeadilan
Prinsip ini telah dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah Ayat 8, yaitu:
ْم ُ
كَّنَم ِر ْج َي اَلَو ِۖ ِط ْسِق ْ
لاِب َءۤا َدَه ُش ِ ه ِللّٰ َنْيِماَّوَق اْوُنْو ُ ك ا ْوُن َم ٰ
ا َنْي ِذ َّ
لا اَهُّي َ آٰي َّ
ن ِاْۗ َ ه
للّٰا او قَّتا َو ِۖى ٰو ُ ق ْ َّ
تلِل ُب َر ق ْ َ
ا َو ُه ْۗاْو ُ ل ِدْع ِاْۗ ا ْو ُ
ل ِد ْعَت ا َّ
ل َ
ا ىٰٓلَع ٍم ْو ق َ ن ُ ٰ اَن َش ِب َخ َ هللّٰا
َ ن ْو ُ
ل َم ْعَت اَمِب ۢ ٌرْي ٨
/ةدئۤاملا ( : 5
) 8
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ma'idah/5:8)
Ayat tersebut menekankan keadilan pada segala hal, prinsip keadilan yang dibangun oleh Islam berbasis kesejahteraan sosial.
Oleh karena itu ekonomi Islam lebih mengutamakan dan menekankan rasa keadilan sosial yang merata bagi masyarakat, bukan sebaliknya yang lebih mementingkan golongan tertentu atau
15M.A. Coudhury, Principles of Islamic Economics: Contributions to Islamic Economic Theory, (London: Palgrave, 1986), h. 7-19.
orang-orang tertentu sebagaimana sistem ekonomi yang banyak berkembang di dunia barat. Ini menunjukkan bahwa dalam konteks ekonomi Islam, arti keadilan dapat dipahami sebagai persamaan antara kesempatan dan sarana, serta mengakui adanya perbedaan kemampuan dalam memanfaatkan hal tersebut. Oleh karena itu tidak boleh ada seorang pun yang tidak dapat mengembangkan perekonomiannya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.16
Setelah keadilan tersebut tercipta, maka cita-cita untuk mewujudkan kemakmuran bersama, akan terlaksana karena adanya keadilan yang diterapkan. Namun sebaliknya, jika keadilan tersebut tidak terlaksana maka kemakmuran juga tidak akan terjadi. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa setiap orang pasti memiliki perbedaan pada pendapatan perekonomiannya, sehingga tidak mungkin setiap masyarakat memiliki kekayaan atau kemapanan ekonomi yang sama. Namun jika kemakmuran dan kekayaan tersebut juga lahir dari praktik ketidakadilan, inilah yang dapat menjadi masalah bahkan menjadi kesenjangan ekonomi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam sangat berperan dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi.17
d. Tidak Saling Mendzolimi
Prinsip tidak saling mendzolimi ini telah dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah Ayat 279 yaitu:
ٍبْر َح ِب اْوُنَذ ْ أ ف ا ْو َ ُ
ل َع فَت ْم ْ َّ
ل ْ نِا ف َ ُس ْوُء ُر ْم ُ
ك َ
ل ف ْمُتْبُت َ ن ِا َو ۚ هِل ْو ُس َر َو ِ ْ ه للّٰا َن ِ م
َ ن ْو ُم َ ل ْظُت ا َ
ل َو َ
ن ْو ُمِل ْظ َت اَل ْۚمُكِلاَوْمَا ٢٧٩
/ةرقبلا ( : 2
) 279
16Zulkifli Rusby, EKONOMI ISLAM, (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR, 2017), h. 7
17 Fakrurradhi, ”Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Al-Qur’an Menurut Tafsir Ibnu
Katsir”, dalam Jurnal Al Mashaadir, edisi No. 2, Vol. 2, 2021, h. 11-12.
Artinya: “Jika kamu tidak melaksanakannya, ketahuilah akan terjadi perang (dahsyat) dari Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, jika kamu bertobat, kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).” (Al- Baqarah/2:279)
Ibnu Kasir menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan ancaman serta peringatan yang tegas terhadap orang-orang yang masih berbuat riba. Sungguh sangat besar ancaman orang-orang yang melakukannya, karena pada hakikatnya riba itu merupakan perbuatan yang mendzolimi satu pihak. Pada prinsip ini larangan saling mendzolimi bukan hanya menyangkut hukum praktis saja, namun juga menyangkut hidup masyarakat. Adapun kedzoliman atau kejahatan yang terjadi dalam bidang ekonomi terwujud dalam segala transaksi yang mengandung unsur penipuan (gharar), penipuan (maisyir), serat riba. Karena itulah Islam sangat melarang transaksi yang mengandung ketidak jujuran karena dapat menjadikan salah satu pihak terdzolimi. Ketika hal tersebut terjadi di kalangan masyarakat maka dapat dikatakan bahwa keadilan ekonomi tidak terlaksana dan hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi akan terjadi.18
3. Ragam Solusi Ekonomi Islam dalam Menghadapi Ketimpangan Ekonomi
Ekonomi Islam menawarkan berbagai solusi guna mengatasi ketimpangan ekonomi dengan berdasarkan prinsip-prinsip halal, pemerataan, kemakmuran yang berkeadilan, tidak saling mendzolimi dan lain sebagainya, dimana dari prinsip-prinsip ini ada beberapa solusi ekonomi Islam yang dapat diimplementasikan antara lain sebagai berikut:
18 St. Saleha Madjid, “Prinsip-Prinsp (Asas-asas) Muamalah”, dalam Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, edisi No. 1, Vol. 2, 2018, h. 16-20.
a. Instrumen Zakat, Infaq, Shadaqah dan Waqaf
Zakat adalah instrumen utama dalam perekonomian Islam yang memiliki fungsi mendistribusikan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan yang membutuhkan, sehingga hal ini dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Disisi lain infaq dan shadaqah juga berperan sebagai dana sosial yang di mana dana ini digunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dan mendukung berbagai macam program sosial. Begitupun dengan waqaf yang digunakan untuk membangun infrastruktur sosial seperti sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya yang berkelanjutan, hal ini tentu saja mendukung pemerataan akses terhadap layanan dasar dan disisi lain juga dapat meningkatkan kuliatas hidup masyarakat yang membutuhkan.19
b. Larangan Riba dan Mendorong Kegiatan Sektor Riil
Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Agar mencapai hal tersebut terdapat beberapa jalur utama yaitu adanya pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga serta stabilitas perekonomian tercipta.
Disamping itu Islam juga mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerja sama ekonomi dan bisnis, misalnya dalam sistem keuangan syariah menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah) yang lebih adil dalam pembiayaan usaha, terutama untuk UMKM. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara sektor riil dan moneter sehingga akhirnya
19 Riza Anami dan Arina Haqan, ”Relevansi Sistem Ekonomi Islam dalam Menanggulangi Ketimpangan Sosial dan Ekonomi di Negara Berkembang” dalam Jurnal Pemikiran dan Ilmu Keislaman, edisi No. 1, Vol. 7, 2024, h. 120-122.
pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung dengan berkesinambungan.20
c. Pemberdayaan UMKM Berbasis Syariah
Ekonomi Islam mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan cara mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berdasarkan pada prinsip syariah. Adapun dengan pendekatan ini memberikan banyak manfaat misalnya membuka lapangan kerja, dengan adanya UMKM ini dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan.
Disisi lain juga dapat membantu masyarakat memiliki sumber pendapatan yang stabil dan meningkat, sehingga meningkatkan taraf hidup mereka. Salah satu contoh dari implementasi ekonomi Islam dalam pemberdayaan UMKM yaitu program ultra mikro syariah, yang dimana program ini dirancang untuk memudahkan pelaku UMKM, program ini tidak menggunakan sistem bunga sehingga pelaku UMKM tidak terbebani dengan biaya yang tinggi dan dapat fokus pada pengembangan usaha.
d. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Ekonomi Islam sangat menekankan pentingnya adanya pemerataan akses pendidikan dan pelatihan kerja guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini pada akhirnya mengarah pada tujuan untuk mengatasi ketimpangan kesempatan kerja dan peluang ekonomi antar wilayah. 21
e. Prinsip Maqashid Syariah
Ekonomi Islam menawarkan solusi dengan menggunakan prinsip yaitu maqashid syariah, tentunya prinsip ini memiliki tujuan-
20 Dewi Maharani, “Ekonomi Islam : Solusi Terhadap Masalah Sosial-Ekonomi”, dalam Jurnal INTIQAD:Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, edisi No. 1, Vol. 10, 2018, h. 31-32.
21Taufik Arnanda Marpaung, et.al., ”Strategi Pembangunan Nasional Terhadap Ketimpangan Ekonomi Antara Daerah Persepektif Ekonomi Islam”, dalam Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi dan Keuangan Syariah, edisi No. 1, Vol. 2, 2024, h. 326-333.
tujuan yang ingin dicapai, misalnya memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu pangan, sandang, dan papan. Ekonomi Islam juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manusia baik secara individu maupun kolektif, sehingga mereka dapat mencapai potensi penuhnya dan berkonstribusi dalam pembangunan ekonomi. Di samping itu ekonomi Islam juga memperhatikan lingkungan, sehingga pembangunan ekonomi dapat berlangsung secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan. Selain itu ekonomi Islam menekankan pentingnya keadilan sosial, sehingga semua anggota masyarakat dapat menikmati manfaat ekonomi dan tida ada terjadi kesenjangan yang signifikan.22
C. Dampak dari Implementasi Sistem Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki beberapa tokoh penting yang sangat berperan dalam mengembangkan serta mempromosikan prinsip-prinsip keuangan dan ekonomi Islam yang adil dan berkelanjutan. Mereka menekankan pentingnya perilaku etis, tanggung jawab sosial, dan pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa prinsip ekonomi yang penting misalnya keadilan, di mana Islam menekankan pentingnya keadilan dalam distribusi kekayaan maupun kesempatan. Selanjutnya tanggung jawab sosial, Islam mendorong adanya tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap masyarakat. Dan pembangunan berkelanjutan, ekonomi Islam mengutamakan pembangunan yang berkelanjutan dan tidak merusak .lingkungan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, maka ekonomi Islam dapat memberikan dampak yang positif dengan membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Meskipun kita mengetahui bahwa tidak ada sistem ekonomi yang sempurna, ekonomi Islam menawarkan pandangan yang unik tentang bagaimana sistem keuangan dapat diatur untuk memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.23
22 Syafrida Maulidyah, et.al., “Maqashid Syariah Sebagai Tujuan Ekonomi Islam”, dalam Jurnal Kajian Islam Dan Sosial Keagamaan, edisi No. 4, Vol. 1, 2024, h. 159-161.
23 Moh. Nasrul Arief Setiawan Adam, et.al., “Perbandingan Sistem Ekonomi Sosialisme, Kapitalisme, dan Ekonomi Syariah: Sebuah Analisis Kritis terhadap Prinsip, Implementasi, dan
Dalam konteks zakat, zakat sebagai sistem bantuan sosial dalam Islam yang memiliki tujuan untuk menyeimbangkan kekayaan di antara umat Islam. Zakat ini berupa bantuan yang diberikan kepada mereka yang membutuhkan, meskipun zakat dapat membantu mengurangi kemiskinan, namun perlu diingat zakat tidak sepenuhnya menggantikan tanggung jawab negara untuk menyediakan kesejahteraan bagi masyarakatnya, melainkan hanya membantu meringankan sebagian dari beban itu dengan mengalihkannya kepada masyarakat, ini tentu saja secara tidak langsung dapat menimbulkan dampak posistif pada perekonomian.24
Dari berbagai penjelasan yang dipaparkan, penerapan ekonomi Islam diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi. Salah satu dampak yang sangat terasa misalnya terjadinya pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Sistem distribusi yang ditawarkan mengedepankan zakat, infaq, shadaqah, serta waqaf mampu membantu mendukung mereka yang kurang mampu, serta memberdayakan masyarakat yang terpinggirkan. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif juga merupakan dampak positif yang dapat dicapai melalui prinsip-prinsip ekonomi syariah. Melalui kerjasama dalam musyarakah dan mudharabah, masyarakat dapat menciptakan peluang usaha bersama yang tidak hanya menguntungkan pihak tertentu, tetapi juga berkonstribusi pada kesejahteraan banyak orang.
Dengan demikian, ekonomi syariah lebih menekankan pada pemerataan hasil dan keadilan distribusi, yang tidak hanya mengejar keuntungan materi, tetapi juga berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan sosial. Selain itu, prinsip-prinsip ekonomi syariah yang berfokus pada tanggung jawab sosial mengharuskan setiap individu atau perusahaan untuk memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi mereka. Ini tentu saja dapat menimbulkan dampak positif
Dampak Sosial”, dalam Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, edisi No. 2, Vol. 7, 2024, h. 1011- 1020.
24 Esa Cahaya Purnomo, “Sistem Ekonomi Islam Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Umat”, dalam Student Scientific Creativity Journal, edisi No. 2, Vol. 1, 2023, h. 10-11.
berupa pembangunan yang berkelanjutan dan mengurangi kerusakan lingkungan akibat aktivitas ekonomi yang tidak bertanggung jawab.25
25 Saipul dan Juqim, ”Dampak Ekonomi Dalam Perspektif Islam: Mencapai Kesejahteraan Berbasis Syariah”, dalam Jurnal Islamologi : Jurnal Ilmiah Keagamaan, edisi No. 2, Vol. 1, 2024, h. 7
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Ekonomi konvensional adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang dalam menjalankan kegiatan perekonomian seperti produksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Ekonomi konvensional selalu menyatakan bahwa sumber permasalahan dalam ekonomi adalah karena adanya sumber daya yang terbatas (langka) untuk memenuhi berbagai keinginan manusia. Adapun ekonomi Islam adalah aturan yang mengaturan kegiatan manusia yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang berpegang dalam prinsip ilahiyah, harta yang ada pada manusia pada hakekatnya bukan miliknya, melainkan hanya sekedar titipan Allah SWT. agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya guna memenuhi kepentingan umat manusia yang nanti pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT. untuk dipertanggung jawabkan.
Masalah yang sering kali dihadapi ialah masalah ketimpangan ekonomi. Ekonomi Islam hadir dengan menawarkan berbagai solusi yang sangat relevan dengan berbagai masalah tersebut, dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip keadilan sosial, kesejahteraan bersama, dan distribusi kekayaan yang merata, maka ketimpangan ekonomi akan dapat dihilangkan.
Solusi tersebut misalnya, di dalam ekonomi terdapat Instrumen Zakat, Infaq, Shadaqah dan Waqaf yang dapat membantu pemerataan kekayaan, selain itu adanya larangan riba dan mendorong kegiatan sektor riil, pemberdayaan UMKM berbasis syariah, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan prinsip maqashid syariah, dan yang lain sebagainya.
Penerapan ekonomi Islam diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi. Salah satu dampak yang sangat terasa misalnya terjadinya pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial
B. Saran
Dengan adanya pemaparan tentang ekonomi Islam sebagai solusi atas ketimpangan ketimpangan ekonomi dalam makalah kami ini, diharapkan bagi pembaca agar dapat memahami lebih luas tentang peran ekonomi Islam dalam mengatasi segala ketimpangan ekonomi. Dengan adanya makalah ini pula diharapkan kita dapat mengimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Coudhury, M.A. Principles of Islamic Economics: Contributions to Islamic Economic Theory. London: Palgrave, 1986.
Ibrahim, Azharsyah, et.al.. PENGANTAR EKONOMI ISLAM. Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, 2021.
Iskandar, et.al.. Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Syari’ah. Banda Aceh:
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam-Iain Lhokseumawe, 2022.
Itang. Teori Ekonomi Islam. Jakarta: Laksita Indonesia, 2015.
Jajang, A, W. Mahri, et.al.. EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM. Jakarta:
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, 2021.
Mutmainnah. EKONOMI MAKRO ISLAM: Solusi Islam Untuk Tantangan Ekonomi Global. Bandung: CV MEDIA SAINS INDONESIA, 2020.
Rahmatullah, et.al. Konsep Dasar Ekonomi: Pendekatan Nilai-Nilai Eco-Culture.
Makassar: CV. Nur Lina, 2018.
Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Depok:
PT RajaGrafindo Persada, 2017.
Rusby, Zulkifli. EKONOMI ISLAM. Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR, 2017.
JURNAL
Adam, Nasrul Arief Setiawan Moh, et.al.. “Perbandingan Sistem Ekonomi Sosialisme, Kapitalisme, dan Ekonomi Syariah: Sebuah Analisis Kritis terhadap Prinsip, Implementasi, dan Dampak Sosial”, dalam Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, edisi No. 2, Vol. 7, 2024.
Anami, Riza dan Arina Haqan. ”Relevansi Sistem Ekonomi Islam dalam Menanggulangi Ketimpangan Sosial dan Ekonomi di Negara Berkembang” dalam Jurnal Pemikiran dan Ilmu Keislaman, edisi No. 1, Vol. 7, 2024.
Azhar. ”Antara Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional”, dalam Jurnal Islamika, edisi No. 1, Vol. 17, 2017.
Desvianti, Delia, et.al. ”Peran Ekonomi Islam Dalam Mengatasi Ketimpangan Ekonomi dan Mewujudkan Pembangunan di Negara Indonesia”, dalam Jurnal Al-Fadilah: Islamic Economics Journal, edisi No. 1, Vol. 2, 2024.
Dewantara, Aditama. ”ETIKA DISTRIBUSI EKONOMI ISLAM (Perbandingan Sistem Distribusi Kapitalisme Dengan Sistem Distribusi Islam)”, dalam Jurnal Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, edisi No. 1,Vol. 4, 2020.
Fakrurradhi. ”Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Al-Qur’an Menurut Tafsir Ibnu Katsir”, dalam Jurnal Al Mashaadir, edisi No. 2, Vol. 2, 2021.
Madjid, Saleha St. “Prinsip-Prinsp (Asas-asas) Muamalah”, dalam Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, edisi No. 1, Vol. 2, 2018.
Maharani, Dewi. “Ekonomi Islam : Solusi Terhadap Masalah Sosial-Ekonomi”, dalam Jurnal INTIQAD:Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, edisi No. 1, Vol. 10, 2018.
Marpaung, Arnanda Taufik, et.al.. ”Strategi Pembangunan Nasional Terhadap Ketimpangan Ekonomi Antara Daerah Persepektif Ekonomi Islam”, dalam Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi dan Keuangan Syariah, edisi No. 1, Vol.
2, 2024.
Maulidyah, Cahaya Esa. “Sistem Ekonomi Islam Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Umat”, dalam Student Scientific Creativity Journal, edisi No. 2, Vol. 1, 2023.
Maulidyah, Syafrida, et.al.. “Maqashid Syariah Sebagai Tujuan Ekonomi Islam”, dalam Jurnal Kajian Islam Dan Sosial Keagamaan, edisi No. 4, Vol. 1, 2024.
Nurrohim, Dwi M, et.al. “Analisis Dinamika Ketimpangan Ekonomi terhadap Era Globalisasi di Indonesia”, dalam Journal of Regional Economics and Development, edisi No. 3, Vol. 1, 2024.
Sagaf, Umar, et.al.. “Analisis Perbandingan Sistem Ekonomi Islam Dan Sistim Ekonomi Kapitalis”, dalam Jurnal Ekonomi Syariah, edisi No. 1, Vol. 7, 2024.
Saipul dan Juqim. ”Dampak Ekonomi Dalam Perspektif Islam: Mencapai Kesejahteraan Berbasis Syariah”, dalam Jurnal Islamologi : Jurnal Ilmiah Keagamaan, edisi No. 2, Vol. 1, 2024.
Sofyan, Syaakir. “Nilai Keadilan Dalam Ekonomi Syariah” dalam Jurnal Bilancia, edisi No. 2, Vol. 13, 2019.
Wijayanto, Baskoro. ”Islamic World View : Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional”, dalam Multidisciplinary journal of Islamic Studies, edisi No. 2, Vol. 3, 2023.