• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Kewajiban Dasar dan Hak Dasar dari Hak Asasi Manusia terhadap Siswa dalam Pendidikan di SD Inpres Perumnas Palu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Kewajiban Dasar dan Hak Dasar dari Hak Asasi Manusia terhadap Siswa dalam Pendidikan di SD Inpres Perumnas Palu"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

112

Kewajiban Dasar dan Hak Dasar dari Hak Asasi Manusia terhadap Siswa dalam Pendidikan di SD Inpres Perumnas Palu

Basic Obligations and Basic Human Rights toward Students in Education at SD Inpres Perumnas Palu

Roy Kulyawan*, Sunarto Amus, Afdianti Subaera

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia

Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui hak dasar dan kewajiban dasar hak asasi manusia dalam pendidikan yang didapatkan siswa. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini terdiri dari 5 orang siswa dan 3 orang guru yang berada di SD Inpres Perumnas Palu, dengan mengunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data menggunakan analisis kualitatif berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hak dan kewajiban telah disusun dan dipilah hak dan kewajiban guru serta hak dan kewajiban siswa. Hak dan kewajiban disusun dan diramu sedemikian rupa kemudian dituangkan menjadi satu dengan nama tata tertib untuk menjaga keseimbangan. Kesimpulan penelitian ini memperoleh perlakuan adil dari guru dalam proses pembelajaran maupun dalam lingkungan sekolah dan mendapatkan perlindungan atau pengayoman dari guru serta pihak-pihak terkait yang mendukung sekolah dan siswa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar pendidikan yang ada.

Kata Kunci Hak Dasar, Kewajiban Dasar, Siswa dalam Pendidikan

Abstract This study aims to determine the basic rights and basic obligations of human rights in education that students get. This research is qualitative descriptive research. The subjects of this study consisted of 5 students and 3 teachers who were at SD Inpres Perumnas Palu, using a purposive sampling technique. Data collection techniques used include observation, interviews, and documentation. Data analysis used qualitative analysis, namely data reduction, data display, and conclusion drawing. The results of this study indicate that the rights and obligations have been arranged and sorted out by the rights and obligations of teachers and the rights and obligations of students. Rights and obligations are arranged and mixed in such a way then poured into one with the name order to maintain balance. The conclusion of this study is to get fair treatment from teachers in the learning process and in the school environment and get protection or shelter from teachers and related parties who support schools and students to get services that are in accordance with existing educational standards.

Keywords Basic Rights, Basic Obligations, Students in Education

Corresponding Author*

E-mail:roykulyawan@gmail.com

Received 20 January 2023; Accepted 23 February 2023; Available Online 31 March 2023

1. Pendahuluan

Istilah Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi pembahasan yang tidak ada hentinya untuk terus digaungkan dan diperjuangkan. Hak Asasi yang melekat pada diri manusia seperti kebebasan dan persamaan bukan suatu pemberian dari seseorang ataupun negara.

(2)

113 Akan tetapi HAM adalah sebuah penghargaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia sejak lahir (Hazin et al., 2021). Hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh bersamaan dengan kelahiran atau kehadiran di dalam kehidupan masyarakat dianggap beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, atau kelamin, dan karena itu bersifat asasi dan universal (Haryanto et al, 2013). HAM berlaku kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja (Kusmaryanto, 2021).

HAM merupakan kebebasan persamaan dalam kehidupan sebagai hak normatif diri masing-masing sebagai makhluk hidup. HAM juga berarti hak-hak yang didasarkan atas kemanusiaan dalam setiap individu. Penerapan HAM sering kali dilanggar dan tidak begitu menjadi suatu pertimbangan penting dalam bersikap. Padahal banyak hal- hal kecil yang tidak pernah terpikirkan namun menjadi bagian HAM lain yang wajib diperhatikan. Maka dibutuhkan upaya penyelengaraan secara baik dalam memberikan hak dasar siswa yang patut dimiliki dan kewajiban dasar siswa yang patut dilaksanakan, berdasarkan penelitian ini bagaimana pelaksanaan hak dasar dan kewajiban dasar terutama dalam lingkup pendidikan. Hal ini tentu harus ada sinergitas antara guru dan kepala sekolah, serta kepala sekolah dan Dinas Pendidikan. Pelaksanaan hak dasar dan kewajiban dasar siswa dalam pendidikan sudah berjalan dengan baik di SD Perumnas Palu dengan melakukan inovasi dalam pemberian hak dasar siswa berupa perlindungan dan pengayoman dari sekolah, penilian secara adil, pembelajaran yang baik, dan memperoleh perlakuan yang adil. Sedangkan kewajiban yang harus dijalankan siswa di SD Inpres Perumnas Palu yaitu menghargai guru, teman, menghormati guru dan teman, serta mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan baik.

Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haifarashin et al. (2021) menunjukkan bahwa pemahaman tentang pentingnya hak serta kewajiban tidak hanya harus dimulai saat usia dewasa, tetapi juga sejak usia dini harus mengenal tentang hak serta kewajiban. Pengenalan hak konstitusional di sekolah sangat efektif bagi siswa.

Hak ini terdiri dari anak-anak yang berinteraksi dan memperoleh pengetahuan setiap hari di sekolah. Pengenalan hak konstitusional warga negara di sekolah dapat dilakukan secara langsung melalui media pembelajaran. Siswa diharapkan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haifarashin et al. (2021) memiliki perbedaan terletak pada pemahaman tentang hak dan kewajiban kepada siswa sesuai dalam Pancasila dengan memberikan pemahaman berupa nilai instrumental, nilai praktisi, dan nilai dasar yang berada dalam Pancasila yang harus diterapkan kepada siswa untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban siswa. Berbeda dengan penelitian ini yaitu melihat implementasi dari pelaksanaan hak dan kewajiban dasar siswa dalam Pendidikan yang diberikan maupun yang harus dilaksanakan di dalam sekolah berupa tata tertib maupun pelaksanaan dalam pembelajaran di kelas yang memiliki hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban dasar siswa dalam mendapatkan pendidikan yang sebagaimana diketahui bahwa banyak siswa pada saat ini tidak mendapatkan hak dasar sebagai siswa. Salah satunya tidak mendapatkan pembelajaran yang sama dengan temannya, penilainnya yang bersifat diskrimanitif, dan tidak

(3)

114 mendapatkan pengayoman dari guru. Sedangkan implementasi kewajiban dasar siswa belum berjalan dengan baik, yaitu siswa kurang memiliki sikap menghargai dan menghormati teman maupun guru yang berada dalam lingkup sekolah. Hal ini menjadi tolak ukur peneliti melakukan penelitian mengenai hak dan kewajiban dasar siswa di dalam pendidikan.

Adapun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rahmiati et al. (2021) menunjukkan bahwa hak atas pendidikan adalah HAM. Hak atas pendidikan merupakan salah satu jenis HAM yang tertanam dalam HAM generasi kedua. Hak atas pendidikan adalah hak konstitusional semua warga negara. Pemenuhan hak ini merupakan penghormatan yang besar terhadap HAM. Oleh karena itu, pemerintah harus konsekuen dan konsisten menyediakan anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD sebagaimana diatur dalam konstitusi. Namun, jika hak atas pendidikan dasar tidak dapat terpenuhi, maka hal ini akan menambah garis panjang kebodohan negara.

Ketidaktahuan adalah sumber penindasan manusia. Jika negara belum memenuhi kewajiban untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi warganya, berarti telah melanggar HAM dan konstitusi. Pemerintah diharapkan memberikan arahan yang jelas untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan memberikan pelayanan pendidikan dengan berlandaskan pada semangat Pancasila, semangat kebhinekaan, dan semangat pembangunan. Kesempatan pendidikan di Indonesia harus dibebaskan dari upaya- upaya diskriminatif untuk mewujudkan keadilan pendidikan.

Perbedaan penelitian Rahmiati et al. (2021) dengan penelitian ini adalah terletak pada HAM yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan secara garis besar pada penelitian terdahulu hanya berfokus pada peran pemerintah dalam memberikan hak berdasarkan undang-undang yang masih banyak belum terealisasikan dengan baik dan belum semua anak bangsa mendapatkan pendidikan gratis selama 9 tahun.

Sedangkan penelitian ini melihat implementasi hak dan kewajiban dasar siswa di dalam lingkup sekolah dasar yang diberikan atau dilaksanakan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa-siswa lain dalam sekolah. Hal ini dalam pelaksanaan hak dan kewajiban harus memiliki aturan. Tujuan pengaturan hak asasi siswa maupun kewajiban hak asasi siswa untuk menjaga keseimbangan antara keduanya. Siswa memang memiliki hak asasi sebagai manusia, tetapi juga harus menghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi hak asasi individu orang lain yaitu teman sejawat maupun guru yang berada dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui hak dasar dan kewajiban dasar hak asasi manusia dalam pendidikan yang didapatkan siswa di SD Inpres Perumnas Palu.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia yang lebih memperhatikan karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan (Sukmadinata, 2011). Selain itu,

(4)

115 penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Perumnas Palu. Waktu penelitian yang digunakan selama 1 bulan yaitu pada bulan Januari 2023. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru yang berada di SD Inpres Perumnas Palu dengan 5 siswa dan 3 guru.

Pada penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Sesuai dengan karakteristik data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mmenggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Menurut Sugiyono (2010) observasi merupakan teknik yang mendasar dalam penelitian non tes yang dilakukan dengan pengamatan yang jelas, rinci, lengkap, dan sadar tentang perilaku individu sebenarnya di dalam keadaan tertentu. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil menatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan panduan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian untuk ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Miles dan Huberman dalam Sugiono (2010) mengemukakan bahwa analisis data penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), conclusion drawing atau verification (simpulan atau verifikasi).

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hak Dasar Siswa dalam Pendidikan

HAM merupakan hak untuk hidup sudah umum. Hak asasi siswa yang berada di SD Inpres Perumnas Palu sudah berupaya untuk dipenuhi, yaitu memberikan penilaiaan yang adil, memberikan pengayoman terhadap siswa, dan diperlakukan adil antara siswa di sekolah maupun dalam proses pembelajaran. Tetapi, tetap saja diantara siswa-siswa masih ada yang melakukan pelanggaran hak yaitu perundungan. Perundungan yang terjadi seperti saling mengejek nama orang tua, warna kulit, dan suku. Peristiwa ini sering siswa lakukan dan guru sulit untuk mencegahnya apalagi di sekolah penggerak. Guru penggerak tidak dapat menghukum siswa atau memberikan hadiah. Guru dan siswa membuat kesepakatan yang diberi nama kesepakatan kelas untuk meminimalisir dan mengilangkan pelanggaran hak tersebut. Contohnya, apabila guru dan siswa menyepakati

(5)

116 masuk jam 7 maka masuk kelas harus sesuai kesepakatan tersebut. Jadi untuk penyusunan kesepakatan kelas ini yang diberlakukan hanya aturan-aturan yang disepakati antara guru dan siswa. Kesepakatan kelas dibuat untuk menggantikan tata tertib. Tata tertib merupakan produk yang dibuat oleh guru dan harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat sekolah sedangkan kesepakatan kelas adalah produk yang dibuat oleh guru dan siswa yang harus dipatuhi oleh semua orang yang membuat kesepakatan tersebut. Guru sudah menerapkan role model dengan guru menjadi contoh dalam hal karakter. (Farisna, 10 Januari 2023)

Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru sejalan dengan penyataan dari siswa yaitu guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan selalu memperhatikan siswa di sekolah maupun di dalam kelas. Namun, di antara teman sering saling mengejek dan menghina teman lain akan tetapi guru selalu mengurangi poin sebanyak 5 poin kalau ada yang saling mengejek. (Riski, 13 Januari 2023)

Pernyatakan tersebut selaras dengan hasil wawancara dengan guru lain yang berada di SD Perumnas Palu mengatakan apabila dalam kesepakatan kelas ada yang melanggar, bukan hukuman yang diberikan. Dalam kesepakatan kelas tidak ada hukuman, yang ada dalam kesepakatan kelas yaitu konsekuensi. Apabila ada yang melanggara kesepakatan kelas maka akan menanggung konsekuensi dari kesepakatan itu. Contohnya seperti terlambat, maka kosekuensi yang diterima yaitu ketinggalan pelajaran. Guru menerapkan konsekuensi bukan hukuman dan bukan juga hadiah. Jangan sampai anak-anak melakukan sesuatu karena iming-iming hadiah atau mengikuti aturan karena terpaksa tidak mau di hukum. Konsekuensi semacam terlambat dijelaskan kepada siswa bahwa apabila terlambat maka akan ketinggalan pelajaran yang sudah berjalan dan yang rugi tentu siswa karena tidak mendapat pelajaran. Konsekuensi dari membuli yaitu dikucilkan dan banyak teman yang menjauhi akibat perundungan. Jadi dalam kesepakatan kelas ini tidak menerapkan hukuman, tetapi menerapkan konsekuensi akibat melakukan pelanggaran kesepakatan. Jadi guru disini berperan memberikan penjelasan tekait kosekuensi-konsekuensi apabila melanggar. (Alam, 14 Januari 2023)

Adapun pihak sekolah dalam memberikan hak-hak dasar siswa dalam pembelajaran dan dalam lingkup SD Perumnas Palu sebagaimana menurut Kepala Sekolah yaitu pemberian hak-hak siswa tentunya harus mensosialisasikan secara khusus dengan teman- teman guru tentang teknik coaching kepada siswa serta diterapkan dalam proses pembelajaran dengan cara yaitu menyisipkan saat sebelum proses pembelajaran dengan memberikan contoh terkait hak dan kewajiban, dan disampaikan saat upacara lewat amanat pembina upacara, kemudian saat apel pagi dan di dalam kelas. Semua guru pasti menyampaikan bahwa kewajiban siswa adalah belajar, haknya siswa adalah mendapatkan pelajaran. Hak mendapatkan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi pendidikan juga didapatkan di rumah. Oleh sebab itu, dari pihak sekolah ada kerja sama dengan orang tua siswa untuk mengontrol perkembangan siswa, saling mengkomunikasikan perkembangan siswa, mengupayakan ruang yang nyaman untuk siswa saat belajar. Kerja sama yang dilakukan guru dan orang tua siswa ini melalui polibu. Contohnya saat menghias kelas agar siswa nyaman belajar di dalam kelas, maka orang tua siswa

(6)

117 berkumpul melalui polibu untuk terlibat langsung dalam menghias kelas dan guru hanya memberikan saran terkait penghiasan kelas. (Siti Utari, 10 Januari 2023).

Kewajiban Dasar Siswa dalam Pendidikan

Siswa juga memiliki kewajiban dalam HAM. Siswa sudah melakukan kewajiban seperti menghormati, menghargai satu sama lain dalam proses pembelajaran. Tetapi apabila dalam keadaan senang siswa kadang lupa, misalnya dalam keadaan bermain. Saat istirahat atau bermain biasa lupa diri lantaran senang sudah tidak sengaja. Seperti kemarin ada kejadian siswa-siswa kejar-kejaran keluar dari pintu siswa lain ditabrak dan tidak terima lalu terjadi pemukulan. Siswa saling menghargai, tetapi ada satu momen tertentu siswa lepas kontrol yaitu tanpa disadari bermain-bermain lama kelamaan saling mengejek satu sama lain. Guru di SD Inpres Perumnas Palu memberikan penekanan bahwa guru yang selalu turun menjadi contoh. Contoh yang pertama guru berusaha menghargai dengan menyamakan siswa. Sebagai kepala sekolah ada saatnya menganggap siswa sebagai anak sendiri, dan ada saat siswa saya anggap sebagai siswa yang harus dibina dengan prosedur dalam pendidikan kalau kepala sekolah sudah memberi contoh kepada siswa, selanjutnya guru harus memberikan contoh kepada para siswa juga, dan hal tersebut namanya pembinaan karakter. (Siti Utari, 11 Januari 2023)

Berdasarkan penyataan kepala sekolah di atas selaras denga yang disampaikan siswa di SD Inpres Perumnas Palu yaitu siswa selalu diarahkan untuk melakukan yang harus dilakukan di sekolah yaitu menghormati guru, teman, dan selalu bertugas seperti apa yang menjadi kebiasaan di setiap minggu bertugas seperti membersihkan kelas dan membantu teman sebagaimana yang dicontohkan guru, serta apabila membantu teman dan bersikap baik maka guru memberikan 5 poin. (Aulia, 10 Januari 2023)

Pelaksanaan kewajiban siswa di SD Inpers Perumnas Palu sudah baik dilihat dari hasil wawancara, upaya yang dilakukan sekolah sudah efektif dengan guru menjadi suri tauladan bagi siswa dalam menjalankan kewajibannya. Adapun hasil yang sejalan dengan pernyataan di atas adalah siswa yang melanggar kewajiban sudah banyak sekali, seperti teman melanggar kewajiban di kelas yaitu ketika belajar selalu bercerita dengan siswa lain, padahal tidak boleh di kelas karena sudah ada kesepakatan kelas. Siswa perempuan yang terlalu banyak bercerita terutama satu orang bernama Bunga. Ketika belajar dia yang paling cerewet. Apabila siswa sudah selesai mengerjakan tugas maka akan dipulangkan, sedangkan yang belum selesai belum diizinkan untuk pulang. Ketika semua sudah bersiap untuk pulang, biasa Bunga dan teman-temannya masih berada di sekolah, hal ini karena tugas yang diberikan oleh guru belum selesai. (Afik, 12 Januari 2023)

Pembahasan

Hak Dasar Siswa dalam Pendidikan

HAM merupakan hak kodrat, hak dasar yang melekat pada diri manusia. Konsepsi

(7)

118 HAM di Indonesia menitikberatkan pada keseimbangan antara hak asasi dan kewajiban asasi. Salah satu hak dasar manusia yaitu memperoleh pendidikan, sedangkan kewajiban dasar manusia adalah saling menghormati, menghargai, serta patuh terhadap aturan yang berlaku (Yasin, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di sekolah SDN Inpres Perumnas Palu, SD ini termasuk sekolah penggerak. Hak asasi di lingkungan sekolah ini, seperti hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sudah berupaya untuk dipenuhi dengan memberikan pembelajaran yang baik, penilaian yang adil, perlakuan yang adil, dan perlindungan dan pengayoman kepada siswa. Upaya yang dilakukan yaitu memberikan kenyamanan saat pembelajaran, mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhannya, ada perbedaan antara suku, ras dan agama. Adapun pendapat selaras menurut Haryanto (2013) bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, atau kelamin, dan karena itu bersifat asasi dan universal. HAM merupakan hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun (Nadziroh et al, 2018). Hak asasi manusia bersifat relatif atau hidup bersama orang lain yang juga memiliki hak asasi

Hak siswa disekolah patut untuk diberikan kepada setiap siswa tanpa terkecuali, maka sekolah harus memberikan hak tersebut sesuai ketentuan dan arahan dari Dinas Pendidikan dan dikembangkan sesuai kebutuhan pada sekolah tersebut dan setiap siswa berhak dapat mengembangkan kepribadian serta meningkatkan kemampuannya.

Menurut Herawati ( 2016) bahwa setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan tanpa membedakan keberagaman karakteristik individu secara fisik, mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi. Sebagaimana pendidikan adalah usaha yang terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi diri untuk diri sendiri dan masyarakat. Artinya dalam menjalankan hak asasinya, tidak seorangpun dapat mengabaikan atau melanggar hak asasi manusia (Anggriani, 2022). Selain itu, pendidikan juga berfungsi untuk pemberdayaan siswa sehingga mampu mengantisipasi tantangan dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan hidupnya dimasa mendatang (Mustafa, 2016). Sedangkan menurut Tambun et al. (2020) bahwa hak mendapatkan pendidikan menjadi hak asasi bagi setiap individu. Sehingga setiap individu berhak memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Pendidikan salah satu permasalahan dan persoalan penting dihadapi oleh bangsa dan negara. Selain merupakan hal yang penting, sesungguhnya pendidikan merupakan hak bagi setiap orang sesuai dengan ketentuan dalam UUD 1945. Unsur penting dalam proses peningkatan sumber daya manusia suatu bangsa dan negara. Masalah pendidikan selalu dijadikan salah satu ukuran dalam mengetahuai tingkat kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu, maka pendidikan wajar menjadi perhatian serius jika ingin membangun peradaban dan kemajuan. Hal ini dapat dilihat pada pasal 31 UUD 1945, setiap warga berhak mendapat pendidikan, dan hak mendapat pembiayaan atas kewajiban pemerintah (Zaini, 2016).

(8)

119 Perlindungan HAM adalah upaya untuk melindungi siswa dari perbuatan yang sewenang-wenang yang tidak sesuai dengan aturan hukum. Perlindungan terhadap hak asasi ini terdapat dalam pasal 28 I ayat (2) yang berbunyi setiap orang berhak bebas dari pengakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminati itu (Irawan et al., 2021).

Adapun undang-undang yang mengatur tentang hak memperoleh pendidikan yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 12 dan 60, dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat (1) dan pasal 6 ayat (1) (Sujatmoko, 2010). Dalam konteks hak asasi pendidikan, sangat menaruh perhatian terhadap anak untuk menuntut ilmu/berilmu baik itu laki- laki, perempuan, anak-anak, maupun dewasa (Machali, 2012). Sekolah SD Inpres Perumnas Palu telah berupaya untuk melindungi hak asasi siswa, tetapi masih ada pelanggaran HAM yang tidak dapat dihindari. Salah satu pelanggaran yang sering terjadi di sekolah ini yaitu perundungan. Perundungan yang dilakukan anak- anak ini yaitu menyebut nama orang tua. Perundungan ini biasanya terjadi saat istirahat.

Sering terjadinya perundungan di sekolah, bukan berarti guru tidak mengawasi atau lepas tangan terhadap permasalahan ini. Dalam kasus ini, guru berupaya untuk menangani dan meminimalisir terjadinya pelanggaran hak asasi. Upaya yang dilakukan guru dalam menangani perundungan ini yaitu menggunakan teknik coaching tanpa pandang siapa siswa. Coaching yaitu mengeluarkan potensi siswa tanpa disadari dengan memberikan berdasarkan apa yang telah siswa perbuat tersebut, keadilan kesetaraan yang menjadi pondasi dalam pelaksanaan coaching. Penegakkan hak asasi manusia bukan hanya dilakukan oleh negara saja, tetapi juga harus dilakukan dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai negara hukum, Indonesia menjunjung tinggi keadilan dan kepastian hukum bagi seluruh masyarakat (Arifin & Lestari, 2019).

Penerapan coaching yaitu dengan bertanya kepada siswa apakah yang dilakukan terhadap temannya. Baik atau tidak dari pertanyaan ini, siswa akan berfikir, apa yang dilakukan ini tidak baik, apabila siswa tersebut telah menyadari, maka guru akan mengatakan kamu telah menyadari bahwa perbuatan yang kamu lakukan ini tidak baik, jadi apa yang harus kamu lakukan dari pertanyaan ini, siswa yang melakukan perbuatan ini akan berfikir dan mencari solusi terkait masalah yang ia perbuat.

Kewajiban Dasar Siswa dalam Pendidikan

Siswa memiliki kewajiban, kewajiban itu antara lain menghormati, menghargai satu sama lain. Dalam membangun sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain harus dimulai dari atas yaitu kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru harus memberikan contoh kepada siswa terkait hal tersebut. Di SD Inpres Perumnas Palu, kewajiban saling menghormati, menghargai satu sama lain telah siswa lakukan, akan tetapi apabila pada keadaan tertentu, seperti sedang bermain dan senang, siswa kadang lupa diri dan lepas kontrol. Sebagai contoh, saat jam istirahat para siswa bermain, saat bermain salah satu siswa tidak sengaja menabrak siswa yang lain, akibat dari

(9)

120 ketidaksengajaan ini, menimbulkan pelanggaran. Apabila ada siswa yang melakukan pelanggaran, maka akan dicatat dalam buku kasus coaching. Dalam menangani kasus, langkah awal yang dilakukan guru yaitu dengan melihat buku kasus untuk menentukan penanganan dari kasus tersebut. Apabila kasusnya ringan, maka siswa yang melakukan pelanggaran hanya coaching, sedangkan apabila kasusnya berat maka akan mengundang orang tua siswa yang melakukan pelanggaran. Sebagaimana menurut Hidayat (2016) bahwa hak asasi yang dimiliki tidak dapat dilaksanakan secara mutlak, karena dalam pelaksanaan HAM harus seimbang antara hak dan kewajiban. Setiap orang memiliki kewajiban tergantung pada situasi dan kemampuan masing-masing.

(Haifarashin et al., 2021).

Selain menggunakan teknik coaching dalam menangani pelanggaran, guru juga menggunakan sistem denda. Denda diterapkan jika ada siswa yang melakukan pelanggaran maka akan membayar denda sebesar Rp 5.000 ,00. Akan tetapi sistem denda tersebut tidak berlangsung lama, karena diganti dengan sistem poin. Sistem poin ini disepakati oleh para siswa di kelas. Tujuan diubahnya sistem denda jadi sistem poin ini adalah karena yang ditakutkan nanti siswa apabila telah dewasa dan melakukan pelanggaran maka hukuman bisa dibeli dengan uang.

Pelaksanaan kewajiban dasar siswa merupakan cerminan dari sila Pancasila yang kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Pelaksanaan kewajiaban bukan hanya dilakukan oleh negara saja, tetapi juga harus dilakukan dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai negara hukum, Indonesia menjunjung tinggi keadilan dan kepastian hukum bagi seluruh masyarakatnya (Arifin & Lestari, 2019).

Pelaksanaan kewajiban di SD Inpres Perumnas Palu dilakukan dengan cara menjadi memberikan contoh yang baik dalam melaksanakan kewajiban untuk para siswa. Dalam melaksanakan kewajiban, harus dimulai dari kepala sekolah dan guru, hal ini karena mejadi contoh. Apabila kepala sekolah dan guru memberikan contoh yang baik dalam menjalangkan kewajiban, maka siswa akan mencontoh hal yang baik pula.

Pengembangan bakat dan minat siswa tidak akan optimal tanpa adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hal ini membutuhkan dukungan yang baik dari lingkungan sekitar, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan sekolah merupakan faktor yang memiliki peran penting dalam pengembangan bakat dan minat siswa. Dalam hal ini, sekolah diharapkan dapat memberikan layanan yang baik kepada siswa demi berkembangnya siswa secara optimal (Wuryandani et al., 2018). Di SD Inpres Perumnas Palu, para siswa difasilitasi dan didukung dalam mengembangkan bakat dan minatnya yang merupakan kewajiban sekolah dan guru. Salah satu upaya sekolah dalam mengembangkan bakat siswa yaitu dengan memiliki pembina bakat. Salah satu kewajiban sekolah memberikan hak dasar siswa adalah memperoleh pendidikan, dan di dalam dunia pendidikan tidak boleh ada diskriminasi. Apapun status sosial yang dimiliki setiap siswa. Hakikat pendidikan memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya (Nadziroh et al., (2018). Pendidikan merupakan usaha dasar untuk membangun

(10)

121 kepribadian dan kemampuan dalam kesatuan organis harmonis dinamis, di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Selain itu, pendidikan juga berfungsi untuk pemberdayaan siswa sehingga mampu mengantisipasi tantangan dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan hidupnya pada masa mendatang (Mustafa, 2016). Setiap manusia berhak atas pendidikan di bawah kekuatan hukum tanpa adanya perbedaan. Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban untuk melindungi, menghormati, serta memenuhi hak untuk memperoleh pendidikan, dan mengawasi jika terjadi pelanggaran (Rahmiati et al., 2021).

SD Inpres Perumnas Palu adalah salah satu sekolah yang terdampak bencana pada tahun 2018. Sekolah ini sekarang memiliki status bangunan darurat karena pembangunan sekolah ini belum selesai. Meskipun sekarang bangunan sekolah SD Inpres Perumnas Palu belum jadi dan pembangunan masih direncanakan, apabila sesuai perencanaan bangunan sekolah tersebut akan selesai pada bulan Februari tahun 2024.

Kondisi sekolah ini masih dalam keadaan darurat bukan berarti sekolah ini tidak dapat menyesuaikan seperti sekolah-sekolah lain yang terdapat di kota Palu. Buktinya sekolah ini terakreditasi A dan menjadi sekolah percontohan yang berada di kota Palu, serta menjadi salah satu sekolah penggerak dan 7 sekolah terbaik di kota Palu. Adapun untuk dapat memenuhi hak tersebut diperlukan adanya pemerataan pendidikan dalam pengertian memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk dapat mengikuti pendidikan. Isu pemerataan ini berkaitan dengan kewajiban pemerintah untuk dapat melaksanakan pendidikan yang memenuhi skema 4 A, yaitu available (tersedia), accessible (terjangkau), acceptable (diterima), dan adaptable (dapat beradaptasi). Ketersediaan berhubungan dengan pengadaan sekolah-sekolah yang cukup untuk menampung seluruh anak yang akan bersekolah. Penyediaan sekolah demikian akan terkait dengan masalah dana yang disediakan, ketersediaan tenaga guru, dan penjagaan mutu pendidikan (Indriyani, 2017).

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hak dan kewajiban sudah disusun dan dipilah antara mana hak guru dan siswa serta mana kewajiban guru dan siswa untuk menciptakan keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk menjadi tata tertib di sekolah dan harus dipatuhi masyarakat sekolah karena telah memuat hak-hak berupa memperoleh perlakuan adil dari guru dalam proses pembelajaran maupun dalam lingkungan sekolah dan mendapatkan perlindungan atau pengayoman dari guru serta pihak-pihak terkait yang mendukung sekolah dan siswa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar pendidikan yang ada. Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh siswa maupun guru di sekolah yaitu saling menghargai, mengormati satu sama lain, serta mengikuti pelajaran di kelas maupun kegiatan dalam pengembangan kemampuan diri.

Saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah kepada praktisi pendidikan, khususnya yang terlibat dalam pembelajaran dapat memberikan dan

(11)

122 melaksanakan lebih efektif lagi hak dan kewajiban untuk terwujudnya keseimbangan di dalam pendidikan dan kepada peneliti lain yang tertarik disarankan untuk melakukan penelitian pada sekolah jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP dan SMA.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, M. (2022). Hak Asasi Manusia dan Kewajiban. Disiplin: Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda, 28(1), 9-18.

Arifin, R., & Lestari, L. E. (2019). Penegakan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia dalam Konteks Implementasi Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 12-25.

Haifarashin, R., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D. A. (2021). Pemahaman Siswa tentang Kewajiban dan Hak Warga Negara. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 7261- 7265.

Haryanto, T., Suhardjana, J., Komari, A. K. A., Fauzan, M., & Wardaya, M. K. (2013).

Pengaturan tentang Hak Asasi Manusia Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Sebelum dan Setelah Amandemen. Jurnal Dinamika Hukum, 8(2), 136-144.

Hazin, M., Rahmawati, N. W. D., & Shobri, M. (2021). Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam dan Maqashid Al-Syari’ah. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 7(1), 101-114.

Herawati, N. I. (2016). Pendidikan Inklusif. EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 2(1), 23-30.

Hidayat, E. (2016). Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia.

Jurnal ASAS, 8(2), 40-50.

Indriyani, D. (2017). Hak Asasi Manusia dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal Pendidikan Hukum, Politik dan Kewarganegaraan, 7(1), 1-12.

Irawan, A. D, Samudra, K. P., & Pratama, A. (2021). Perlindungan Hak Asasi Manusia oleh Pemerintah pada Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Citizenship Virtues, 1(1), 1-6.

Kusmaryanto, C. B. (2021). Hak Asasi Manusia atau Hak Manusiawi. Jurnal HAM, 12(3).

Machali, I. (2012). Islam Memandang Hak Asasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati, 27(1), 1-20.

Musthafa, B. (2016). Hak Asasi Manusia dalam Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 9(1).

Nadziroh, N., Chairiyah, C., & Pratomo, W. (2018). Hak Warga Negara d alam Memperoleh Pendidikan Dasar di Indonesia, Jurnal Trihayu. 4(3), 259091.

Rahmiati, R., Firman, F., & Ahmad, R. (2021). Implementasi Pendidikan sebagai Hak Asasi Manusia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 10160-10165.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Indonesia: Alfabeta.

Sujatmoko, E. (2010). Hak Warga Negara dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal Konstitusi, 7(1), 181-212.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung, Indonesia: Remaja Rosadakarya.

(12)

123 Tambun, S., Sirait, G., & Simamora, J. (2020). Analisis Yuridis Hak dan Kewajiban

Warga Negara atas Pendidikan Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal Visi Sosial Humaniora, 1(1), 84-92.

Wuryandani, W., Faturrohman, F., Senen, A., & Haryani, H. (2018). Implementasi Pemenuhan Hak Anak Melalui Sekolah Ramah Anak. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 15(1), 86-94.

Yasin, J. (2009). Hak Azasi Manusia dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara dalam Hukum Positif Indonesia. Bandung, Indonesia: Bandung Islamic University.

Zaini, N. A. (2016). Politik Hukum dan HAM (Kajian Hukum Terhadap Kewajiban Pemenuhan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia).

Jurnal Panorama Hukum, 1(2), 1-16.

Referensi

Dokumen terkait

Namun sebagai manusia juga mereka memiliki hak-hak dasar yang melekat dalam dirinya yaitu hak asasi manusia (HAM). Pada prinsipnya HAM tidak dapat dicabut oleh siapapun dan HAM

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan tentang saya bersemangat belajar materi hak dan kewajiban menggunakan strategi