• Tidak ada hasil yang ditemukan

(KHG Model) di Provinsi Riau - SBS 31 8 2023

N/A
N/A
Mul Yadi

Academic year: 2023

Membagikan "(KHG Model) di Provinsi Riau - SBS 31 8 2023"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGELOLAAN GAMBUT TERINTEGRASI (KHG MODEL)

DI PROVINSI RIAU

KEDEPUTIAN BIDANG KONSTRUKSI, OPERASI DAN PEMELIHARAAN 31 Agustus 2023

(2)
(3)

.

(4)

1.Survey Investigation Design

(SID)/Rapid Assessment Detail Engineering

Design (DED) 2. DPG

Penguatan Kelembagaan Peningkatan Kesadartahuan

Pemberdayaan PADIATAPA)

3. Konstruksi IPG (Sekat Kanal, Timbun Kanal,

Sumur Bor)

4. Operasi IPG (OPGRK/OPCLGT/

TMC)

5. Pemeliharaan

& Perbaikan IPG 6. Monev

Dampak Pembasahan

(AP-TMA)

KHG Target Lokasi Restorasi RTT, Parsial Quic ResponD, Sistematik

terpadu

I. Parsial & Quick Respond, 2016-2020

RTT/ Rec. Kontijensi: Belum mempertimbangkan tata air/hidrologi gambut (zona air, Sub KHG, HRU

Kelembagaan DPG : Raising awareness, PADIATAPA,Empowerment belum terintegrasi dg Pembangunan IPG

SID, Masih banyak menggunakan Rapid Assessment, Belum mempertimbangkan tata air/hidrologi gambut (zona air, Sub KHG, HRU)

Konstruksi IPG, Kontruksi Semi Permanen (bahan kayu) belum memperhitungkan kesesuaian dg kondisi hidrologi kanal.

DED, menggunakan Kontruksi Permanen/

Semi Permanaen sesuai kondisi hidrologi jaringan kanal.

Pemeliharaan &Perbaikan IPG:Belum dilaksanakan, krn umur efektif IPG 3 tahun

OPGRK/OPCLGT :dilaksanaan masih di tingkat tapak, belum terintegrasi dengan Satgas Karhutla Daerah.

TMC belum dilaksanakan TMC dan belum bersinergi dg BMKG (Cuaca, Iklim) , BRIN (TMC), BNPB.

Parsial, Quick Respond

& Sistematis Terpadu, 2021-2024

III. Sistematis Terpadu, 2025-dst

Mon-ev : baRu tingkat Output Jumlah Unit IPG yg dibangun, , Belum sampai Out Come Luas dampak pembasahan

RTT/ Rec.: Mempertimbangkan /hidrologi gambut (zona air, Sub KHG, HRU

Kelembagaan DPG : terintegrasi dg Pembangunan IPG

SID,mempertimbangkan tata air/hidrologi gambut (zona air, Sub KHG, HRU)

Konstruksi IPG, Kontruksi Permanen/Semi, Permanen (bahan kayu)/ kontruksi dg kondisi hidrologi kanal.

OPGRK/OPCLGT :dilaksanaan terintegrasi di tingkat tapak, Water Bombing, TMC bersinergi dengan Satgas Karhutla Daerah, BNPB, BMKG, PPI, BRIN dari Perc, Pelaksaanan dan monev.

Pemeliharaan &Perbaikan IPG: dilaksanakan secara rperiodik dan berkesinambungan.

Mon-ev : tingkat Output Jumlah Unit IPG yg dibangun, , dan Out Come Luas dampak pembasahan dg APTMA,( Sumur pantau, SIPALAGA, Citra Satelit).

DED, masih menggunakan Kontruksi Semi Permanen belum mempertimbangkan kondisi hidrologi jaringan kanal.

1.Survey Investigation Design

(SID)/Rapid Assessment Detail Engineering

Design (DED) 2. DPG

Penguatan Kelembagaan Peningkatan Kesadartahuan

Pemberdayaan PADIATAPA)

3. Konstruksi IPG (Sekat Kanal, Timbun Kanal,

Sumur Bor)

4. Operasi IPG (OPGRK/OPCLGT/

TMC)

5. Pemeliharaan

& Perbaikan IPG 6. Monev

Dampak Pembasahan

(AP-TMA)

KHG Target Lokasi Restorasi RTT, Parsial Quic ResponD, Sistematik

terpadu

(5)

Pendekatan dan Teknik Restorasi Gambut

5

)

PendekatanQuick Response Untuk mengatasi permasalahan karhutla dalam jangka pendekà penurunan jumlahhotspot

Pendekatan Komprehensif Sistematis

Sistem penyelenggaraan restorasi gambut lebih ajeg, menyeluruh, terintegrasi, dan berjangka Panjang melalui perencanaan dan kegiatan pembangunan/pengelolaan sektor terkait dan para pengelola di lahan gambut.

Teknik Restorasi Gambut

+ OP

+ DMPG

10

(6)

.

(7)

KHG Model

RESTORASI GAMBUT (Eksternal)

Restorasi Bio-fisik Wilayah Berbasis

(KHG/Sub- KHG/Lanskape Hidrologi Unit) Restorasi

Sosekbud Masyarakat

Berbasis (Desa, DPG,DMPG)

Monev Retorasi (APTMA, Neraca Air)

Penangung Jawab Restorasi Ekosistem

Gambut

Penangung Jawab Restorasi Ekosistem Gambut yangMemiliki Protokol

Pemanfaatan Gambut Berkelanjutan, yaitu:

1. Menetapkan fungsi ekosistem gambut (fungsi konservasi, lindung, budidaya ) dan mengelola ekosistem gambut sesuai dengan fungsinya.

2. Memastikan muka air tanah tidak kurang dari batas minimal yang dipersyaratkan.

3. Menjaga Neraca Air (water balance) Optimum

4. Menerapkan prinsip berbagi air (water sharing) berbasis Lanskap (KHG)

5. Menghindari penggunaan apisebagai metode pembersihan lahan Over Draining pengelolaan lahan.

6. Memilih komoditas Unggulan yang sesuaidengan karakteristik lahan gambut.

(8)

Menetapkan fungsi ekosistem gambut (FEG) dan mengelola ekosistem gambut sesuai

dengan fungsinya.

Menerapkan prinsip berbagi air berbasis

Lanskap (KHG) memastikan muka air tanah tidak kurang dari batas minimal yang

dipersyaratkan. Diperlukan konsolidasi para pihak yang merupakan pemangku lahan pada suatu KHG.

Menghindari penggunaan api sebagai metode pembersihan lahan.

Memilih komoditas yang sesuai dengan karakteristik lahan gambut.

Protokol Pemanfaatan Gambut Berkelanjutan

Penanggungjawab Restorasi Ekosistem Gambut

Berdasarkan PP 57 Tahun 2016, Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut adalah Upaya Sistematis dan Terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi ekosistem gambut dan mencegah terjadinya kerusakan.

9

(9)

Memiliki tingkat kebasahan (water content >80%) pada semua areanya (baik lindung maupun budidaya)

Memberikan manfaat dan penghidupan untuk semua pihak yang berkepentingan di dalam KHG

Memiliki sinergi yang baik antara pemberi izin dan pemanfaat serta antara pengelola kawasan/lahan di KHG dalam rangka mewujudkan nomor (1) dan menghindari kerusakan ekosistem (subsidensi, kebakaran dan banjir).

1 2 3

Menetapkan Tujuan KHG Optimum

3

(10)

4

(11)

5

(12)

c. Membangun kerjasama dan partisipasi stakeholder termasuk masyarakat dalam Pembangunan Model Restorasi dan Pengelolaan Ekosistem Gambut Sistematis dan Terpadu;

d. Melaksanakan Pembangunan Model Restorasi dan Pengelolaan Ekosistem Gambut Sistematis dan Terpadu sesuai dengan Rencana Model Restorasi dan Pengelolaan Ekosistem Gambut Sistematis yang telah ditetapkan; dan

e. Membuat laporan dan menyampaikan hasilnya secara periodik kepada Kepala melalui Deputi Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan, dengan tembusan kepada Kuasa Pengguna Anggaran.

Mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Perencanaan restorasi dan pengelolaan ekosistem gambut sistematis dan terpadu dengan mempertimbangkan aspek biofisik, sosial, ekonomi, kewenangan, dan politik;

b. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah mulai dari level provinsi, kabupaten/kota dan desa serta para penanggung jawab usaha/ kegiatan lainnya;

6

(13)

KHG Sungai SiakSungai Kampar KHG Pulau Bengkalis

KHG Sungai MendaharaSungai Batanghari

KHG Sungai Saleh Sungai Sugihan

7

Intervensi Jumlah

R1 SBO 200 Unit

R1 KSE 128 Unit

R1 TK -

R2 15 Ha

R3 11 Paket

APTMA 5 Unit

DPG 32/93 Desa

Intervensi Jumlah

R1 SBO -

R1 KSE 80 Unit

R1 TK -

R2 75 Ha

R3 20 Paket

APTMA 4 Unit

DPG 18/54 Desa

Lokasi Pilot Model KHG

Wilayah Sumatera

(14)

KHG Sungai PunggurbesarSungai Kapuas

KHG Sungai Kahayan – Sungai Sebangau

KHG Sungai BalanganSungai Batangalai

8

Lokasi Pilot Model KHG

Wilayah Kalimantan

(15)

KHG Pulau Bengkalis

KHG Sungai Siak Sungai Kampar

16 KHG Pulau Bengkalis

KHG Pulau Bengkalis memiliki Luas KHG sebesar 90.686,09 Hektar, dengan kawasan gambut seluas 64.515,58 Hektar (BPPSDLP, 2019).

KHG Sungai Siak Sungai Kampar

KHG Sungai SiakSungai Kampar, merupakan KHG terbesar kedua di Riau yaitu 722.929 Hektar dengan kawasan gambutnya seluas 624.866,35 Hektar, namun kondisi gambutnya merupakan yang terbesar di Riau dengan kedalaman mencapai hampir 20 meter (BPPSDLP, 2019).

(16)

Kawasan Hutan

13

APL HPK HPT HP

58.762,98 Ha 5.567,22 Ha

5.514,6 Ha 11.413 ,08 Ha :

: : :

Luas Kawasan

Sumber : KLHK 2020

APL HL HP HPK HPT SM TN

91.281,4 Ha 0,034 Ha 509.085,85 Ha

19.931,9 Ha 2.520,4 Ha 13.521,47 Ha 24.474,07 Ha

Sumber : KLHK 2020

: : : : : :

Luas Kawasan

KHG Pulau Bengkalis KHG Sungai Siak Sungai Kampar

(17)

KHG Pulau Bengkalis KHG Pulau Bengkalis

• Pada KHG Pulau Bengkalis ini terdapat kegiatan yang mendukung pengelolaan ekosistem gambut mulai dari Perguruan Tinggi, CSO, dan pihak terkait lainnya

KHG Sungai Siak Sungai Kampar

KHG Sungai Siak Sungai Kampar

• Pada KHG ini terdapat representasi multi pihak, mulai dari Taman Nasional Zamrud yang dikelola BBKSDA Riau, Hutan Produksi oleh KPHP Tasik Besar Serkap, PBPH HTI hingga Restorasi Ekosistem, Perhutanan Sosial berupa Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan, HGU Perkebunan, smallholder dan kebun masyarakat, serta NGO dengan demplot dan pendampingan.

• Pemerintah Daerah menerbitkan kebijakan Riau Hijau, Siak Hijau, Pelalawan Hijau, sebagai upaya menyatukan para pihak dalam perlindungan lingkungan termasuk ekosistem gambut.

Pengelolaan bersama dan terpadu memastikan kelestarian fungsi ekosistem gambut dan dapat mencegah gambut dari kerusakan (kebakaran dan subsidensi), hingga akhirnya target pencapaian pengurangan emisi GRK dapat tercapai

16

(18)

#BRGMINDONESIA

#GAMBUTMANGROVEUNTUKKEHIDUPAN

#NYATAMENJAGAINDONESIA

18

Referensi

Dokumen terkait