• Tidak ada hasil yang ditemukan

Khutbah amalan setara Haji

N/A
N/A
raden fattahillah

Academic year: 2023

Membagikan "Khutbah amalan setara Haji"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Hadirin sidang shalat jum’at, Rahimakumullah

Di hari yang mulia, pada Jum’at yang dijuluki sayyidul ayyam (rajanya hari) ini, marilah kita bersyukur atas nikmat yang tak terukur dari Allahu robbun ghofur Melalui mimbar ini pula, kami mengajak dan berwasiat pada diri saya pribadi marilah kita tingkatkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala dengan cara menjaga dan melaksanakan semua perintahnya dan pada saat yang sama kita tinggalkan aneka macam larangan Allah dan Rasulnya.

Hanya dengan cara inilah insyaAllah kita akan memperoleh ketentraman dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak nanti, Aamiin.

Ma’asyirol Muslimin, Rahimakumullah

Salah satu pilar penting yang diwajibkan kepada kita semua adalah menunaikan ibadah haji ketika sudah mampu dan memiliki bekal yang cukup, terhitung dari berangkat hingga pulangnya. Karena itu, kewajiban haji hanya satu kali selama seumur hidup bagi semua umat Islam. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al- Qur’an, Allah swt berfirman:

َنيِمَلاَعْلا ِنَع ّيِنَغ ا ّنِإَف َرَفَك نَمَو ًليِبَس ِهْيَلِإ َعاَطَتْسا ِنَم ِتْيَبْلا ّجِح ِساّنلا ىَلَع ِ ّلَو

Artinya, “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS Ali ‘Imran [3]: 97).

Kewajiban ibadah haji sebagaimana ayat di atas memiliki pahala yang sangat besar di sisi Allah. Selain menjadi penyempurna iman bagi orang yang menunaikannya, juga akan mendapatkan jaminan surga. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam salah satu haditsnya, yaitu:

ُةّنَجْلا ّلِإ ٌءاَزَج ُهَل َسْيَل ُروُرْبَمْلا ّجَحْلا

Artinya, “Haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR Muslim).

Itulah balasan yang akan didapatkan oleh jamaah haji yang berhasil meraih haji mabrur, yaitu haji yang bisa menjadikan dirinya sebagai pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, serta tidak mengulangi perbuatan maksiat dan dosa. Orang yang bisa meraih haji mabrur ini akan mendapatkan jaminan surga dari Allah yang penuh dengan nikmat.

Ma’asyirol Muslimin, Rahimakumullah

Lantas, bagaimana dengan orang-orang yang tidak mampu untuk menunaikan ibadah haji, bisakah meraih pahala sebagaimana yang didapatkan oleh jamaah haji? Perlu diketahui bahwa orang-orang yang tidak mampu untuk menunaikan ibadah haji karena tidak memiliki bekal yang cukup masih memiliki kemungkinan untuk meraih pahala yang setara dengan ibadah haji, yaitu dengan cara menunaikan ibadah shalat Jumat. Artinya, jika kita semua yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini merupakan golongan orang-orang yang tidak mampu untuk berhaji, maka shalat Jumat adalah haji bagi kita semua.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits nabi, yaitu:

ِنْيِكاَسَمْلا ّج َح ُةَعْم ُجْلَا :ٍةَياَوِر يِفَو .ِءاَرَقُفْلا ّج َح ُةَعم ُجْلَا

Artinya, “Shalat Jumat adalah haji bagi orang-orang fakir. Dalam riwayat yang lain: Shalat Jumat adalah haji bagi orang miskin.” (HR Ibnu Abbas). Syekh Abdurrauf al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir Syarh Jami’is Shaghir mengatakan bahwa hadits di atas menjadi kabar gembira bagi orang-orang yang tidak mampu untuk menunaikan ibadah haji disebabkan tidak memiliki bekal atau

(2)

karena faktor lainnya, bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang setara dengan ibadah haji dengan cara menunaikan ibadah shalat Jumat.

Ma’asyirol Muslimin, Rahimakumullah

Selain dengan shalat Jumat, banyak ibadah-ibadah lain yang nilai pahalanya setara dengan ibadah haji yang bisa kita lakukan semuanya, di antaranya adalah dengan cara istiqamah melakukan shalat wajib dengan cara berjamaah. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, yaitu:

ٍةَرْْْمُعَك َيِهَف ٍعّوَطَت ِةَلَص ىَلِإ ىَشَم ْنَمَو ٍةّجَحَك َيِهَف ِةَعاَمَجْلا يِف ٍةَب ْوُتْكَم ٍةَلَص َىلِإ ىَشَم ْنَم

ٍةَماَت

Artinya, “Siapa saja yang berjalan menuju shalat wajib berjamaah, maka ia seperti berhaji. Dan siapa saja yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah.” (HR at-Thabrani).

Dalam riwayat yang lain juga disebutkan bahwa pergi menuju masjid untuk belajar agama atau untuk melakukan ibadah dan kebaikan, maka hal itu akan bernilai pahala sebagaimana pahala ibadah haji. Dalam salah satu haditsnya, nabi bersabda:

ُهُت ّج َح ًاماَت ٍجاَح ِر ْجَأَك ُهَل َناَك ُهَمِلَعُي ْوَأ ًارْيَخ َمّلَعَتَي ْنَأ ّلِإ ُدْيِرُي َل ِدِجْسَمْلا َىلِإ اَدَغ ْنَم

Artinya, “Siapa saja yang berangkat ke masjid, yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR at-Thabrani).

Ma’asyirol Muslimin, Rahimakumullah

Itulah beberapa amalan yang bisa kita lakukan untuk meraih pahala yang setara dengan pahala ibadah haji dan umrah. Shalat Jumat, istiqamah shalat wajib dengan berjamaah, dan pergi menuju masjid untuk melakukan kebaikan atau

mengajarkannya, merupakan tiga amalan yang setara dengan ibadah haji menurut hadits nabi. Oleh karena itu, jika kita termasuk golongan orang-orang yang tidak mampu untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah al-Haram, mari kita kerjakan salah satu dari yang tiga, atau bahkan kita istiqamahkan untuk terus melakukan ketiga-tiganya, sebagai ajang untuk meraih pahala yang setara dengan pahala ibadah haji. Demikian khutbah Jumat perihal shalat Jumat sebagai momentum untuk meraih pahala yang setara dengan pahala ibadah haji. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin. (QS. AL ASHR)

KHUTBAH KEDUA

ْنَم ،اَنِلاَمْعَأ ِتاَئِيَس ْنِمَو اَنِسُفْنَأ ِرْوُرُش ْنِم ِ للِلاِب ُذوُعَنَو ،ْهُرِفْغَتْسَنَو ُهُنْيِعَتْسَنَو ُهُدَم ْحَن ِ للِل ُدْمَحْلَا

ُهُدْبَع اًدّم َحُم ّنَأ ُدَهْشَأَو للل ّلِا َهَلِإ َل ْنَأ ُدَهْشَأ .ُهَل َيِداَه َلَف ْلِلْضُي ْنَمَو ُهَل ّلِضُم َلَف ُ للا ِهِدْهَي .ُدْعَب اّمَأ. َنْيِعَم ْجَا ِهِباَحْصَاَو ِهِلآ ىَلَعَو ٍدّمَحُم ىَلَع ْكِراَبَو ْمِلَسَو ِلَص ّمُْهللللَا .ُهَدْعَب َيِبَن َل ُهُلْوُسَرَو : ِمْيِرَكْلا ِهِباَتِك ىِف ىَلَاعَت ُ للا َلاَق. َن ْوُمِلْسُم ْمُتْنَأَو ّلِإ ّنُتْوُمَت َلَو ِهِتاَقُت ّقَح َ للا اْوُقّتِا !ِ للِا َداَبِع اَيَف ىِبّنلا َىلَع َن ْوّلَصُي ُهَتَكِئ َلَمَو َ للا ّنِإ .ِمْيِحّرلٱ ِن لَم ۡحّرلٱ ِ للِلٱ ِم ۡسِب .ِمْيِجّرلا ِناَطْيّشلا َنِم ِ للِلاِب ُذ ْوُعَأ اَمَك َكِلْوُسَرَو َكِدْبَع دّمَحُم ىَلَع ِلَص ّمُْهللللَا .اًمْيِلْسَت اْوُمِلَسَو ِهْيَلَع ا ْوّلَص اْوُنَمآ َنْيِذّلا اَهّيَا آَي

ِللا ىللَعَو َمْيِهاَرْبِا ىللَع َتْكَراَب اَمَك ٍدّم َحُم ِللا ىللَعَو ٍدّم َحُم ىللَع ْكِراَبَو َمْيِهاَرْبِا ىللَع َتْيّلَص

ٌدْيِجَم ٌدْيِمَح َكّنِا َنْيِمَلاَعْلا ىِف َمْيِهاَرْبِا.

ِتاَوْمَلْاَو ْمُهْنِم ِءآَي ْحَ ْلَا ِتاَمِلْسُمْلاَو َنْيِمِلْسُمْلاَو ِتاَنِم ْؤُمْلاَو َنْيِنِم ْؤُمْلِل ْرِفْغا ّمُْه للللَا اَنِدَلَب ْنِم , َنَطَب اَمَو اَهْنِم َرَهَظ اَم ْرَكْنُمْلاَو َءاَش ْحَفْلاَو َءاَبَوْلاَو َءَلَبْلاَو َءَلَغلْا اّنَع ْعَفْدا ّمُهّللَأ اَنُرُمْأَي َ للا ّنِإ ! ِ للِاَداَبِع.ِرْيِدَق ٍء ْيَش ِلُك ىَلَع َكّنِإ ,ًةّماَع َنْيِمِلْسُمْلا ِناَدْلُب ْنِمَو ًةّصآَخ اَذَه

ْمُكّلَعَل ْمُكُظِعَي ِيْغَبلْاَو ِرَكْنُمْلاَو ِءآش ْحَفلْا ِنَع ىَهْنَيَو َىب ْرُقلْا يِذ ِءآتْيِإَو ِناَس ْحِلْاَو ِلْدَعلْاِب

ْرَبْكَا ِ للِا ُرْكِذَلَو ْمُكْدِزَي ِهِمَعِن َىلَع ُه ْوُرُكْشاَو ْمُك ْرُكْذَي َمْيِظَعلْا َ للا اوُرُكْذاَو َنْوُرّكَذَت

.

Referensi

Dokumen terkait

‘Tawwaf Pamitan atau Perpisahan’. Berfirman dalam QS. Hari keenam dari prosesi haji adalah tanggal 13 Zulhijjah. 1) Hari ini dikhususkan bagi yang terlambat. 2) Sesuai

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, waktu yang dibutuhkan untuk membuat jadwal tempat khutbah j um’at mubaligh adalah satu bulan untuk menyusun empat

Selain menghidupkan malam dengan solat, amalan lain yang dituntut untuk dilakukan pada malam Rejab khususnya pada tiga malam terakhir daripada bulan Rejab ialah amalan zikir.. Amalan

Setyani nurul hidayat (070116547) orang miskin naik haji (studi kualitatif tentang makna haji pada orang miskin yang telah berangkat haji pada orang miskin yang

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, waktu yang dibutuhkan untuk membuat jadwal tempat khutbah jum’at mubaligh adalah satu bulan untuk menyusun empat bulan

Hasil penelitian menunjukan adanya perilaku keagamaan yang menyimpang seperti mabuk-mabukan judi dll, sedangkan khutbah jumat adalah siraman rohani yang rutin dilakukan dikalangan

Memang sesungguhnya kemabruran haji, tidak saja diharapkan mendapatkan pahala dan balasan surga di akhirat sana, tetapi masyarakat semasa masih di dunia ini pun, juga ingin merasakan

Kumpulan materi pembelajaran untuk siswa Paket C setara SMA pada tahun ajaran