• Tidak ada hasil yang ditemukan

KIMIA DARAH DAN ENZIM PEMERIKSAAN KADAR KREATININ DAN KADAR UREUM

N/A
N/A
Aghatya candra

Academic year: 2024

Membagikan " KIMIA DARAH DAN ENZIM PEMERIKSAAN KADAR KREATININ DAN KADAR UREUM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KIMIA DARAH DAN ENZIM

PEMERIKSAAN KADAR KREATININ DAN KADAR UREUM

Aghatya Candra Hardiva P07134122020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III 2023/2024

(2)

1. Hari/Tanggal : Senin, 18 Maret 2024 2. No Praktikum : 8

3. Judul Praktikum : Pemeriksaan Kadar Kreatinin dan Kadar Ureum

4. Tujuan : Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan kadar kreatinin dan kadar ureum dengan baik dan benar

5. Metode : 1. Kreatinin : Metode Jaffe 2. Ureum : Metode Bethelot

6. Prinsip : 1. Kreatinin : reaksi Jaffe adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga dan diukur menggunakan spektrofotometer visibel pada λ 492 nm 2. Ureum : Urea dipecah menjadi amoni dan karbon

dioksida dengan pemberian urease. Amonia yang dibebaskan ditentukan dengan metode Bethelot.

Setelah dicampur dengan pereaksi I dan II akan terjadi

7. Dasar Teori :

reaksi yang menghasilka suatu kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometer UV-VIS

1. Kreatinin

Kreatinin adalah nin adalah produk akhir dari produk akhir dari metabolisme keratin otot kreatinin fosfat lisme keratin otot kreatinin fosfat (protein), disisntesa dalam hati, ditemukan dalam otot rangka otot rangka dan darah yang direaksikan oleh ginjal kedalam urine (Sutejo.AY,2010). Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein walaupun keduanya juga menimbulkan efek.

Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot (Riswanto, 2010).

(3)

Kreatin ditemukan di jaringan otot (sampai dengan 94%). Kreatin dari otot diambil dari darah karena otot sendiri tidak mampu mensintesis kreatin. Kreatin darah berasal dari makanan dan biosintesis yang melibatkan berbagai organ terutama hati. Proses awal biosintesis kreatin berlangsung di ginjal yang melibatkan asam amino arginin dan glisin. Menurut salah satu penelitian in vitro kreatin secara hampir konstan akan diubah menjadi kreatinin dalam jumlah 1,1% per hari (Wulandari W, 2015)

2. Ureum

Sampah utama metabolisme protein adalah ureum atau urea. Ureum merupakan senyawa nitrogen non protein yang ada di dalam darah (Sumardjo, 2008). Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus dan sebagian direabsorbsi pada keadaan dimana urin terganggu (Verdiansah, 2016)

Urea berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Ureum merupakan senyawa ammonia yang berasal dari metabolisme asam amino yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum bermolekul kecil mudah berdifusi ke cairan ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan melalui urine lebih kurang 25 gr/hari. Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Ureum terbentuk dari penguraian protein terutama yang berasal dari makanan (Price,2005). Penetapan kadar ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekresi. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah

(4)

biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Kadar rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat (Ignatavicius &

Workman, 2006).

Ureum adalah produk limbah dari pemecahan protein dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus ornithine) adalah reaksi pengubahan ammonia (NH3) menjadi urea (CO(NH2)2) (Weiner D, et. al. 2015 dalam Loho, dkk., 2016). Keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap akan diekskresikan ureum kira-kira 25 mg per hari (Hines, 2013). Reaksi kimia ini sebagian besar terjadi di hati dan sedikit terjadi di ginjal. Hati menjadi pusat pengubahan ammonia menjadi urea terkait fungsi hati sebagai tempat menetralkan racun.Urea bersifat racun sehingga dapat membahayakan tubuh apabila menumpuk di dalam tubuh. Meningkatnya urea dalam darah dapat menandakan adanya masalah pada ginjal (Loho, dkk., 2016).

Pemeriksaan ureum sangat membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut.Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisa (Verdiansah, 2016).

8. Alat dan Bahan : 1. Alat : a. Kuvet b. Gelas Kimia c. Spektrofotometri d. Tissue

e. Mikropipet f. Yellow tip g. Blue tip

(5)

h. Label 2. Bahan :

a. Serum

b. Reagen Kreatinin R1 (NaOH) dan R2 (asam pikrat)

c. Standar Kreatinin

d. Reagen Ureum R1 (TRIS, 2-Oxoglutarate, ADP, Urease dan GLDH) dan R2 (NADH)

e. Standar Ureum 9. Cara Kerja : 1. Kreatinin

a. Siapkan alat dan bahan

b. Buatlah reagen kerja R1 4 bagian (mengandung NaOH) dengan R2 1 bagian (mengandung asam pikrat)

c. Pipet 4 ml (4000 µL) R1 ditambah 1 ml (1000 µL) R2 ditaruh di gelas kimia, homogenkan

d. Ambil 3 Kuvet : Blanko, Standar, Sampel

e. Kuvet Blanko : isi dengan 1000 µL monoreagen (Reagen kerja)

f. Kuvet Standar : isi dengan 1000 µL monoreagen (Reagen kerja) ditambah 50 µL larutan standar, homogenkan

g. Kuvet Sampel : isi dengan 1000 µL monoreagen (Reagen kerja) ditambah 50 µL sampel serum, homogenkan

h. Dibaca pada panjang gelombang (λ) 492 nm i. Pada saat pembacaan standar dan sampel dibaca 2

kali yaitu saat 1 menit pertama dimulai dari saat penambahan sampel serum dan larutan standar kemudian dilanjut 1 menit kedua tanpa dikeluarkan dari spektrofotometri

2. Ureum

a. Siapkan alat dan bahan

(6)

b. Buatlah reagen kerja R1 4 bagian (mengandung TRIS, 2-Oxoglutarate, ADP, Urease dan GLDH) dengan R2 1 bagian (mengandung NADH)

c. Pipet 4 ml (4000 µL) R1 ditambah 1 ml (1000 µL) R2 ditaruh di gelas kimia, homogenkan

d. Ambil 3 Kuvet : Blanko, Standar, Sampel

e. Kuvet Blanko : isi dengan 1000 µL monoreagen (Reagen kerja)

f. Kuvet Standar : isi dengan 1000 µL monoreagen (Reagen kerja) ditambah 10 µL larutan standar, homogenkan

g. Kuvet Sampel : isi dengan 1000 µL monoreagen (Reagen kerja) ditambah 10 µL sampel serum, homogenkan

h. Dibaca pada panjang gelombang (λ) 340 nm atau 365 nm

i. Pada saat pembacaan standar dan sampel dibaca 2 kali yaitu saat 30 detik pertama dimulai dari saat penambahan sampel serum dan larutan standar kemudian dilanjut 1 menit kedua tanpa dikeluarkan dari spektrofotometri

10. Hasil : 1. Pemeriksaan Kreatinin

• Diketahui :

a. Absorban standar 1: 0,182 b. Absorban standar 2: 0,188 c. Absorban sampel 1 : 0,221 d. Absorban sampel 2 : 0,227

• Perhitungan kadar kreatinin :

= (𝐴2−𝐴1𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) X Konsentrasi standar (𝐴2−𝐴1 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟)

= (0,227−0,221)

X 2 mg/dL

(0,188−0,182)

= 1 X 2 mg/dL

1

(7)

= 2 mg/dL ( mg/dL)

• Hasil

Hasil kadar Kreatinin yaitu 2 mg/dL

2. Pemeriksaan Ureum

• Diketahui :

a. Absorban standar 1: 1,660 b. Absorban standar 2 : 1,601 c. Absorban sampel 1 : 1,634 d. Absorban sampel 2 : 1,622

• Perhitungan kadar ureum :

= (𝐴1−𝐴2𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) X Konsentrasi standar (𝐴1−𝐴2 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟)

= (1,634−1,622)

X 50 mg/dL

(1,660−1,601)

= 0,012 X 50 mg/dL

0,059

= 10,16 mg/dL ( mg/dL)

• Hasil

Hasil kadar ureum yaitu 10,16 mg/dL 11. Nilai Rujukan : 1. Kreatinin

Pria : 07 – 1,3 𝑚𝑔/𝑑𝐿 Wanita : 0,6 – 1,1 𝑚𝑔/𝑑𝐿 2. Ureum

17 – 43 𝑚𝑔/𝑑𝐿 12. Pembahasan : 1. Kreatinin

Kreatinin merupakan kreatin fosfat otot, diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil karena tidak dipengaruhi oleh protein dari dari

(8)

diet. Ekskresi kreatinin dalam urin dapat diukur dengan menggunakan bahan yang dikumpulkan selama 24 (Naully, 2018).

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar kreatinin dengan metode Jaffe didapatkan hasil 2 mg/dL yang artinya tinggi. Jika terjadi disfungsi renal maka kemampuan filtrasi kreatinin akan berkurang dan kreatinin serum akan meningkat.

Peningkatan kadar kreatinin serum dua kali lipat mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50% demikian pula peningkatan kadar kreatinin serum tiga kali lipat merefleksikan penurunan fungsi ginjal sebesar 75% (Alfonso, Et, Al., 2016).

Kreatinin saat ini merupakan penanda biologis yang paling sering digunakan untuk memamntau fungsi ginjal karena pemeriksaannya mudah dan juga murah. Keterbatasan dan kekurangan kreatinin serum dalam mendeteksi penurunan fungsi ginjal terutama pada perubahan akut fungsi ginjal telah membuat kreatinin menjadi indicator fungsi ginjal yang kurang dapat diandalkan.

Cystatin C merupakan penanda biologis yang diproduksi di dalam tubuh dalam tingkat yang konstan, tidak di pengaruhi oleh massa otot dan factor diet, serta mengalami filtrasi secara bebas di glomerulus dan juga reabsorpsi oleh tubulus proksimal. Terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah antara lain : perubahan massa otot, diat kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampi beberapa jam setelah makan, aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin dalam darah, obat- obatan yang dapat menggangu sekresi kreatinin

(9)

sehingga meningkatkan kadar kreatinin dalam darah, peningkatan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal, usia dan jenis kelamin biasanya yang lebih tua dan pada laki-laki kadar akan lebih tinggi. Adapun factor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu konsentrasi substrat, suhu inkubasi, pH, larutan buffer, kofaktor, inhibitor.

2. Ureum

Dalam praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar ureum dengan metode bertholet didapatkan hasil 10,16 mg/DL yang artinya rendah.

Pengukuran ini yaitu urea dalam sampel dengan bantuan enzim urease akan menghasilkan ammonia dan karbondioksida, setelah dicampur dengan pereaksi 1 dan pereaksi 2 akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometri UV-Vis. Kelebihan metode Berthelot pada penetapan kadar urea nitrigon ini yaitu sangat spesifik karena melibatkan enzim urease, enzim umumnya mempunyai satu substrat tertentu, penentuan urea dalam tubuh dapat dilakukan secara langsung tidak terganggu dengan protein dan tidak perlu dideproteinasikan, sensitive karena niai ekstingsi molarnya besar yaitu 20000 serta dengan nilai presisi dan akurasi yang tinggi.

Penentuan urea berdasarkan reaksi antara urea dengan urease membentuk ammonium hidroksida.

Senyawa tersebut di dalam air akan terhidrolisis menjadi ion ammonium dan ion hidroksida.

Senyawa ammonium hidroksida yang terdapat dalam larutan akan membentuk seseimbangan pada permukaan membrane. Hal ini disebabkan oleh proses hoogenisasi dalam larutan untuk

(10)

mencapai keseimbangan dan selanjutnya dapat dijadikan dasar penentuan kuantitas urea dalam sampel.

Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein dan kemampuan ginjal mengekskresikan urea. Jika ginjal mengalami kerusakan, urea akan terakumulasi dalam darah. Peningkatan urea plasma menunjukkan kegagalan ginjal dalam melakukan fungsi filtrasinya. (Lamb et al., 2006 dalam Indriani, dkk., 2017). Kondisi gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum plasma sangat tinggi dikenal dengan istilah uremia. Keadaan ini dapat berbahaya dan memerlukan hemodialisa atau tranplantasi ginjal (Verdiansah. 2016

13. Kesimpulan : Pada pemeriksaan kadar kreatinin metode Jaffe didapatkan hasil 2 mg/dL yang artinya tinggi. Pada pemeriksaan kadar ureum metode Berthelot didapatkan hasil 10,16 mg/dL yang artinya rendah.

14. Referensi : Naully, P. G. (2018). Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi untuk D3 Teknologi Laboratorium

Medis. Retrieved from

https://www.researchgate.net/publication/325281195 Sadikin Mohamad. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya

Medika

Yogyakarta, 25 Maret 2024

Dosen Pembimbing Praktikan

Subrata Tri Widada, S.KM., M.Sc.

NIP. 196311281983031001

Aghatya Candra H NIM. P07134122020

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan: “Bagaimana pengaruh konsumsi minuman instan dengan frekuensi berbeda terhadap kadar ureum darah mencit

Terdapat pengaruh pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol ( Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa dan peningkatan kadar ureum

Berdasarkan dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan: bagaimana pengaruh minuman kemasan gelas terhadap kadar ureum darah mencit ( Mus musculus ) galur

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minuman kemasan gelas terhadap kadar ureum darah mencit ( Mus musculus ) galur Swiss Webster...

Ureum dan Kreatinin Darah pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani. Universitas

Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dalam hati, dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan proses anabolik

Jika ginjal gagal menjalankan fungsinya maka hasil metabolisme yang diproduksi sel normal akan kembali ke dalam darah (uremia) 4.3 Perbandingan Kadar Ureum Pada Pasien Gagal

Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu