• Tidak ada hasil yang ditemukan

kinerja keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "kinerja keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO LIKUIDITAS, AKTIVITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS

(Studi Pada Perusahaan Subsektor Telekomunikasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Puguh Pambudi Utomo

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

puguhutomo28@gmail.com

Dosen Pembimbing:

Dr. Himmiyatul Amanah J.J.

Abstract

This study aims to determine the financial performance of the telecommunications subsector companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The type of this research is descriptive research with a quantitative approach. This study uses a sample of 4 telecommunications companies, with the sampling technique used is purposive sampling. This study used financial ratios as the analytical tool which include liquidity ratios, activity ratios, solvency ratios, and profitability ratios, with the analytical method used is descriptive analysis. The results showed that PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk has a good financial performance based on all types of ratios used. PT. XL. Axiata Tbk has a poor financial performance based on all types of ratios used. PT. Smartfren Telecom Tbk has a good financial performance based on solvency ratios, while based on liquidity, activity, and profitability ratios it is considered to have poor financial performance. PT. Indosat Tbk has a good financial performance based on activity ratios, while based on liquidity, solvency, and profitability ratios it is considered to have poor financial performance.

Keywords: Financial Performance, Financial Ratio

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 4 perusahaan. Pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas dengan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk memiliki kinerja keuangan yang baik berdasarkan semua jenis rasio yang digunakan. PT. XL. Axiata Tbk memiliki kinerja keuangan yang kurang baik berdasarkan semua jenis rasio yang digunakan.

PT. Smartfren Telecom Tbk memiliki kinerja keuangan yang baik berdasarkan rasio solvabilitas, sedangkan berdasarkan rasio likuiditas, aktivitas, dan profitabilitas dinilai memiliki kinerja keuangan yang kurang baik. PT. Indosat Tbk memiliki kinerja keuangan yang baik berdasarkan rasio aktivitas, sedangkan berdasarkan rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas dinilai memiliki kinerja keuangan yang kurang baik.

Kata kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan

(2)

PENDAHULUAN

Di era yang serba digital ini, kebutuhan akan fasilitas telekomunikasi yang memadai menjadi hal yang wajib untuk dimiliki setiap orang. Perusahaan telekomunikasi sebagai penyedia layanan dituntut untuk terus dapat beradaptasi dan berinovasi mengikuti perkembangan teknologi sehingga mampu untuk tetap memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas telekomunikasi yang semakin beranekaragam. Perkembangan dunia telekomunikasi yang sangat pesat ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan penyedia layanan telekomunikasi.

Pada umumnya tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum.

Untuk mencapai tujuan tersebut sebuah perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan sebaik mungkin dan menjaga keberlangsungan operasionalnya agar selalu dalam kondisi yang baik.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat penting untuk dilakukan karena dapat menjadi alat deteksi permasalahan keuangan yang mungkin tidak disadari oleh perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan agar diketahui bagaimana kondisi keuangan perusahaan saat itu. Menurut Birt (2020) terdapat 4 teknik yang bisa dilakukan dalam melakukan analisis laporan keuangan, yaitu analisis horizontal, analisis tren, analisis rasio, dan analisis vertikal. Analisis rasio adalah analisis yang mengkaji hubungan antara dua besaran kuantitatif dengan tujuan untuk menyatakan hubungan tersebut dalam bentuk rasio atau persentase.

Rasio keuangan yang sering digunakan untuk melakukan analisis laporan keuangan antara lain: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya sebelum jatuh tempo.

Rasio aktivitas dapat menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan rasio solvabilitas mampu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjangnya.

KAJIAN PUSTAKA Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia (2015:1) menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Brigham (2013:84) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut. Sedangkan Munawir (2010:2) mengatakan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang berupa ringkasan keuangan selama tahun buku berjalan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Analisis Laporan Keuangan

Menurut Subramanyam (2014:4) analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat

(3)

dan teknik analitis untuk laporan keuangan yang bertujuan secara umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Sedangkan menurut Munawir (2010:31) analisa laporan keuangan terdiri dari penelahaan atau mempelajari dari pada hubungan-hubungan atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan operasi serta perkembangan usaha yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah alat untuk penelaahan menentukan kondisi keuangan yang sesungguhnya pada laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan estimasi dan kesimpulan dan mengurangi ketidakpastian terhadap angka-angka pada laporan keuangan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.

Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Secara umum tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan menurut Kasmir (2012:68) adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai dalam beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelamahan- kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-keuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan di masa depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen di masa depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:36) terdapat dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal.

Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.

Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari:

1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik

analisis dengan cara

memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.

2. Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.

3. Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

(4)

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab- sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8. Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.

Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas (Jumingan, 2006:239).

Sedangkan menurut Sutrisno (2009:53) kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Menurut Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan

aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan perusahaan adalah merupakan gambaran hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien serta untuk melihat kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu kegiata tertentu dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat likuiditas.

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

2. Mengetahui tingkat solvabilitas.

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Mengetahui tingkat rentabilitas.

Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Mengetahui tingkat stabilitas.

Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang- hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

Rasio Keuangan

Pengertian Analisis Rasio Keuangan Menurut Djarwanto (2004:143) yang dimaksud dengan rasio dalam analisis

(5)

laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.

Sedangkan menurut Harahap (2011:297) rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.

Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai hubungan antara pos-pos tersebut dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pengertian analisis laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk menjelaskan atau memberikan gambaran tentang keadaan atau posisi keuangan perusahaan.

Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan a. Rasio Likuiditas

Menurut Sartono (2011: 114), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Rasio likuiditas meliputi:

1. Current Ratio

Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah:

Aktiva Lancar

Hutang Lancar x 100%

Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.

2. Quick Ratio

Quick Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan hutang lancar.

Rumus yang digunakan adalah:

Aktiva Lancar − Persediaan

Hutang Lancar x 100%

Quick ratio yang rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan atau disebabkan perputaran persediaan yang lambat.

3. Cash Ratio

Cash ratio merupakan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan setara kas yang dapat segera diuangkan yaitu dengan membandingan antara uang kas yang ada pada perusahaan dengan utang lancar. Rumus yang digunakan adalah:

Kas dan Setara Kas

Hutang Lancar x 100%

Semakin besar ratio ini maka semakin baik. Kas dan surat berharga merupakan alat likuid yang paling dipercaya. Rasio kas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan surat- surat berharga yang segera dapat diuangkan.

b. Rasio Aktivitas

Menurut Sartono (2011: 114), rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan. Rasio aktivitas meliputi:

1. Inventory Turnover

Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama satu tahun.

Angka ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan dalam perusahaan. Rumus yang digunakan adalah:

Harga Pokok Penjualan

Persediaan x 1 kali Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin kecilnya persediaan dalam satu tahun dan ini

(6)

menandakan efektifitas manajemen perusahaan. Sebaliknya perputaran persediaan yang tinggi menandakan kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.

2. Total Assets Turnover

Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan pendapatan laba. Tingkat perputaran ini ditentukan oleh perputaran elemen aktiva itu sendiri. Rumus yang digunakan adalah:

Penjualan

Total Aktiva x 1 kali

3. Receivable Turnover

Perputaran piutang menunjukkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, maka ccurrent ratio dan quick ratio semakin bagus dalam analisis keuangan. Rumus yang digunakan adalah:

Penjualan

Piutang x 1 kali

c. Rasio Solvabilitas

Menurut Sartono (2011: 114), rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas meliputi:

1. Total Debt to Total Assets

Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.

Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditur maupun pemegang saham. Rumus yang digunakan adalah:

Total Hutang

Total Aktiva x 100%

2. Total Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan rasio perbandingan antara total utang dengan modal sendiri yang berupa saham dan surat-surat berharga lainnya. Rumus yang digunakan adalah:

Total Hutang

Modal Sendiri x 100%

3. Long Term Debt to Equity Ratio Rasio ini digunakan untuk menghitung seberapa besar modal sendiri yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang.

Rumus yang digunakan adalah:

Hutang Jangka Panjang

Modal Sendiri x 100%

d. Rasio Profitabilitas

Menurut Sartono (2011: 114), Rasio Profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam hubungan dengan penjualan, asset maupun modal sendiri. Rasio Profitabilitas meliputi:

1. Net Profit Margin

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum rasio rendah menunjukkan ketidakefisienan manjemen. Rumus yang digunakan adalah:

Laba Setelah Pajak

Penjualan x 100%

2. Return on Investment

Rasio ROI atau tingkat pengembalian atas investasi digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi. Rumus yang digunakan adalah:

Laba Setelah Pajak

Total Aktiva x 100%

3. Return on Equity

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia

(7)

bagi pemegang saham perusahaan.

Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rumus yang digunakan adalah:

Laba Setelah Pajak

Modal Sendiri x 100%

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pandoyo (2018:114) menjelaskan penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk mencadarkan karakteristik individu atau kelompok.

Penelitian yang dilakukan ini bersifat replikasi. Penelitian replikasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengadopsi variabel, indikator, objek penelitian, atau alat analisis yang sama dengan penelitian sebelumnya sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini.

Penelitian ini mengadopsi indikator, variabel, serta analisis yang sama dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dan periode penelitian.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data kuantitatif. Data sekunder diperoleh dalam bentuk dokumentasi yaitu dari data laporan keuangan tahunan perusahaan telekomunikasi yang diterbitkan secara rutin setiap tahun dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia Subsektor Telekomunikasi selama periode tahun 2018 sampai dengan tahun 2020. Dari ketentuan tersebut diperoleh sebanyak 6 perusahaan yang menjadi populasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Nonprobability

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun ketentuan yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu: perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI dan secara rutin mengeluarkan laporan keuangan tahunan selama periode tahun 2018-2020, serta perusahaan subsektor telekomunikasi yang sedang tidak menerima kebijakan suspend dari BEI selama periode tahun 2018-2020. Dari 6 perusahaan yang menjadi populasi diperoleh 4 perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1 Daftar Sampel Penelitian

Sumber: www.idx.co.id, 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2 Analisis Rasio Likuiditas Kode

Perusahaan

Current Ratio

2018 2019 2020

EXCL 45% 34% 40%

FREN 33% 29% 31%

ISAT 38% 56% 42%

TLKM 94% 71% 67%

Cash Ratio

EXCL 7% 8% 16%

FREN 7% 3% 8%

ISAT 5% 27% 8%

TLKM 38% 31% 30%

Quick Ratio

EXCL 44% 33% 39%

FREN 31% 28% 31%

ISAT 37% 56% 42%

TLKM 92% 70% 66%

Sumber: Data diolah

No Kode Nama Perusahaan

1 EXCL PT. XL Axiata Tbk

2 FREN PT. Smartfren Telecom Tbk 3 ISAT PT. Indosat Tbk

4 TLKM PT. Telkom Indonesia Tbk

(8)

Pada rasio likuiditas diketahui bahwa secara keseluruhan nilai current ratio dari perusahaan telekomunikasi pada periode 2018-2020 tidak ada yang melebihi 100%

yang berarti bahwa selama periode tahun 2018-2019 total aktiva lancar yang dimiliki oleh keempat perusahaan belum mampu untuk menjamin setiap kewajiban jangka pendek atau hutang yang sedang jatuh tempo. PT. Telkom Indonesia Tbk sempat memiliki nilai current ratio sebesar 94% di tahun 2018 dengan jumlah total aset lancar sebesar 43,268 triliun dan utang lancar sebesar 46,261 triliun. Tetapi nilai jumlah aset lancar current ratio dari PT. Telkom Indonesia Tbk terus mengalami penurunan selama 2 tahun berturut-turut. Yang menjadi penyebabnya adalah karena ada penambahan jumlah hutang lancar sebanyak 58,369 triliun di tahun 2019 kemudian menjadi 69,093 triliun di tahun 2020. Temuan ini menunjukkan bahwa manajemen PT. Telkom Indonesia Tbk mengalami penurunan kinerja dalam hal pengelolaan kewajiban lancarnya.

Berdasarkan hasil perhitungan cash ratio, nilai cash ratio PT. XL Axiata Tbk pada tahun 2020 mengalami kenaikan yang menyebabkan nilainya menjadi sedikit lebih besar dibandingkan dengan rata-rata industri. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan jumlah kas dan setara kas pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp2,9 triliun dari sebelumnya yang hanya sekitar Rp1,6 triliun pada tahun 2019. PT. Smartfren Telecom Tbk selama tahun periode 2018- 2020 memiliki nilai cash ratio dibawah rata-rata industri yang menunjukkan bahwa jumlah kas dan setara kas yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendeknya masih terlalu kecil. PT. Indosat Tbk mengalami peningkatan yang sangat besar pada cash ratio di tahun 2019 karena adanya peningkatan jumlah kas dan setara kas yang dimiliki, tetapi kembali mengalami penurunan di tahun 2020 dan kembali berada dibawah rata-rata industri.

Nilai cash ratio yang dimiliki oleh PT.

Telkom Indonesia sudah sangat baik dimana nilainya hampir dua kali lipat

dibandingkan dengan cash ratio rata-rata industri. Selain itu selama periode 2018- 2020 tidak ada perubahan yang signifikan pada nilai cash ratio PT. Telkom Indonesia Tbk, hal ini menunjukkan kemampuan pengelolaan kas yang baik oleh perusahaan.

Pada rasio cepat (quick ratio), PT. XL Axiata Tbk dan PT. Smartfren Telecom Tbk memiliki nilai quick ratio dibawah rata-rata industri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa melunasi kewajiban lancarnya menggunakan aset lancar diluar persediaan, dengan kata lain perusahaan harus menjual persediaannya untuk dapat melunasi seluruh kewajiban lancar yang dimiliki. Nilai quick ratio PT.

Indosat Tbk di tahun 2018 berada cukup jauh dibawah rata-rata industri, pada tahun 2019 lebih tinggi 9%, sedangkan pada tahun 2020 sedikit lebih rendah dibanding rata-rata industri. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah aktiva lancar diluar persediaan pada tahun 2019, peningkatan tersebut terjadi pada penambahan jumlah kas dan setara kas seperti yang sudah dijelaskan pada analisis cash ratio sebelumnya. PT. Telkom Indonesia Tbk secara keseluruhan memiliki nilai quick ratio yang cukup baik, dimana selama periode 2018-2020 nilai quick ratio yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan rata-rata industri.

Tabel 3 Analisis Rasio Aktivitas Kode

Perusahaan

Receivable Turnover 2018 2019 2020

EXCL 36.31 36 39.27

FREN 34.29 63.81 51.02 ISAT 6.66 8.71 9.93 TLKM 12.05 11.19 11.54

Inventory Turnover

EXCL 121.33 336.86 181.4 FREN 81.16 115.95 163.57

ISAT 483.19 888.17 701.42 TLKM 182.4 231.74 138.82

Total Assets Turnover EXCL 0.40 0.40 0.38 FREN 0.22 0.25 0.24 ISAT 0.44 0.42 0.44

(9)

TLKM 0.63 0.61 0.55 Sumber: Data diolah

Pada rasio perputaran piutang (receivable turnover), PT. XL Axiata Tbk dan PT Smartfren Telecom Tbk memiliki nilai perputaran yang lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata industri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah efektif dalam penagihan/pengumpulan piutang yang dimiliki. Sedangkan PT.

Indosat Tbk dan PT Telkom Indonesia memiliki rasio perputaran piutang yang lebih rendah jika dibandingkan dengan rata- rata industri, yang berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutang yang dimiliki masih kurang baik.

Rata-rata industri untuk rasio inventory turnover adalah sebanyak 217 kali pada tahun 2018, 393 kali pada tahun 2019, dan 296 kali pada tahun 2020.

Berdasarkan rata-rata industri tersebut hanya PT. Indosat Tbk yang memiliki rasio perputaran persediaan yang baik.

Sedangkan untuk PT. XL Axiata Tbk, PT.

Smartfren Telecom Tbk, serta PT. Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio perputaran persediaan yang kurang baik. Artinya ketiga perusahaan tersebut menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan (tidak produktif).

Pada rasio perputaran total aset (total assets turnover), PT. XL Axiata Tbk memiliki nilai yang berada sedikit dibawah nilai rata-rata industri yang berarti bahwa perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Hal yang sama juga terjadi pada PT. Smartfren Telecom Tbk. dimana rasio perputaran total aset yang dimiliki masih jauh dibawah rata- rata industri. Sedangkan untuk PT. Indosat Tbk dan PT. Telkom Indonesia Tbk, keduanya memiliki perputaran total aset yang lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata industri. Yang berarti bahwa kedua perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memaksimalkan total aktiva yang dimiliki untuk menciptakan penjualan atau pendapatan.

Tabel 4 Analisis Rasio Solvabilitas Kode

Perusahaan

Total Debt to Total Assets

2018 2019 2020

EXCL 68% 70% 72%

FREN 51% 54% 68%

ISAT 77% 78% 79%

TLKM 43% 47% 51%

Total Debt to Equity Ratio

EXCL 214% 228% 254%

FREN 103% 117% 213%

ISAT 338% 358% 386%

TLKM 76% 89% 104%

Long Term Debt to Equity Ratio

EXCL 128% 117% 155%

FREN 53% 69% 145%

ISAT 164% 197% 211%

TLKM 36% 39% 47%

Sumber: Data diolah

Pada rasio hutang terhadap total aktiva (total debt to total assets), PT. XL Axiata Tbk dan PT. Indosat Tbk memiliki nilai rasio yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rata-rata industri.

Hal ini menunjukkan bahwa terlalu banyak aktiva perusahaan yang dibiayai menggunakan hutang. Sedangkan untuk PT.

Smartfren Telecom Tbk dan PT. Telkom Indonesia Tbk, nilai rasio total hutang terhadap total aktiva yang dimiliki lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi total aktiva yang dibiayai oleh hutang pada kedua perusahaan tersebut sudah baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.

Pada total debt to equity ratio, PT.

XL Axiata Tbk dan PT. Indosat Tbk memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang kurang baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri. Nilai rasio PT. XL Axiata Tbk selama 3 tahun berada diatas 200%, sedangkan PT. Indosat Tbk berada diatas 300%. Sementara itu PT. Smartfren Telecom Tbk dan PT. Telkom Indonesia Tbk memiliki nilai rasio hutang terhadap ekuitas dibawah rata-rata industri selama periode 2018-2020. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi hutang terhadap ekuitas kedua perusahaan dinilai masih baik jika

(10)

dibandingan dengan perusahaan sejenis lainnya.

Pada hasil perhitungan long term debt to equity ratio ditemukan bahwa PT. XL Axiata memiliki rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri sebesar 128%, 117%, dan 155% secara berturut- turut dari tahun 2018 sampai 2020. Rasio ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan pada tahun 2020. Nilai ini juga kurang baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri. Peningkatan jumlah hutang jangka panjang juga dialami oleh PT. Indosat Tbk dengan nilai rasio mencapai 211% di tahun 2020. Nilai ini sangat tidak baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri yang hanya sebesar 85,01% di tahun 2018, 105,36% di tahun 2019, serta 139,51% di tahun 2020. Nilai rasio terbaik dimiliki oleh PT. Telkom Indonesia dimana selama periode 2018- 2020 hanya berkisar antara 36% - 47% dan jauh lebih kecil dibandingkan dengan rata- rata industri.

Tabel 5 Analisis Rasio Profitabilitas Kode

Perusahaan

Net Profit Margin

2018 2019 2020

EXCL -14% 3% 1%

FREN -65% -31% -16%

ISAT -9% 6% -2%

TLKM 21% 20% 22%

Return on Equity

EXCL -18% 4% 2%

FREN -29% -17% -12%

ISAT -17% 12% -5%

TLKM 23% 24% 24%

Return on Investment

EXCL -6% 1% 1%

FREN -14% -8% -4%

ISAT -4% 3% -1%

TLKM 13% 12% 12%

Sumber: Data diolah

Dari hasil perhitungan net profit margin dapat diketahui bahwa banyak rasio yang bernilai negatif, nilai negatif ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian pada periode tersebut.

Pada tahun 2018 hanya PT. Telkom Indonesia yang tidak mengalami kerugian di akhir periode, sedangkan tiga perusahaan yang lain mengalami kerugian yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa PT.

Telkom Indonesia memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya karena selama tiga tahun berturut-turut mampu menghasilkan laba disaat perusahaan lain yang sejenis sedang mengalami kerugian.

Berdasarkan hasil perhitungan return on equity (ROE), PT. Telkom Indonesia Tbk memiliki nilai ROE terbaik dari keempat perusahaan. Nilai ROE yang diperoleh PT. Telkom Indonesia Tbk jauh lebih besar dari rata-rata industri, hal ini menunjukkan tingkat pengembalian (return) terhadap modal sendiri yang baik.

PT. Indosat Tbk memiliki nilai ROE sebesar -17% di tahun 2018, kemudian naik menjadi 12% di tahun 2019, lalu turun menjadi -5% pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan ketidakstabilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan untuk PT. XL Axiata Tbk dan PT. Smartfren Telecom Tbk memiliki nilai ROE yang kurang baik karena nilai ROE yang dimiliki keduanya berada dibawah rata-rata industri selama periode 2018-2020.

Berdasarkan nilai rata-rata industri yang dihasilkan dari perhitungan ROI (return on investment) hanya PT. Telkom Indonesia Tbk yang memiliki nilai ROI yang baik, artinya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan total aktiva yang dimiliki lebih baik dibanding perusahaan sejenis lainnya. Sedangkan untuk PT. XL Axiata Tbk, PT. Smartfren Telecom Tbk, dan PT. Indosat Tbk memiliki nilai ROI yang lebih rendah dari rata-rata industri. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang dimiliki masih kurang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dibahas

(11)

sebelumnya, maka dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan rasio likuiditas, PT. XL Axiata Tbk, PT. Smartfren Telecom Tbk, dan PT. Indosat Tbk memiliki likuiditas yang kurang baik, baik dilihat dari nilai current ratio, cash ratio, maupun quick ratio. Sedangkan PT. Telkom Indonesia Tbk memiliki likuiditas yang baik secara keseluruhan.

2. Berdasarkan rasio aktivitas, PT. XL Axiata Tbk dan PT. Smartfren Telecom Tbk memiliki kemampuan pengumpulan piutang yang baik, tetapi kurang baik dalam efektifitas perputaran total aset dan persediaan yang dimiliki. Sedangkan PT. Indosat Tbk dan PT. Telkom Indosesia Tbk memiliki kemampuan pengumpulan piutang yang kurang baik, tetapi sudah baik dalam efektifitas perputaran total aset dan persediaan yang dimiliki.

3. Berdasarkan rasio solvabilitas, PT. XL Axiata Tbk dan PT. Indosat Tbk memiliki proporsi hutang yang kurang baik (terlalu besar), baik terhadap total aset maupun ekuitas yang dimiliki.

Sedangkan PT. Smartfren Telecom Tbk dan PT Telkom Indonesia Tbk memiliki proporsi hutang terhadap total aset maupun ekuitas yang sudah baik.

4. Berdasarkan rasio profitabilitas, PT.

XL Axiata Tbk, PT. Smartfren Telecom Tbk, dan PT. Indosat Tbk memiliki kemampuan menghasilkan laba yang kurang baik, baik dilihat dari nilai NPM, ROE, maupun ROI.

Sedangkan PT. Telkom Indonesia Tbk memiliki kemampuan menghasilkan laba yang sudah baik secara keseluruhan.

b. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka dapat dikemukakanbeberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya: Disarankan dapat meneliti perusahaan pada sektor yang lain agar mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang bagaimana kinerja keuangan perusahaan di sektor atau bidang kerja yang lain. Selain itu peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan rasio-rasio keuangan lainnya yang belum digunakan dalam penelitian ini.

2. Bagi Perusahaan: Ada baiknya bagi perusahaan yang kinerja keuangannya masih kurang baik untuk dapat memperbaiki kinerja keuangannya baik dari sisi likuiditas, aktivitas, solvabilitas, maupun profitabilitas.

Selain itu, perusahaan juga dapat mengganti manajer atau karyawan pada divisi yang kinerjanya kurang baik jika diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin A. L., Darminto, & Handayani S.

R., 2013, ‘Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan’, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 2, No.1, pp. 12-20.

Anonim. 2020. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Malang: Jurusan Manajemen.

Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Telekomunikasi Indonesia 2019.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bagus M. A., Sudjana N., & Sulasmiyati S., 2017, ‘Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan’, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 44, No. 1, pp. 154-163.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F.

2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11 Buku 2. Jakarta:

Salemba Empat.

Birt, J., Chalmers, K., Maloney, S., Brooks, A., Oliver, J., & Bond, D., 2020.

Accounting: Business Reporting for Decision Making. Seventh Edition.

Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd.

Djarwanto. 2004. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua.

BPFE. Yogyakarta.

(12)

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Akuntansi. Bandung: ALFABETA.

Harahap, Sofyan Syarif. 2011. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. PT.

Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sartono 2011.

Hardani. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Putaka Ilmu.

Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Kasmir. 2012, Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir. 2019, Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Munawir, S. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta.: Liberty.

Pandoyo & Sofyan M. 2018. Metodologi Penelitian Keuangan dan Bisnis. IN MEDIA. Bogor.

Sartono, Agus. 2011. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi).

BPFE. Yogyakarta.

Setiawan I. A., 2013, ‘Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi Periode 2007-2011’ Vol. 2, No. 1, pp. 74-83.

Siyoto, S. & Sodik, M. Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing. Yogyakarta.

Srimindarti, 2006. Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja. STIE Stikubank. Semarang.

Subramanyam, K. R. dan John J. Wild.

2014. Analisis Laporan Keuangan.

Penerjemah Dewi Y. Jakarta:

Salemba Empat.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RND.

Alfabeta. Bandung.

Sutrisno. (2009), Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada penelitian ini, data yang diteliti adalah rata-rata rasio keuangan Bank Syariah Indonesia tiga tahun sebelum merger (periode tahun 2018- 2020) dibandingkan