• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi kunyit kuning dapat dilihat pada Tabel 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Klasifikasi kunyit kuning dapat dilihat pada Tabel 2.1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5 INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL 2.1 Kunyit Kuning

Kunyit merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara dan umumnya digunakan sebagai pewarna alami dan pengharum makanan. Tanaman kunyit kuning juga merupakan salah satu tanaman rempah dan obat yang memberikan warna kuning cerah. Tanaman ini banyak ditanam di Bangladesh, Cina, Filipina, India, Indonesia, Jamaika, Sri Lanka, dan Taiwan (Sri Yuni H, 2013). Kunyit kuning dapat tumbuh di daerah rendah sampai ketinggian 2000 m di atas permukaan air laut (M. Muffidah, 2015). Klasifikasi kunyit kuning dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi Lengkap Tanaman Kunyit Kuning (Iriawati,2016) Divisio Magnoliophyta

Classis Liliopsida (Monocots) Subclassis Zingiberidae

Ordo Zingiberales

Familia Zingiberaceae Species Curcuma Longa L.

Nama Umum Turmeric (Inggris), kunyit (Indonesia), koneng (Sunda).

Morfologi kunyit kuning yaitu batang kunyit berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan.

Daun kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar dengan panjang helai daun antara 31 – 83 cm, lebar daun antara 10 –18 cm. Rimpang kunyit berbentuk bulat panjang dan bercabang – cabang berupa batang yang berada didalam tanah.

Rimpang kunyit memiliki rasa pahit dan aroma yang khas karena kandungan kurkuminnya.

(Winarto, 2004).(Gambar 2.1).

(2)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Gambar 2.1 Tanaman Kunyit Kuning

2.2 Kandungan Senyawa Kimia Aktif dalam Kunyit Kuning

Senyawa kimia utama yang terkandung dalam kunyit kuning adalah kurkuminoid atau zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6 %. Pigmen kurkumin (diferuloylmethane) inilah yang memberi warna kuning orange pada rimpang dan merupakan komponen aktif pada kunyit yaitu sebanyak 3–4%. Kurkumin terdiri dari 94% kurkumin I, 6% kurkumin II dan kurkumin III (0,3%). Kelarutan kurkumin sangat rendah dalam air, namun larut dalam pelarut organik.

Oleh karena itu, pelarut organik merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan. Pelarut organik yang biasa digunakan untuk mengekstrak kurkuminoid diantaranya adalah etanol, asam asetat glasial, aseton, metanol, dan kloroform (Winarto, 2004, Fitrikaniawati, 2012 dalam A.R. Fachry,dkk, 2014, Ikhsan, 2010).

Pada kunyit kuning terdapat kandungan minyak atsiri sebesar 2-5% terdiri dari seskuiterpen dan turunan phenylpropane yang meliputi curcumol, curlon, atlanton, ar-turmeron, alfa dan beta turmeron, turmerol (minyak turmerin yang menyebabkan aroma dan wangi kunyit), beta-bisabolen, beta-sesquiterphenalendren, zingiberen, ar-curcumen, humulen, Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin, damar, dan mineral (Sudarsono, 1996 dalam Sitepu, 2010).

Selain itu, rimpang kunyit juga mengandung senyawa lain seperti lemak, protein, timbal, besi, natrium, kalium, kalsium, mangan, bismuth, seng, kobalt, aluminium dan resin (Seafast Center, 2012 dalam Nadia, 2016).

(3)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Tiga senyawa utama kunyit yang memberikan warna kuningorange yaitu kurkumin (kurkumin I), demetoksikurkumin (kurkumin II), dan bis-demetoksikurkumin (kurkumin III) yang merupakan bagian dari kelompok kurkuminoid. Adapun rumus molekul senyawa- senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Rumus struktur kurkuminoid utama rimpang kunyit (a) Kurkumin I (kurkumin), (b) Kurkumin II (demetoksikurkumin), (c) Kurkumin III (bis- demetoksikurkumin)

Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, rumus molekul kurkuminoid adalah kurkumin (C21H20O6), demetoksikurkumin (C20H18O5), dan bisdemetoksikurkumin (C19H16O4) dengan bobot molekul berturut-turut sebesar 368, 308, dan 338 g/mol (Ikhsan, 2010). Kurkumin merupakan komponen terbesar umumnya kadar total kurkuminoid dihitung sebagai

%kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya sehingga beberapa penelitian lebih ditekankan pada kurkumin baik fitokimia maupun farmakologi (Alicia, dkk, 2015).

2.3 Manfaat Kunyit Kuning

Kunyit kuning merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dalam bidang industrial maupun farmasi. Berikut beberapa manfaat kunyit kuning:

(4)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

1. Pewarna alami

Pada kunyit terdapat senyawa kurkuminoid yang memberikan warna kuning sehingga dapat digunakan sebagai zat pewarna alami. (Koswara, 2009)

2. Pembasmi hama pertanian

Kunyit telah terbukti efektif dalam mengendalikan hama pertanian tertentu karena adanya varietas konstituen bioaktif yang mengganggu perilaku dan pertumbuhan.

(Damalas,2011) 3. Penyembuhan luka

Kurkumin memiliki efek modulasi pada penyembuhan luka. Potensi penyembuhan luka kurkumin dikaitkan dengan efek biokimia seperti aktivitas antiinflamasi, antiinfeksi dan antioksidan. (Zachariah, 2015)

4. Antiinflamasi

Kurkumin telah digunakan secara luas dalam terapi tradisional untuk berbagai penyakit, terutama sebagai agen antiinflamasi. Kurkumin dapat berinteraksi pada tingkat sitemi dan mengurangi rasi sakit. (Zachariah, 2015)

5. Antikanker

Kurkumin bersifat sitotoksik dan antioksidan yang dapat menghambat terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker dan dapat mengurangi/menghilangkan bau, rasa gatal dan nyeri, serta mengurangi ukuran luka dari kanker. (Zachariah, 2015)

2.4 Ekstraksi Padat-Cair

Ekstraksi padat-cair merupakan suatu proses yang melibatkan perpindahan massa antar fasa.

Perbedaan aktivitas kimia antara fasa pelarut dan fasa padatan menunjukan seberapa jauh suatu sistem berada dari kesetimbangan, sehingga akan dapat ditentukan laju zat terlarut antar fasa. Proses ini bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi (Lucas, 1949 dalam Yuyun dan Magvirah, 2015).

Ekstraksi padat-cair atau leaching ini merupakan salah satu cara untuk memisahkan suatu komponen yang ada pada zat padat dengan menggunakan pelarut. Komponen tersebut bisa berpindah karena adanya perbedaan konsentrasi solute di fasa padatan dan di fasa curah (Treyball, 1981). Mekanisme proses ekstraksi padat-cair diawali ketika pelarut kontak

(5)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

dengan padatan dan kemudian berdifusi eksternal dari fasa bulk menuju ke permukaan padatan berpori. Pelarut kemudian akan melarutkan komponen-komponen terlarut. Setelah itu, terjadi proses difusi internal dimana pelarut akan memasuki pori-pori padatan ke dalam struktur sel dan kembali melarutkan komponen terlarut. Perpindhan massa solute ini akan terjadi hingga tercapai keadaan setimbang (Fajriyati dan Puspitasari, 2017).

Solute dapat larut dalam pelarut karena adanya gaya dipol-dipol dimana zat yang bersifat sama seperti polar-polar dan nonpolar-nonpolar akan saling berikatan. Selain itu, terdapat pula gaya london yang terjadi antara dipol-dipol yang lemah sehingga memungkinkan pelarut polar melarutkan senyawa nonpolar (Fajriyati dan Puspitasari, 2017).

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pross ekstraksi (Nadia, 2016), antara lain:

1. Temperatur

Kelarutan akan meningkat pada suhu yang tinggi, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Namun, untuk beberapa kasus temperatur dijaga tidak terlalu tinggi agar pelarut tidak menguap.

2. Jenis pelarut

Pelarut yang digunakan harus memiliki kemampuan pelarutan yang tinggi terhadap komponen yang akan diekstraksi agar proses ekstraksi bisa berlangsung optimal.

3. Kecepatan pengadukan

Kecepatan pengadukan dapat memperbesar laju perpindahan masa suatu komponen dan juga dapat menghambat terbentuknya lapisan film yang dapat memperlambat perpindahan massa.

4. Waktu

Semakin lama suatu larutan yang akan di ekstraksi kontak dengan pelarut maka proses ekstraksi akan semakin baik. Namun, jika telah mencapai kesetimbangan pada larutan dan pelarut, maka penambahan waktu tidak akan menambah hasil ekstrak.

5. Ukuran Partikel

Semakin kecil ukuran partikel menandakan luas permukaan kontak antara partikel dan pelarut semakin besar, sehingga waktu ekstraksi akan semakin cepat. (Nasir dkk, 2009)

(6)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

2.4.2 Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi menggunakan pelarut dibagi ke dalam 2 cara, yaitu:

2.4.2.1 Cara Dingin 1. Maserasi

Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan cara merendam suatu sampel ke dalam suatu pelarut dan dibiarkan dalam suhu kamar selama minimal 3 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan dan menghancurkan dinding tanaman untuk melepaskan fitokimia yang terlarut. (Azwanida, 2015)

Gambar 2.3 Skema alat proses maserasi (sumber: Wahyono, 2011)

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan metode ekstraksi yang selalu menggunakan pelarut baru, yang umunya dilakukan pada temperature ruangan. Proses perkolasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan. (Joice, 2010)

(7)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Gambar 2.4 Alat perkolasi (sumber: Azwanida, 2015)

2.4.2.2 Cara Panas 1. Refluks

Metode refluks merupakan ekstraksi menggunakan pelarut pada temperature didihnya selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik (refluks). Pada metode refluks umumnya proses dilakukan secara berulang 3-5 kali hingga proses ekstraksi sempurna.(Joice,2010)

Gambar 2.5 Skema alat proses refluks (sumber: Wahyono, 2011)

(8)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

2. Sokletasi

Sokletasi merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi proses ekstraksi secara kontinyu dengan jumlah pelrut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. (Joice,2010)

Gambar 2.6 skema alat proses sokletasi (sumber: Azwanida, 2015) 3. Digesti

Digesti merupakan metode ekstraksi dengan proses maserasi menggunakan pengadukan yang kontinyu pada temperatur di atas suhu kamar. Umumnya digesti dilakukan pada suhu 40-50 oC.(Joice,2010)

4. Infus

Infus merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada temperature 96-98 C di penangas air selama 15-20 menit.(Joice,2010)

2.5 Pelarut

Pelarut adalah suatu zat cair atau gas yang melarutkan benda padat, gas atau cair, yang menghasilkan sebuah larutan. Air merupakan pelarut yang digunakan paling umum dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pelarut lain yang juga umum digunakan adalah pelarut organic yang merupakan bahan kimia organik (mengandung karbon). Pelarut biasanya memiliki titik didih yang lebih rendah dan lebih mudah menguap daripada zat terlarut,

(9)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

sehingga meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar. Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi kimia ketika pelarut melarutkan reaktan dan reagen, sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan menjadi produk.

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai kemampuan pelarutan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Kemampuan pelarutan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan begitu pula pada senyawa nonpolar. Pelarut yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Perry, 1984)

1. Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.

2. Kelarutan, pelarut disarankan memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.

3. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.

4. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan bahan ekstraksi.

5. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan ekstraksi.

6. Titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.

7. Tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.

2.6 Zat Warna

Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik sintetik maupun alami yang memberikan warna. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna untuk makanan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pewarna sintetik dan alami (Winarno, 1992). Bahan alami tersedia dalam jumlah yang berlimpah, tetapi penggunaan pewarna makanan alami ditinggalkan produsen makanan karena kurang praktis dalam pemakaiannya terkait dengan belum adanya pewarna alami

(10)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

yang dijual di pasaran sehingga produsen makanan harus membuat sendiri pewarna makanan yang dibutuhkan tersebut. Pewarna alami seringkali terdapat keterbatasan dengan memberikan rasa dan aroma khas yang tidak diinginkan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik. Pewarna sintetik mempunyai keuntungan dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan biasanya lebih murah (Yoko Wibisono, 2012 dalam Elizarni dkk, 2014).

Tabel 2.2 Zat warna alami dan sintetik(Kisman, 1984)

No Warna Nama Kimia

1 Zat warna alami Merah

Merah Kuning Kuning Merah Merah Hijau Biru Coklat Hitam Hitam Putih

Alkanat Karmin Annato Karoten Safron Kurmunin Klorofil Ultramarin Karamel Carbon Black Besi Oksida Titanium Dioksida 2 Zat WarnaSintetik

Merah Merah Orange Kuning Kuning Biru Biru Hijau Ungu

Carmoisinse Erythrosine Sunset Yellow Tatrazine

Quineline Yellow Brilliant blue Indigocarmine Fast green FCF Violet GB

(11)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Kurkumin merupakan pigmen yang terkandung dalam kunyit. Kurkumin ini dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk makanan. Warna pada kurmkumin merupakan fungsi pH, sehingga larutan penyangga diperlukan untuk membuat warnanya stabil. Pada media asam, kurkumin akan cenderung berwarna kuning merah sedangkan pada media basa akan cenderung berwarna merah kecoklatan.

Warna kurkumin berubah menjadi coklat dan merah jika tercampur bahan yang mengandung alkali sedangkan jika tercampur asam, warnanya menjadi kuning muda. Jika dikeringkan dan dicampur dengan asam dalam konsentrasi rendah warnanya menjadi oranye dan jika bercampur dengan asam-asam mineral encer warnanya tidak berubah.. Kurkumin stabil terhadap panas tetapi menjadi pucat dengan cepat akibat pengaruh cahaya. (Koswara,2009)

2.7 Antikanker Leukemia Sel P388

Kunyit kuning memiliki kandungan antioksidan. Antioksidan merupakan zat penangkal radikal bebas yang bermanfaat dalam pencegahan timbulnya berbagai penyakit degeneratif.

Radikal bebas ini sangat berbahaya di dalam tubuh karena dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul (DNA, protein, dan lipoprotein) yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit. Penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, diabetes dan hati ini akan timbul dikarenakan antioksidan yang tersedia pada tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas. Untuk menghindari hal tersebut, dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar (eksogen), seperti vit. E, vit. C, maupun beberapa kandungan yang terdapat dalam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan (filbert, dkk. 2014). Efektivitas suatu sampel untuk menangkal radikal bebas dinamai dengan IC50. Pengertian dari IC50 adalah konsentrasi yang dapat meredam 50% radikal bebas. Jika nilai IC50 yang ditunjukkan semakin maka semakin besar aktivitas antioksidannya (Asri,dkk. 2016).

Curcumin dapat dikembangkan sebagai obat antikanker yang potensial. Sel murin leukemia P-388 digunakan untuk mencari senyawa-senyawa baru yang mempunyai aktivitas sitotoksik. Hal ini dikarenakan sel murin leukemia P-388 mempunyai sensitivitas yang tinggi yaitu lebih dari 95% terhadap senyawa antikanker sehingga dapat ditemukan senyawa-

(12)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

senyawa baru yang toksik terhadap sel kanker. (Suffnes dan Cordel, 1984 dalam Nadia, 2016).

2.8 Ekstraksi Kunyit Kuning dengan Metode Sokletasi

2.8.1 Metode sokletasi

Metode ekstraksi sokletasi adalah sejenis ekstraksi pada suhu tertentu dengan jumlah pelarut cair organik tertentu dan dilakukan secara berulang-ulang. Penggunaan pelarut pada ekstraksi sokletasi harus disesuaikan dengan tingkat kepolaran ekstrak yang ingin diambil.

(Nazarudin, 1992 dalam Sudaryanto, 2016)

Prinsip sokletasi ini yaitu ekstraksi yang dilakukan secara berulang- ulang sehingga pelarut yang digunakan relatif sedikit dan hasil yang didapat sempurna. Metode sokletasi dapat melarutkan senyawa organik pada bahan dengan menggunakan pelarut yang cocok dan memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah untuk diuapkan, tapi tidak akan melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Proses yang terjadi dalam proses ekstraksi sokletasi yaitu ketika pelarut dididihkan, pelarut akan menguap dan uap tersebut akan naik melewati pipa F(soklet) menuju ke kondensor. Pada bagian luar kondensor air dingin dialirkan masuk dari bawah dan keluar pada bagian atas sehingga terjadi kontak secara tidak langsung dengan pelarut yang telah teruapkan dan terdapat pada bagian dalam kondensor, hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan fasa pada pelarut yaitu pelarut akan kembali ke fase cairnya. Pelarut tersebut kemudian menetes ke thimble dan semakin lama akan merendam sampel yang ingin diekstrak sehingga zat yang ingin diekstrak akan terbawa oleh pelarut, bila volumenya telah mencukupi, ekstrak dan pelarutnya akan mengalir melewati sifon dan kembali menuju labu alat bulat (Soekardjo, 2002). Berikut komponen-komponen penyusun soklet dapat dilihat pada Gambar 2.7.

(13)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Gambar 2.7 Alat Sokletasi Sumber : (Akbar. 2012) Keterangan:

1. Kondensor : berfungsi sebagai kondensasi atau pendinginan yaitu mengubah fasa pelarut yang telah teruapkan menjadi cair kembali

2. Thimble : berfungsi sebagai wadah sampel yang akan di ekstrak

3. Pipa F : berfungsi sebagai jalur pelarut yang telah teruapkan/jalannya uap dari pelarut yang menguap dari proses penguapan.

4. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan banyaknya siklus yang terjadi selama waktu ekstraksi, 1 siklus ditandai dengan jatuhnya pelarut dari sifon ke labu alas bulat 5. Labu alas bulat : sebagai wadah pelarut dan hasil ekstraksi (ekstrak)

(Alicia, 2015)

2.8.2 Penelitian Terdahulu

Ekstraksi kurkumin pada bahan kunyit kuning dengan berbagai macam metode menghasilkan perolehan yang berbeda-beda dari penelitian terdahulu. Berikut hasil penelitian terdahulu mengenai ekstraksi kurkumin pada bahan kunyit kuning dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(14)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Tabel 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu

Penelitian Bahan Ekstraksi

Waktu

(jam) Pelarut Metode Ekstraksi

Nisbah Bahan Baku- Pelarut

Suhu (˚C)

Ukuran Partikel (mesh)

% Yield Ekstra ksidan

IC50

(µg/ml) Ashok K.

P dan Bangaraiah

P (2013)

Kunyit

Kuning 3 Aseton Sokletasi 1:8 30 80 69,97

S.

Revathy.

dkk.

(2011)

Kunyit

kuning 6

Aseton

Sokletasi 1:1

55

-

22,8

Metanol 65 15,68

Wong Yee Ching.

dkk.

(2014)

Kunyit

Kuning 6 Etanol

100% Sokletasi 1:1 70 - 44,17

S.J.Kulkar ni. dkk.

(2012)

Kunyit

Kuning 7 Metanol Sokletasi 1:5 65 - 5.6

Subash C.

V. (2014)

Kunyit

kuning 24

Metanol:

air

60:40 v/v Sokletasi 1:15 50 - 10.84

Etanol 7,26

Nadia,dkk (2016)

Kunyit

kuning 12 Etanol Sokletasi 1:10 78 -

15,89 Nilai

IC50

7,18 Ida

Wati,dkk (2018)

Kunyit putih 5 Etanol sokletasi 1:8 78 -

14,67 Nilai

IC50

17,79 Popuri

(2013) Kunyit Putih 3 Aseton Sokletasi 1:8 56 - 69,67

Suroto (2010)

Kunyit Putih Kancing

24 Metanol Maserasi

- - -

8,7

24 Etanol

Sokletasi

8,2

Air 11,4

1 n-heksane 3-18

Air 2-9

Ria EB.

(1989) Temulawak 3 metanol Maserasi 1:6 50 40 3.06

Suwiah

(1991) Temulawak 3 Aseton Refluks 1:7 70 60 1.94

Aan (2004) Temulawak 18 Aseton Maserasi 1:8 35 - 1.52

Kamilah H.

A (2006) Temulawak 1/2 Etanol 96%

Ekstraksi

Cair-Cair 1:3 - - 1.96

Aini S.

(2013) Temulawak 7 Etanol Maserasi 1:7 - - 1.7

Dari Tabel 2.3 dapat terlihat bahwa hasil kurkumin yang diperoleh memberikan hasil yang berbeda-beda bergantung dari jenis pelarut dan nisbah bahan baku-pelarut dan metode ekstraksi. Penelitian yang dilakukan oleh Wong Yee Ching.dkk. (2014) dengan ekstraksi sokletasi selama 6 jam menggunakan pelarut etanol menghasilkan hasil yield sebesar

(15)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

44,17%, tetapi apabila ditinjau dari pelarut yang digunakan memiliki konsentrasi yang sangat tinggi. Sedangkan penelitian Subash C. V. (2014) menghasilkan yield sebesar 10.84%, tetapi waktu operasi yang dilakukan lebih lama yaitu selama 12 jam dengan nisbah bahan baku dengan pelarut sebesar 1:15. Selanjutnya, penelitian oleh Ashok K. P dan Bangaraiah P (2013),melakukan ekstraksi sokletasi selama 3 jam dengan menggunakan pelarut aseton dengan perbandingan bahan baku-pelarut sebesar 1:8 menghasilkan yield terbesar yaitu 69,97%. Dari penelitian terdahulu juga terlihat bahwa metode sokletasi menghasilkan yield yang lebih besar dibandingkan dengan metode maserasi dan waktu pengerjaanya pun lebih singkat. Sehingga ditinjau dari penelitian Ashok,dkk. (2013), metode yang akan diambil yaitu ekstraksi sokletasi menggunakan pelarut etanol dengan variasi waktu operasi ekstraksi 3, 6, 9, dan 12 jam pada temperatur titik didih pelarut dan konsentrasi pelarut 70% dan 96% serta nisbah bahan baku 1:8.

Referensi

Dokumen terkait

menit, detik, jam yang telah didapatkan dari sensor pada aplikasi cvavr2. dibutuhkan

Semakin tinggi penghasilan yang diterima seseorang maka akan cenderung semakin besar pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi, namun dalam kehidupan seringkali

Hasil yang diperoleh untuk penetapan kadar air dari simplisia daun api-api yaitu 2,74 %, menunjukkan bahwa simplisia daun api-api yang digunakan memiliki kadar air yang rendah sesuai

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,