• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLIPING PROSES LATIHAN DAN PEMENTASAN TEATER MODERN

N/A
N/A
Syaiful Nazrul

Academic year: 2024

Membagikan "KLIPING PROSES LATIHAN DAN PEMENTASAN TEATER MODERN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES LATIHAN DAN PEMENTASAN TEATER MODERN

A. Proses Latihan Teater Modern 1. Olah Nafas

Hal yang terpenting dalam suatu pertunjukan Teater adalah power dari vokal pemain haruslah kuat. Tenaga yang menghasilkan suara itupun harus kuat. Sumber utama kekuatan suara terdapat pada pernafasan. Teknik pernafasan yang benar dapat memberikan kekuatan suara yang besar dan menghindari kerusakan pada tenggorokan. Cara yang benar saat melakukan pernafasan adalah dengan pernafasan diafragma.

2. Olah Vokal

Setelah Anda benar dalam melakukan olah nafas, barulah anda dapat melatih vokal anda. Latihan vokal dilakukan dengan mendorong udara dari diafragma keluar melalui mulut tanpa tertahan pada tenggorokan.

Tahap Pertama, dengan satu tarikan nafas, keluarkan udara tanpa mengeluarkan suara (huruf vokal / konsonan). Usahakan udara yang keluar

(2)

tidak tertahan pada tenggorokan. Dengan satu nafas Anda dapat mengeluarkan beberapa kali udara dari diafragma. Cara mudahnya, sebutkan huruf A tanpa bersuara berkali-kali dengan satu kali tarikan nafas.

Tahap Kedua, dengan cara yang sama seperti tahap pertama. Yang membedakan adalah kali ini sebutkan huruf vokal (A I U E O) dengan satu tarikan nafas. Lakukan berulang-ulang sampai diafragma terasa nyeri. Jika sudah terasa nyeri, berhentilah sejenak dan atur nafas Anda.

Tahap Ketiga, dengan cara yang sama seperti tahap sebelumnya. Tambahkan huruf konsonan pada latihan Anda. Sebutkan A - Z dengan satu tarikan nafas. Lakukan berulang-ulang sampai diafragma terasa nyeri. Jika sudah terasa nyeri, berhentilah sejenak dan atur nafas Anda.

3. Olah Sukma/Rasa

Tahap latihan ini berkesan sangat simpel dan sederhana. Namun inti dari latihan ini saat luas. Olah sukma/rasa dilakukan dengan cara meditasi selama minimal 10 menit. Usahakan pikiran Anda tidak kosong, berusahalah tetap fokus. Dengarkan suara-suara di sekitar Anda, dari yang paling dekat hingga yang paling jauh.

Buang semua hal-hal negatif pada diri Anda, masukkan hal-hal positif ke dalam diri Anda. Aturlah nafas senyaman mungkin. Usahakan jangan ada gerakan sekecil apapun.

4. Olah Pikir

Olah pikir dapat dilakukan dengan cara berkumpul bersama pemain yang lain, berbincang santai hingga menyamakan persepsi. Hal ini dilakukan bertujuan untuk

(3)

menyelaraskan pemikiran seluruh pemain dan tim produksi agar pertunjukan berjalan sesuai dengan keinginan bersama. Dengan menyamakan persepsi Anda dapat membaca situasi ketika terjadi kesalahan dalam suatu pertunjukan dan dapat membaca sifat dari lawan main Anda. Olah pikir ditujukan agar Anda dapat berkomunikasi dengan lawan main Anda tanpa melakukan dialog atau kontak fisik.

5. Olah Tubuh

Tahap olah tubuh dibagi menjadi 2, yaitu:

 Mimik, adalah gerak wajah untuk menunjukkan keadaan/sifat dari karakter yang sedang dimainkan, dan agar pesan yang disampaikan dapat diterima penonton dengan mudah. Latihan mimik dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan senam wajah. Caranya dengan menarik seluruh bagian wajah ke atas, lalu ke kanan, kemudian ke bawah, ke kiri, ke depan, danb terakhir ke dalam.

Hal ini bertujuan agar mimik wajah Anda menjadi lentur dan dapat dengan mudah menyampaikan pesan dari mimik wajah karakter yang Anda mainkan.

 Gestur, adalah gerak tubuh untuk menunjukkan keadaan/sifat dari karakter yang sedang dimainkan, dan agar pesan yang disampaikan dapat diterima penonton dengan mudah. Latihan gestur dimulai sejak melakukan pemanasan, kemudian ditambah dengan beberapa gerakan aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Latihan ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan masing-masing pemain.

(4)

B. Pementasan Teater Modern

Sutradara membimbing para aktor selama proses latihan. Untuk mendapatkan hasil terbaik, sutradara harus mampu mengatur para aktor mulai dari proses membaca naskah lakon hingga materi pentas benar-benar siap untuk ditampilkan. Kunci utama dari serangkaian latihan adalah kerja sama antara sutradara dan aktor serta kerja sama antar-aktor. Sutradara perlu menetapkan target yang harus dicapai oleh aktor melalui tahapan latihan yang dilakukan.

Oleh karena itu, penjadwalan latihan perlu dibuat. Dengan melaksanakan latihan sesuai jadwal, maka aktor dituntut kedisiplinan untuk memenuhi target capaian. Jadwal ini juga bisa digunakan sebagai acuan kerja penata artistik, sehingga ketika sesi latihan teknik dilangsungkan pekerjaan mereka telah siap.

1. Membaca Teks

Tahap awal latihan teater adalah membaca. Sutradara membacakan naskah lakon secara keseluruhan kepada aktor, kemudian menjelaskan maksud dari lakon tersebut. Pada sesi ini, aktor boleh bertanya kepada sutradara hingga semua menjadi jelas dan aktor memahami maksud sutradara berkenaan dengan isi lakon. Setelah itu, para aktor membaca lakon secara bersama sesuai dengan karakter yang akan diperankan.

(5)

Karakter tokoh yang ada dalam naskah lakon tidak tampak hidup jika tidak dibaca dengan pemahaman.

Beberapa teknik membaca seperti di bawah ini dapat dilakukan untuk mendapatkan maksud lakon secara detail.

 Membaca berangkai, semua anggota duduk melingkar lalu membaca bergiliran (searah jarum jam) tanpa mempertimbangkan peran atau tokoh terlebih dahulu.

 Membaca keseluruhan lakon dengan pelan dan cermat.

 Membaca per suku kata dengan pelan dan teliti.

 Membaca per kata dengan pelan dan teliti.

 Membaca teks sebagai teks (tanpa mencoba mencari makna kalimat) dengan pelan.

 Membaca dengan memperhatikan tanda baca dengan pelan dan teliti.

 Mencari hubungan antara satu kata dengan kata lain, satu kalimat dengan kalimat yang lain.

 Membaca dengan pemahaman.

 Menambah waktu khusus untuk membaca naskah secara mandiri.

2. Menghafal

Kerja menghafal dimulai sesegera mungkin setelah mendapatkan naskah. Tidak perlu membayangkan blocking dalam menghapal teks. Latihan baris-baris dialog yang ada dalam teks lakon bisa dilakukan setiap hari. Semakin cepat dan tepat dalam menghapal maka proses kerja berikutnya menjadi semakin mudah.

Untuk memudahkan kerja menghafal, beberapa teknik di bawah ini dapat dilakukan :

 Membaca dialog secara keseluruhan dan diulang-ulang.

 Membaca bagian per bagian secara berulang-ulang.

 Membaca satu baris dialog kemudian langsung dihapalkan, setelahnya diikuti baris dialog selanjutnya.

(6)

 Menemukan kata kunci atau kata yang mudah diingat antara dialog satu dengan yang lain.

 Menggunakan alat perekam untuk merekam pembacaan dialog.

 Seorang aktor tidak hanya menghapal dialognya sendiri, tetapi juga harus memahami dialog lawan mainnya.

3. Merancang Blocking

Blocking. Blocking adalah kedudukan pemain, gerak pemain dari satu tempat ke tempat lain yang tentu saja dengan dorongan motivasi yang kuat (ada maksud dan tujuannya). Blocking dilakukan harus dengan tujuan tertentu karena suasana adegan menuntut demikian.

Levelling. Levelling adalah pengaturan tinggi rendah posisi aktor di atas panggung.

Levelling digunakan untuk membuat seluruh aktor di atas panggung nampak jelas.

Pengaturan tinggi rendah posisi akan membantu sutradara dalam membuat fokus pemain. Pengaturan level dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Seperti sebuah lukisan yang penuh dengan warna, levelling dapat digunakan untuk memperkaya warna pertunjukan.

Balancing. Balancing atau keseimbangan adalah pengaturan atau pengelompokan aktor di atas panggung untuk menghindari ketimpangan. Keseimbangan diperlukan untuk memenuhi ruang dan menghindari komposisi aktor yang berat sebelah. Jika salah satu ruang dibiarkan kosong sementara ruang yang lain terisi penuh, hal ini akan menimbulkan pemandangan yang kurang menarik. Keadaan berat sebelah seperti ini jika sering terjadi dalam satu waktu pementasan akan membuat penonton cepat jenuh.

Fokus. Selain mengarahkan aktor, sutradara juga harus mampu mengarahkan perhatian penonton kepada segenap aktivitas dan karakter dalam setiap momen.

Untuk itu, blocking harus terfokus pada apa yang diperhatikan oleh penonton.

(7)

Perhatian penonton dapat difokuskan dengan menjaga agar setiap individu (aktor) dapat dilihat dengan jelas dan memanfaatkan ruang panggung sebaik mungkin.

Stop and go. Stop and go adalah proses latihan menghafal secara keseluruhan atau per bagian. Di tengah proses, sutradara menghentikan sebentar (stop) dan memberikan penjelasan atau arahan kemudian para pemain mengulangi lagi adegan yang sama (go) sesuai arahan sutradara. Teknik ini sangat baik dilakukan agar pemain tidak kehilangan detail karakter yang diperankan (penghayatan peran).

Top-tail. Proses latihan top-tail dilakukan untuk menghapal rancangan blocking yang telah ditetapkan oleh sutradara. Selain itu, juga digunakan untuk mengingat kunci akhir satu dialog dan awal dialog berikutnya atau yang biasa disebut cue (baca: kyu).

Para aktor mempraktikkan blocking yang ditetapkan oleh sutradara dengan mengucapkan baris awal dialog {top) sebagai tanda mula dan mengucapkan baris akhir dialog (tail) sebagai tanda berubahnya blocking. Latihan ini dilakukan berulang- ulang hingga para aktor memahami desain blocking yang telah ditentukan.

Run-through. Run-through adalah latihan hafalan naskah lakon secara keseluruhan.

Para aktor berlatih memainkan peran dari awal sampai akhir cerita tanpa menggunakan naskah (lepas naskah). Dalam run-through sutradara tidak menghentikan proses latihan yang sedang dilakukan. Arahan atau kritik diberikan setelah latihan berakhir.

Tahap Perencanaan

1. Memilih Naskah

Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama- nama dan lakon tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan (set) panggung yang diperlukan. Bahkan terkadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana,

(8)

tata lampu, dan tata suara (musik pengiring). Naskah yang kita pilih harus sesuai keadaan kita, artinya kemampuan kita dalam merealisasikannya di atas pentas.

Pertimbangan teknis pertama adalah jumlah tokoh dalam naskah apakah sesuai dengan jumlah personil kelompok kita. Pertimbangan selanjutnya adalah kemampuan kita dalam mewujudkan artistiknya di atas pentas. Naskah lakon bisa kita gunakan naskah standar yang sudah ada atau kita buat yang baru hasil karya kita sendiri.

Dalam memilih naskah lakon harus mempertimbangkan nilai-nilai sebagai berikut.

1. Nilai filosofi, bahwa naskah lakon yang dipilih harus memberikan suatu perenungan pikiran yang luas (katarsis).

2. Nilai artistik, bahwa naskah lakon yang dipilih harus memiliki nilai seni (keindahan) yang dalam dan luhur.

3. Nilai etis atau etika, bahwa naskah lakon itu harus bermanfaat bagi manusia lebih luas dari sekadar keindahan karya seni tersebut. Nilai etis berarti pula nilai moral (baik dan buruk).

4. Nilai komersial, bahwa naskah lakon itu harus memancing perhatian masyarakat atau penonton, dengan begitu akan dapat mendatangkan nilai jual.

2. Menentukan Sutradara

Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan. Sutradara memiliki tanggung jawab cukup berat, seperti memilih naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, pemilihan pemain, melatih pemain, dan mengkoordinasikan setiap bagian.

(9)

3. Pemilihan Pemain atau Pemeran

Pemain adalah orang yang memperagakan cerita dan menghidupkan naskah. Jumlah pemain disesuaikan dengan tokoh yang dibutuhkan dalam cerita dan setiap tokoh biasanya diperankan seorang pemain.

4. Pemilihan Kru

Kru adalah pelaksana teknis kerja produksi baik yang bersifat artistik (kebutuhan panggung) ataupun yang bersifat administratif.

Referensi

Dokumen terkait